Anda di halaman 1dari 3

Kebutuhan untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi telah mengarah pada pengembangan

tindakan yang bertujuan untuk mengarahkan ulang pengguna mobil melalui proses informasi yang
meningkatkan kesadaran mereka tentang efek negatif penggunaan kendaraan pribadi sehingga
mendorong secara sukarela mengubah perilaku pemilihan moda mereka (Sottile et al., 2015). Pemilihan
moda penting dilakukan untuk perencanaan transportasi dan pembuat kebijakan untuk memprediksi
permintaan perjalanan dan mengetahui faktor-faktor yang mendasarinya (De Dios Ortúzar & Willumsen,
2011).

Pemilihan moda perjalanan telah dianalisis secara mendalam selama beberapa dekade terakhir,
umumnya penelitian mencoba menjelaskan dengan bantuan teori utilitas (metode utilitas), dimana
moda perjalanan dengan utilitas tertinggi akan cenderung dipilih oleh pengguna (McFadden, 2001),
tetapi utilitas ini akan berbeda di setiap lokasi (Schwanen & Mokhtarian, 2005). Utilitas dapat merujuk
pada pengalaman, perasaan, dan emosi yang terkait erat dengan kepuasan dan kesejahteraan subjektif
(Kahneman et al., 1997).

Baru-baru ini penelitian berfokus bahwa moda perjalanan yang dipilih memiliki pengaruh penting pada
kepuasan mereka dengan menggunakan moda tersebut (De Vos et al., 2016). Selain dipengaruhi oleh
moda perjalanannya itu sendiri, kepuasan perjalanan juga dipengaruhi sikap positif atau tidak terhadap
memilih moda (De Vos, 2018; Ye & Titheridge, 2017). Kepuasan ke arah positif akan mempengaruhi
attitude dan keinginan untuk menggunakan moda tersebut kembali di masa depan (De Vos et al.,
2019a).

Tentunya pemilihan moda bukan hanya ditentukan berdasarkan faktor karakteristik seperti karakteristik
perjalanan (tujuan perjalanan, waktu, keteraturan), personal karakteristik (usia, jenis kelamin, tingkat
pendapatan), dan kualitas layanan transit (termasuk aksesibilitas, konektivitas, biaya perjalanan,
kemudahan dalam transfer moda) (Chowdhury, 2016; Nurdden et al., 2007). Juga dipengaruhi oleh
faktor psikologi yang dikenal sebagai faktor emosional atau faktor irasional (Forward, 2003). Menurut
teori social-psychological attitude, niat umumnya dianggap sebagai prediktor penting dari perilaku yang
memediasi pengaruh sikap (Ajzen, 1991; Triandis, 1977). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa niat
untuk menggunakan suatu moda tertentu memiliki efek kuat dalam memilih moda (Bamberg, Ajzen, &
Schmidt, 2003), dan bahwa niat dipengaruhi oleh sikap terhadap moda (Chen & Chao, 2011; Ericksson &
Forward, 2011). Menurut Bamberg et al. (2003) dalam Setiawan (2012) untuk mempelajari intensi
perilaku pemilihan moda transportasi pada pengguna dapat menggunakan Theory of Planned Behavior
(TPB).

Makalah ini bertujuan memeriksa latent variabel yang terkait dengan perpindahan moda dari
transportasi pribadi menuju transportasi umum di berbagai negara. Hal ini cukup menarik dikarenakan
lokasi yang berbeda dengan gaya hidup yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku perjalanan dan
sikap (Ajzen, 2005). Maka dapat dilihat variabel latent yang signifikan yang sejenis yang berpengaruh
terhadap sikap dalam perpindahan moda di berbagai daerah.

2. STUDI LITERATUR

Kondisi awal angkutan umum yang masih kurang dari segi kualitas dan kuantitas, di satu sisi secara
otomatis akan memaksa masyarakat untuk mencari alternatif lain lebih memilih kendaraan pribadi yang
dapat lebih diandalkan. Di sisi lain, peralihan moda ke kendaraan pribadi akan menyebabkan penurunan
penggunaan angkutan umum. Untuk sesaat, solusi yang dibuat secara individual ini tampaknya
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pembuat perjalanan, namun setelah jangka waktu tertentu,
kondisi ini dapat memicu tragedibersama di mana semua orang mulai beralih ke kendaraan pribadi dan
kemacetan yang lebih besar dimulai (Rahayu, 2015).

Secara umum, peningkatan perpindahan moda dari kendaraan single occupancy menuju angkutan
umum merupakan tujuan yang diinginkan masyarakat modern (Ogilvie et al., 2004; Nurdden et al.,
2007). Perpindahan atau pergeseran moda mengarah pada perubahan perilaku yang nyata jika pembuat
kebijakan mampu menyesuaikan kebijakan transportasi baik untuk konteks perkotaan besar maupun
untuk kota-kota berukuran sedang (Pronello & Camusso, 2011).

Beberapa pengguna mungkin menggunakan angkutan umum untuk melakukan perjalanan sehari-hari
karena kendala situasional tertentu (misalnya, tidak memiliki mobil atau kurangnya tempat parkir di
tempat tujuan), dan kemungkinan besar akan beralih penggunaan moda karena akumulasi pengalaman
yang tidak menyenangkan dari naik angkutan umum (misalnya, membeli mobil) (Anable, 2005). Selain
keterbatasan kepemilikan kendaraan, perpindahan moda juga dipengaruhi oleh transportasinya itu
sendiri seperti efek yang signifikan dari kualitas layanan atau manfaat yang dirasakan yang berefek pada
niat untuk beralih moda, baik secara langsung maupun tidak langsung (Fu & Juan, 2017).

Chen dan Chao (2011) menemukan bahwa sikap secara signifikan memediasi antara persepsi kegunaan
dan kemudahan penggunaan (kontrol perilaku) pada niat perpindahan moda ke angkutan umum.
Penting untuk mempelajari sikap pengguna kendaraan pribadi saat ini terhadap angkutan umum dan
alternatif yang mendorong warga untuk beralih dari angkutan pribadi ke angkutan umum. Untuk
melakukan itu, penting untuk memahami keuntungan kesejahteraan komuter kendaraan penumpang
pribadi terkait dengan moda transportasi pribadi (Nurdden et al., 2007).

2.1. Teori Psikologi Dalam Pemilihan Moda

Seperti yang sebelumnya diungkapkan bahwa untuk mempelajari intensi atau niat dari perilaku
pemilihan moda transportasi pada pengguna dapat menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB).
Menurut teori TPB, suatu perilaku dibangun karena adanya niat. Niat tersebut akan secara langsung
berpengaruh pada sikap terhadap perilaku (Ajzen, 1991).

Theory of Planned Behavior merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yang telah
dikembangkan terlebih dahulu oleh penelitian yang dilakukan (Fishbein & Ajzen, 1975), teori ini
mengasumsikan bahwa perilaku seseorang tidak hanya dikendalikan oleh dirinya sendiri (kontrol penuh
individual), tetapi juga membutuhkan kontrol yaitu ketersediaan sumber daya dan kesempatan bahwa
keterampilan tertentu, sehingga perlu ditambahkan konsep kontrol perilaku (perceived behavioral
control) yang dipersepsikan akan mempengaruhi niat dan perilaku. Theory of planned behavior
menjelaskan bagaimana perilaku tertentu dapat diprediksi melalui determinan perilaku tersebut (Ajzen,
1991). Theory of planned behavior (TPB) digunakan untuk memprediksi berbagai perilaku terkait dengan
pemilihan moda transportasi (Forward, 2004).

Kondisi saat ini pemilihan moda menekankan pentingnya dampak faktor psikologis dalam pengambilan
keputusan pemilihan moda (Kaewkluengklom et al., 2017). Faktor psikologis dapat secara signifikan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan individu. Penggabungan pengaruh psikologis dalam
pengambilan keputusan pemilihan moda telah terbukti memberikan hasil yang lebih baik dan
mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang tingkah laku (behavior) pemilihan moda (Devika
et al., 2020). 2.2. Latent Variable

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa model dengan variabel laten lebih baik daripada model
konvensional dengan mempertimbangkan atribut seperti waktu tunggu, waktu perjalanan, biaya
perjalanan, transfer, tingkat ketidaknyamanan dalam studi preferensi yang dinyatakan untuk perilaku
pergeseran mode menuju transportasi umum (Sohoni et al., 2017).

3. PERBANDINGAN VARIABEL NIAT PENGGUNA

Hasil penelitian yang pertama dilakukan oleh Etminani-Ghasrodashti & Ardeshiri (2015).
Mengungkapkan bahwa attitude terhadap perjalanan pro terhadap lingkungan memiliki hubungan
langsung, orang yang memiliki gaya hidup tradisional lebih mungkin ramah lingkungan. Pada akhirnya
meski kontribusi terhadap lingkungan sebagai faktor objektif terhadap perilaku perjalanan dinilai
signifikan, tapi hal tersebut tidak lebih penting dari pada gaya hidup.

Dirgahayani & Sutanto (2020). Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa pengendara lebih peduli
tentang biaya, terutama trade-off antara biaya parkir yang lebih tinggi dan tarif LRT yang relatif murah.
Pembatasan dan biaya parkir dianggap memberatkan masyarakat karena dianggap belum wajar
sehingga diharapkan disertai dengan penyediaan transportasi umum yang lebih baik melalui LRT dan
juga didukung dengan informasi dan aksesibilitas yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Castel et al., (2019), penelitiannya mengungkapkan bahwa pengetahuan
dan kesadaran tentang masalah lingkungan terkait mobil tampaknya telah berkontribusi pada niat untuk
mengubah perilaku pengguna. Pengguna merasa mengalami norma subjektif dari eco-mobility karena
sangat ditentukan oleh kesadaran terhadap lingkungan. Pengguna secara sukerela menganggap bis
sebagai transportasi yang mudah digunakan karena penelitian ini kemampuan mobilitas dengan
kendaraan umum lebih besar. Informasi berkenaan dengan menggunakan kendaraan pribadi menjadi
masalah harus ditekankan agar menjadi sebuah kesadaran pengguna untuk dapat berpindah ke
transportasi umum.

Penelitian yang dilakukan oleh Pronello & Camusso (2011), penelitiannya mengungkapkan bahwa orang
yang suka berpergian memiliki sikap yang tinggi untuk berubah moda, kepuasan bisa ditingkatkan
apabila ditingkatkan efisiensinya, akan mudah berpindah moda apabila adanya penghematan waktu.
Sementara pengguna yang bergantung pada waktu memiliki ketergantungan pada mobil dan niat yang
rendah terhadap moda alternatif. Seringkali orang sulit untuk berpindah karena kurangnya informasi
yang terjadi akibat kendaraan tersebut (lingkungan).

Penelitian yang dilakukan oleh Kwan et al., (2020), penelitiannya mengungkapkan bahwa kebanyakan
orang mendukung penggunaan kereta api dan menganggap kereta api adalah pilihan yang baik atau ide
yang bagus. Berkenaan dengan isu lingkungan kebanyakan orang sadar akan manfaat lingkungan dengan
penggunaan transportasi kereta api, tapi beberapa orang ragu dengan menggunakan kereta api dapat
mengatasi masalah perubahan iklim. Dari kualitas pelayanan, reliabilitas, kemudahan, dan kenyamanan
adalah variabel yang berpengaruh dan menurut kebanyakan orang tarif yang diberikan oleh kereta api
sudah terjangkau.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Setiawan et al., (2014) penelitiannya dilakukan di Surabaya,
Indonesia berkenaan dengan model perilaku menggunakan mobil dalam

Anda mungkin juga menyukai