Anda di halaman 1dari 4

NAMA : AGNES AMANDA T

KELAS: 1.A
NIM :2302374201021

TUGAS PENGANTAR ILMU HUKUM


1. Dualisme hukum ini terjadi karena adanya dua sistem hukum yang
berbeda, yaitu hukum penjajahan dan hukum nasional.

Hukum penjajahan adalah hukum yang diterima dan diberlakukan oleh


pemerintah kolonial Belanda di Indonesia, yang bertujuan untuk
mempertahankan kekuasaan dan kepentingan Belanda di Indonesia. Hukum
ini didasarkan pada kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah Belanda, dan sebagian besar bersifat diskriminatif dan
menguntungkan bagi Belanda.

Sementara itu, hukum nasional adalah hukum yang diterima dan diberlakukan
oleh pemerintah Indonesia, yang bertujuan untuk mempertahankan
kepentingan dan kemerdekaan Indonesia. Hukum ini didasarkan pada
kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia, dan
sebagian besar bersifat demokratis dan menguntungkan bagi rakyat
Indonesia.
Dan ini beberapa hukum yang berlaku untuk wilayah yang dikuasai oleh voc.
a) Hukum Kolonial Belanda
Pada masa pemerintahan VOC, wilayah-wilayah di bawah kendali
perusahaan tersebut tunduk pada hukum kolonial Belanda. Hukum
kolonial ini mencakup berbagai aspek kehidupan, termasuk hukum
pidana, hukum perdata, dan hukum administrasi. Hukum-hukum ini
diberlakukan untuk mengatur hubungan antara VOC dan penduduk
pribumi serta urusan internal perusahaan.
b) Hukum Dagang
Sebagai perusahaan dagang, VOC juga menerapkan hukum dagang
dalam operasinya di wilayah yang dikuasainya. Hukum dagang ini
mengatur perdagangan, kontrak-kontrak dagang, dan penyelesaian
sengketa perdagangan antara VOC dan pihak lain.
c) Pengaruh Adat Lokal
Meskipun VOC memberlakukan hukum kolonial Belanda, pengaruh
adat lokal tetap memainkan peran penting dalam kehidupan
masyarakat pribumi. Beberapa aspek hukum adat lokal masih
berlaku secara paralel dengan hukum kolonial Belanda dalam
menyelesaikan sengketa dan masalah-masalah lokal lainnya.

2. Hukum waris di Indonesia memiliki dasar hukum yang berasal dari masa
penjajahan Hindia Belanda. Pada dasarnya, pemberlakuan hukum waris
di Indonesia didasarkan pada hukum adat dan juga hukum kolonial
Belanda. Berikut adalah beberapa dasar hukum yang mengatur
pemberlakuan hukum waris Hindia Belanda di Indonesia:

a) Hindia Belanda dan Hukum Waris Pada masa penjajahan Hindia


Belanda, pemerintah kolonial Belanda menerapkan aturan-aturan
mengenai hukum waris yang berlaku di wilayah jajahannya. Hukum
waris ini kemudian menjadi bagian dari sistem hukum yang
diterapkan di Indonesia.

b) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Salah satu


dasar hukum utama yang mengatur pemberlakuan hukum waris
Hindia Belanda di Indonesia adalah Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (KUHPerdata). KUHPerdata merupakan kodifikasi hukum
perdata yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda dan
masih mempengaruhi sistem hukum perdata di Indonesia hingga
saat ini.

c) Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (RBg) Selain


KUHPerdata, Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (RBg)
juga merupakan dasar hukum yang penting dalam pemberlakuan
hukum waris Hindia Belanda di Indonesia. RBg mengatur prosedur
peradilan dan pelaksanaan putusan, termasuk dalam konteks
penyelesaian sengketa waris.
d) Pengaruh Hukum Adat Selain hukum kolonial Belanda,
pemberlakuan hukum waris di Indonesia juga dipengaruhi oleh
hukum adat setempat. Meskipun ada upaya untuk mengkolonisasi
sistem hukum adat dengan aturan-aturan dari Belanda, namun
pengaruh hukum adat tetap kuat terutama dalam konteks warisan.

e) Pengesahan UU No. 42 Tahun 1999 Pada era modern,


pemberlakuan hukum waris di Indonesia diatur oleh Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Hak Atas Tanah.
Meskipun bukan berasal dari masa penjajahan Hindia Belanda,
undang-undang ini tetap mempengaruhi tata cara dan substansi
pemberian warisan di Indonesia.

Dengan demikian, pemberlakuan hukum waris Hindia Belanda di


Indonesia didasarkan pada sejumlah dasar hukum seperti
KUHPerdata, RBg, pengaruh hukum adat, serta regulasi modern
terkait hak atas tanah.

3. Sejarah Hukum Indonesia pada Masa VOC dan Penjajahan Belanda


Pada masa VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) atau Perusahaan Hindia
Timur, hukum di Indonesia mengalami perubahan signifikan. VOC merupakan
perusahaan dagang Belanda yang mendapatkan hak monopoli perdagangan di
wilayah Hindia Timur pada abad ke-17. Di bawah pemerintahan VOC, sistem
hukum yang diterapkan adalah hukum adat yang diakui oleh pemerintah kolonial
Belanda. Hukum adat ini berlaku bagi penduduk pribumi, sementara untuk urusan
internal VOC dan para pejabatnya, diterapkan hukum Belanda.

Pada masa penjajahan Belanda, terjadi penggabungan antara hukum adat


dengan hukum Eropa. Pemerintah kolonial Belanda mulai memberlakukan hukum
Eropa di wilayah jajahannya, yang kemudian dikenal sebagai “Rechtmatige
Overheersing” atau penguasaan yang sah. Hukum Eropa ini diterapkan terutama
dalam urusan perdata dan pidana. Selain itu, pada masa penjajahan Belanda,
terdapat juga upaya untuk mengatur hukum agraria guna menunjang kepentingan
kolonialisme ekonomi.

Dalam perkembangannya, pengaruh hukum Eropa semakin kuat dan pada


akhirnya menjadi landasan bagi pembentukan sistem hukum nasional Indonesia
setelah kemerdekaan. Meskipun begitu, unsur-unsur hukum adat juga tetap
diakui dan diintegrasikan dalam sistem hukum nasional.

Dengan demikian, masa VOC dan penjajahan Belanda memiliki dampak yang
signifikan terhadap perkembangan sistem hukum di Indonesia, baik dalam hal
pengaruh hukum adat maupun penerapan hukum Eropa.

4. Kondifikasi yang berhasil dilakukan pada masa penjajahan Belanda adalah


upaya pemerintah Belanda untuk mengatur dan mengatur masyarakat Indonesia
dengan cara-cara yang tidak manusiawi dan bertujuan untuk mempertahankan
kekuasaan Belanda atas Indonesia. Kondifikasi ini dilakukan melalui berbagai
macam cara, seperti:

a) Pembatasan kebebasan bersama: Pemerintah Belanda memperketat


kebebasan bersama masyarakat Indonesia, termasuk kebebasan
beragama, bahasa, dan kebudayaan.
b) Penggunaan sistem pemerintahan desa: Pemerintah Belanda
menggunakan sistem pemerintahan desa untuk mengatur masyarakat
Indonesia, yang mengakibatkan ketergantungan pada pemerintah dan
meningkatkan kemiskinan.
c) Penggunaan kekuatan militer: Pemerintah Belanda menggunakan
kekuatan militer untuk mempertahankan kekuasaan atas Indonesia,
termasuk melakukan pembantaian dan penindasan terhadap penduduk
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai