Anda di halaman 1dari 2

Kamis 10 Agustus 2023, 05:00 WIB

Nalar Linglung Hakim Agung


Sebuah tajuk rencana

MAHKAMAH Agung (MA) meringankan vonis mati mantan Kepala Divisi Profesi dan
Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Ferdy Sambo menjadi pidana penjara seumur hidup.
"Amar putusan kasasi, tolak kasasi penuntut umum dan terdakwa dengan perbaikan
kualifikasi tindak pidana dan pidana yang dijatuhkan menjadi melakukan pembunuhan
berencana secara bersama-sama, dan tanpa hak melakukan tindakan yang berakibat
sistem elektronik tidak bekerja sebagaimana mestinya yang dilakukan secara bersama-
sama," ucap Kepala Biro Hukum dan Humas MA, Sobandi, Selasa (9/8) lalu.

Putusan itu sendiri tak bulat. Dari lima hakim agung yang menangani perkara tersebut, yaitu
Suhadi, Suharto, Jupriyadi, Desnayeti, dan Yohanes Priyana, Jupriyadi dan Desnayeti
berpendapat Sambo tetap mesti divonis hukuman mati sebagaimana vonis di tingkat
pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Namun, keduanya kalah suara dalam
musyawarah para hakim itu.

Terlepas dari adanya dua hakim agung yang tetap memandang hukuman mati adalah vonis
yang setimpal atas kejahatan yang telah dibuat Sambo, bunyi amar putusan yang
dibacakan Sobandi itu meninggalkan tanda tanya di benak publik. Dari amar putusan
kasasi, majelis hakim menolak permohonan kasasi yang diajukan jaksa dan terdakwa. Di
amar itu pula, hakim memperbaiki kualifikasi tindak pidana dan pidana yang dijatuhkan.

Menjadi tanda tanya karena putusan seperti itu di luar logika hukum. Mestinya, hakim
menerima dulu kasasi yang diajukan, lalu mengadili sendiri. Dari situ kemudian lahir MA
memperbaiki putusan sebelumnya.

Jadi sungguh aneh jika MA menolak kasasi yang diajukan terdakwa dan penuntut umum,
tapi kemudian memperbaikinya. Pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) sejatinya telah menetapkan batasan kewenangan MA. Para hakim agung itu
bertugas memeriksa apakah penerapan hukum di pengadilan sebelumnya telah
diberlakukan dengan benar atau tidak. Hakim agung juga ditugaskan meneliti apakah cara
mengadili telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang atau tidak. Dan,
terakhir, menentukan apakah pengadilan telah melampaui batas wewenangnya atau tidak.

Jika dari pemeriksaan itu para hakim agung menilai ada ketidaksesuaian penerapan pasal,
atau cara mengadili tak sesuai UU, atau pengadilan sebelumnya dinilai tak kompeten,
sebagai penjaga benteng terakhir keadilan MA bisa mengadili sendiri. Namun, hal itu harus
didahului oleh sikap para hakim yang menerima kasasi.

Dalam menangani kasus itu, perlakuan yang sama juga dilakukan para hakim agung
terhadap Putri Candrawathi, Ricky Rizal, dan Kuat Ma'ruf. MA menolak kasasi, tapi
memperbaiki kualifikasi tindak pidana dan pidana yang dilakukan. Mereka menyunat masa
hukuman Putri Candrawathi dari 20 tahun penjara menjadi 10 tahun penjara, Ricky Rizal
dari 13 tahun penjara menjadi 8 tahun penjara, dan Kuat Ma'ruf dari 15 tahun penjara
menjadi 10 tahun penjara.

Dalam Buku Laporan Tahunan Mahkamah Agung pada 2022, MA menyatakan putusan
tolak dengan perbaikan menunjukkan benteng terakhir keadilan itu menganggap tidak ada
alasan untuk membatalkan putusan yang diajukan kasasi sebagaimana dimaksud Pasal 30
UU No 14/1985 tentang Mahkamah Agung, tetapi ada amar tertentu dari putusan tersebut
yang perlu diperbaiki.

Sebagai catatan, sepanjang 2022, MA telah mengeluarkan putusan mengubah sebanyak


4.617 putusan pengadilan negeri atau pengadilan tinggi yang telah ditetapkan sebelumnya.
MA mengatakan amar menolak permohonan kasasi dengan perbaikan akan berimplikasi
pada putusan pengadilan tingkat banding yang diajukan kasasi berlaku sebagai putusan
yang berkekuatan hukum tetap. Putusan berlaku kecuali terhadap amar yang diperbaiki
oleh Mahkamah Agung.

Saat menjatuhkan vonis seperti itu, para hakim agung itu pasti paham putusan mereka
akan membuat jaksa tak berkutik setelah Mahkamah Konstitusi menghapus wewenang
jaksa mengajukan peninjauan kembali. Menurut MK, hanya terdakwa dan ahli warisnya
yang boleh mengajukan permohonan peninjauan kembali. Meski tak puas, masyarakat
hanya bisa menjadi penonton. Keadilan limbung di tangah hakim agung.

Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/3112-nalar-linglung-hakim-
agung

Anda mungkin juga menyukai