Anda di halaman 1dari 16

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa: Basaaro Tafonao
Asal Institusi: SD NEGERI 078569 BALOMBARUZO ORAHUA

Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi


telah penyebab masalah
diidentifikasi

1 Semangat peserta Kajian Literasi Berdasarkan analisis


didik mengikuti 1. Motivasi belajar peserta didik dari hasil kajian
pembelajaran dikatakan rendah dalam belajar. Hal ini literatur dan hasil
dapat wawancara penyebab
masih rendah pada
diketahui dari beberapa peserta didik rendahnya semangat
Pelajaran IPA yang kurang antusias jika sedang belajar belajar peserta didik
materi sistem misalnya peserta didik tidak adalah :
pencernaan mendengarkan dan memper- hatikan 1. Peserta didik
makanan dikelas 5 saat guru kurang mendapat
menjelaskan yang berkaitan dengan dukungan dari
pelajaran, jarang bertanya kepada lingkungannya
guru, 2. Peserta didik
lebih memilih mengobrol dan kurang mendapatkan
mengganggu temannya yang sedang rangsangan/stimulus
belajar, tidak pada saat awal
mengerjakan tugas, mengerjakan pembelajaran
pekerjaan rumah (PR) di sekolah, 3. Peserta kurang
mencontek tertarik dengan
pada saat ulangan. Kurangnya metode pembelajaran,
pengetahuan tentang cara belajar, sehingga
menganggap memiling ngobrol
bahwa belajar adalah hal yang dengan teman,
kurang menyenangkan dibandingkan atau bermain sendiri.
dengan 4. Minat baca peserta
memainkan ponsel dan aplikasi yang ada didik masih
didalamnya (Fitri & Nelwati 2020). rendah
2. Faktor internal yang mempengaruhi Berdasarkan analisis
rendahnya motivasi peserta didik di dari hasil kajian
kelas VIII yaitu kurangnya kesadaran literatur dan hasil
akan pentingnya belajar IPA, rendahnya
wawancara penyebab
antusiasme karena pembelajaran
yang terkesan monoton, dan kurang rendahnya semangat
semangatnya peserta didik dalam belajar peserta didik
belajar IPA karena tidak sesuai adalah :
minat. 1. Peserta didik
Sedangkan faktor eksternal yang kurang mendapat
mempengaruhi rendahnya motivasi yaitu dukungan dari
karena
lingkungannya
tingkat ekonomi keluarga peserta didik
yang sebagian besar berada pada rata- 2. Peserta didik
rata kurang mendapatkan
menengah kebawah dengan dominan rangsangan/stimulus
di bawah UMR (ekonomi rendah) pada saat awal
dan pembelajaran
lingkungan keluarga yang kurang 3. Peserta kurang
mendukung baik dari status keluarga
tertarik dengan
yang
Kajian Literasi Metode
1. Motivasi belajar peserta didik pembelajaran,
dikatakan rendah dalam belajar. Hal ini sehingga
dapat diketahui dari beberapa peserta memiling ngobrol
didik yang kurang antusias jika sedang dengan teman,
belajar misalnya peserta didik tidak atau bermain sendiri.
mendengarkan dan memper- hatikan 4. Minat baca peserta
saat guru menjelaskan yang didik masih
berkaitan dengan pelajaran, jarang rendah
bertanya kepada guru, lebih memilih
mengobrol dan mengganggu temannya
yang sedang belajar, tidak mengerjakan
tugas, mengerjakan pekerjaan rumah
(PR) di sekolah, mencontek pada saat
ulangan. Kurangnya pengetahuan
tentang cara belajar, menganggap bahwa
belajar adalah hal yang kurang
menyenangkan dibandingkan dengan
memainkan ponsel dan aplikasi yang ada
didalamnya (Fitri & Nelwati 2020).
2. Faktor internal yang mempengaruhi
rendahnya motivasi peserta didik di
kelas VIII yaitu kurangnya kesadaran
akan pentingnya belajar IPA, rendahnya
antusiasme karena pembelajaran
yang terkesan monoton, dan kurang
semangatnya peserta didik dalam
belajar IPA karena tidak sesuai
minat. Sedangkan faktor eksternal yang
mempengaruhi rendahnya motivasi yaitu
karena tingkat ekonomi keluarga peserta
didik yang sebagian besar berada pada
rata-rata menengah kebawah dengan
dominan di bawah UMR (ekonomi
rendah) dan No Masalah yang telah
diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab
masalah Analisis eksplorasi penyebab
masalah broken home (Silvia &
Maftujianah, 2023)
3. Rendahnya motivasi belajar
peserta didik ditunjukkan oleh
adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar.
(Rahman &
Karimah:2018)

Wawancara:
1. Pakar (Rahmi Faradisya Ekapti, M.Pd
dosen Pendidikan IPA IAIN Ponorogo)
“ Rendahnya semangat belajar siswa
sering diakibatkan karena kurang
diberikannya stimulus/rangsangan di
awal pembelajaran”
2. Kepala Sekolah (Hartanto, M.Pd ,
SMPN 1 PAMULIHAN)
“Motivasi yang kurang didapat baik di
rumah maupun di sekolah”
3. Pengawas (Ade Sudiana)
“Pembelajaran yang dilakukan guru
masih bersipat ceramah atau
konvensional”
4. Teman Sejawat (Yani Yuniawati,
S.Si Guru IPA dan Guru
Penggerak Kab
Sumedang)
“Rendahnya minat belajar siswa
dipengaruhi oleh rendahnya minat baca
siswa”

lingkungan keluarga yang kurang


mendukung baik dari status keluarga
yang No Masalah yang
telah
diidentifikasi
Hasil eksplorasi penyebab masalah
Analisis eksplorasi penyebab masalah
broken home (Silvia & Maftujianah,
2023)
3. Rendahnya motivasi belajar
peserta didik ditunjukkan oleh
adanya
hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar. (Rahman &
Karimah:2018)
Wawancara:
1. Pakar (Rahmi Faradisya Ekapti, M.Pd
dosen Pendidikan IPA IAIN Ponorogo)
“ Rendahnya semangat belajar siswa
sering diakibatkan karena kurang
diberikannya stimulus/rangsangan di
awal pembelajaran”
2. Kepala Sekolah (Hartanto, M.Pd ,
SMPN 1 PAMULIHAN)
“Motivasi yang kurang didapat baik di
rumah maupun di sekolah”
3. Pengawas (Ade Sudiana)
“Pembelajaran yang dilakukan guru
masih bersipat ceramah atau
konvensional”
4. Teman Sejawat (Yani Yuniawati,
S.Si Guru IPA dan Guru
Penggerak Kab
Sumedang)
“Rendahnya minat belajar siswa
dipengaruhi oleh rendahnya minat baca
siswa”

2 Hubungan Kajian Literasi pembelajaran masih


komunikasi antar 1. Kendala orang tua dalam memotivasi kurang:
guru dan orang tua belajar anaknya seperti orang tua kurang 1. Kurang intensnya
komunikasi antara
peserta didik bisa membimbing dan memahami
guru dan orang
terkait meteri secara penuh sehingga tidak tua tentang
pembelajaran maksimal dalam mengajari belajar perkembangan
masih kurang. anaknya, kurangnya pemahaman orang peserta didik
tua tentang pentingnnya dukungan 2. Kurangnya
belajar sehingga belum adanya bentuk perhatian atau
yang tepat yang dilakukan orang motivasi
orang tua terhadap
tua dalam memotivasi, orang tua
bagaimana anak
belum bias membagi waktunya belajar di rumah
dengan bekerja maupun mengurus maupun disekolah
pekerjaan rumah (Afifah,2021) Berdasarkan analisis
2. Beberapa hasil pengamatan peneliti, dari hasil kajian
banyak peserta didik khususnya literatur dan hasil
kalangan wawancara
siswa sekolah dasar cenderung penyebab kurangnya
menghabiskan waktunya dirumah hubungan
dengan asik memainkan permainan komunikasi antara
secara online. Untuk itu perlunya guru,orang tua dan
pendampingan, terutama orang tua yang peserta didik
selalu bersama dengan anaknya terkait pembelajaran
(Wajdi,2021) masih kurang:
3. Rata-rata kunjungan orangtua ke 1. Kurang intensnya
sekolah pasti hanya dua kali dalam komunikasi antara
setahun, yaitu pada saat pembagian guru dan orang
raport kenaikan kelas dan tua tentang
mendaftarkan anak mereka mencari perkembangan
sekolah baru. Komunikasipun peserta didik
mungkin hanya dilakukan seadanya, 2. Kurangnya
karena kebutuhan orangtua saat perhatian atau
berkunjung ke sekolah biasanya motivasi orang tua
sangat sederhana, yaitu sebagai objek terhadap bagaimana
dari informasi numerik anaknya ketika anak belajar di rumah
menerima raport dan mencari sekolah. maupun disekolah
Jarang sekali ada perbincangan intensif
dari waktu ke waktu antara orangtua dan
guru (Karter & Gagaramusu :2014)

Wawancara:
1. Pakar (Rahmi Faradisya Ekapti,
M.Pd dosen Pendidikan IPA IAIN
Ponorogo)
“Kurangnya diadakan
pertemuan/virtualnya meeting/adanya
media/buku
penghubung antara ortu dan guru
sehingga menjadi kendala komunikasi
antar keduanya”
2. Kepala Sekolah (Hartanto, M.Pd ,
SMPN 1 PAMULIHAN)
“Kurangnya pertemuan dengan orang
tua siswa yang mebicarakan tentang
kemajuan belajar peserta didik secara
periodic diberikan”
3. Pengawas (Ade Sudiana)
“Guru masih punya anggapan bahwa
komunikasi dengan orangtua hanya
membuang waktu percuma”
4. Teman Sejawat (Yani Yuniawati, S.Si
Guru IPA dan Guru Penggerak Kab

3 Pemahaman/ Kajian Literasi Berdasarkan analisis


pemanfaatan 1. Menurut Rahmawati dan Nuraida, dari hasil kajian
model-model (2018) metode pembelajaran yang literatur dan hasil
pembelajaran digunakan masih menggunakan wawancara
inovatif metode pembelajaran konvensional penyebab Kurang
berdasarkan yaitu metode pembelajaran yang maksimalnya
karakteristik berpusat pada guru. Guru cenderung implementasi model
materi dan siswa. mendominasi di dalam kelas ketika pembelajaran inovatif
pembelajaran berlangsung sedangkan di kelas adalah :
siswa lebih banyak mendengar 1. Pembelajaran
materi yang disampaikan oleh guru. masih bersifat teacher
Pembelajaran seperti ini kurang center
memperhatikan aktivitas siswa, 2. Model
interaksi siswa dan pembangunan Pembelajaran yang
pengetahuan. Suasana kelas selama di gunakan belum
pembelajaran berlangsung sangat memberikan
monoton dan menyebabkan siswa pasif kesempatan untuk
atau kurang berpartisipasi aktif dalam peserta didik
proses pembelajaran didalam kelas. Hal berperan aktif dalam
ini tentu akan mengakibatkan rendahnya pembelajaran.
hasil belajar siswa 3. Kurang
2. Siswa yang masih mengalami kendala disesuaikan dengan
atau kesulitan untuk memahami materi kondisi awal siswa,
belajar tentang IPAdi sebabkan oleh harusnya ada
kurang bervariasinya model dan media asesmen
dalam proses pembelajaran sehingga diagnostik diawal
minat peserta didik untuk belajar pembelajaran
menjadi
kurang maksimal. Pembelajaran yang
tidak menggunakan model/pendekatan
dan media pembelajaran
menyebabkan siswa kurang memiliki
minat dan keaktifan dalam belajar.
Siswa yang aktif hanyalah siswa yang
pintar saja, dan siswa yang memiliki
kemampuan kurang hanya akan
menjadi pendengar. Sehingga hal ini
mengakibatkan siswa memiliki hasil
belajar yang kurang
maksimal (Arsita & Dibia :2020).
3. Beberapa penulis menggambarkan
siswa Tiongkok sebagai pembelajar
hafalan yang pasif sementara studi
penelitian menunjukkan bahwa siswa
Tiongkok mungkin mengadopsi
pendekatan belajar yang berbeda yang
menggabungkan menghafal dengan
pemahaman Pembelajaran hafalan
bukanlah suatu fenomena yang khusus
terjadi pada pembelajar bahasa
Mandarin, melainkan suatu
fenomena yang bersifat universal
(Yuachen:2018)

Wawancara:
1. Pakar (Rahmi Faradisya Ekapti, M.Pd
dosen Pendidikan IPA IAIN Ponorogo)
“Kurang disesuaikan dengan kondisi
awal siswa, harusnya ada asesmen
diagnostik diawal pembelajaran”
2. Kepala Sekolah (Hartanto, M.Pd ,
SMPN 1 PAMULIHAN)
“Guru masih berpikir mengejar
penyampaian materi pembelajaran, serta
belum
mau menerima hal hal inovatif yang
baru atau praktik baik untuk
mencobanya”
3. Pengawas
Kurangnya wawasan dan
pemahaman guru terhadap model-
model
pembelajaran yang sesuai konsep materi
pembelajaran
4. Teman Sejawat
(Yani Yuniawati, S.Si Guru IPA
dan Guru Penggerak Kab Sumedang)
“Guru harus selalu mengupdate ilmu
sesuai kodrat zaman”
4 Masalah terkait Kajian Literasi Berdasarkan analisis
materi dari hasil kajian
pembelajaran 1. Guru lebih fokus pada literatur dan hasil
literasi numerasi penguasaan materi dan jarang wawancara penyebab
material, menggunakan model pembelajaran Pembelajaran di kelas
miskonsepsi, yang menuntut peserta didik untuk masih belum berbasis
HOTS. melakukan pengamatan secara HOTS (Higher
langsung melalui kegiatan Order Thinking
penyelidikan. Hal tersebut Skill) adalah:
menyebabkan siswa menjadi kurang 1. Kurangnyanya
aktif dalam proses pembelajaran aktivitas belajar
dan rendahnya kemampuan siswa peserta didik yang
dalam menyelesaikan permasalahan melatihkan
berupa menganalisis, mengkreasi dan ketrampilan HOTS.
mencipta yang merupakan 2. Kurangnya media
komponen HOTS . Rendahnya pendukung
kemampuan HOTS juga terlihat dari pembelajaran yang
hasil ulangan harian peserta didik. Selain melatihkan
itu, rata-rata kemampuan kognitif ketrampilan HOTS.
peserta didik juga masih berada pada 3. Guru masih
taraf mengingat, memahami dan sering memberikan
menerapkan berdasarkan soal yang soal level C1 dan
diberikan.
Kondisi ini dapat dilihat dari soal- C2 berbasis hafalan
soal latihan pada buku pegangan
yang digunakan di kelas (Nurochman : sehingga HOTs
2022). belum bisa intens
2. Menurut Siska , 2022 Terdapat dilatihkan ke peserta
beberapa kendala diantaranya belajar didik.
yang tidak efektif, siswa tidak paham
dengan materi saat proses
pembelajaran secara daring, siswa
malas dalam mengerjakan tugas,
serta buku yang digunakan hanya
buku paket yang disediakan oleh
sekolah. Buku paket tersebut berupa
buku kemendikbud, buku penunjang
belajar, dan buku LKS yang dibeli dari
penerbit buku. Buku-buku yang
digunakan dalam proses pembelajaran
tersebut berbasis Socio-Scientific
Issue (SSI). Keadaan seperti ini
membuat siswa menjadi malas
mengerjakan tugas dan materi tidak
yang disampaikan menjadi tidak tuntas
3. Contoh program yang
menggabungkan pengajaran berpikir
tingkat tinggi dan
penggunaan komputer adalah program
Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
(Higher Order Thinking
Skills/HOTS) yang dikembangkan
oleh Stanley Pogrow di Universitas
Arizona. Program HOTS merupakan
jenis program yang mempromosikan
pengajaran berpikir sebagai mata
pelajaran yang terpisah. Keterampilan
yang dipelajari diharapkan dapat dibawa
kembali ke ruang kelas dan
meningkatkan prestasi siswa (Helen &
Paris:2022).

Wawancara:
1. Pakar (Rahmi Faradisya Ekapti, M.Pd
dosen Pendidikan IPA IAIN
Ponorogo)
Guru masih sering memberikan soal
level C1 dan C2 berbasis hafalan
sehingga HOTs belum bisa intens
dilatihkan ke siswa,
2. Kepala Sekolah (Hartanto, M.Pd ,
SMPN 1 PAMULIHAN)
Banyak bapak ibu guru terjebak
mengejar materi, menganggap siswa
lemah dalam soal soal mendasar
salah satu solusi guru mencoba
memberikan soal soal terbuka yang
cara menjawabnya tidak tunggal
sehingga siswa menjawab sesuai dengan
pemikiran dan kemampuanya
3. Pengawas (Ade Sudiana)
Adanya keengganan guru untuk
membuat rancangan pembelajaran sendir
4. Teman Sejawat (Yani Yuniawati, S.Si
Guru IPA dan Guru Penggerak Kab

5 Pemanfaatan Kajian Literasi Berdasarkan analisis


teknologi/inovasi dari hasil kajian
dalam 1. Menurut Dhaniawaty, dkk (20210 literatur dan hasil
pembelajaran. pada proses pembelajaran tersebut guru wawancara
mengalami kesulitan dalam memaparkan penyebab
alur proses dari organ pencernaan Kurangnya
manusia dan kesulitan dalam pemanfaatan
memperagakan mekanisme perubahan teknologi sehingga
makanan yang masuk kedalam sistem metode pembelajaran
pencernaan manusia menjadi energi yang digunakan tidak
atau gizi bagi tubuh. Dikarenakan sesuai dengan
keterbatasan media pengajaran yang kebutuhan siswa
hanya dalam bentuk buku dan patung masa kini
organ tubuh manusia, siswa kesulitan (milenial) adalah :
dalam melakukan visualisasi terhadap 1. Tidak adanya
perubahan makanan/minuman yang media pembelajaran
masuk kedalam tubuh. interaktif yang
2. Permasalahan yang terjadi dalam memuat visualisasi
praktik pembelajaran IPA masa kini juga konsep konsep
terletak pada minimnya pemanfaatan abstrak
teknologi dalam sebuah pembelajaran 2. Kurangnya guru
hal ini mengakibatkan peserta didik mengikuti
merasa jenuh serta motivasi belajar perkembangan
menjadi berkurang. Pemanfaatan zaman dan
teknologi yang digunakan dalam menyesuaikan
pembelajaran IPA dapat menciptakan dengan karakter
suasana di dalam kelas menjadi lebih peserta didik.
inovatif dan menarik (Abdi,dkk:2023).
3. Menurut Yunia : 2017 penggunaan
media dalam proses pembelajaran IPA
di sekolah belum optimal karena
media yang digunakan guru masih
terbatas pada pengunaan gambar yang
dibuat dengan kertas karton, dan power
point saja. Mengingat tidak semua kelas
memiliki LCD dan proyektor sehingga
media dengan power point pun
jarang digunakan oleh guru
dikarenakan guru menganggap proses
penggunaan media yang rumit dan
menghabiskan waktu ketika
mempersiapkan media itu sendiri,
sehingga waktu untuk proses
pembelajaran akan berkurang dan
pemahaman materi siswa terhadap
pembelajaran pun akan terganggu

Wawamcara
1. Pakar (Rahmi Faradisya Ekapti, M.Pd
dosen Pendidikan IPA IAIN
Ponorogo) “Kurang terampilnya Guru
dalamnya mengoperasikan IT,
kurangnya referensi/kurang update
pendidik terhadap aplikasi2
pembelajaran interaktif
2. Kepala Sekolah (Hartanto, M.Pd ,
SMPN 1 PAMULIHAN)
Sarana dan prasarana yang terbatas di
sekolah serta terbatasnya fasilitas
yang dimiliki peserta didik
3. .Pengawas (Ade Sudiana)
Guru sudah merasa berada di zona
nyaman dengan pembelajaran
konvensional
4. Teman Sejawat ( Yani Yuniawati,
S.Si Guru IPA dan Guru Penggerak Kab
Sumedang) “Kurangnya guru
mengikuti perkembangan zaman dan
menyesuaikan dengan karakter peserta
didik”

6 Metode Berdasarkan analisis


Pembelajaran yang Kajian Literasi dari hasil kajian
inovatif dan 1. Menurut Rahmawati dan Nuraida, literatur dan hasil
(2018) metode pembelajaran yang
bervariasi wawancara
digunakan masih menggunakan
metode pembelajaran konvensional penyebab Kurang
yaitu metode pembelajaran yang maksimalnya
berpusat pada guru. Guru cenderung implementasi model
mendominasi di dalam kelas ketika pembelajaran inovatif
pembelajaran berlangsung sedangkan di kelas adalah :
siswa lebih banyak mendengar 1. Pembelajaran
materi yang disampaikan oleh guru.
masih bersifat teacher
Pembelajaran seperti ini kurang
memperhatikan aktivitas siswa, center
interaksi siswa dan pembangunan 2. Model
pengetahuan. Suasana kelas selama Pembelajaran yang
pembelajaran berlangsung sangat di gunakan belum
monoton dan menyebabkan siswa pasif
atau kurang berpartisipasi aktif dalam memberikan
proses pembelajaran didalam kelas. Hal kesempatan untuk
ini tentu akan mengakibatkan rendahnya peserta didik
hasil belajar siswa
berperan aktif dalam
2. Siswa yang masih mengalami kendala
atau kesulitan untuk memahami materi pembelajaran.
belajar tentang IPA di sebabkan oleh 3. Kurang
kurang bervariasinya model dan media disesuaikan dengan
dalam proses pembelajaran sehingga kondisi
minat peserta didik untuk belajar awal siswa,
menjadi harusnya ada
kurang maksimal. Pembelajaran yang
asesmen
tidak menggunakan model/pendekatan
dan media pembelajaran diagnostik diawal
menyebabkan siswa kurang memiliki pembelajaran
minat dan keaktifan dalam belajar.
Siswa yang aktif hanyalah siswa yang
pintar saja, dan
siswa yang memiliki kemampuan
kurang hanya akan menjadi
pendengar. Sehingga hal ini
mengakibatkan siswa memiliki hasil
belajar yang kurang maksimal (Arsita
& Dibia :2020).
3. Beberapa penulis menggambarkan
siswa Tiongkok sebagai pembelajar
hafalan yang pasif sementara studi
penelitian menunjukkan bahwa siswa
Tiongkok mungkin mengadopsi
pendekatan belajar yang berbeda yang
menggabungkan menghafal dengan
pemahaman Pembelajaran hafalan
bukanlah suatu fenomena yang khusus
terjadi pada pembelajar bahasa
Mandarin, melainkan suatu fenomena
yang bersifat universal (Yuachen:2018)

Wawancara:
1. Pakar (Rahmi Faradisya Ekapti, M.Pd
dosen Pendidikan IPA IAIN Ponorogo)
“Kurang disesuaikan dengan kondisi
awal siswa, harusnya ada asesmen
diagnostik diawal pembelajaran”
2. Kepala Sekolah (Hartanto, M.Pd ,
SMPN 1 PAMULIHAN)
“Guru masih berpikir mengejar
penyampaian materi pembelajaran, serta
belum
mau menerima hal hal inovatif yang
baru atau praktik baik untuk
mencobanya”
3. Pengawas
Kurangnya wawasan dan
pemahaman guru terhadap model-
model
pembelajaran yang sesuai konsep materi
pembelajaran
4. Teman Sejawat
(Yani Yuniawati, S.Si Guru IPA
dan Guru Penggerak Kab Sumedang)
“Guru harus selalu mengupdate ilmu
sesuai kodrat zaman”

7 Masih kurangnya Berdasarkan analisis


minat membaca Kajian Literasi dari hasil kajian
pada peserta didik 1. Rendahnya kemampuan literasi literatur dan hasil
numerasi peserta didik dipengaruhi
pada Pelajaran wawancara penyebab
beberapa faktor. Faktor-faktor
IPA materi sistem tersebut dapat berasal dari dalam masih lemahnya
pencernaan diri peserta didik maupun pengaruh kemampuan dasar
makanan dikelas dari luar. Contoh faktor dari luar analisis
5. peserta didik adalah lingkungan yang kuantitatif peserta
tidak mendukung proses pembelajaran. didik :
Faktor psikologis dan mindset peserta 1. Proses
didik dapat menjadi salah satu
pembelajaran
contoh faktor dari dalam (Salsabilah
& Kurniasih : 2022). cenderung
2. Rendahnya kemampuan literasi sains tidak memberikan
siswa Indonesia disebabkan oleh banyak kesempatan
hal yaitu sistem pendidikan, kepada siswa untuk
kurikulum, model dan metode memahami
pembelajaran, sumber belajar, dan bahan fenomena sehari-hari.
ajar yang belum mendukung untuk
2. saat proses
meningkatkan kemampuan literasi sains.
Proses pembelajaran cenderung tidak pembelajaran peserta
memberikan kesempatan kepada didik minim
siswa untuk memahami fenomena melakukan kegiatan
sehari-hari. Selama proses yang bersifat
pembelajaran masih jarang siswa eksperimental
yang mengajukan pertanyaan dan bermakna ataupun
menyampaikan pendapat, sehingga
kegiatan –
siswa sulit untuk mengomunikasikan
dan kegiatan bernuansa
mengaitkan pengetahuan yang penyelidikan
dimiliki dengan topik-topik sains ilmiah
(Alatas & Fauziah,: 2020). 3. Tujuan
3. Menurut Muzijah, dkk (2020) saat pembelajaran yang
proses pembelajaran peserta didik minim
disusun
melakukan kegiatan yang bersifat
eksperimental bermakna ataupun guru masih belum
kegiatan – kegiatan bernuansa terfokus pada
penyelidikan ilmiah sehingga tidak aspek Taksonomi
memungkinkan peserta didik tidak
Bloom-Anderson
memiliki kesempatan untuk
mengkonstruksikan pengetahuannya di tahapan C1 atau
sendiri. C2”

Wawancara:
1. Pakar (Rahmi Faradisya Ekapti, M.Pd
dosen Pendidikan IPA IAIN Ponorogo)
“Kurangnya diberikan asesmen yang
melatihkan kemampuan analisis, soal2
yang biasa diberikan Guru masih banyak
yang level C1, C2, atau hafalan”
2. Kepala Sekolah (Hartanto, M.Pd ,
SMPN 1 PAMULIHAN)
“karena rendahnya minat baca siswa”
3. Pengawas (Ade Sudiana)
“Ya, karena tujuan pembelajaran yang
disusun guru masih belum terfokus pada
aspek Taksonomi Bloom-Anderson di
tahapan C1 atau C2”
4. Teman Sejawat (Yani Yuniawati,
S.Si Guru IPA dan Guru Penggerak
Kab
Sumedang)
“Kemampuan dasar analisis siswa masih
lemah karena siswa jarang diberikan
materi materi atau soal yang menantang
dalam proses penyelesaianya”

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, M. J., & Nelwati, S. (2020). Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik di SMP
Negeri 1 Painan. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan dan Konseling Islami, 6(2),
148-156.
Pratiwi, S. E., & Maftujianah, M. (2023). Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas 8 Di Smpn 2 Kalisat.
ScienceEdu, 6(1), 64-74.
Rohman, A. A., & Karimah, S. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
motivasi belajar siswa kelas XI. Jurnal At-Taqaddum, 10(1), 95-108.
Salsabilah, A. P., & Kurniasih, M. D. (2022). Analisis kemampuan literasi numerasi
ditinjau dari efikasi diri pada peserta didik SMP. Edumatica: Jurnal Pendidikan Matematika,
12(02), 138-149.
Afifah, S. (2021). Peran Orang Tua Dalam Memotivasi Belajar Siswa Kelas Ix Selama
Pandemi Covid 19 Di Smp Negeri 1 Karangdowo Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran
2020/2021 (Doctoral Dissertation, Universitas Widya Dharma Klaten)
Wajdi, F. (2021). Manajemen Perkembangan Siswa SD Melalui Peran Guru Dan Orang
Tua Pada Masa Pandemi. JAMP: Jurnal Administrasi Dan Manajemen Pendidikan, 4(1), 41-
50
Karter, J., Tandi, H. Y., & Gagaramusu, Y. (2014). Hubungan komunikasi orang tua
dan guru dengan prestasi belajar siswa SDN Inpres 2 Lolu. Jurnal Dikdas, 2(1).
Yuhao Cen (2018) Teaching for developmental growth: learning partnerships and
student development in graduate education in China, Teaching in Higher Education, 23:1, 30-
46, DOI: 10.1080/13562517.2017.1359156
Rahmawati, L., & Nuraida, D. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
Cooperative Scriptyang Dipadu denganThink Pair Share untuk meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Biologi. In Proceeding Biology Education
Conference: Biology, Science, Enviromental, and Learning (Vol. 15, No. 1, pp. 153-158).
Arsita, D. R., & Dibia, K. (2020). Peningkatan hasil belajar IPA melalui
model pembelajaran group investigation berbantuan media konkret. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan, 4(2), 262-269.
Nurochman, R. (2022). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) Dengan Pendekatan Blended Learning Terhadap Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Siswa SMP/MTs Pada Materi Sistem Gerak Manusia. Journal of
Natural Sciences Learning, 1(1), 61-6
Antara, I. G. W. S., Suma, K., & Parmiti, D. P. (2022). E-Scrapbook: Konstruksi Media
Pembelajaran Digital Bermuatan Soal-soal Higher Order Thinking Skills. Jurnal Edutech
Undiksha, 10(1), 11-20.
Selpiyanti, S. (2022). Pengembangan Modul Ipa Berbasis Socio-Scientific Issue (Ssi)
Untuk Meningkatkan Higher Order Thinking Skill (Hots) Pada Mata Pelajaran Ipa Untuk
Siswa Kelas Vii Smp (Doctoral dissertation, UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu)
Helen Drenoyianni & Paris Kourtis. (2022) Investigating the development of higher
order thinking in an elementary classroom: results from a mixed methods study. Education 3-
13 0:0, pages 1-19.
Dhaniawaty, R. P., Suci, A. L., & Hardiyana, B. (2021). Aplikasi Pembelajaran
Multimedia Interaktif Mata Pelajaran IPA Mengenai Sistem Pencernaan Manusia Untuk
Siswa SMP Kelas VII. Jurnal Teknologi dan Informasi, 11(2), 183-194.
Abdi, A., Aristya, P. D., & Budiarso, A. S. (2023). Pengembangan modul flipbook
digital berbasis stem materi sistem pencernaan manusia untuk meningkatkan literasi sains.
Lensa (Lentera Sains): Jurnal Pendidikan IPA, 13(1), 57-66.
Yunia, N. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Komik Digital Biologi Berbasis
Nilai Karakter Pada Materi Pokok Sistem Pencernaan Makanan Untuk Kelas Viii Mts Negeri
1 Bandar Lampung (Doctoral dissertation, Iain Raden Intan Lampung).
Alatas, F., & Fauziah, L. (2020). Model problem based learning untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains pada konsep pemanasan global. JIPVA (Jurnal
Pendidikan IPA Veteran), 4(2), 102-113.
Muzijah, R., Wati, M., & Mahtari, S. (2020). Pengembangan e-modul menggunakan
aplikasi Exe-Learning untuk melatih literasi sains. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika, 4(2), 89-
98

Anda mungkin juga menyukai