Anda di halaman 1dari 22

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


TERHADAP PEMAHAMAN SISWA TENTANG BILANGAN
PULUHAN DAN SATUAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )

Oleh : N Wiharti, S.Pd


NIM : 2314115

SDN WANASARI II KECAMATAN CIPUNAGARA KABUPATEN


SUBANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Alloh SWT karena atas berkat, rahmat
dan ridho-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Peneltian Tindakan Kelas ( PTK ) yang berjudul
“Implementasi model pembelajaran problem based learning (PBL) terhadap pemahaman siswa
tentang bilangan Puluhan dan satuan”
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan PTK ini tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan dan sumbang saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Andi Junaedi,S.Pd selaku kepala sekolah yang telah memberi ijin dan memberi
arahan kepada peneliti.
2. Semua rekan guru dan tenaga kependidikan SD Negeri Wanasari II yang selalu mendukung
dan membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan
satu per-satu.
Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan kepada peneliti, mendapat pahala dan
rahmat dari Alloh SWT. Aamiin

Subang, 18 April 2022

Peneliti

ii
ABSTRAK

Permasalahan utama pada penelitian ini adalah kemampuan peserta didik rendah
dalam memahami nilai tempat bilangan puluhan dan satuan untuk peserta didik kelas I
SDN Wanasari II pada mata pelajaran Matematika. Salah satu faktor yang menyebabkan
kemampuan menentukan bilangan puluhan dan satuan peserta didik rendah adalah proses
pembelajaran masih menggunakan media konvensional yaitu dengan menggunakan
papan tulis dan pembelajaran hanya berpusat kepada guru serta membuat siswa pasif.
Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk mengetahui apakah media sumpit lidi
ini dapat meningkatkan kemapuan menentukan dan menghitung di kelas I SDN Wanasari
II Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang. Variabel yang menjadi sasaran perubahan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan kemampuan pemahaman peserta
didik, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media
sumpit lidi. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dua siklus dengan jumlah siswa
21 orang, setiap siklus terdiri dari perencanaan pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Dari hasil tindakan siklus I diperoleh hasil belajar terkait pemahaman untuk
menentukan bilangan puluhan dan satuan peserta didik dengan nilai rata-ratanya 69
dengan presentase siswa 52%. Hasil tindakan siklus II diperoleh hasil belajar mengenai
pemahaman menentukan bilangan puluhan dan satuan peserta didik dengan nilai rata-
ratanya 78,67 dengan presentase siswa 92%. Dengan demikian dapat disimpulkan
pembelajaran Matematika untuk menentukan bilangan puluhan dan satuan dengan
penggunaan media sumpit lidi dapat meingkatkan kemampuan pemahaman peserta didik
di kelas I SD Negeri Wanasari II Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang.

Kata Kunci: Menentukan puluhan dan satuan, Media Sumpit Lidi.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..…………….i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………ii
ABSTRAK………………………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..……iv
I. PENDAHULUAN………………………………………………………………1
II. METODE PENELITIAN……………………………………………………….5
III. HASILPENELITIAN…………………………………………………………...9
IV. PENUTUP………………………………………………………………………17
V. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..18

iv
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep bilangan puluhan dan satuan adalah dasar penting dalam matematika. Dalam
sistem bilangan desimal, angka-angka ditempatkan dalam posisi yang menunjukkan nilai relatif
mereka.
Puluhan merujuk pada tempat nilai kedua dari sebelah kanan dalam suatu bilangan,
sedangkan satuan adalah tempat nilai terendah. Sebagai contoh, dalam bilangan 63, 6 adalah
digit puluhan dan 3 adalah digit satuan.
Pemahaman tentang konsep ini membantu dalam melakukan operasi matematika dasar
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Selain itu, pengetahuan ini juga
berguna dalam mengurutkan bilangan dan memahami pola-pola numerik.
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa Indonesia 2004, Standar
Kompetensi Mata Pelajaran menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir logis,
kritis, kreatif, dan tuntas dalam memahami serta menyelesaikan masalah matematika. Standar
Kompetensi tersebut terbagi menjadi beberapa aspek, seperti Mengidentifikasi dan
Menyelesaikan Masalah, Memahami Konsep Matematika, Menerapkan Pengetahuan dan
Keterampilan Matematika, Komunikasi Matematis, Memiliki Sikap Positif Terhadap
Matematika, Memiliki Keterampilan Berpikir Matematis.
Penggunaan model pembelajaran dan media sangat membantu dalam memahami
tentang menentukan bilangnan puluhan dan satuan bagi peserta didik kelas satu SD merupakan
hal yang mutlak diperlukan, anak kelas satu SD yang pada umumnya baru berusia enam tahun
masih berada pada taraf berfikir konkret, yaitu anak akan mudah mengenali hal-hal yang
bersifat nyata. Disamping itu, dengan alat bantu yang digunakan oleh guru secara bervariasi
akan membangkitkan minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Salah satu media yang
memungkinkan digunakan oleh guru dalam menentukan bilangan puluhan dan satuan ini
adalah melalui media sumpit lidi.
Dari uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
tindakan kelas yang berjudul “implementasi model pembelajaran problem based learning
(PBL) terhadap pemahaman pserta didk tentang bilangan puluhan dan satuan”.

1
Pengertian Memahami nilai bilangan puluhan dan satuan
Memahami nilai bilangan puluhan dan satuan adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi dan menginterpretasikan bagaimana suatu bilangan terdiri dari digit-digit
yang mewakili nilai tempat tertentu dalam sistem bilangan desimal.
Dalam sistem bilangan desimal, bilangan-bilangan disusun berdasarkan tempat-nilai atau posisi
dari digit-digitnya. Digit-digit ini memiliki nilai yang berbeda tergantung pada posisi mereka
dalam bilangan tersebut.
Memahami nilai bilangan puluhan dan satuan memungkinkan seseorang untuk:
1. Mengidentifikasi Tempat Nilai: Mampu menentukan posisi masing-masing digit dalam
suatu bilangan, apakah itu digit puluhan, satuan, ratusan, ribuan, dan seterusnya.
2. Menafsirkan Nilai Relatif: Memahami nilai relatif dari setiap digit dalam bilangan
berdasarkan posisi atau tempat nilainya.
3. Menggunakan Pengetahuan Ini dalam Operasi Matematika: Melakukan operasi matematika
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dengan memperhatikan nilai
tempat atau posisi digit-digit tersebut.
4. Membaca dan Menyusun Bilangan: Mampu membaca dan menulis bilangan berdasarkan
pemahaman akan nilai tempat digit-digitnya.
Pemahaman nilai bilangan puluhan dan satuan adalah landasan yang penting dalam
mempelajari matematika, karena membantu dalam membangun pemahaman yang lebih dalam
tentang sistem bilangan dan memfasilitasi pemecahan masalah matematika yang lebih
kompleks.

Metode Yang Digunakan Dalam Pembelajaran untuk menentukana bilangan puluhan


dan satuan
1. Manipulatif Matematika
Alat Bantu:
Gunakan manipulatif matematika seperti sumpit, blok bilangan, kelereng, kartu angka,
atau benda-benda fisik lain yang memungkinkan peserta didik untuk memvisualisasikan dan
memanipulasi bilangan.
Kegiatan:
Buatlah aktivitas dimana peserta didik menggunakan manipulatif untuk membangun
bilangan dan mengidentifikasi puluhan dan satuan.

2
Misalnya, gunakan blok bilangan untuk membentuk bilangan 2 digit dan mintapeserta didik
mengidentifikasi digit puluhan dan satuan.
2. Permainan Edukatif
Games:
Gunakan permainan matematika yang interaktif seperti papan permainan, permainan
kartu, atau aplikasi permainan yang memungkinkan peserta didik berlatih dalam menentukan
puluhan dan satuan.
3. Aktivitas Kolaboratif
Kerja Kelompok:
Adakan aktivitas dimana peserta didik bekerja sama dalam kelompok untuk
menyelesaikan masalah yang melibatkan penentuan bilangan puluhan dan satuan.
Misalnya, mereka dapat membuat permainan sendiri yang mewajibkan pemain
mengidentifikasi digit puluhan dan satuan untuk maju.

Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemampuan atau keterampilan belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan
metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran/pelatihan.
Media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran
seperti : buku, film, video dan sebagainya (Briggs, 1977 dalam http://belajarpsikologi.com).
Media juga seringkali diartikan sebagai alat yang dapat dilihat dan didengar.
Alat-alat ini dipakai dalam pengajaran dengan maksud untuk membuat cara
berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat-alat ini, guru dan peserta
didik dapat berkomunikasi lebih mantap, hidup dan interaksinya bersifat banyak arah

Alat Peraga Sumpit


Alat adalah sarana yang sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar. Alat peraga menurut Depdiknas (2003) adalah benda/alat yang digunakan
untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip/prosedur tertentu agar tampak lebih
nyata/kongkret. Jadi Alat Peraga adalah sarana yang digunakan oleh guru untuk menunjang
proses belajar mengajar didalam kelas agar pembelajaran tampak lebih nyata/kongkret
sehingga peserta didik lebih mengerti.

3
Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok (4-5 siswa). Guru memutar
video pembelajaran tentang “nilai tempat bilangan” yang ditampilkan guru melalui LCD
Proyektor. Guru bertanya kepada peserta didik tentang nama dan lambang bilangan 11 sampai
dengan 20. Guru meminta seorang peserta didik untuk mengambil 11 batang sumpit lalu
dimasukkan pada gelas merah 10 sumpit. Sisa 1 sumpit pada gelas berwarna hijau. Guru
meminta peserta didik untuk menjelaskan arti dari gelas merah dan hijau berdasarkan jumlah
sumpit yang dimasukkan. Guru menjelaskan tentang bilangan satuan dan puluhan. Kemudian
guru meminta beberapa peserta didik maju ke depan untuk melakukan dengan bilangan yang
berbeda
Penggunaan Sumpit ini sangat menarik perhatian peserta didik dan sangat mudah digunakan
dalam pengajaran menentukan bilangan puluhan dan satuan.

Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan/dugaan sementara sebagai berikut :
"Jika peserta didik terlibat aktif dalam aktivitas yang menggunakan sumpit sebagai alat
peraga untuk merepresentasikan bilangan, mereka akan memiliki pemahaman yang lebih baik
terkait konsep bilangan puluhan dan satuan. Partisipasi aktif dalam kegiatan visual dan
manipulatif akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi dan
membedakan digit puluhan dan satuan dalam bilangan."
Hipotesis ini didasarkan pada asumsi bahwa keterlibatan langsung peserta didik dengan
alat peraga sumpit akan memberikan pengalaman konkret yang membantu mereka memahami
konsep tersebut dengan lebih baik.
Melalui penggunaan sumpit, peserta didik dapat secara visual dan manipulatif
memanipulasi digit-digit bilangan, yang diharapkan akan memperkuat pemahaman mereka
tentang nilai tempat dalam bilangan.

4
BAB II
METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang melibatkan guru sebagai peneliti dalam
meningkatkan dan memperbaiki masalah-masalah pada proses pembelajaran peserta didik di
kelas dengan membuat rencana terlebih dahulu, kemudian melaksanakan, mengamati dan
memberi refleksi tindakan terhadap kegiatan melalui siklus.
Problem-Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan
pada pengalaman belajar yang berpusat pada pemecahan masalah. Dalam konteks penelitian
mengenai penggunaan sumpit sebagai alat peraga untuk pembelajaran bilangan puluhan dan
satuan, pendekatan PBL dapat diadaptasi sebagai metode penelitian. Berikut adalah cara PBL
dapat diterapkan dalam penelitian tersebut.

Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Wanasari II Kecamatan Cipunagara,
Kabupaten Subang di kelas I tahun pelajaran 2021/2022. Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2022

Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas I sebanyak 21 peserta didik yang terdiri
dari 12 peserta didik laki-laki dan 9 peserta didik perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di
SDN Wanasari II Cipunagara Subang.

Variabel Penelitian
1. Variabel Independen:
a. Penggunaan Sumpit: Variabel ini mengacu pada penggunaan sumpit sebagai alat peraga
dalam pembelajaran.
b. Metode Pembelajaran Alternatif: Mungkin ada metode-metode lain yang digunakan
sebagai perbandingan terhadap penggunaan sumpit, seperti metode konvensional atau
penggunaan alat peraga yang berbeda.

5
2. Variabel Dependen:
a. Pemahaman Konsep Bilangan: Seberapa baik peserta didik memahami konsep bilangan
puluhan dan satuan setelah terlibat dalam pembelajaran dengan menggunakan sumpit
b. Kemampuan Mengidentifikasi Puluhan dan Satuan: Tingkat kemampuan peserta didik
dalam mengidentifikasi digit puluhan dan satuan dalam representasi bilangan setelah
menggunakan sumpit.
c. Respon peserta didik terhadap Penggunaan Sumpit: Tanggapan peserta didik terhadap
pengalaman belajar dengan sumpit dalam konteks konsep bilangan.

Sumber Data
Sumber data yaitu aspek penelitian yang dapat memberikan informasi dan membantu
perluasan teori. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas I SD
Negeri Wanasari II Kecamatan Cipunagara Kabupaten Subang.

Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Dokumentasi
2. Observasi
3. Catatan Lapangan.

Tahap-Tahap Penelitan
Penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan tahap-tahap tindakan berupa:
1. Penentuan Masalah Penelitian:
Identifikasi topik atau permasalahan yang akan diteliti, seperti penggunaan sumpit dalam
pembelajaran bilangan puluhan dan satuan.
2. Perumusan Hipotesis atau Tujuan Penelitian:
Rumuskan hipotesis atau tujuan yang jelas terkait dengan efektivitas penggunaan sumpit
dalam pemahaman peserta didik tentang bilangan puluhan dan satuan.
3. Desain Penelitian:
Pilih desain penelitian yang sesuai, apakah itu eksperimental, studi kasus, atau metode
penelitian lain yang tepat untuk menguji hipotesis atau mencapai tujuan penelitian
4. Pengumpulan Data:

6
Lakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode-metode seperti observasi, tes,
wawancara, atau pengisian kuesioner terkait dengan pemahaman peserta didik tentang
konsep bilangan puluhan dan satuan setelah menggunakan sumpit.
5. Analisis Data:
Analisis data yang telah dikumpulkan untuk mengevaluasi hasil penelitian. Hal ini dapat
meliputi penggunaan statistik, analisis kualitatif, atau metode analisis data lainnya sesuai
dengan jenis data yang terkumpul.
6. Interpretasi Hasil:
Menganalisis hasil penelitian untuk menarik kesimpulan terkait dengan efektivitas
penggunaan sumpit dalam pembelajaran bilangan puluhan dan satuan.
7. Penyusunan Laporan Penelitian:
Menyusun laporan penelitian yang menggambarkan secara rinci seluruh proses penelitian,
mulai dari latar belakang, metode, hasil, analisis, kesimpulan, hingga rekomendasi.
8. Diseminasi Hasil:
Menyampaikan atau mempresentasikan hasil penelitian kepada komunitas ilmiah atau
pihak-pihak terkait lainnya, seperti sekolah, guru, atau peneliti lain yang berminat.

Tekhnik Analisis Data


Tekhnik Analisis data penelitian ini dilakukan dengan pengolahan data secara kualitatif.
Data diambil dari hasil aktivitas guru dan pserta didik yang diperoleh melalui lembar observasi
dianalisis dan dinyatakan dalam bentuk presentase yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana DSI = Daya Serap Individu

x 100%

Dimana KBK= Ketuntasan Belajar Klasikal

Siswa dikatakan tuntas klasikal jika lebih dari atau sama dengan 70% siswa. telah tuntas.
( Depdiknas : 2004 )

7
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian efektivitas penggunaan sumpit dalam
pembelajaran menentukan bilangan puluhan dan satuan dapat mencakup beberapa aspek yang
menjadi fokus penelitian.
Dalam penelitian ini, sebagai patokan keberhasilan bagi peneliti terkait pemahaman
peserta didik dalam menentukan nilai bilangan puluhan dan satuan untuk kelas I dengan

menggunakan media sumpit dengan daya serap individu minimal 70 dan ketuntasan belajar

klasikal minimal 70% dari jumlah peserta didik yang ada. Ketuntasan ini sesuai dengan kriteria

ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 yang diberlakukan di SDN Wanasari II Cipunagara

Subang

8
BAB III
HASIL DAN PENELITIAN

Hasil Tes Awal


Penelitian ini dilakukan di kelas I SD Negeri Wanasari II Kecamatan Cipunagara
Kabupaten Subang Tahun Pelajaran 2023/2024. Pelaksanaan tindakan kelas ini terdiri dari dua
siklus, setiap siklus meliputi empat tahapan yakni perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Sebelum pelaksanaan tindakan kelas, dilakukan tes kemampuan awal
untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik tentang menentukan bilangan puluhan dan
satuan. Berdasarkan hasil tes kemampuan awal diketahui bahwa kemampuan menentukan nilai
puluhan dan satuan peserta didik masih rendah. Hasil Tes pemahaman untuk menentukan
bilangan puluhan dan satuan pada kondisi awal sebelum pelaksanaan tindakan dengan nilai
rata-rata perolehan 61 dan ketuntasan belajar klasikal 24%.

Siklus I
Perencanaan yang dilakukan pada siklus I yakni menyusun perangkat pembelajaran,
merencanakan tujuan pembelajaran, menyiapkan alat dan bahan ajar serta instrument penelitian
yang meliputi evaluasi akhir tindakan, lembar observasi kegiatan guru dan peserta didk,
dengan tujuan meningkatkan kemampuan membaca permulaan peserta didik kelas 1 melalui
media sumpit. Pada kegiatan pembelajaran masih ada siswa yang tidak memperhatikan
penjelasan guru dan asyik bermain dengan teman sebangku sehingga menggangu teman yang
lain. Hal ini berakibat kurangnya konsentrasi teman yang lain dalam kegiatan pembelajaran.
Pelaporan hasil atau presentasi masih ada beberapa peserta didik kurang berani mengeluarkan
pendapat sehingga untuk mengatasi hal ini guru harus selalu memberi semangat agar dapat
membangkitkan keberanian peserta didik.

Hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa siklus I


Hasil pengamatan aktivitas guru di siklus I berada pada kategori sangat baik dengan
presentase nilai rata-rata 90%. Aspek yang masih perlu ditingkatkan oleh guru dalam proses
pembelajaran pada siklus I adalah selalu memberi semangat kepada peserta didik agar dapat
meningkatkan keberanian peserta didik dalam menggunakan media pembelajaran sumpit. Hal
ini disebabkan karena peserta didik belum terbiasa menggunakan media atau alat peraga dalam
kegiatan pembelajaran.

9
Hasil pengamatan aktivitas peserta didk di siklus I berada pada kategori cukup dengan
presentase nilai rata-rata 61%. Hal itu disebabkan karena pada siklus I peserta didk belum
terbiasa menggunakan alat/media pembelajaran. Peserta didk juga belum terlalu baik dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, membaca dan mengeja kata-kata,
memperhatikan penjelasan materi dan masih bingung dalam menyimpulkan materi. Selain itu,
masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menindak
lanjuti pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada peserta didik mengenai perhatian
peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran tindakan siklus II melalui pemahaman untuk
menentukan bilangan puluhan dan satuan peserta didik menggunakan media sumpit, kegiatan
selanjutnya adalah pemberian evaluasi akhir tindakan kegiatan peserta didk kelas I SDN
Wanasari II. Secara ringkas hasil analisis tes siklus II dapat dilihat pada tabel 1

10
Tabel 1 Hasil Belajar Siswa (Tes Akhir Siklus 1)
HASIL BELAJAR SISWA
PENILAIAN PENGETAHUAN
NO NAMA PESERTA DIDIK NILAI KETERANGAN KKM
1 Al Faiz 65 Belum Tuntas 70
2 Al Farizi 65 Belum Tuntas 70
3 Aldiansyah 65 BelumTuntas 70
4 Alya Ramadhina 75 Tuntas 70
5 Derifa putri 70 Tuntas 70
6 Dewi Siti Khoiriah 70 Tuntas 70
7 Farena Athfa Nisa 80 Tuntas 70
8 Fathan Saputra 70 Tuntas 70
9 Fizar Riswandi 65 Belum Tuntas 70
10 Iqbal Rditya 65 Belum Tuntas 70
11 Keyla Anindita 70 Tuntas 70
12 Luthfi Franaja 70 Tuntas 70
13 Muhamad Rijki Paisal 70 Tuntas 70

14 Nabihan Khaliq 75 Tuntas 70


15 Nabilah Dewi 70 Tuntas 70
16 Putri Arshila 70 Tuntas 70
17 Rizal Syaripudin 65 Belum Tuntas 70
18 Syaiful Ahmad 65 Belum Tuntas 70
19 Willly Soeta 65 BelumTuntas 70
20 Zahra Nur Afiah 75 Tuntas 70
21 Zulfa Nur Fauziyyah 80 Tuntas 70
Jumlah 1.465
Rata-rata 69,76
Jumlah Peserta didik yang tuntas 13
Jumlah Peserta didik yang tidak tuntas 8

Hasil Analisis yang diperoleh :


Dari 21 peserta didik yang mengikuti tes akhir siklus I terdapat 8 orang yang
memperoleh nilai kurang dan 13 orang yang memperoleh nilai baik dengan nilai rata-rata 69,76.
Data ini menunjukkan bahwa pemahaman mengenai menentukan bilangan puluhan dan satuan
belum memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Dengan demikian pada tes akhir siklus I ini
pembelajaran untuk menentukan nilai puluhan dan satuan dapat dikatakan belum mencapai
tujuan yang diharapkan. Hasil ini memberikan pengertian bahwa ketuntasan belajar masih

11
belum terpenuhi karena hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila mencapai 70 dan
presentase ketuntasan klasikal mencapai 70%.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi dapat diketahui bahwa masih ada beberapa
peserta didik yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menindaklanjuti
pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada peserta didk mengenai perhatian peserta
didik terhadap kegiatan pembelajaran.
Pada kegiatan pembelajaran siklus I masih ada beberapa peserta didik yang ragu-ragu
menggunakan alat peraga/media, hal ini karena peserta didik belum terbiasa

Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi dapat diketahui bahwa masih ada beberapa
peserta didik yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk menindak lanjuti
pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada peserta didk mengenai perhatian peserta
didik terhadap kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan pembelajaran siklus I masih ada beberapa
peserta didik yang ragu-ragu menggunakan alat peraga/media, hal ini karena peserta didk
belum terbiasa

Hasil Observasi Aktifitas Guru dan Siswa Siklus II


Hasil observasi pada siklus II dapat dideskripsikan bahwa peserta didk telah aktif
dalam mengikuti pembelajaran sehingga terlihat adanya peningkatan. Semua peserta didik
semakin antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran pada
siklus II, kegiatan guru telah menunjukkan semua aspek berada pada kategori sangat baik.

Begitu pula pada aktivitas siswa siklus II berada pada


kategori baik dalam proses pembelajaran. Hal ini berarti taraf keberhasilan aktivitas
siswa menurut pengamat pada tiap pertemuan mengalami peningkatan.
Berdasarkan perolehan pada siklus II kegiatan observasi yang dilakukan oleh observer
dengan menggunakan alat peraga/media sumpit dalam kegiatan menentukan puluhan dan
satuan peserta didik telah mencapai 90,48% berada pada kategori sangat baik. Hasil
aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran siklus II telah berada pada kategori baik
dengan presentase nilai rata-rata 89%. Berdasarkan data hasil analisis di atas, dapat
disimpulkan bahwa dari 21 siswa terdapat 19 siswa yang memperoleh nilai standar
ketuntasan di atas atau sama dengan 70, sedangkan yang memperoleh nilai di bawah 70

12
adalah sejumlah 2 peserta didik, dengan rata-rata hasil belajar secara keseluruhan sebesar
92%.
Artinya, hasil belajar peserta didik sudah mencapai target seperti pada indikator yang
diharapkan yaitu secara klasikal siswa dikatakan berhasil belajar apabila 70% dari jumlah
peserta didik

Hasil Analisis Tindakan Siklus II


Pembelajaran pada siklus ini Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
(4-5). Guru memutar video pembelajaran tentang “nilai tempat bilangan” yang ditampilkan
guru melalui LCD Proyektor. Guru bertanya kepada peserta didik tentang nama dan lambang
bilangan 11 sampai dengan 20 Guru meminta seorang peserta didik untuk mengambil 11
batang sumpit lalu dimasukkan pada gelas merah 10 sumpit. Sisa 1 sumpit pada gelas berwarna
hijau. Guru meminta peserta didik untuk menjelaskan arti dari gelas merah dan hijau
berdasarkan jumlah sumpit yang dimasukkan. Guru menjelaskan tentang bilangan satuan dan
puluhan. Kemudian guru meminta beberapa peserta didik maju ke depan untuk melakukan
dengan bilangan yang berbeda. Kegiatan selanjutnya adalah pemberian evaluasi akhir tindakan
kegiatan peserta didik kelas I SDN Wanasari II Cipunagara Subang.
Secara ringkas hasil analisis tes siklus II dapat dilihat pada tabel 2.

13
Hasil Analisis yang diperoleh
Tabel 2.
Hasil Belajar Peserta didk (Tes Akhir Siklus II)

HASIL BELAJAR SISWA


PENILAIAN PENGETAHUAN
NO NAMA PESERTA DIDIK NILAI KETERANGAN KKM
1 Al Faiz 65 Belum Tuntas 70
2 Al Farizi 75 Tuntas 70
3 Aldiansyah 70 Tuntas 70
4 Alya Ramadhina 85 Tuntas 70
5 Derifa putri 70 Tuntas 70
6 Dewi Siti Khoiriah 70 Tuntas 70
7 Farena Athfa Nisa 85 Tuntas 70
8 Fathan Saputra 70 Tuntas 70
9 Fizar Riswandi 70 Tuntas 70
10 Iqbal Rditya 65 Belum Tuntas 70
11 Keyla Anindita 75 Tuntas 70
12 Luthfi Franaja 75 Tuntas 70
13 Muhamad Rijki Paisal 75 Tuntas 70

14 Nabihan Khaliq 90 Tuntas 70


15 Nabilah Dewi 75 Tuntas 70
16 Putri Arshila 75 Tuntas 70
17 Rizal Syaripudin 70 Tuntas 70
18 Syaiful Ahmad 75 Tuntas 70
19 Willly Soeta 75 Tuntas 70
20 Zahra Nur Afiah 85 Tuntas 70
21 Zulfa Nur Fauziyyah 85 Tuntas 70
Jumlah 1.805
Rata-rata 85, 95
Jumlah Peserta didik yang tuntas 19
Jumlah Peserta didik yang tidak tuntas 2

Dari hasil pelaksanaan tindakan di siklus II dapat diketahui bahwa dari 21 siswa yang
mengikuti tes akhir terdapat 19 siswa yang telah mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan
dengan nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 65.
Data ini menunjukkan bahwa pembelajaran untuk menentukan bilangan puluhan dan
satuan sudah memenuhi batas tuntas yang ditetapkan. Berdasarkan hasil tersebut dapat

14
diketahui bahwa nilai rata-rata maupun ketuntasan klasikal tes kemampuan membaca
permulaan yang dicapai siswa telah memenuhi indikator kinerja.
Berdasarkan hasil dari evaluasi/tes akhir, lembar observasi guru dan siswa pada siklus II
ini dapat disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan telah maksimal. Siswa merasa senang
dan antusias dalam mengikuti pembelajaran karena dengan penerapan media yang menarik
anak tidak merasa bosan dalan kegiatan pembelajaran seperti kegiatan bermain. Sebagian besar
siswa sudah dapat menentukan bilangan puluhan dan satuan dengan lebih mudah.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian kurang maksimalnya aktivitas guru maupun peserta didik dalam
proses belajar mengajar sangat terlihat pada hasil belajar peserta didik. Hasil belajar
merupakan salah satu ukuran berhasil tidaknya seseorang setelah menempuh kegiatan belajar
di sekolah dengan menggunakan penilaian berupa tes. Hasil belajar mempunyai peran penting
dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan
informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya kegiatan pembelajaran selesai
dilakukan.
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, dapat dikatakan bahwa penelitian ini
belum berhasil karena masih ada 8 siswa yang belum mencapai batas ketuntasan. Hasil rata-
rata tes kemampuan membaca permulaan peserta didik pada siklus I sebesar 69,76 dan
ketuntasan belajar secara klasikal yaitu 61%. Hal ini belum memenuhi batas minimal indikator
kinerja yang ditetapkan.
Hasil rata-rata tes kemampuan menentukan bilangan puluhan dan satuan peserta didik
pada siklus II sebesar 85,95 Dilihat dari nilai batas minimal sesuai dengan indikator kinerja,
nilai rata-rata peserta didik tersebut sudah memenuhi kriteria. Secara individual, dari hasil tes
pada siklus II dari peserta didik yang berjumlah 21 orang yang telah mencapai nilai lebih besar
atau sama dengan 70 sebanyak 19 peserta didik. Sementara 2 peserta didik mendapatkan nilai
di bawah 70. Jadi, nilai tes kemampuan membaca permulaan peserta didik pada siklus II telah
mencapai batas tuntas yang telah ditetapkan dengan tingkat ketuntasan belajar secara klasikal
sebesar 91%.

Peningkatan aktivitas selama kegiatan pembelajaran dapat dilihat berdasarkan hasil


observasi yang meliputi kegiatan-kegiatan: aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran,
keaktifan pesrta didik dalam mengajukan dan menjawab pertanyaan,
Rasa ingin tahu dan keberanian peserta didik meningkat, kreativitas dan inisiatif peserta
didik meningkat serta aktif mengerjakan tugas.

15
Kemampuan peserta didik bertambah meningkat dari siklus I, dan siklus II karena peserta
didik pada saat pembelajaran menggunakan alat peraga/media merasa terangsang untuk
mempelajari, mengamati, dan mencoba apa yang dilihat dan mudah untuk diketahuinya, anak
lebih terfokus karena peserta didik merasa apa yang dilihat itu memudahkan untuk diikuti,
mudah untuk meniru dan melakukan sesuai dengan petunjuk guru.

16
BAB IV
PENUTUP
Dalam penelitian ini, kami menyelidiki efektivitas penggunaan sumpit sebagai alat
peraga dalam membantu peserta didik memahami konsep bilangan puluhan dan satuan.
Melalui pendekatan yang terstruktur, kami mencoba mengukur dampak langsung
penggunaan sumpit terhadap pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika:
Hasil belajar peserta didik pada siklus I dalam peningkatan kemampuan menentukan
nilai bilangan puluhan dan satuan peserta didik memperoleh nilai rata-rata sebesar 69,76
dengan ketuntasan belajar secara klasikal 61%. dan hasil belajar peserta didik pada siklus II
dalam peningkatan kegiatan membaca permulaan peserta didik dengan menggunakan media
sumpit mengalami peningkatan dengan memperoleh nilai rata-rata 85,95 dan ketuntasan
belajar secara klasikal sebesar 91% dan telah memenuhi batas pencapaian indikator
keberhasilan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam pemahaman
peserta didik setelah terlibat dalam pembelajaran menggunakan sumpit. Kelompok peserta
didik yang terlibat dalam penggunaan sumpit menunjukkan peningkatan yang nyata dalam
kemampuan mereka dalam mengidentifikasi digit puluhan dan satuan, dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang tidak menggunakan sumpit.
Implikasi praktis dari temuan ini sangat menarik. Penggunaan sumpit tidak hanya
memberikan pendekatan visual yang kuat dalam pemahaman konsep bilangan, tetapi juga
meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran matematika. Hal ini
menunjukkan bahwa alat peraga sederhana seperti sumpit memiliki potensi besar dalam
mendukung pemahaman pesrta didik terhadap konsep-konsep matematika yang mendasar

17
DAFTAR PUSTAKA
Fathurrohman, Muhammad. (2017). Model-model pembelajaran Inovatif: Alternatif
desain Pembelajaran yang menyenangkan. Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Mashuri, S., Djidu, H., & Ningrum, R. K. (2019) Problem-based learning dalam
pembelajaran matematika: Upaya guru untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa. Pythagoras. Jurnal Pendidikan Matematika, 14(2).
Ati, T. P., & Setiawan, Y. (2020). Efektivitas problem based learning-problem solving
Terhadap kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika siswa kelas V. Jurnal
Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 294-303.
Mashuri, S., Djidu, H., & Ningrum, R. K. (2019) Problem-based learning dalam
pembelajaran matematika: Upaya guru untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar
siswa. Pythagoras. Jurnal Pendidikan Matematika, 14(2)
Pansa, H. E. (2016). Problem-based learning dalam pembelajaran matematika
Setyo, A. A., Fathurahman, M., Anwar, Z., & PdI, S. (2020). Strategi Pembelajaran
Problem Based Learning (Vol. 1). Yayasan Barcode.

18

Anda mungkin juga menyukai