Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANALISIS FORMAT PENGKAJIAN TRIASE

Kelompok I:
1. Agus Wahyono (202302161) 11. Retno P (202302208)
2. Amartia Putri L (202302162) 12. Santo (202302212)
3. Ayu Tri W (202302170) 13. Sitatun Ariyanti (202302218)
4. Dedi Herdodi (202302171) 14. Sodik Widodo (202302220)
5. Defita Apriliani (202302172) 15. Syafiq Fakhri (202302230)
6. Dian Rusdiana (202302177) 16. Taofiq Hidayanto (202302231)
7. Femalanti PS (202302182) 17. Tri Cahyono (202302233)
8. Hery Pranoto (202302186) 18. Warsito (202302237)
9. Irfan Romadhon (202302189) 19. Yulia Istanti (202302240)
10. Poniyatun (202302207) 20. Yuliatun Ulfiyah (202302242)

PRODI S1 KEPERAWATAN REGULER B


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disusun dalam rangka memenuhi tugas Keperawatan Gawat


Darurat oleh:

Kelompok I:
1. Agus Wahyono (202302161) 11. Retno P (202302208)
2. Amartia Putri L (202302162) 12. Santo (202302212)
3. Ayu Tri W (202302170) 13. Sitatun Ariyanti (202302218)
4. Dedi Herdodi (202302171) 14. Sodik Widodo (202302220)
5. Defita Apriliani (202302172) 15. Syafiq Fakhri (202302230)
6. Dian Rusdiana (202302177) 16. Taofiq Hidayanto (202302231)
7. Femalanti PS (202302182) 17. Tri Cahyono (202302233)
8. Hery Pranoto (202302186) 18. Warsito (202302237)
9. Irfan Romadhon (202302189) 19. Yulia Istanti (202302240)
10. Poniyatun (202302207) 20. Yuliatun Ulfiyah (202302242)

Diterima dan disahkan di Gombong


Tanggal ………….

Pembimbing

Putra Agina WS, M. Kep (...........................)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
kemuhammadiyahan dengan judul “Analisis Format Pengkajian Triase” tanpa
ada kendala suatu apapun.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad


SAW sebagai suri tauladan terbaik kita dalam menjalani hidup didunia untuk
menggapai kebahagiaan di akhirat.

Manusia tidak pernah luput dari salah dan lupa, maka penulisan makalah
inipun tidak terlepas dari kesalahan penulisan dan penyajian mengingat
keterbatasan kemampuan kami. Untuk itu kami selalu harapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing penulis dan pembaca


sekalian untuk meniti jalan yang benar dan diridhoi.

Gombong, 5 November 2023


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan..................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Tujuan..................................................................................................
C. Manfaat................................................................................................
BAB II ANALISA FORMAT PENGKAJIAN TRIASE...................................
A. Standar Dokumentasi Pengkajian Triase............................................
B. Komponen Dokumen Pengkajian Triase.............................................
C. Kelebihan Format Pengkajian Triase..................................................
D. Kekurangan Format Pengkajian Triase...............................................
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................
A. Kesimpulan..........................................................................................
B. SARAN................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan instansi pelayanan yang memberikan
pelayanan personal bersifat utama meliputi pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat. Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan instalasi
yang memberikan pelayanan pertama kali pada pasien yang mengalami
ancaman mortalitas dan abnormalitas secara terpadu (Permenkes, 2010),
yang merupakan pintu pertama masuknya pasien gawat darurat sehingga
diperlukan perawat Instalasi Gawat Darurat yang memiliki kemampuan
mengatasi kegawatdaruratan pasien untuk segera memberikan penanganan
agar dapat menyelamatkan nyawa pasien dan mencegah terjadinya
kecacatan lebih lanjut (Undang-Undang Republik Indonesia, 2009). Tujuan
pelayanan di Instalasi Gawat Darurat yaitu tercapainya kepuasan pasien dan
keluarga dalam mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat dan benar.
Tujuan tersebut akan tercapai jika didukung oleh sumber daya manusia yang
mencukupi dan perencanaan manajemen yang profesional. Instalasi gawat
darurat dikelola untuk menangani pasien gawat darurat mengancam jiwa
yang melibatkan tenaga profesional terlatih serta didukung dengan peralata
khusus, sehingga perawat dalam memberikan pelayanan pasien secara
cepat dan tepat.
Ketepatan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus didukung
dengan pelaksanaan triage yang benar (Merihot, 2012). Triage merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk memilih dan memilah pasien yang akan
masuk ke Instalasi Gawat Darurat, dari proses memilah dan memilih pasien
yang masuk IGD akan dikategorikan kedalam pasien true emergency dan
false emergency (Conrad, 2012). Penerapan konsep triage yang baik
diperlukan kesiapan dan peran perawat IGD dalam menangani kondisi
kegawatdaruratan. Salah satu peran perawat IGD adalah melakukan triage.
Pada kegiatan triage perawat bertanggung jawab penuh dalam pengambilan
keputusan segera (decision making), melakukan pengkajian resiko,
pengkajian sosial, diagnosis, dan menentukan prioritas serta merencanakan
tindakan berdasarkan tingkat urgency pasien (Sands, 2009).
Tujuan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat yaitu tercapainya
kepuasan pasien dan keluarga dalam mendapatkan pelayanan yang cepat,
tepat dan benar. Tujuan tersebut akan tercapai jika didukung oleh sumber
daya manusia yang mencukupi dan perencanaan manajemen yang
profesional. Instalasi gawat darurat dikelola untuk menangani pasien gawat
darurat mengancam jiwa yang melibatkan tenaga profesional terlatih serta
didukung dengan peralatan khusus, sehingga perawat dalam memberikan
pelayanan pasien secara cepat dan tepat. Ketepatan pelayanan di Instalasi
Gawat Darurat harus didukung dengan pelaksanaan triage yang benar
(Merihot, 2012). Triage merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memilih dan memilah pasien yang akan masuk ke Instalasi Gawat Darurat,
dari proses memilah dan memilih pasien yang masuk IGD akan
dikategorikan kedalam pasien true emergency dan false emergency
(Conrad, 2012). Penerapan konsep triage yang baik diperlukan kesiapan dan
peran perawat IGD dalam menangani kondisi kegawatdaruratan. Salah satu
peran perawat IGD adalah melakukan triage. Pada kegiatan triage perawat
bertanggung jawab penuh dalam pengambilan keputusan segera (decision
making), melakukan pengkajian resiko, pengkajia sosial, diagnosis, dan
menentukan prioritas serta merencanakan tindakan berdasarkan tingkat
urgency pasien (Sands, 2009) PRINSIP DAN TIPE TRIAGE “Time Saving is
Life Saving (waktu keselamatan adalah keselamatan hidup) The Right
Patient, to The Right Place at The Right Time, with The Right Care Provider”.

1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu. Kemampuan


berespon dengan cepat terhadap kemungkinan penyakit yang
mengancam kehidupan atau injuri adalah hal yang terpenting di
departemen kegawat daruratan.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat. Ketelitian dan keakuratan
adalah elemen yang terpenting dalam proses interview.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian. Keselamatan dan perawatan
pasien yang efektif hanya dapat direncanakan bila terdapat informasi
yang adekuat serta data yang akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi. Tanggung
jawab utama seorang perawat triase adalah mengkaji secara akurat
seorang pasien dan menetapkan prioritas tindakan untuk pasien tersebut.
Hal tersebut termasuk intervensi terapeutik, prosedur diagnostik dan
tugas terhadap suatu tempat yang diterima untuk suatu pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien:
a. Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat
menetapkan hasil secara serempak dengan pasien
b. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan penanganan
yang dapat menyebabkan keterpurukan status kesehatan pada
seseorang yang sakit dengankeadaan kritis.
c. Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarga atau temannya.

Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan sistem


prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman
jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan:
1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
2. Dapat mati dalam hitungan jam.
3. Trauma ringan.
4. Sudah meninggal.

Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan:


1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban.
2. Menilai kebutuhan medis.
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup.
4. Menilai bantuan yang memungkinkane.
5. Memprioritaskan penanganan definitive.
6. Tag warna.

Klasifikasi dan Penentuan Prioritas


Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triage didasarkan
pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup
keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfokus. Menurut
Comprehensive Speciality Standart, ENA tahun1999, penentuan triase
didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain
pada factor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan sertaalur
pasien lewat system pelayanan kedaruratan. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang
atau meningkat keparahannya. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi
pasien dalam system triage adalah kondisi klien yang meliputi:
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan
yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi
memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan
oleh gangguan ABC (Airway/jalan nafas, Breathing/Pernafasan,
Circulation/Sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal
atau cacat (Wijaya, 2010).

Proses Triage
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat
triage harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat
singkat dan melakukan pengkajian,misalnya terlihat sekilas kearah pasien
yang berada di brankar sebelum mengarahkanke ruang perawatan yang
tepat.Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat,
tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian
perawat utama. Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan
pasien di area pengobatan yang tepat, misalnya bagian trauma dengan
peralatan khusus, bagian jantung dengan monitor jantungdan tekanan darah,
dll. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah
triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama
sedikitnyasekali setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau
gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit/lebih bila perlu. Setiap
pengkajian ulang harus didokumentasikan dalam rekam medis. Informasi
baru dapat mengubah kategorisasi keakutan dan lokasi pasien di area
pengobatan. Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya
berada di area pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien
tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkope, atau diaphoresis (Iyer,
2004). Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda-tanda objektif
bahwa ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation,
maka pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan
atas data objektif dan data subjektifsekunder dari pihak keluarga. Setelah
keadaan pasien membaik, data pengkajiankemudian dilengkapi dengan data
subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer).

B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata
kuliah keperawatan gawat darurat dan untuk tujuan umumnya agar kita
mengetahui gambaran pelaksanaan triage di Rumah Sakit serta mengetahui
gambaran respon time dalam melayani pasien baru.

C. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
Manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan literatur referensi bagi mahasiswa tentang triage dan
respon time di ruang Instalasi Gawat Darurat.

2. Bagi Rumah sakit


Rumah Sakit Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan kinerja perawat terutama di ruang Instalasi
Gawat Darurat sehingga terselenggara pelayanan cepat, responsif, tepat
dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat di Rumah sakit.
BAB II
ANALISA FORMAT PENGKAJIAN TRIASE

A. Standar Dokumentasi Pengkajian Triase


Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hukum. Sedangkan pendokumentasian adalah
pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek maupun aktifitas
pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari
kegiatan yang harus dikerjakan oleh perawat setelah memberi asuhan
kepada pasien.
Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta
respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya. Dengan demikian
dokumentasi keperawatan mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis
pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi yang terjadi
selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai
wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner) yang dapat
dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung
jawabkan.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari
asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Dengan demikian
pemahaman dan ketrampilan dalam menerapkan standar dengan baik
merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap tenaga keperawatan agar
mampu membuat dokumentasi keperawatan secara baik dan benar.
Dokumentasi yang berasal dari kebijakan yang mencerminkan standar
nasional berperan sebagai alat manajemen resiko bagi perawat UGD. Hal
tersebut memungkinkan peninjau yang objektif menyimpulkan bahwa
perawat sudah melakukan pemantauan dengan tepat dan
mengkomunikasikan perkembangan pasien kepada tim kesehatan.
Pencatatan, baik dengan computer, catatan naratif, atau lembar alur harus
menunjukkan bahwa perawat gawat darurat telah melakukan pengkajian dan
komunikasi, perencanaan dan kolaborasi, implementasi dan evaluasi
perawatan yang diberikan, dan melaporkan data penting pada dokter selama
situasi serius. Lebih jauh lagi, catatan tersebut harus menunjukkan bahwa
perawat gawat darurat bertindak sebagai advokat pasien ketika terjadi
penyimpangan standar perawatan yang mengancam keselamatan pasien.
(Anonimous, 2002).
Dokumentasi secara akurat dalam rekam medis adalah salah satu cara
terbaik bagi perawat klinis untuk membela diri dari tuntutan hukum karena
kelalain dalam pemberian perawatan. Dokumentasi yang berasal dari
kebijakan yang mencerminkan standar nasional berperan sebagai alat
manajemen risiko bagi perawat UGD. Hal tersebut memungkinkan peninjau
yang objektif menyimpulkan bahwa perawat sudah melakukan pemantauan
dengan tepat dan mengomunikasikan perkembangan pasien kepada tim
kesehatan.
Dalam dokumentasi triage terdiri dari lima yaitu pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mengetahui keadaan dan menentukan
prioritas perawatan berdasarkan kebutuhan fisik dan psikologis, serta
faktor-faktor lain yang mempengaruhi pasien sepanjang siste\m tersebut.
Area pengkajian pertama harus selalu pengkajian sistem
kardiovasculer dan respirasi, termasuk tanda vital. Pengkajian tersebut
adalah pengkajian utama yang dimandatkan pada semua perawat gawat
darurat untuk dilakukan pada semua pasien, tanpa memperdulikan
keluhannya. Pemeriksaan umum dapat dilakukan secara bersamaan
dengan pemeriksaan utama, meluas ke area seperti tingkat kesadaran,
kualitas bicara, organisasi pikiran, tampilan umum (missal: pakaian,
hygiene, warna kulit, ekspresi wajah, postur, aktivitas motorik pada saat
pasien duduk atau dilepas pakaiannya, bau kulit atau bau nafasnya), dan
tingkat distress. Satu aspek yang sangat penting dari pengkajian adalah
pembentukan hubungan terapeutik.

2. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian perawat harus menentukan
diagnose untuk merencanakan tindakan keperawatan. Menurut nanda
diagnose keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan actual atau potensial, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang sesuai.
3. Intervensi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan perencanaan
menyatakan “perawat gawat darurat harus merumuskan rencana asuhan
keperawatan yang komprehensif untuk pasien IGD dan kolaborasi dan
perumusan keseluruhan rencana perawatan pasien” (ENA,1995b).
Dalam intervensi di triage elemen penting dari perencanaan adalah
kesiapan. Perawatan harus memastikan alat-alat medis dan suplai
barang-barang tersebut tersedia dan berfungsi dengan baik sehingga
tidak akan terjadi keterlambatan dalam pemberian perawatan pada
pasien.

4. Implementasi
Standar praktik ENA yang berkaitan dengan implementasi
menyatakan, “perawat gawat darurat harus mengimplementasikan
rencana perawatan berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan,
dan diagnosis medis” (ENA, 1995b).
Dalam implementasi di triage, perawat harus memiliki kompetensi
dalam memberikan perawatan di IGD yang mencakup tindakan
penyelamatan nyawa dan alat gerak. Perawat yang memiliki kompetensi
harus mampu mengantisipasi kebutuhan keahlian khusus sesuai yang
diindikasikan oleh situasi klinis, dan perawat harus berusaha dan
mendokumentasikan semua upaya tersebut.

5. Evaluasi
Pernyataan standar ENA yang berkaitan dengan evaluasi dan
memodifikasi rencana perawatan berdasarkan respon pasien yang dapat
diobservasi dan pencapaian tujuan pasien (ENA, 1995b). Pada tahap
pengkajian, pada proses triase yang mencakup dokumentasi:
a. Waktu dan datangnya alat transportasi.
b. Keluhan utama (misal. “Apa yang membuat anda datang kemari?”).
c. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan.
d. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat.
e. Penempatan di area pengobatan yang tepat (msl. kardiak versus
trauma, perawatan minor versus perawatan kritis).
Permulaan intervensi (misal. balutan steril, es, pemakaian bidai,
prosedur diagnostik seperti pemeriksaan sinar X, elektrokardiogram
(EKG), atau Gas Darah Arteri (GDA)) (ENA, 2005).

Komponen Dokumentasi Triase


1. Tanggal dan waktu tiba.
2. Umur pasien.
3. Waktu pengkajian.
4. Riwayat alergi.
5. Riwayat pengobatan.
6. Tingkat kegawatan pasien.
7. Tanda - tanda vital.
8. Pertolongan pertama yang diberikan .
9. Pengkajian ulang.
10. Pengkajian nyeri.
11. Keluhan utama.
12. Riwayat keluhan saat ini.
13. Data subjektif dan data objektif.
14. Periode menstruasi terakhir.
15. Imunisasi tetanus terakhir.
16. Pemeriksaan diagnostic.
17. Administrasi pengobatan.
18. Tanda tangan registered nurse.
Rencana perawatan lebih sering tercermin dalam instruksi dokter serta
dokumentasi pengkajian dan intervensi keperawatan daripada dalam tulisan
rencana perawatan formal (dalam bentuk tulisan tersendiri). Oleh karena itu,
dokumentasi oleh perawat pada saat instruksi tersebut ditulis dan
diimplementasikan secara berurutan, serta pada saat terjadi perubahan
status pasien atau informasi klinis yang dikomunikasikan kepada dokter
secara bersamaan akan membentuk “landasan” perawatan yang
mencerminkan ketaatan pada standar perawatan sebagai pedoman.
Dalam implementasi perawat gawat darurat harus mampu melakukan
dan mendokumentasikan tindakan medis dan keperawatan, termasuk waktu,
sesuai dengan standar yang disetujui. Perawat harus mengevaluasi secara
kontinu perawatan pasien berdasarkan hasil yang dapat diobservasi untuk
menentukan perkembangan pasien ke arah hasil dan tujuan dan harus
mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi pengobatan dan
perkembangannya. Standar Joint Commision (1996) menyatakan bahwa
rekam medis menerima pasien yang sifatnya gawat darurat, mendesak, dan
segera harus mencantumkan kesimpulan pada saat terminasi pengobatan,
termasuk disposisi akhir, kondisi pada saat pemulangan, dan instruksi
perawatan tindak lanjut. Proses dokumentasi triage menggunakan sistem
SOAPIE, sebagai berikut:

1. S: data subjektif .
2. O: data objektif.
3. A: analisa data yang mendasari penentuan diagnosa keperawatan.
4. P: rencana keperawatan.
5. I: implementasi, termasuk di dalamnya tes diagnostic.
6. E: evaluasi/pengkajian kembali keadaan/respon pasien terhadap
pengobatan dan perawatan yang diberikan (ENA, 2005).

B. Komponen Dokumen Pengkajian Triase


Komponen pengkajian triase di IGD RS PKU Muhammadiyah
Gombong terdapat di RM 3.3 yang berisikan:
1. Identitas Pasien yang terdiri dari:
a. Nomor Rekam Medis.
b. Nama.
c. Tanggal Lahir.
d. Alamat.
e. Nomor Induk KTP.
2. Tanggal masuk.
3. Jam masuk.
4. Keluhan utama.
5. Tanda vital yang meliputi: GCS, pupil, reflek cahaya, TD, nadi, suhu,
pernafasan, SPO2, akral, berat badan.
6. Status alergi.
7. Gangguan perilaku.
8. Triase.
a. P1: Emergency (merah).
b. P2: Potensial Emergency (kuning).
c. P3: Non Emergency (hijau).
d. P0: Death on Arrival (hitam).
9. Respon time
a. P1: segera (0 menit).
b. P2: 10 menit.
c. P3: 30-60 menit.
10. Kontak awal pasien:
a. Cara masuk:Jalan,brankar,kursi roda,gendong
b. Sudah terpasang:
c. Alasan kedatangan:dating sendiri, polisi, rujukan, dijemput, dll.
d. Kendaraan: ambulance, bukan ambulance.
e. Identitas pengantar: nama, nomor telpon.
f. Kasus: Trauma, non-trauma.
11. Mekanisme trauma:
a. KLL Tunggal: tempat kejadian, tanggal kejadian, waktu kejadian.
b. KLL ganda: dicantumkan lawannya.
c. Jatuh dari ketinggian, jelaskan.
d. Luka bakar, jelaskan.
e. Trauma lainnya
12. Tanggal dilakukan pengkajian.
13. Jam dilakukan pengkajian.
14. Petugas triase:nama dan tanda tangan.

C. Kelebihan Format Pengkajian Triase


1. Formatnya simple hanya 1 halaman saja, tidak terlalu banyak hal yang
perlu diisi.
2. Masing-masing kriteria sudah memiliki lembar observasinya masing-
masing. (P1 warna merah, P2 warna kuning, P3 warna hijau).
3. Sudah terdapat format pengkajian pre hospital.

D. Kekurangan Format Pengkajian Triase


1. Belum tercantum Riwayat imunisasi.
2. Belum tercantum status Airway, Breathing, Circulation, Disability.
3. Belum dicantumkan untuk pasien obstetri/pasien hamil.
4. Belum dicantumkan status psikologis pasien: marah, takut, cemas,
gelisah.
5. Belum ada evaluasi SOAP sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan
tingkat kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan
prioritas penanganan dan sumber daya yang ada.
Prinsip dalam pelaksanaan triase: 1) Triase harus cepat dan tepat; 2)
Pemeriksaan harus adekuat dan akurat; 3) Keputusan yang diambil
berdasarkan pemeriksaan; 4) Memberikan intervensi berdasarkan keakutan
kondisi; 5) Kepuasan pasien tercapai.
Saat pasien masuk ke IGD, perawat harus mengidentifikasi 3 aspek
penting yaitu, airway (jalan nafas), Breathing (pola nafas) dan Circulation
(sirkulasi). Untuk mencapai tujuan itu, perawat harus menyelesaikan dengan
cepat dan tepat dengan waktu tidak lebih dari 5 menit.
Pada tahap pengkajian, pada proses triase yang mencakup
dokumentasi; 1) Waktu dan datangnya alat transportasi; 2) Keluhan utama
(misal. “Apa yang membuat anda datang kemari?”); 3) Pengkodean prioritas
atau keakutan perawatan; 4) Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang
tepat; 5) Penempatan di area pengobatan yang tepat (msl. kardiak versus
trauma, perawatan minor versus perawatan kritis).

B. Saran
Sebagai penyusun makalah ini, kami menyarankan kepada para
pembaca khususnya kepada para perawat agar lebih mendalami materi yang
telah dipaparkan dalam makalah ini agar dapat berguna dalam kehidupan
sehari-hari maupun saat berada di lapangan sehingga dapat menerapkan
keperawatan kegawatdaruratan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai