Anda di halaman 1dari 4

Imam Nawawi rahimahullah berkata,

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬ “Maksud (hamwu/ipar) dalam hadits tersebut


adalah kerabat suami selain bapak dan anak-
Membenahi Lingkungan Keluarga anaknya, karena mereka adalah mahram bagi
dan Masyarakat Agar Sesuai Syariat istri sehingga boleh bagi mereka berkhalwat
dengan istrinya dan mereka tidaklah disifati
(bag. 1) dengan maut.” Ia juga berkata, “Yang
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam dimaksud (dalam hadits tersebut) adalah
semoga terlimpah kepada Rasulullah, kepada saudara, putera saudara, paman, anak
keluarganya, kepada para sahabatnya dan paman, putera saudari dan lainnya yang halal
orang-orang yang mengikutinya hingga hari dinikahi jika ia belum menikah, dan biasanya
Kiamat, amma ba’du: hal ini diremehkan, sehingga seorang saudara
ada yang berduaan dengan istri saudaranya,
Kita diperintahkan menjalankan syariat Islam
maka Beliau memiripkannya dengan maut,
secara kaffah, termasuk ketika di rumah dan
hal ini tentu lebih dilarang daripada ajnabi
di masyarakat. Berikut ini merupakan risalah
(yang bukan kerabat). (Fathul Bari 9/331)
tentang pembenahan rumah dan masyarakat
agar berada di atas cahaya syariat, semoga Adapun kalimat “Ipar adalah maut” ada
risalah ini Allah jadikan ikhlas karena-Nya dan beberapa maksud, di antaranya:
bermanfaat, Allahumma amin.
Pertama, bahwa berkhalwat (berduaan)
A. Bahaya masuknya kerabat suami yang dengan ipar dapat membinasakan agama jika
bukan mahram ke dalam rumah istri yang sampai terjadi maksiat.
suaminya sedang tidak ada
Kedua, bisa membawa kepada kematian jika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sampai terjadi perbuatan keji (zina) dan wajib
bersabda: dirajam.

‫ِإَّي اُك ْم َو الُّد ُخ وَل َعَلى الِّنَس اِء َفَق اَل َرُج ٌل ِم ْن اَأْلْنَص اِر َي ا‬ Ketiga, bisa membawa kebinasaan bagi si istri
karena suaminya akan berpisah dengannya
‫ِه‬
‫َرُس وَل الَّل َأَفَر َأْيَت اَحْلْم َو َقاَل اَحْلْم ُو اْلَمْو ُت‬ apabila rasa cemburu membuatnya
menceraikannya.
“Hindarilah olehmu masuk menemui
wanita!” Lalu salah seorang dari kaum Anshar Keempat, bisa maksudnya, “Jauhilah
berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana berkhalwat kepada ajnabiyyah (wanita yang
menurutmu dengan ipar?” Beliau menjawab, bukan mahram) sebagaimana kamu berhati-
“Ipar adalah maut.” (HR. Bukhari dan Muslim) hati kepada kematian.

‫اَل ْخَيُلَو َّن َرُج ٌل ِباْم َر َأٍة ِإاَّل َك اَن َثاِلَثُه َم ا الَّش ْيَطاُن‬
Kelima, bahwa berkhalwat dengan wanita
yang bukan mahramnya itu dibenci
“Tidaklah seorang laki-laki berduaan dengan sebagaimana kematian juga dibenci.
seorang wanita, kecuali yang ketiganya B. Hindari ikhtilath (bercampur baur antara
adalah setan.” (HR. Ahmad, Tirmidzi dan lawan jenis)
Hakim dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
dalam Shahihul Jami’ no. 2546) Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

1
Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) lebih dekat dengan lelaki) (HR. Muslim).
kepada mereka (istri-istri Nabi), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga
mintalah dari belakang tabir. Cara yang ketika selesai salam, maka Beliau diam
demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati sejenak agar kaum wanita berkesempatan
mereka. “ (Terj. QS: Al Ahzab: 53) keluar lebih dahulu dan tidak bersamaan
dengan kaum lelaki (HR. Bukhari).
‫ ص لى اهلل‬- ‫َعْن َأيِب ُأَس ْيٍد ْاَألْنَص اِر ِّي َأَّن ُه ِمَس َع َرُس ْو َل اِهلل‬
Ini semua merupakan dalil yang melarang
‫ َيُق ْو ُل َو ُه َو َخ اِر ٌج ِم َن اْلَمْس ِج ِد َفاْخ َتَلَط‬- ‫علي ه وسلم‬ ikhthilat (campur baur dan tidak dipisah)
‫ ص لى‬- ‫الِّر َج اُل َم َع الِّنَس اِء يِف الَّطِر ْي ِق َفَق اَل َرُس ْو ُل اِهلل‬ antara laki-laki dan wanita. Oleh karena itu,
hendaknya tempat-tempat berkumpul seperti
‫ ِاْس َتْأِخ ْر َن َف ِإَّن َلْيَس َلُك َّن َأْن‬: ‫ ِلِنَس اٍء‬- ‫اهلل علي ه وسلم‬ sekolah-sekolah, tempat walimah dan
lainnya, memisahkan antara laki-laki dengan
‫ْحَتُقْق َن الَّطِر ْي َق َعَلْيُك َّن َحِباَّف اِت الَّطِر ْي ِق َفَك اَنِت اْلَم ْر َأُة‬ perempuan.
‫َتْلَتِص ُق ِباِجْلَد اِر َح ىَّت ِإَّن َثْو َبَه ا َلَيَتَعَّل ُق ِباِجْلَد اِر ِم ْن ُلُصْو ِقَه ا‬ C. Hati-hati berduaan dengan pembantu
‫ِبِه‬ yang bukan mahram
‫ِع‬ ‫ِلٍد‬ ‫ِد‬
Dari Abu Usaid Al Anshariy bahwa ia ‫َعْن َأيِب ُه َر ْيَر َة َو َز ْي ْبِن َخ ا َقااَل ُك َّنا ْنَد الَّنِّيِب َص َّلى الَّل ُه‬
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa ‫َعَلْيِه َو َس َّلَم َفَق اَم َرُج ٌل َفَق اَل َأْنُشُد َك الَّل َه ِإاَّل َقَضْيَت َبْيَنَن ا‬
sallam bersabda ketika Beliau di luar masjid,
di mana ketika itu kaum lelaki dan wanita ‫ِبِكَتاِب الَّلِه َفَق اَم َخْص ُم ُه َو َك اَن َأْفَق َه ِم ْن ُه َفَق اَل اْقِض َبْيَنَن ا‬
bercampur baur di jalan, "Hendaklah kalian ‫ِبِكَت اِب الَّل ِه َو ْأَذْن يِل َق اَل ُق ْل َق اَل ِإَّن اْبيِن َك اَن َعِس يًف ا‬
(wanita) memperlambat dalam berjalan,
karena kalian tidak berhak melewati jalan ‫َعَلى َه َذ ا َفَز ىَن ِباْم َر َأِتِه َفاْفَتَد ْيُت ِم ْن ُه ِمِباَئ ِة َش اٍة َو َخ اِدٍم َّمُث‬
tengah, halian harus melewati pinggir jalan."
ketika itu kaum wanita ke dinding sehingga ‫َس َأْلُت ِر َج ااًل ِم ْن َأْه ِل اْلِعْلِم َف َأْخ َبُر ويِن َأَّن َعَلى اْبيِن َج ْل َد‬
kainnya menggantung di dinding karena ‫ِم اَئ ٍة َو َتْغ ِر يَب َع اٍم َو َعَلى اْم َر َأِتِه ال َّر ْج َم َفَق اَل الَّنُّيِب َص َّلى‬
menempel." (HR. Abu Dawud, dihasankan
oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah ‫الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم َو اَّل ِذ ي َنْف ِس ي ِبَي ِدِه َأَلْقِض َّنَي َبْيَنُك َم ا‬
‫ٍة ِد‬ ‫ِذ‬
‫ِبِكَت اِب الَّل ِه َج َّل ْك ُر ُه اْلِم اَئ ُة َش ا َو اَخْلا ُم َر ٌّد َعَلْي َك‬
(856) dan Al Misykaat (4727)).
Ayat dan hadits di atas adalah salah satu di
‫َو َعَلى اْبِن َك َج ْل ُد ِم اَئ ٍة َو َتْغ ِر يُب َع اٍم َو اْغ ُد َي ا ُأَنْيُس َعَلى‬
antara sekian dalil yang melarang ikhtilah dan
‫ِة‬
memerintahkan agar menempuh jalan yang ‫اْم َر َأ َه َذ ا َف ِإْن اْع َتَر َفْت َفاْر ْمُجَه ا َفَغ َد ا َعَلْيَه ا َف اْع َتَر َفْت‬
dapat menjauhkan dari terjadinya fitnah. Di
antara dalil lainnya, adalah bahwa di zaman ‫َفَر َمَجَه ا‬
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika
Dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid ia
melaksanakan shalat di masjid, maka kaum
berkata, “Kami berada di sisi Nabi shallallahu
wanita ditempatkan oleh Beliau di belakang,
'alaihi wasallam, tiba-tiba seorang laki-laki
sedangkan kaum lelaki di depan, Beliau juga
berdiri dan berkata, “Saya bersumpah atas
menjelaskan bahwa sebaik-baik shaf bagi
nama Allah kepadamu, putuskanlah perkara
wanita adalah yang belakang, sedangkan shaf
di antara kami dengan kitabullah.” Lantas
yang paling buruk adalah yang depan (yang
2
berdirilah lawan sengketanya yang lebih faqih baginya daripada ia menyentuh wanita yang
dari dia dan berkata, “Putuskanlah di antara tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dari Ma’qil
kami dengan kitabullah, dan izinkanlah aku bin Yasar, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani
untuk bicara." Nabi shallallahu 'alaihi wa dalam Shahihul Jami’ no. 5045)
sallam berkata, "Bicaralah.” Lanjutnya,
Syaikh Ibnu Baz berkata, “Tidak boleh
“Anakku menjadi pekerja laki-laki ini,
berjabat tangan dengan wanita yang bukan
kemudian anakku berzina dengan istrinya,
mahram secara mutlak, baik wanita itu masih
maka aku menebusnya dengan seratus ekor
muda atau sudah tua, dan sama saja baik
kambing dan satu pembantu, kemudian aku
yang menjabat tangan itu pemuda atau orang
bertanya kepada beberapa ahli ilmu, mereka
tua, karena di dalamnya terdapat bahaya
mengabarkanku bahwa anakku harus didera
fitnah bagi masing-masingnya. Telah sahih
seratus kali dan diasingkan selama setahun,
dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
sedang istrinya harus dirajam.” Maka Nabi
bahwa Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Demi
tidak berjabat tangan dengan kaum wanita.”
Allah yang jiwaku di Tangan-Nya, aku akan
Aisyah juga berkata, ”Tangan Rasulullah
memutuskan di antara kalian dengan kitab
shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah
Allah yang agung sebutan-Nya. Seratus ekor
menyentuh tangan seorang wanita pun.
unta dan pembantu dikembalikan kepadamu,
Beliau tidaklah membai’at mereka kecuali
anakmu dicambuk sebanyak seratus kali dan
dengan ucapan.” Dan tidak ada bedanya, baik
diasingkan selama setahun, dan pergilah
berjabat tangannya pakai penghalang
Unais ke istri orang ini, jikau dia
maupun tidak karena keumuman dalil dan
mengakuinya, maka rajamilah dia." Unais
untuk menjaga jalan yang mengarah kepada
akhirnya pergi menemui istri orang tersebut,
fitnah, wallahu waliyyut taufiq.” (Fatawa An
dan dia mengakuinya, maka ia merajamnya.”
Nazhar wal Khalwah walIkhthilat hal. 81-82)
(HR. Bukhari)
E. Perintah mengeluarkan orang yang banci
Kalau memang kita butuh sekali kepada
dari rumah
pembantu, maka sebaiknya kita hadirkan
sesuai kebutuhan, setelah selesai ia kembali Banci atau dalam bahasa Arab disebut
dan tidak memberikan kesempatan mukhannits artinya orang yang menyerupai
kepadanya untuk berkhalwat dengan istri wanita baik dalam tingkah lakunya, geraknya,
kita. gaya bicara, dsb. Jika tabiat asalnya seperti
itu, maka ia tidak dicela tetapi ia wajib
D. Hindari berjabat tangan dengan wanita
berusaha semampunya merubah sifat
yang bukan mahram
tersebut. Tetapi jika ia sengaja meniru
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wanita, maka ia telah berdosa besar karena
bersabda: akan mendapat laknat Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam.
‫ِم‬ ‫ِد ِمِب ٍط ِم ِد ٍد‬
‫َأَلْن ُيْطَعَن يِف َر ْأِس َأَح ُك ْم ْخ َي ْن َح ْي َخ ْيٌر َل ُه ْن‬ ‫ِه َّل‬ ‫َّل َّل‬
‫ِحَت‬
‫َأْن َمَيَّس اْم َر َأًة َال ُّل َلُه‬ ‫َعْن اْبِن َعَّب اٍس َق اَل َلَعَن الَّنُّيِب َص ى ال ُه َعَلْي َو َس َم‬
‫اْلُم َخ َّنِثَني ِم ْن الِّر َج اِل َو اْلُم َتَر ِّجاَل ِت ِم ْن الِّنَس اِء َو َق اَل‬
“Sungguh, ditusuknya kepala salah seorang di
antara kamu dengan jarum besi itu lebih baik
3
‫الَّن َّلى الَّل َل ِه‬ ‫ِت‬ ‫ِم‬
‫َأْخ ِر ُج وُه ْم ْن ُبُي و ُك ْم َق اَل َف َأْخ َر َج ُّيِب َص‬
dan hal ini dapat membuat fitnah lelaki, maka
‫ُه َع ْي‬ mulai saat itu Beliau tidak mengizinkan banci
‫َو َس َّلَم ُفاَل ًنا َو َأْخ َرَج ُعَمُر ُفاَل ًنا‬ masuk rumah.
‫َة َأَّن الَّن َّلى الَّل َل ِه َّل ُأ ُمِب َّنٍث‬
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia
berkata, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
‫ُه َع ْي َو َس َم َيِت َخ‬ ‫َّيِب َص‬ ‫َعْن َأيِب ُه َر ْيَر‬
‫َقْد َّض َد ِه ِر َل ِه ِباِحْلَّناِء َق اَل الَّن َّلى الَّل َل ِه‬
melaknat laki-laki yang bertingkah laku ‫ُّيِب َص ُه َع ْي‬ ‫َف‬ ‫َخ َب َي ْي َو ْج ْي‬
‫ِء‬ ‫ِب‬ ‫ِه‬ ‫َّل‬ ‫ِق‬ ‫َّل‬
‫َو َس َم َم ا َباُل َه َذ ا َف يَل َيا َرُس وَل ال َيَتَش َّبُه الِّنَس ا َفَأَم َر‬
seperti perempuan dan wanita yang
bertingkah laku seperti laki-laki. Beliau
bersabda, “Keluarkanlah mereka dari ‫ِب ِه َفُنِف َي ِإىَل الَّنِق ي ِع َفَق اُلوا َي ا َرُس وَل الَّل ِه َأاَل َنْق ُتُل ُه َفَق اَل‬
‫ِهُن‬
‫ِإيِّن يُت َعْن َقْتِل اْلُم َص ِّلَني‬
rumahmu.” Ibnu Abbas berkata, “Maka Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam mengeluarkan si
fulan, dan Umar juga mengeluarkan si fulan.” Dari Abu Hurairah, bahwa ada seorang banci
(HR. Bukhari) yang dihadapkan kepada Nabi shallallahu
‫َّلى الَّل َل ِه‬ ‫ِض‬ 'alaihi wa sallam, dimana ia telah mewarnai
‫ُه َع ْي‬ ‫َعْن ُأِّم َس َلَم َة َر َي الَّل ُه َعْنَه ا َأَّن الَّنَّيِب َص‬ (kuku) kedua tangan dan kakinya dengan inai.
‫َو َس َّلَم َك اَن ِعْنَد َه ا َو يِف اْلَبْيِت َخُمَّنٌث َفَق اَل اْلُم َخ َّنُث َأِلِخ ي‬ Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
‫ِئ‬ ‫ِد ِه‬ bersabda, “Ada apa dengan orang ini?” Maka
‫ُأِّم َس َلَم َة َعْب الَّل ْبِن َأيِب ُأَم َّي َة ِإْن َفَتَح الَّل ُه َلُك ْم الَّط ا َف‬ dikatakan, “Wahai Rasulullah, ia menyerupai
‫ِب‬ ‫ِب ِب‬ ‫ِإ‬ ‫ِب ِت‬ ‫ُّل‬
‫َغ ًد ا َأُد َك َعَلى ْن َغْياَل َن َف َّنَه ا ُتْق ُل َأْر َبٍع َو ُت ْد ُر‬
wanita.” Maka Beliau memerintahkan agar
orang tersebut dibawa dan diasingkan ke
‫ِبَثَم اٍن َفَق اَل الَّنُّيِب َص َّلى الَّل ُه َعَلْي ِه َو َس َّلَم اَل َي ْد ُخ َلَّن َه َذ ا‬ Naqi’ (pinggiran Madinah). Para sahabat
berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita
‫َعَلْيُك َّن‬ membunuhnya saja?” Beliau bersabda,
“Sesungguhnya aku dilarang membunuh
Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, orang-orang yang shalat.” (HR. Abu Dawud
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan lainnya, lihat shahihul Jami’ no. 2502)
sedang berada di dekatnya, ketika itu di
rumah ada orang banci. Banci itu berkata Bersambung…
kepada saudara Ummu Salamah, yaitu Marwan bin Musa
Abdullah bin Abi Umayyah, “Jika besok Allah
Maraji’: Akhthar tuhaddidul buyut (Syaikh M. bin Shalih
memberikan kemenangan kepadamu Al Munajjid), Fatawa an Nazhar wal Khalwat wal
terhadap Thaif, maukah kamu aku tunjukkan Ikhthilat (Lajnah Da’imah, Syaikh Ibnu Baz, Syaikh Ibnu
puteri Ghailan, karena ia nenghadap dengan ’Utsamin, Syaikh Ibnu Jibrin), Al Mausu’ah Al
Haditsiyyah Al Mushaghgharah (Markaz Nurul Islam
empat anggota badannya dan membelakangi
Liabhaatsil Qur’ani was Sunnah), Al Maktabatusy
dengan delapan anggota badannya.” Maka Syamilah dll.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah sekali-kali orang ini masuk ke
rumah kamu.” (HR. Bukhari)
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mengetahui bahwa ternyata banci membawa
mafsadat, yaitu bisa menyifati fisik wanita
4

Anda mungkin juga menyukai