Anda di halaman 1dari 20

RESUME

GELOMBANG DAN OPTIK


MINGGU KE-4
“ GELOMBANG MEKANIK”

OLEH:
NAMA : KURNIA SINAGA
NIM : 19033034
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA
DOSEN : Dr. HAMDI,M.Si.

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. PERSAMAAN GELOMBANG BERDASARKAN KEKEKALAN ENERGI

Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau melakukan suatu
perubahan. Ada beberapa jenis energi yang umum kamu temukan di kehidupan sehari-hari,
yaitu:

1. Energi Kinetik

Energi kinetik adalah energi yang disebabkan oleh gerak suatu benda yang
memiliki massa/berat. Sehingga, semua benda yang bergerak dengan kecepatan
tertentu memiliki energi kinetik, sedangkan semua benda yang diam tidak memiliki
Energi kinetik. Untuk menghitungnya, kamu bisa menggunakan rumus ini:

Rumus Energi Kinetik :

Keterangan: Ek = Energi Kinetik (J)

m = massa (kg)

v = kecepatan (m/s)

Berdasarkan rumus tersebut, dapat kita ketahui jika benda bergerak semakin
cepat, maka energi kinetik benda semakin besar. Demikian juga jika massa benda
semakin besar, maka energi kinetik benda akan semakin besar. Berbagai penerapan
energi kinetik ini dapat kamu temukan ketika sedang mengendarai sepeda motor
dengan kelajuan konstan, bermain bola dan bolanya menggelinding di tanah, ataupun
ketika membantu ibu menjaga adik di dorongan bayi.

2. Energi Potensial

Energi potensial (Energi potensial gravitasi) adalah energi yang tersimpan pada
benda karena kedudukan atau posisi benda terhadap titik acuannya (biasanya
ketinggian benda diukur dari permukaan tanah). Dari pengertian tersebut, kita bisa
tahu bahwa benda yang diam namun berada di ketinggian tertentu maka akan
memiliki energi potensial. Sedangkan, benda yang bergerak namun tidak memiliki
ketinggian maka tidak memiliki energi potensial. Rumus menghitung energi potensial
(Ep) sebagai berikut:

Rumus Energi Potensial: Ep = m . g . h


Keterangan: Ek = Energi Potensial (J)
M = massa (kg)
G = percepatan gravitasi (10 m/s2)
h = tinggi benda (m).

Dari rumusnya, kita bisa tahu jika posisi suatu benda terhadap titik acuannya
semakin tinggi, maka energi potensial gravitasinya juga semakin besar. Penerapan
Energi Potensial ini bisa kamu lihat ketika melihat buah yang tergantung pada pohon
ataupun PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) mengubah energi potensial menjadi
energi listrik.

3. Energi Mekanik

Energi mekanik adalah energi total yang dimiliki oleh semua benda yang bergerak
dengan kecepatan tertentu sekaligus berada pada kedudukan (posisi) tertentu terhadap
titik acuannya. Energi Mekanik adalah penjumlahan energi potensial dan energi
kinetik.

Rumus Energi Mekanik: Em = Ek +Ep

Keterangan: Em = Energi Mekanik (J).


Ek = Energi Kinetik (J).
Ep = Energi Potensial (J).

Dari rumus itu, bisa dilihat jika energi potensial dan energi kinetik yang dimiliki
suatu benda bernilai besar, maka energi mekaniknya juga semakin besar.

Persamaan gelombang dalam bentuk differensial, seperti pada persamaan (2.8),


dapat pula diturunkan dari hukum kekekalan energi. Untuk gelombang pada pegas
dengan rapat massa ρ, ditinjau suatu elemen pegas dengan massa dm, dan panjang
dx, maka persamaan Energi kinetik dapat dituliskan sebagai

Energi potensial pegas dapat dituliskan sebagai

Dengan mengekspansikan bentuk pada suku pertama ruas kanan persamaan


(4.2a) kedalam bentuk deret seperti pada persamaan (3.2a), dan dengan
menggunakan hubungan antara konstanta elastisitas k dan modulus elastisitas K,
yakni K =k.dx, maka pesamaan energi potensial dapat dituliskan melalui
persamaan

Energi mekanik E diperoleh dengan menjumlahkan energi kinetik persamaan


(4.1) dan energi potensial yang diungkapkan oleh persamaan (4.2b), sehingga
diperoleh:

yang mana pengintegralan dilakukan memanjang mencakup ke seluruh


medium.
Energi E bernilai tetap sehingga derivasinya terhadap waktu demikian maka
dari persamaan (4.3) diperoleh

Berdasarkan aturan differensiasi dari perkalian dua fungsi maka dapat ditulis:
Sehingga dengan mensubstitusikannya pada persamaan (4.4) diperoleh:

Suku ke-dua persamaan (4.6a) sama dengan nol karena di perbatasan


medium fungsi gelombang maupun turunannya lenyap. Dengan demikian
maka persamaan (4.6a) dapat dituliskan lagi sebagai:

Agar persamaan (4.6b) terpenuhi, yaitu nilai integral tersebut lenyap


untuk sembarang pengambilan elemen medium, maka harus berlaku:

Dengan membandingkan persamaan (4.7) ini dengan persamaan umum


differensial gelombang yang terdapat pada persamaan (2.7) maka dapat
ditentukan cepat rambat gelombang yang merambat pada pegas adalah:

Energi kinetik untuk elemen medium sepanjang ∆x dengan massa ∆m,


dapat dituliskan sebagai:
dan energi potensialnya dapat diungkapkan sebagai:

Dengan mengekspansikan bentuk pada suku pertama ruas


kanan persamaan (4.10a) kedalam bentuk deret seperti pada persamaan (3.2a),
dan dengan mengingat modulus elastisitas K =k ∆x, maka diperoleh ungkapan
untuk energi potensial adalah:

Dari persamaan (4.8) dapat diperoleh hubungan K ∆x =


∆mv2 mensubstitusikannya pada persamaan (4.10b) diperoleh :

Menggunakan hubungan yang diperoleh dari persamaan


(2.6a), maka persamaan (4.10c) menjadi:

Energi total E merupakan jumlah dari energi kinetik yang diungkapkan persamaan
(4.9) dan energi potensial yang diungkapkan oleh persamaan (4.10d), sehingga dapat
dituliskan sebagai:

Rapat energi per satuan volume medium dapat dituliskan sebagai:


Untuk gelombang dengan fungsi maka rapat energinya
dapat dihitung sebagai berikut:

Dari persamaan (4.13) nampak bahwa energi juga merambat dengan kecepatan v
= ω/k tetapi dengan frekuensi sudut 2ω.
Rapat energi rata-rata dapat diperoleh dengan menggunakan nilai rata-rata
dari kuadrat fungsi sinusoidal yang dapat ditulis {sin2} dengan a sembarang. Dengan
demikian. melalui penggunaan persamaan (4.13a) untuk menghitung rapat energi
rata-rata, diproleh:

Dari
persamaan rapat energi ini, dapat diturunkan persamaan intensitas. Intensitas I
merupakan daya P persatuan luas A, atau disebut juga rapat daya. Sedangkan daya
merupakan laju energi dE/dt . Sehingga rapat daya dapat disebut juga sebagai rapat
laju energi atau laju rapat energi. Hubungan ketiga besaran tersebut secara matematis
dapat ditelusuri sebagai berikut:

dengan v adalah kecepatan fase atau cepat rambat gelombang. Dengan substitusi
E dari persamaan (4.12) maka diperoleh:
Untuk gelombang yang memiliki fungsi maka
intensitasnya adalah

Dari persamaan (4.16) ini dapat dihitung intensitas rata-rata, yaitu

Intensitas rata-rata atau rapat daya rata-rata dapat juga disebut laju rapat energi
rata-rata sehingga dapat juga diperoleh dari persamaan (4.15a) dengan mengganti
rapat energi oleh rapat energi rata-rata. Dengan cara seperti ini maka diperoleh:

Yang sama dengan persamaan (4.17).


Intensitas didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan tiap satuan waktu tiap
satuan luas. Karena energi tiap satuan waktu kita ketahui sebagai pengertian daya.
Maka intensitas bisa dikatakan juga dengan daya tiap satuan luas. Secara matematis
intensitas dirumuskan sebagai berikut:
I=

Keterangan: I = Intensitas bunyi ( W/m2 )


P = energi tiap waktu atau daya ( W )
A = luas ( m2 )
Pembahasan rapat momentum dilakukan dengan meninjau gelombang transversal
yang merambat pada tali dengan tegangan sebesar T. Walaupun ditinjau pada tali,
namun perumusan rapat momentum berlaku secara umum. Elemen tali sepanjang dx
bermassa dm terletak pada kurva memiliki kecepatan yang tegak lurus dengan
kelengkungan kurva, sehingga dapat diuraikan dalam komponen longitudinal dan
transversal seperti diperlihatkan pada gambar 4.1. Rapat momentum P dan rapat
aliran momentum G diberikan oleh kecepatan longitudinal.
Gambar 4.1 Komponen kecepatan transversal dan longitudinal dari elemen tali
dalam perambatan gelombang

Momentum persatuan volume atau rapat momentum dituliskan sebagai:

atau
Rapat momentum = momentum persatuan volume
Kurva pada elemen tali yang ditinjau memiliki sudut kemiringan α seperti terlihat
pada gambar 4.1. Dari definisi kemiringan kurva dapat ditulis sebagai

= tan α dan dari gambar 4.1 tan α= maka diperoleh hubungan

ul = -u (4.19)

Persamaan (4.19) disubstitusikan pada persmaan (4.18) dengan terlebih dahulu

memasukkan ul = maka diperoleh

P = -⍴ (4.20)

Berdasarkan hubungan dengan yang diperoleh dari persamaan (2.6a),


maka persamaan (4.20) menjadi

(4. 21)
dengan v adalah cepat rambat gelombang.
Mengikuti persamaan intensitas sebagi aliran rapat energi, maka persamaan rapat
aliran momentum atau aliran rapat momentum g dapat dituliskan sebagai

g = pv g=⍴ (4.22)
Persamaan ini ternyata sama dengan persamaan rapat energi yang diungkapkan
dalam persamaan (4.12). Jadi rapat energi sama dengan aliran rapat momentum,
sedangkan aliran rapat energi adalah intensitas. Dengan demikian maka dapat
diperoleh hubungan:
I= = gv = pv2 (4.23)
Dan otomatis berlaku

Untuk gelombang yang memiliki fungsi maka


rapat momentum dan rapat aliran momentum P dan G dan rata-ratanya dengan mudah
dapat diperoleh, yaitu

Impedansi

Impedansi sendiri merupakan suatu hambatan yang menyebabkan berkurangnya energi


gelombang yang dipancarkan. Dalam permasalahan ini symbol untuk impedansi sama dengan
symbol impedansi dalam elektronika Z, dalam hal ini gelombang yang melewati medium elastic
akan mengalami redaman dan kemudian dipantulkan. Dengan mengasumsikan batang tipis
(slender rod) sebagai perlapisan suatu tanah, maka dapat kita asumsikan rod tersebut memiliki
impedansi yang berbeda tiap lapisanya, ketika suatu gelombang telah melewati perlapisan dan
bertemu dengan lapisan lain yang nilai elastisnya berbeda maka gelombang akan dipantulkan.
Dengan diketahuinya perlapisan tanah yang memiliki perbedaan elastisitas maka kita dapat
mengintrepetasikan struktur perlapisan bawah bumi. Sehingga berikut persamaan yang
digunakan dalam menghitung impedansi suatu perlapisan tanah:
Dengan membandingkan antara gaya yang diberikan dengan strainnya maka dihasilkan
persamaan berikut,

Dari persamaan impedansi diatas dapat dilihat bahwa yang memepengaruhi impedansi
adalah densitas dan elastisitasnya (Modulus Young), mengapa nilai S (luasan) tidak berpengaruh,
karena kita asumsikan perlapisan batuan ini memiliki luasan yang sama sebesar S. Dalam
aplikasinya kedua factor tersebut dapat dijadikan acuan untuk mengetahui jenis batuan yang
tersusun di daam permukaan tanah.

Yang pertama adalah Modulus Young, dimana nailai dari konstanta elastisitas ini
menunjukan bahwa karakteristik batuan tiap lapisan memiliki perbedaan, contohnya ketika
gelobang seismic ditembakaan maka gelombang tersebut akan melewati perlapisan batuan yang
memiliki konstanta elastis yang kecil, dikarenakan ketika suatu medium sudah melewati puncak
keelastisannya maka dia dapat ditembus dengan gaya yang besar, namun ketika gaya dari
gelombang tersebut tidak dapat menembus atau niai elastisitas batuannya besar, maka gelombang
itu akan dipantulkan kembali ke permukaan.

Contoh Soal:

1. Mobil A bermassa 1500 kg bergerak ke Utara dengankecepatan 25 ms-1 dan mobil B


bermassa 2500 kg bergerak ke Timur dengan kecepatan 20 ms-1. Hitung :
a. Momentum mobil A dan B
b. Penjumlahan momentum A dan B

Diketahui:
mA = 1.500 kg

mB = 2.500 kg

vA = 25 ms-1

vB = 20 ms-1

Ditanya:

a. PA dan PB

b. Ptot

Jawab:

a.

= 1.500x25 = 37.500 kg ms-1 ke Utara

PB = mB.vB

= 2.500x20 = 50.000 kg ms-1 ke Timur

b. Ptot = √(PA2 + PB2)

= √(375002+500002) = 62.500 kgms-1 Arah resultan momentum

tg θ = PB/PA=50000/37500

= 5/4

θ = 530

B. PEMANTULAN DAN TRANSMISI GELOMBANG PADA BATAS MEDIUM


1. Perumusan Soal Syarat Batas

Perumusan peristiwa yang terjadi pada perbatasan antara dua media gelombang
yang berbeda sifat, misalnya dua tali yang berbeda kerapatan massa seperti yang
ditunjukkan gambar 2. Dalam gambar ini medium tali bagian kiri yang berawal dari
, bersambung dengan tali kedua pada Tali kedua memanjang ke sebelah kanan
tanpa batas. Untuk sistem perumusan soalnya terdiri dari persamaan differensial untuk
masing-masing daerah sebagai berikut:

(2.56)

(2.56a)

Dengan syarat batas berupa syarat-syarat kontinuitas:

1. (2.57)

2. (2.57a)

3. (2.57b)

pada x=0 dan pada setiap saat t. Syarat kedua menyatakan sinkronisasi gerak pada
titik temu kedua media. Syarat batas ketiga menyatakan kontinuitas slope gelombang sesaat.

Gambar 2. Ilustrasi gelombang masuk, gelombang pantul dan gelombang transmisi


pada batas antara dua media tali di titik

Membatasi diri pada gelombang harmonis, solusi untuk masing-masing medium


berbentuk umum:
(2.58)

Dengan

(2.59)

Dengan , berlakunya syarat-syarat batas tersebut untuk setiap t langsung


menghasilkan pembatasan dan persamaan . Penerapan syarat batas
(1) menghasilkan persamaan :

atau (2.59a)

Dengan defenisi:

(2.60)

(2.60a)

Penerapan syarat batas (2) ternyata memberikan hasil yang sama. Selanjutnya penerapan
syarat batas (3) menghasilkan persamaan:

(2.61)

(2.61a)

Dari persamaan (2.59a) dan (2.61a) diatas maka diperoleh rumus-rumus:

(2.62)

(2.63)
Dari rumus t dan r di atas serta harga nya untuk kasus ekstrem dan

jelas berlaku batas kisaran harga:

Perhatikan bahwa pemantulan dapat menimbulkan pembalikan fase gelombang. Selanjutnya


dengan mengambil contoh gelombang tali yang memenuhi hubungan:

(2.64)

Persamaan (2.62) dan (2.63) dapat dituangkan dalam bentuk:

C. TEORI HUYGENSI

Pada tahun 1678, Huygensi mengemukakan teori gelombang cahaya yang


menyatakan bahwa cahaya bergerak dalam bentuk gelombang ke semua arah dengan
kecepatan cahaya. Ketika teori ini dikemukakan, teori ini menjelaskan gagasan umum
bahwa gelombang membutuhkan medium untuk merambat.

Huygensi berasumsi bahwa terdapat kehadiran suatu medium yang sangat encer dan
sangat elastis yang disebut dengan luminiferous eter di seluruh alam semesta di mana cahaya
merambat. Medium tersebut memiliki kerapatan yang sangat rendah karena sifatnya yang
sangat encer dan memiliki nilai modulus elastisitas yang sangat tinggi. Teori ini dapat
menjelaskan fenomena-fenomana tertentu seperti refleksi cahaya, refraksi cahaya,
interferensi dan difraksi cahaya.

Modelnya terbukti sangat berguna dalam menjelaskan hukum refleksi dan refraksi
Snell-Descartes. Dia juga dengan memuaskan menjelaskan fenomena difraksi.

Teorinya didasarkan pada dua konsep:


1. Sumber cahaya memancarkan gelombang dengan bentuk bulat, mirip dengan gelombang
yang terjadi di permukaan air. Dengan cara ini, sinar cahaya ditentukan oleh garis-garis
yang arahnya tegak lurus terhadap permukaan gelombang.
2. Setiap titik gelombang pada gilirannya merupakan pusat emitor baru dari gelombang
sekunder, yang dipancarkan dengan frekuensi dan kecepatan yang sama yang menandai
gelombang primer. Ketakterhinggaan gelombang sekunder tidak dirasakan, sehingga
gelombang yang dihasilkan dari gelombang sekunder ini adalah selubungnya.

Namun, teori gelombang Huygensi tidak diterima oleh para ilmuwan pada masanya,
kecuali beberapa pengecualian seperti Robert Hooke..

Prinsip Huygensi menerangkan bahwa setiap muka gelombang dapat dianggap


memproduksi wavelet atau gelombang-gelombang baru dengan panjang gelombang yang
sama dengan panjang gelombang sebelumnya. Wavelet bisa diumpamakan gelombang yang
ditimbulkan oleh batu yang dijatuhkan ke dalam air.

Prinsip Huygensi bisa dipakai untuk menerangkan terjadinya difraksi cahaya pada
celah kecil. Pada saat melewati celah kecil, muka gelombang akan menimbulkan wavelet
baru yang jumlahnya tak terhingga sehingga gelombang tidak mengalir lurus saja, tetapi
menyebar.

Menurut Huygen, titik-titik pada muka gelombang yang merambat dapat dianggap
sebagai gelombang baru. Pada gelombang lingkaran, muka gelombangnya berupa lingkaran,
sedangkan pada gelombang datar , muka gelombangnya berupa garis lurus. Namun, teori ini
tidak mampu menjelaskan perambatan cahaya menurut garis lurus. Teori Huygen mampu
menemukan rumus-rumus pembiasan dan pemantulan cahaya (Dudi, 2007).

Prinsip Huygensi dapat dinyatakan sebagai berikut “Setiap titik pada muka
gelombang dapat dianggap sebagai sumber gelombang-gelombang kecil yang menyebar
maju dengan laju yang sama dengan laju gelombang itu sendiri. Muka gelombang yang baru
merupakan sampul dari semua gelombang-gelombang kecil tersebut-yaitu, tangen(garis
singgung) dari semua gelombang tersebut. (Giancoli, 2001).
Secara geometris, prinsip Huygensi diperlihatkan pada gambar. Muka gelombang
mula-mula AB merambat keluar dari sumber (S). Akan ditentukan bentuk muka
gelombang itu setelah selang waktu t. Jika laju perambatan gelombang v, maka pada
waktu t gelombang itu merambat sejauh vt. Selanjutnya akan dibuat beberapa lingkaran
dengan jari-jari r=vt yang berpusat di titik-titik sepanjang muka gelombanga AA’.
Pembungkus gelombang-gelombang kecil ini, yaitu kurva CD, menunjukkan muka
gelombang baru (Bambang, 2007).

Aplikasi dari gelombang adalah pemanfaatan gelombang dalam radio, televisi,


dan alat-alat elektronik lainnya. Pemanfaatan sinar X dalam bidang kesehatan dan
gelombang ultrasonik pada USG. Selain itu gelombang dimanfaatkan dalam sonar dan
radar. Penggunaan gelombang ultrasound untuk terapi diantaranya membersihkan gigi,
membangkitkan panas dalam jaringan biologi, seperti pengobatan kanker, pengobatan
tumor, pengobatan katarak, Ultrasound intensitas rendah digunakan untuk stimullasi
pertumbuhan tulang, menghilangkan gangguan pada saluran darah di otak untuk
pengiriman obat, dan masih banyak lagi (Irwan, 2012).

1. Refleksi

Refleksi adalah fenomena optik yang terjadi ketika gelombang menyerang secara
miring pada permukaan pemisahan antara dua media dan mengalami perubahan arah,
dikembalikan ke media pertama bersama-sama dengan sebagian energi gerakan..
Hukum refleksi adalah sebagai berikut:

• Hukum pertama : Sinar yang dipantulkan, kejadian dan normal (atau tegak lurus),
terletak di bidang yang sama.
• Hukum kedua : Nilai sudut datang persis sama dengan nilai sudut refleksi.

Prinsip Huygens memungkinkan untuk menunjukkan hukum refleksi. Dipastikan


bahwa ketika gelombang mencapai pemisahan media, setiap titik menjadi sumber
pemancar baru yang memancarkan gelombang sekunder. Bagian depan gelombang yang
dipantulkan adalah amplop dari gelombang sekunder. Sudut depan gelombang sekunder
yang dipantulkan ini persis sama dengan sudut datang.

2. Refraksi

Refraksi adalah fenomena yang terjadi ketika gelombang menyerang secara tidak
sengaja pada celah antara dua media, yang memiliki indeks bias yang berbeda..

Ketika ini terjadi, gelombang menembus dan ditransmisikan oleh medium kedua
bersama-sama dengan bagian dari energi gerakan. Pembiasan terjadi sebagai akibat dari
perbedaan kecepatan gelombang merambat dalam media yang berbeda.

Contoh tipikal dari fenomena pembiasan dapat diamati ketika suatu benda
dimasukkan sebagian (misalnya, pena atau pensil) ke dalam segelas air.
Prinsip Huygens memberikan penjelasan yang meyakinkan tentang refraksi. Titik-
titik pada muka gelombang yang terletak di batas antara dua media bertindak sebagai sumber
baru rambatan cahaya dan dengan demikian arah perubahan rambat.

3. Difraksi

Difraksi adalah fenomena fisik karakteristik gelombang (terjadi pada semua jenis
gelombang) yang terdiri dari penyimpangan gelombang ketika mereka menemukan hambatan
di jalurnya atau melalui celah.

Harus diingat bahwa difraksi hanya terjadi ketika gelombang terdistorsi karena
hambatan yang dimensinya sebanding dengan panjang gelombangnya.

Teori Huygens menjelaskan bahwa ketika cahaya jatuh pada celah, semua titik
bidangnya menjadi sumber gelombang sekunder yang dipancarkan, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, gelombang baru yang dalam hal ini menerima nama gelombang
terdifraksi.
DAFTAR PUSTAKA

Andy Setiawan. (2011). Gelombang dan Optik. Bandung: ITB.

Giancoli. (2001). Fisika Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Indrajit, Dudi. (2007). Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung:PT Setia Purna Inves

M. O. Tjia. (1994). Gelombang. Debora Publisher.

Pedrotti, S. L., (1993). Introuction to Optics, Edisi Kedua, Prentice Hall Inc., New Singapore.

Ruwanto, Bambang. (2007). Asas-Asas Fisika. Yogyakarta:Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai