Anda di halaman 1dari 3

MATERI EKSEPSI DAN JAWABAN

GUGURNYA SUATU DAKWAAN

Pasal 156 Ayat 1 KUHAP berbunyi :

“Dalam hal terdakwa atau penasihat hukum mengajukan keberatan bahwa


pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya atau dakwaan tidak dapat
diterima atau surat dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan
kepada penuntut umum untuk menyatakan pendapatnya, hakim
mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan”
Suatu dakwaan dapat di katakan gugur sebagai 3 hal, yaitu :
a. Pengadilan yang tidak memiliki wewenang menangani perkara tersebut
b. Dakwaan tidak dapat di terima
c. Dakwaan batal demi hukum

A. DAKWAAN TIDAK DAPAT DI TERIMA

Menurut M. Yahya Harahap Jilid III Hal 662 – 663 suatu dakwaan dapat dikatakan tidak
dapat di terima jika dalam suatu dakwaan tersebut memenuhi hal-hal sebagai berikut :
a. Bukan merupakan perbuatan pidana ( kejahatan ataupun pelanggaran )
b. Ne bis in idem
Hal ini di atur dalam pasal 76 KUHP berbunyi :

“Kecuali dalam hal putusan hakim dapat diubah, orang tidak dapat dituntut
sekali lagi karena perbuatan yang baginya telah diputuskan oleh hakim di
Indonesia dengan putusan yang telah tetap (in krach van gewijsde)”.

Sehingga dari pasal 76 KUHP ini dapat di nyataa bahwa Nebis in idem jika memenuhi
hal sebagai berikut :
1) Adanya keputusan pengadilan yang telah telah mempunyai kekuatan yang
hukumnya tetap terhadap tindak pidana yang sama.
2) Putusan itu dijatuhkan terhadap orang yang sama.
3) Perbuatan yang dilakukan tersangka/terdakwa sama
c. Daluwarsa
Hal ini di atur dalam pasal 78 KUHP berbunyi :

(1) Kewenangan menuntut pidana hapus karena daluwarsa:


 Mengenai semua pelanggaran dan kejahatan yang dilakukan
dengan percetakan sesudah satu tahun
 Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana denda, pidana
kurungan, atau pidana penjara paling lama tiga tahun, sesudah
enam tahun
 Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana penjara lebih
dari tiga tahun, sesudah dua belas tahun
 Mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau
pidana penjara seumur hidup, sesudah delapan belas tahun.

d. Tidak sesuai dengan peraturan Undang – Undang


e. Perkara masuk kedalam ranah perdata / TUN

B. DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM


Suatu dakwaan dapat dikatakan batal demi hukum sesuai dengan pasal 143 ayat 3
KUHAP yang berbunyi :

“Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam


ayat (2) huruf b batal demi hukum”.
Adapun hal-hal yang dapat membuat dakwaan batal demi hukum sesuai pasal 143 ayat
(2) adalah sebagai berikut :

“Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal dan ditandatangani
serta berisi :
a. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan tersangka;
b. Uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang
didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat tindak pidana itu dilakukan”.
Secara singkat dan ringkas yang dimaskud dalam pasal di atas dan tambahan yang
menjadikan dakwaan menjadi batal demi hukum adalah sebagai berikut :
a. Tidak disebutkan locus dan tempus tindak pidana serta identitas terdakwa dalam surat
dakwaan
b. Dakwaan kabur ( Obsecur lieble )
- Unsur dalam dakwaan tidak sesuai fakta
- Tidak menggambarkan tindak pidana, melainkan perkara pidanya lebih cenderung ke
ranah perdata atau lainnya.
- Dakwaan bertentangan antara pasal dengan pasal ( biasanya berhubungan dengan
pasal 143 ayat 2,3 dan
note : Menurut putusan MK No. 28/PUU-XX/2022, jika dakwaan batal demi hukum dapat di
ajukan sekali ke muka persidangan.

C. PASAL 143 AYAT 4 KUHAP


Bunyi pasal 143 ayat 4 KUHAP :
“Turunan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan disampaikan kepada tersangka atau
kuasanya atau penasihat hukumnya dan penyidik, pada saat yang bersamaan dengan penyampaian
surat pelimpahan perkara tersebut ke pengadilan negeri”.

Walaupun dalam pasal 143 ayat 4 ini bertentangan dengan pasal 72 KUHAP

“Atas permintaan tersangka atau penasihat hukumnya pejabat yang bersangkutan


memberikan turunan berita acara pemeriksaan untuk kepentingan pembelaannya”
Dalam putusan MK No. 12/PUU-XVIII/2020 menyatakan bahwa pasal 72 dan 143 tidak
Membuat hak dari terdakwa hilang, yaitu hak menerima berkas perkara dan surat dakwaan.

Anda mungkin juga menyukai