Anda di halaman 1dari 19

BALAGHAH

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Tugas
Mata Kuliah Balaghah

Fauzy Mustamin Hamid

80400222017

Dosen Pengampu:

Dr. H. Mohamad Harjum, M. Ag.

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR TAHUN AJARAN
2022-2023
KATA PRNGANTAR

Assalaamu’alaikumWarahmatullaahiWabarakaatuhu

Alhamdulillaah, Pujisyukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanaahu

Wata’ala, atas berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan makalah ini yang insya Allah sesuai dengan yang diharapkan.

Salawat dan salam selalu ter curahkan kepada Rasulullah Shallallaahu

‘alaihiwasallam, Nabi dan Rasul yang berhasil menyelamatkan umatnya dari

tebing-tebing kehancuran menuju puncak-puncak kejayaan

Makalah dengan pembahasan kalam khabar disusun untuk memenuhi tugas

mata kuliah balaghah. Dalam penyusunan makalah ini, dengan tulus ikhlas penulis

menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan partisipasinya untuk keberhasilan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih memiliki

kekurangan dan memerlukan perbaikan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah berikutnya.

Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat

untuk kita semua.

Samata, 21 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Makna Kalam Khabar ....................................................................... 3

B. Tujuan Kalam Khabar....................................................................... 7

C. Macam-Macam Kalam Khabar......................................................... 11

D. Kalam Khabar yang Berbeda Ketentuan Lahiriahnya ...................... 12

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15

A. Kesimpulan ....................................................................................... 15

B. Saran .................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu balaghah adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah mengenai gaya

bahasa untuk digunakan dalam pembicaraan dan tulisan. Ilmu balagah penting

untuk dipelajari sebab dengan memahami ilmu balaghah mampu memberikan

keyakinan bahwa al-Qur’an benar-benar kalam yang sempurna, bernilai mukjizat,

dan mengandung bahasa yang sungguh menakjubkan.

Al-Qur’an diturunkan memberikan perkembangan pesat terhadap ilmu

balagah karena al-Qur’an sebagai kitab pegangan umat Islam menjadikan para

pakar bahasa Arab untuk mengonsep berbagai macam pengetahuan yang dapat

digunakan untuk menjaga keasliannya, membantu memahaminya, dan menemukan

sisi-sisi keindahannya.

Ilmu balagah memiliki tiga fokus pembahasan yaitu ilmu ma’ani, bayan,

dan badi’. Ilmu ma’ani membahas tentang cara berbahasa sesuai dengan konteks

atau tuntutan keadaan saat ia berbicara sementara ilmu bayan membahas tentang

ide-ide, gagasan, atau maksud dan tujuan dengan bahasa yang indah dan menarik

dan ilmu badi’ membahasa tentang hal-hal yang dapat memperindah sebuah bahasa,

baik dari aspek lafaz maupun maknanya.

Ilmu ma’ani secara garis besar memiliki beberapa objek kajian yaitu

kalam khabar, insya’, qashr, fashal, washal, ijaz, ithnab, dan musawah. Dari

beberapa objek kajian ilmu ma’ani tersebut tidak semua akan di bahas dalam

makalah ini karena pembahasannya terlalu banyak dan luas sehingga fokus pada

1
2

makalah ini adalah kalam khabar, dengan harapan dapat memberikan pengetahuan

dan pemahaman kepada pembaca dan terutama untuk penulis itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Makna Kalam Khabar?

2. Bagaimana Tujuan Kalam Khabar?

3. Bagaimana Macam-Macam Kalam Khabar?

4. Bagaimana Kalam Khabar yang Keluar dari Ketentuan Lahiriahnya?

C. Tujuan

1. Menegetahui Makna Kalam Khabar

2. Menegetahui Tujuan Kalam Khabar

3. Menegetahui Macam-Macam Kalam Khabar

4. Menegetahui Kalam Khabar yang Keluar dari Ketentuan Lahiriahnya


BAB II

PEMABAHASAN

A. Makna Kalam Khabar

Kalam khabar/khabariyah dalam ilmu balaghah termasuk dalam

pembahasan ilmu ma’ani. Kalam khabar secara bahasa dapat diartikan sebagai

berita sedangkan menurut istilah adalah


1
ُ‫الكذبُلذاته‬
َُ ‫هوُماُيُتَمُ رلُُالصُ حُد َقُُو‬
ُ‫َح‬ ُ‫اخلبر‬
ُ
Artinya
“Khabar adalah sesuatu yang berpotensi benar atau salah”

ُُ‫ُُفَإُ حُنُُ َُكا َُن ُال َُكلَُرُم ُ رُم ُطَابُقُاُلُلحَُُواقُ ُعُُ َُكا َُن ُُقَائُلُه‬،ُ‫صُادُقُ ُفُحُيهُ ُأَُحُوُُ َكُاذُب‬
َ ُ‫الُ ُلُ َقُائُلُهُ ُإُنُ ُهر‬
‫اُيَصُحُ ُأَُ حُن ُيُر َُق ر‬
ُ ‫اخلََُبر ُ َُم‬
ُ َ‫ُف‬
2
ُ‫ُوإُ حنُُ َكُا َُنُغَُ حُيرُ رُم ُطَابُقُُلَُهرُُ َُكا َُنُُقَائُُلرُهرُُ َُكاذُب‬،‫ا‬
َُ ُ‫صادُق‬
َُ
Artinya
“Khabar adalah kalimat yang ucapannya dapat dikatakan sebagai orang
yang benar atau dusta. Apabila kalimat itu sesuai dengan kenyataan maka
ucapannya itu benar dan apabila kalimat itu tidak sesuai dengan kenyataan
maka kalimat itu adalah dusta”.

ُ.3‫ُأوُسلحُبُا‬
َُ ُ‫ُإجياب‬،‫ضُ رمُحُو ُنَاُإُخبارُُعنُأَُحُمرُُما‬
‫ُُفَ َُم ح‬،‫علىُخُ َُبُ َُما‬
َ ُُ‫ملت‬
‫ُوهيُاجلملةُاليتُاشتَ ح‬،‫اجلملةُاخلبية‬
ُ
Artinya
“Kalimat khbariyah adalah kalimat yang memuat suatu berita, isinya berupa
berita tentang suatu hal, baik positif maupun negatif”.

Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa kalam khabar adalah suatu

ucapan yang memiliki kemungkinan benar dan bohong tanpa menghiraukan orang

yang menyampaikannya, tanpa mengaitkan khabar dengan sesuatu yang dapat

Al-Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balagah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’


1

(Cet. I; Bairut: al-Maktabah al-Ashriah, 1999), h. 55.


2
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah (t.t. Dar al-Ma’arif, 1999),
h. 139.
Abdu al-Rahman Hasan Habannah al-Mairani, al-Balagah al-Arabiyah (ususuha wa
3

‘ulumuha wa fununuha), Juz. I (Cet. I; Damaskus: Dar al-Qalam, 1966), h. 166.

3
4

dibuktikan atau dapat ditentang, maknanya tidak bergantung pada orang yang

menyampaikan khabar dan termasuk dalam khabar adalah janji dan ancaman4.

Kalam khabar terdiri atas dua unsur yaitu mahkum alaih dan mahkum bih,

unsur pertama disebut dengan musnad ilaih sementara unsur kedua disebut dengan

musnad, sebagai contoh dapat dilihat pada perkataan Abu Nawas

ُ‫للارُ َُوَُماُُقَدَُُرا‬
ُ ُ‫ضى‬ َُ َ‫ُ ُبَاُُق‬ ُ ُ‫اهَا‬ ُ‫الحُرَُمانُُ َحُمَُر ر‬
ُ‫قَُُو ح‬ ُ‫الرُحز ر‬
ُ
ُ‫الَ ُازمُُُأَ حُنُُيَ ح‬
ُ‫ص َُبا‬ ُ‫جنُ ُهرُ ح‬
ُ‫ُُفَ ر‬ ‫ص حُبُإُذَُاُالدُ حُه رُرُنَُُبَاُنَُحبَُُوُة‬ُ‫ُفَا ح‬
“Datang dan terhentinya rezeki itu ditentukan oleh keputusan dan kekuasaan
Allah. Oleh karena itu, bersabarlah bila waktu menimpakan bencana
kepadamu, karena perisai rang yang teguh hati adalah dengan bersabar”

ُ ‫املسند‬ ُ ‫املسندُاليُه‬ ُ ُ‫اجلملة‬


ُ ُ‫مجلةُمراهاُإخل‬ ُ‫الرزقُ والرمان إيل الرزقُوالرمان‬
ُ ُ ‫ت‬ُ ‫اخرُالبي‬
ُ 5‫أنُيصب‬ ُ ‫فجنهُ الازمُ أنُ فجنةُالازم‬
ُ ُ‫يصبا‬

Penyampaian sebuah khabar pada dasarnya dapat berupa jumlah ismiah dan

jumlah fi’liyah. Penggunaan jumlah ismiah menunjukkan suatu khabar yang

disampaikan memiliki makna tetap atau tetapnya musnad (khabar) bagi musnad

ilaih (mubtada). Namun kadang kala jumlah ismiah memiliki makna yang berbeda

atau memiliki maksud lain selain dari makna awalnya6 seperti perkataan yang

diungkapkan untuk memuji, mencela, khabar (perdikat)nya bukan fi’il ataupun

Abdu al-Rahman Hasan Habannah al-Mairani, al-Balagah al-Arabiyah (ususuha wa


4

‘ulumuha wa fununuha), h. 167


5
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 140-141.
6
Al-Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balagah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’,
h. 66-67.
5

jumlah fi’liah7, sedangkan jika suatu berita disampaikan dalam jumlah fi’liyah

menunjukkan bahwa berita yang disampaikan berdasarkan kejadian yang terikat

oleh waktu8. contoh

Jumlah ismiah ُ‫الشمسُ رمُضيئة‬


ُ‫ر‬
َ ُ ُ ٰ َ َ َ َّ
Jumlah ismiah (pujian) ٤ ‫َواِ نك لعلى خل ٍق ع ِظ ْي ٍم‬

Jumlah ismiah (terus menerus) ُ‫ُاَُلحعُلحُ رُمُ َُنفُع‬


Jumlah fi’liyah ُ‫اءر‬
ُ ‫أَُحُم ُطَرتُُالسُ َُم‬
Musnad ilaih dalam ilmu balagah terdari dari mubtada, fa’il dan naibul

fa’il9, isim kana, isim inna, maf’ul awwal (zanna dan saudaranya) sementara yang

dapat menjadi musnad adalah fi’il, khabar mubtada, khabar kaana dan khabar

inna10. Musnad ilaih dapat dikenali dengan memperhatikan beberapa cara

penggunaannya yaitu11:

1. Dhomir, tujuannya untuk menunjukkan keberadaan musnd ilaih sebagai

penyampai informasi, contoh

ُ‫أنُُالنيبُالُك ُذبُُُأنُُُابنُعبدُاملطالب‬
“Saya adalah Nabi tidak mungkin berbohong, saya anak Abdul Muthalib”

2. Isim ‘alam, tujuannya untuk memberikan nama khusus agar berbeda dengan

yang lain dan memunculkan makna dalam hari para pendengar, contoh QS.
al-Baqarah/2: 127

7
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 139.
8
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 146.
9
Abdul Aziz bin Ali al-Harabi, al-Balagah al-Muyassarah (Cet. II; Bairut: Dar Ibnu hizam,
2011), h. 25
10
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah (Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi)
(Cet. I; Makassar: Alauddin University Press, 2013), h. 86.
11
Abdul Aziz bin Ali al-Harabi, al-Balagah al-Muyassarah, h. 27
6

َْ َ َ َّ َّ ْ َ َ َ َّ ُ
َّ ‫ك ا ْن َت‬ َْ َ َْ َ ْ
١٢٧ ‫الس ِم ْي ُع الع ِل ْي ُم‬ ‫َواِ ذ َي ْرف ُع ِا ْب ٰر ٖه ُم الق َو ِاعد ِم َن الب ْي ِت َواِ ْس ٰم ِع ْيل َربنا تقَّبل ِمنا ِان‬
Terjemahnya
“dan (Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama
Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
3. Isim isyarah, tujuannya untuk merendahkan apabila menggunakan kata

tunjuk yang dekat dan mengagungkan apabila menggunakan kata tunjuk

yang jauh, contoh QS. al-Ankabut/29: 64


َ َ ْ ُ َ َ ُ َْ َ َ ْٰ َّ َّ َ َ َّ َ ْ ُّ ُ َ ْ ٰ
٦٤ ‫َو َما ه ِذ ِه الح ٰيوة الدنيآ ِالا ل ْه ٌو َّول ِع ٌب َواِ ن الد َار الا ِخ َرة ل ِه َي الح َي َوانُۘ ل ْو كان ْوا َيعل ُم ْون‬
Terjemahnya
“Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah senda gurau dan permainan.
Sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya seandainya
mereka mengetahui”.
QS. al-Baqarah/2: 2
َ َّ ْ ً ُ َ ٰ ْ َ ٰ
٢ َۙ‫ذ ِلك ال ِكت ُب لا َر ْي َبۛ ِف ْيهِ ۛ هدى ِلل ُمت ِق ْين‬
Terjemahnya
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan)
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa”
4. Alif lam, tujuannya untuk memberikan makna yang bersifat menyeluruh

terhadap makan yang dikandung, contoh QS. al-‘Asr/103: 2


ْ ُ َ َ ْ ْ َّ
٢ َۙ‫ِان ال ِان َسان ل ِف ْي خس ٍر‬
Terjemahnya
“Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian”
5. Nakirah, tujuannya untuk memberikan gambaran yang menjadi objek

pembicaraan tidak jelas12 contoh QS. al-Qashash/28: 20


َ َ ْ ْ َ َ ُُ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ ٰ َ َ َ َ ْ َ ‫َو َجا َۤء َر ُج ٌل م ْن َا ْق‬
‫صى ال َم ِد ْين ِة ي ْس ٰعىۖ قال ٰي ُم ْوسٓى ِان ال َملا َيأت ِم ُر ْون ِبك ِل َيقتل ْوك فاخ ُرج ِ ِان ْي لك ِم َن‬ ِ
َ ّٰ
٢٠ ‫الن ِص ِح ْين‬
Terjemahnya
“ Seorang laki-laki datang bergegas dari ujung kota seraya berkata, “Wahai
Musa, sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang
12
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah (Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi),
h. 94- 99
7

engkau untuk membunuhmu. Maka, (lekaslah engkau) keluar (dari kota ini).
Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat
kepadamu.”
6. Mendahulukan dan mengakhirkan, salah satu tujuannya untuk ikhtishash13

contoh QS. al-Fatihah/1: 5


ُ َ َ َ ُ َْ َ
٥ ‫ِاَّياك نع ُبد َواَِّياك ن ْست ِع ْين‬
Terjemahnya
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah
kami memohon pertolongan”.
Berdasarkan penjelasan tentang penggunaan musnad ilaih tersebut, musnad

juga memiliki beberapa cara penggunaan di antaranya:

1. Mendahulukan dan mengakhirkan musnad dengan tujuan untuk

pengkhususan.

2. Musnad apabila dalam keadaan ma’rifah maka musnad tersebut telah

dikenali

3. Musnad dalam keadaan nakirah karena tidak ada hal yang dapat

mema’rifakan

4. Musnad di sebutkan dalam kalimat memiliki beberapa tujuan yaitu, apabila

musnad dalam bentuk jumlah fi’liah maka makna yang terkandung terikat

waktu sementara jika dalam jumlah ismiah maka makna yang terkandung

bersifat tetap atau mutlak14.

B. Tujuan Kalam Khabar

Kalam khbariyah pada dasarnya bertujuan menyampaikan berita agar dapat

tersampaikan kelawan bicara, secara garis besar kalam khbari memiliki dua tujuan

yaitu faidah al-khabar dan lazim al-faidah

13
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah (Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi),
h. 182.
Haniah, Al-Balagah al-Arabiyyah (Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi),
14

h. 101-103.
8

1. Faidah al-Khabar

Faidah al-khabar adalah menyampaikan suatu berita kepada lawan bicara

berdasarkan hukum yang terkandung dalam berita tersebut15, contoh

ُ،ُ‫شَُرُةَُ َُسُنَة‬
ُ‫ثُ َعُ ح‬
َُ َ‫ل‬
ُ َ‫امُ ُبَكُ ُةَُُث‬
َُ َ‫ُوُأَُق‬،
َُ ‫ي‬َُ ‫الَُحرُبَعُ ح‬
ُ‫ُوُأرحُوحُ َُيُإُُلَحُيهُُفُُسُنُُ ح‬،
َُ ‫رُولُ َُدُالنيبُُصليُللاُعليهُوسلمُ َُع َُامُاُلحفُحُي رُل‬
.16‫شُرا‬
ُ‫َُوبُُلح َمُ ُديحُُنَةُُ َُع ح‬
Artinya
“Nabi Muhammad dilahirkan pada tahun Gajah, diturunkan wahyu
kepadanya pada ketika beliau berumur empat puluh tahun. Beliau bermukim
di Mekkah selama 13 Tahun dan di Madinah 10 Tahun”.
2. Lazim al-Faidah

Lazim al-faidah adalah memberikan khabar kepada lawan bicara mengenai

hukum yang terkandung di dalamnya akan tetapi lawan bicara telah mengetahui

berita tersebut17, contoh

.18‫كُاُلحيَُ ُومُُ رُمُبَكُُرا‬


َُ ُ‫تُمُ حُنُنَُُوم‬
َُ ‫ض‬
ُ‫ُلََُق حُدُ َُنَ ح‬
‫ح‬ ‫ح‬
Artinya
“Sesungguhnya kamu bangkit dari tidurmu hari ini pagi sekali”
Kedua tujuan khabar tersebut adalah tujuan yang paling lumrah

disampaikan lawan bicara akan tetapi kalam khabar juga dapat memiliki maksud

lain seperti:

3. Al-Istriham19 adalah menyampaikan sebuah berita dengan maksud untuk

mengasihani dan dikasihani, contoh


20
ُ‫ص حُف ررُُاُلحَُو حُجهُُ َُعُلَحُيهُ حُمُخُُلَ رُعُاُلح َُم َُذلُةُُ َُبدُُيَ حه‬
َُ ُ‫كُبُ َُداهُُيَحُه‬
َ ‫إُنُُاُلحَُحبَُم َُك ُةَُالَُ ُذُيح َُنُُرررُمُواُلَ َديح‬
Terjemahnya

15
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 146.
16
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 144.
17
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 147.
18
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 144.
Al-Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balagah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-
19

Badi’, h. 56.
20
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah,, h. 144.
9

“Sesungguhnya orang-orang Barmak yang ditimpa bencana darimu wajah-


wajahnya menguning dan pakaiannya tampak hina”
4. Al-Dha’fi berarti menampakkan kelemahan, contoh QS. Maryam/19: 4
ْ
ًّ َ َ َ َ ُ ْ ُ َ ْ َ َّ ً ْ َ ُ َّ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ
ْۢ ‫قال َر ِب ِ ِاني وهن العظم ِم ِني واشتعل الرأس شيبا ولم اك‬
٤ ‫ن ِبدعاۤىِٕك ر ِب ش ِقيا‬
Terjemahnya
“Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah
lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam
berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku”.
5. Al-Tahassur21 berarti menunjukkan kekecewaan, contoh QS. Ali ‘Imran/3:

36
ٰ ْ ُ ْ َ َ َّ َْ ْ َ َ َ َ ْ َ ُ ّٰ َ ٰ ْ ُ َ ُ ْ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ َّ َ َ
٣٦ ۚ‫اّٰلل اعل ُم ِبما َوضعت َولي َس الذك ُر كالانثى‬ ‫فلما َوضعت َها قالت َر ِب ِاِني وضعتهآ انثى و‬
Terjemahnya
“Ketika melahirkannya, dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan
anak perempuan.” Padahal, Allah lebih tahu apa yang dia (istri Imran)
lahirkan. “Laki-laki tidak sama dengan perempuan”
6. Al-Fakhr bermaksud untuk sombong, contoh sebagaimana dalam syair yang

mengatakan

22
ُ‫سابُ حُمُأَُ َُنُأَُحُوُمُُثحلُي‬
َُ ‫أَُ َُنُاُلح َقُائُ رُدُا حُلَامُيُالذُ َُم َارُُ َُوإُ ُّنَاُيُر َُدافُ رُعُ َُع حنُُأَُ حُح‬
Artinya
“Saya adalah pemimpin yang melindungi al-Zumar, dan sesungguhnya
satu-satunya orang yang dapat membela mereka adalah saya atau orang
seperti saya”
7. Menghimbau untuk tetap dan berusaha contohnya perkataan Thahir bin Al-

Husani dalam suratnya kepada Al-Abbas bin Al-Musa Al-Hadi

23
ُ‫يُو َُج حل‬
َُ َ‫تُ َُعُل‬
ُ‫اُم حنُُُيَبُحُي ر‬
َُ ‫اُوُلَكُ حُنُأَُ رُخ حُوُ َُه‬
َُ ُ‫تُ َُنئُم‬
َُ ‫اجاتُُ َُم حنُُ َُب‬
َُ ‫سُأَُ رُخوُا حُل‬
َُ ‫َُوُلَحُي‬
Artinya
“orang yang banyak kebutuhan itu bukanlah orang yang sepanjang malam
tidur nyenyak. Akan tetapi orang yang punya kebutuhan adalah orang yang
sepanjang malam dalam ketakutan”

21
Al-Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balagah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’,
h. 56.
Abdu al-Rahman Hasan Habannah al-Mairani, al-Balagah al-Arabiyah (ususuha wa
22

‘ulumuha wa fununuha), h. 173.


23
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah,, h. 144.
10

Sementara dalam kitab al-Balagah al-‘Arabiyah menyebutkan tujuan kalam

khabar ada empat belas di antaranya ada beberapa yang sama dengan yang telah

disebutkan sebelumnya seperti faidah al-khabar, lazim al-faidah, al-fakhr, al-

istirham, al-dha’fi dan al-tahassur. Sedangkan yang berbeda adalah

8. Al-Tadzkir (mengingatkan)

9. Al-Wa’dzhu (menasihati)

10. Al- Syaatimah (menghina)

11. Seseorang yang mengetahui berita itu, boleh jadi kedudukannya sama

dengan orang yang tidak mengetahuinya, karena dia tidak bertindak sesuai

dengan pengetahuannya.

12. Dapat dimaksudkan untuk memberitahukan kepada orang lain selain orang

yang disapa

13. Al-Madhu wa al-Tsanaau (memuji dan menyanjung) contoh

ُ‫اللهمُأنتُخالقُالسماواتُوالرض‬
14. Al-Taubikh (teguran) contoh QS. al-Taubah/9: 25
َ ُ ْ َ ُْ ُ ُ ُ َ ُ َُْ ُ َْ َ َ ٰ
٣٥ ‫ هذا َما كنزت ْم ِلانف ِسك ْم فذ ْوق ْوا َما كنت ْم تك ِنز ْون‬...
Terjemahnya
“Inilah apa (harta) yang dahulu kamu simpan untuk dirimu sendiri (tidak
diinfakkan). Maka, rasakanlah (akibat dari) apa yang selama ini kamu
simpan.”
15. Al-Farhu (kegembiraan) 24 contoh QS. al-Zumar/39: 74
َّ ّٰ ُ َ ْ
َ ٰ ْ ْ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ ََّ ْ ُ ََ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ ُ َ
‫ّٰلل ال ِذ ْي صدقنا َوعد ٗه َوا ْو َرثنا الا ْرض نت َبَّوا ِم َن الجن ِة حيث نشا ُۤءۚف ِنع َم اج ُر الع ِم ِل ْين‬
ِ ِ ‫َوقالوا الح ْمد‬
٧٤
Terjemahnya
“Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya
dan mewariskan bumi (di akhirat) ini kepada kami sehingga dapat
menempati surga sesuai dengan kehendak kami.” (Surga adalah) sebaik-
baik balasan bagi orang-orang yang beramal (saleh)”.

Abdu al-Rahman Hasan Habannah al-Mairani, al-Balagah al-Arabiyah (ususuha wa


24

‘ulumuha wa fununuha), h. 173-175.


11

C. Macam - Macam Kalam Khabar

Khabar berdasarkan kondisi mukhatabnya di bagi menjadi tiga yaitu:

1. Kalam Ibtida’i

Kalam ibtidai’i terjadi apabila penerima informasi sama sekali tidak

mengetahui informasi yang akan disampaikan sehingga kalimat yang disampaikan

tidak disertai dengan huruf taukid25 contoh QS. al-Alaq/96: 1-5


َ َ ْ َ ََّ ْ َّ ْ ْ ْ ْ
ُ
ْ َْ َ
ُّ َ َ ََ ْ َ ْ ْ ََ َ
َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ
َۙ‫ ال ِذي علم ِبالقل ِم‬٣ َۙ‫ ِاقرأ وربك الاكرم‬٢ ۚ‫ خلق ال ِانسان ِمن عل ٍق‬١ ۚ‫ِاق َرأ ِباس ِم ر ِبك ال ِذي خلق‬
َ َ
َ ْ َ َ ْ ْ ََّ
٥ ‫ عل َم ال ِان َسان َما ل ْم َيعل ْم‬٤
Terjemahnya
“(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! (2) Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah (3) Bacalah! Tuhanmulah Yang
Mahamulia (4) yang mengajar (manusia) dengan pena (5) Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya”.
2. Kalam Thalabi

Kalam thalabi terjadi apabila lawan bicara ragu terhadap informasi yang

disampaikan dan membutuhkan keyakinan terhadap informasi tersebut sehingga

membutuhkan taukid contoh QS Yasin/36: 14


َ ُ ُ َ َّ ُ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ ُ ْ ُ ََّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ
١٤ ‫ث فقال ْوٓا ِانآ ِال ْيك ْم ُّم ْر َسل ْون‬
ٍ ِ ‫ِاذ ارسلنآ ِالي ِهم اثني ِن فكذبوهما فعززنا ِب‬
‫ل‬‫ا‬ ‫ث‬
Terjemahnya
“Ketika kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka
mendustakan keduanya. Kemudian Kami menguatkan dengan (utusan) yang
ketiga. Maka, ketiga (utusan itu) berkata, “Sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang diutus kepadamu.”
3. Kalam Ingkari

Kalam ingkari terjadi apabila lawan bicara dalam kondisi terang-terangan

mengingkari khabar yang disampaikan oleh pembicara. Dalam kondisi demikian

kalimat wajib disertai penguat dengan satu penguat atau lebih sesuai dengan

frekuensi keingkarannya26 contoh QS Yasin/36: 16

25
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 155.
26
Abdul Aziz bin Ali al-Harabi, al-Balagah al-Muyassarah, h. 24
12

َ ُ َ ُ َ َّ َ ْ َ ُّ ُ َ
١٦ ‫قال ْوا َربنا َيعل ُم ِانآ ِال ْيك ْم ل ُم ْر َسل ْون‬
Terjemahnya
“Mereka (para rasul) berkata, “Tuhan kami mengetahui bahwa
sesungguhnya kami benar-benar para utusan(-Nya) kepadamu”.
Sebagai catatan bahwa penggunaan huruf taukid dalam kalam khabar

memiliki banyak macam di antaranya inna, anna, huruf qasam, lam ibtida’i, nun

taukid, huruf tanbih, huruf zaidah, qad, dan amma as-Syarthiyah27. Berdasarkan

penjelasan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan huruf taukid dalam kalam

khabari tergantung pada lawan bicara apakah ia menerima, ragu atau bahkan

menolak.

D. Kalam Khabar yang Berbeda Ketentuan Lahiriahnya

Ketentuan lahiriah kalam khabar ada tiga yaitu, (1) Khabar disampaikan ke

lawan bicara tanpa menggunakan huruf taukid karena lawan bicara menerima

sepenuhnya informasi, (2) Khabar disampaikan ke lawan bicara dengan

menggunakan huruf taukid karena lawan bicara tampak ragu dan (3) Khabar

disampaikan dengan harus menyertakan huruf taukid karena lawan bicara secara

nyata ingkar terhadap informasi yang disampaikan. Namun kadang kala kalam

khabar berbeda dengan ketentuan aslinya disebabkan oleh beberapa hal yaitu,

1. Penerima informasi (menerima informasi sepenuhnya berposisi sebagai

orang yang ragu terhadap informasi yang disampaikan karena didahului

suatu hukum, contoh QS. Hud/11: 37


َ ُ ْ ُ َّ َ َ َ ْ َّ َ ُ ََ َ ْ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ ُْ َ ْ َ
٣٧ ‫اط ْب ِن ْي ِفى ال ِذين ظل ُم ْواۚ ِانه ْم ُّمغ َرق ْون‬
ِ ‫واصن ِع الفلك ِباعي ِننا ووح ِينا ولا ت‬
‫خ‬
Terjemahnya
“Buatlah bahtera dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami dan
janganlah engkau bicarakan (lagi) dengan-Ku tentang (nasib) orang-orang
yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”

27
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 156.
13

2. Penerima informasi tidak termasuk dalam golongan ingkar terhadap

informasi yang disampaikan akan tetapi dianggap ingkar karena ada

beberapa tanda pengingkaran padanya, contoh QS. al-Mu’minun/23: 15


َ ُ َ َ ٰ َ ْ ُ َّ ُ
١٥ ‫ثَّم ِانك ْم َبعد ذ ِلك ل َم ِيت ْون‬
Terjemahnya
“Kemudian, sesungguhnya kamu setelah itu benar-benar akan mati”.
3. Penerima informasi termasuk dalam golongan ingkar terhadap informasi

yang disampaikan akan tetapi namun apabila dihadirkan bukti atau dalil

maka keingkarannya hilang28, contoh QS. al-Baqarah/2: 163

ُ ْ َّ ُ ٰ ْ َّ َ ُ َّ َ ٰ َ ٌ َّ ٌ ٰ ْ ُ ُ ٰ َ
١٦٣ ࣖ ‫احدۚ لا ِٓاله ِالا هو الرحمن الر ِحيم‬
ِ ‫واِ لهكم ِاله و‬
Terjemahnya
“Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada tuhan selain Dia
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.
Sementara dalam kitab al-Balagah al-Arabiyah penyimpangan makna

khabar dari makna aslinya terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Kalam khabar dalam bentuk perintah, contoh QS. al-Baqarah/2: 233


َ َ َ َّ َّ ُّ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ ُ َ َ ْ َ َ ْ ْ ُ ُ ٰ ٰ ْ َ
٢٣٣ …. ‫الرضاعة‬ ‫۞ والولِدت ير ِضعن اولادهن حولي ِن ك ِاملي ِن ِلمن اراد ان ي ِتم‬
Terjemahnya
“Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan…”
2. Kalam khabar dalam bentuk larangan, contoh QS. al-Baqarah/2: 197
َْ َ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ ََّ ْ َ َ َ ٌ ُ ْ ْ َ ُّ َ ْ َ
١٩٧ … ‫الحج اش ُه ٌر َّمعل ْو ٰمتۚ ف َم ْن ف َرض ِف ْي ِهَّن الحج فلا َرفث َولا ف ُس ْوق َولا ِجدال ِفى الح ِج‬
Terjemahnya
“(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi.
Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah
berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah)
haji”.

28
Ali al-Jarimi dan Mushthafah Amin, al- Balagah al-Wadhihah, h. 164-165.
14

3. Kalam khabar dalam bentuk doa atau harapan29 seperti dalam firman Allah

Q.S Yusuf/12: 92
َ ُ َ ّٰ ْ ُ
َ
٩٢ ‫الر ِح ِم ْين‬ ُ ‫َق َال َلا َت ْثر ْي َب َع َل ْيك ُم ال َي ْو َم َي ْغف ُر‬
ّٰ ‫اّٰلل لك ْمۖ َو ُه َو ا ْر َح ُم‬
ِ ِ
Terjemahnya
“Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu,
mudah-mudahan Allah mengampuni kamu. Dia Maha Penyayang di antara
para penyayang”.
Kalam khabar sebagaimana yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa ada

beberapa kondisi yang menyebabkan kalam khabar keluar dari ketentuan awalnya

seperti mukhatab (menerima informasi sepenuhnya) ragu, tidak termasuk ingkar

tapi dianggap ingkar, masuk dalam golongan ingkar tapi akan hilang keingkarannya

jika di tunjukkan bukti-bukti dan kadang kala kalam khabar di dalamnya tersirat

kata perintah, larangan dan doa.

29
Abdu al-Rahman Hasan Habannah al-Mairani, al-Balagah al-Arabiyah (ususuha wa
‘ulumuha wa fununuha), h. 175-177.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kalam khabar adalah berita yang disampaikan kepada lawan bicara yang
dapat berupa kebenaran dan kebohongan
2. Tujuan kalam khabar umumnya ada dua yaitu faidah al-khabar dan lazim
al-faidah namun bisa juga memiliki tujuan lain seperti al-istirham, al-
dha’fi, al-tahassur, al-fakhr, al-tadzkir, al-wa’dzhu, al-syatimah, al-madhu
wa al-tsanaau, al-tabikh, al-farhu, himbauan untuk terus berusaha,
kedudukan informan sama dengan penerima informasi karena perbuatannya
dan pemberitahuan kepada orang lain selain orang yang disapa
3. Macam kalam khabar ada tiga yaitu kalam ibtida’i, kalam thalabi dan kalam
inkari
4. Kalam khabar yang keluar dari ketentuan awalnya ada enam yaitu
mukhatab yang ragu dengan informasi karena di dahului suatu hukum,
mukhatab termasuk ingkar karena ada beberapa tanda pengingkaran,
mukhatab termasuk golongan ingkar namun apabila ada bukti maka
keingkarannya akan hilang, kalam khabar yang bersifat perintah, larangan
dan doa
B. Saran
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan penulis berharap pembahasan kalam
khabar memberikan wawasan untuk memahami kalam khabar dan pembahasan
tersebut tidak hanya sampai di sini saja akan tetapi bisa dikembangkan lagi untuk
menambah khazanah tentang ilmu balagah khususnya ilmu ma’ani serta jika ada
masukan dari pembaca baik itu dalam penulisan maupun isi materi, akan kami
terima dengan sangat baik untuk penulisan-penulisan ke depannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahnya

Jarimi , Ali dan Mushthafah Amin. al- Balagah al-Wadhihah. t.t. Dar al-Ma’arif, 1999.

Mairani, Abdu al-Rahman Hasan Habannah. al-Balagah al-Arabiyah (ususuha wa

‘ulumuha wa fununuha), Juz. I. Cet. I; Damaskus: Dar al-Qalam, 1966.

Haniah. Al-Balagah al-Arabiyyah (Studi Ilmu Ma’ani dalam Menyingkap Pesan Ilahi). Cet.

I; Makassar: Alauddin University Press, 2013.

Mairani, Abdu al-Rahman Hasan Habannah. al-Balagah al-Arabiyah (ususuha wa

‘ulumuha wa fununuha), Juz. I. Cet. I; Damaskus: Dar al-Qalam, 1966.

Harabi, Abdul Aziz bin Ali. al-Balagah al-Muyassarah. Cet. II; Bairut: Dar Ibnu hizam,

2011.

16

Anda mungkin juga menyukai