Anda di halaman 1dari 20

TEORI KEBENARAN DAN KEKHILAFAN/KESALAHAN

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pada
Program Studi Hukum Keluarga Islam Kelompok 3 Semester 1 Fakultas Syariah Dan
Hukum Islam IAIN Bone

Oleh :

Kelompok 6

IMELDA RUSTAM
NIM.742302023058

RAHMA INDRIANI S
NIM. 7423020230

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM ISLAM


IAIN BONE
2023
i
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas petunjuk dan

hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Teori Kebenaran

dan Kehilafan/Kesalahan" guna memenuhi tugas pada mata kuliah "Filsafat


Ilmu".

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini belumlah sempurna, untuk itu

kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, agar kami bisa

mengetahui secara mendalam tentang Filsafat Ilmu.

Kami mengharapkan agar makalah ini, dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Kepada Allah dan Rasulnya kami mohon ampun jika dalam penulisan dan dalam

penyampaian banyak terdapat kesalahan. Kepada ibu Dosen pembimbing mata

kuliah filsafat ilmu, kami ucapkan terima kasih atas bimbingannya dalam mata

kuliah ini.

Watampone, 17 September 2023

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori teori kebenaran

B. Pengertian kekhilafan
5

C. Pengertian kekhilafan

BAB III PENUTUP

iii
A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA 9

iv
5

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia selalu berusaha menemukan kebenaranBeberapa cara ditempuh untuk


memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis
dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh
manusia membuahkan prinsip-prinsip yang melalui penalaran rasional, kejadian-
kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan harus
dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk
pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu pengetahuan
adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas
fenomena tersebut.

Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal


menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut
menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda. Pengetahuan indrawi merupakan
struktur terendah dalam struktur tersebut. Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi
adalah pengetahuan rasional dan intuitif. Tingkat yang lebih rendah menangkap
kebenaran secara tidak lengkap, tidak terstruktur, dan pada umumnya kabur,
khususnya pada pengetahuan indrawi dan naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini
harus dilengkapi dengan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan
rasional-ilmiah, manusia melakukan penataan pengetahuannya agar terstruktur
dengan jelas.

Secara epistemology, ilmu memanfaatkan dua kemampuan manusia dalam


mempelajari alam, yakni pikiran dan indra. Epistemologi keilmuan pada hakikatnya
6

merupakan gabungan antara pikiran secara rasional dan berpikir secara empiris.
Kedua cara berpikir tersebut

digabungkan dalam mempelajari gejala alam untuk menemukan kebenaran. Dalam


pengetahuan kekhilafan terjadi karena kesalahan pengambilan kesimpulan yang tidak
sesuai terhadap pengalaman-pengalaman. Jadi dalam hal ini khilaf muncul karena
adanya anggapan atau pernyataan yang sudah dianggap benar secaraumum. Erat
hubungannya dengan masalah keikhlafan ini pendapat Francis Bacon dengan teorinya
yang terkenal yang dinamakan idola yang tercermin dalam bentuk ilusi dan prejudice
yang menyelewengkan pemikiran ilmiah.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pembagian teori-teori kebenaran?

2. Apa yang dimaksud dengan kekhilafan?

C. Tujuan masalah

1. Mengetahui teori-teori kebenaran

2. Mengetahui pengertian kekhilafan/kesalahan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Kebenaran

Apa Itu Kebenaran?

Telah dikatakan bahwa manusia bukan tidak sekedar ingin tahu, tetapi
ingin tahu kebenaran. Ia ingin memiliki pengetahuan yang benar.
Kebenaran ialah persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya.
Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan
obyeknya. Inilah kebenaran obyektif. Seperti dikatakan Poedjawijatna.
pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang obyektif. Kalau saya
mengatakan bahwa di luar sedang hujan, proposisi itu benar jika apa yang
saya katakan memang sesuai dengan fakta. Jadi, ketika saya mengucapkan
kalimat itu, hujan sedang turun. Kalau hujan tidak turun, apalagi sedang
panas terik, maka proposisi itu tidak benar.

Teori-teori Kebenaran

Dalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan tentang kebenaran


sudah dimulai sejak Plato(Plato et al. 2020) yang kemudian diteruskan
oleh Aristoteles(Pin-Fat 2005). Plato melalui metode dialog membangun
teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang
paling awal. Sejak itulah teori pengetahuan berkembang terus untuk
mendapatkan penyempurnaan-penyempurnaan sampai kini.

7
Untuk menentukan apakah suatu pengetahuan memiliki nilai kebenaran
atau tidak, sangat tergantung pada cara kita memperolehnya. Apakah
melalui akal pikiran atau penginderaan? Sudah berkembang beberapa
perspektif yang menghasilkan berbagai jenis teori kebenaran dalam tradisi
filsafat. Ada empat jenis teori kebenaran yang berkembang, yaitu Teori
Korespondensi, Teori Koherensi, Teori Pragmatis, dan Teori Performatif.

1. Teori Korespondensi

Teori kebenaran korespondensi merujuk pada teori kebenaran tertua yang


berdasarkan pada teori pengetahuan Aristoteles, yang menyatakan bahwa
segala sesuatu yang kita ketahui dapat ditegakkan pada kenyataan yang
diketahui oleh subyek. (Mintaredja 1982; Atabik 2016)

Teori korespondensi mengemukakan bahwa suatu proposisi dianggap


benar apabila sesuai dengan fakta atau realitas yang ada di dunia.
Kebenaran dapat dibuktikan langsung melalui pengalaman dan
pengamatan pada dunia nyata. Sebagai contoh, proposisi "air akan
menguap jika dipanaskan hingga 100 derajat Celsius" dianggap benar jika
kita memanaskan air hingga mencapai suhu 100 derajat Celsius dan
melihat apakah air benar-benar menguap. Jika air tidak menguap, maka
proposisi tersebut dianggap salah, tetapi jika air menguap, maka proposisi
tersebut dianggap benar.

Teori korespondensi (Padli dan Mustofa 2021) menyatakan bahwa suatu


proposisi dianggap benar apabila sesuai dengan kenyataan yang ada. Jika
sebuah pengetahuan sudah terbukti benar melalui pengamatan atau
eksperimen(Fadli 2021), maka hal tersebut dapat dijadikan aksioma atau
postulat, yang merupakan kebenaran umum dan tidak perlu dibuktikan
lagi. Contohnya, bahwa matahari terbit dari arah timur adalah sebuah

8
aksioma karena sudah diyakini benar dan tidak perlu dibuktikan lagi.
Aksioma atau postulat dapat digunakan sebagai dasar untuk membuktikan
kebenaran pernyataan lain dalam disiplin ilmu matematika.

2. Teori Koherensi

Menurut teori koherensi, suatu pernyataan dapat dianggap benar hanya


jika tidak bertentangan dengan pernyataan sebelumnya yang sudah
terbukti benar. Teori ini mengharuskan adanya konsistensi atau ketiadaan
pertentangan antara suatu pernyataan dengan aksioma atau postulat.
Dalam contoh disiplin ilmu matematika, terdapat postulat bahwa jumlah
sudut semua jenis bangun ruang segitiga adalah 180°. Jika ada pernyataan
bahwa terdapat suatu segitiga dengan jumlah sudut 210°, maka kita dapat
menyatakan bahwa pernyataan tersebut tidak benar tanpa harus
menyaksikan bukti faktual segitiga

tersebut, karena bertentangan dengan postulat yang sudah ada. Pernyataan


tersebut memiliki kontradiksi dengan postulat yang sudah ada, dan karena
itu dianggap tidak benar menurut teori koherensi.

Teori koherensi berbeda dengan teori korespondensi dalam dasar


pembuktian kebenarannya. Pada teori korespondensi, kebenaran suatu
pernyataan tergantung pada hubungannya dengan fakta yang ada,
sedangkan pada teori koherensi, kebenaran suatu pernyataan tergantung
pada konsistensinya dengan postulat yang sudah ada sebelumnya. Sebagai
contoh, jika seseorang mengatakan bahwa ada seekor ikan hiu yang masih
hidup di dalam kolam alun-alun kota, menurut teori korespondensi,
kebenaran pernyataan tersebut tergantung pada fakta apakah ikan hiu
memang ada di kolam tersebut atau tidak. Namun, menurut teori
koherensi, kita bisa menyimpulkan bahwa pernyataan tersebut tidak benar

9
karena bertentangan dengan postulat bahwa ikan hiu adalah jenis ikan air
asin dan tidak mungkin hidup di air tawar kolam alun-alun kota.

3. Teori Pragmatis

Teori pragmatis memiliki dasar kebenaran yang berbeda dengan dua teori
sebelumnya. Sementara teori korespondensi dan koherensi menempatkan
dasar kebenaran pada fakta obyektif dan konsistensi logis, teori pragmatis
menganggap kebenaran sebuah pernyataan terletak pada manfaat
praktisnya dalam memecahkan masalah kehidupan. Teori ini tidak hanya
berlaku dalam dunia empiris, namun juga dapat diterapkan pada obyek
pengetahuan metafisik. Teori pragmatis muncul sebagai kritik terhadap
pandangan kaum positivis yang menyatakan bahwa pernyataan metafisik
tidak memiliki makna karena tidak didasarkan pada fakta empiris.

Kaum pragmatis menganggap bahwa pernyataan metafisik dapat dianggap


benar jika memiliki manfaat praktis dalam kehidupan. Sebagai contoh,
pernyataan "Neraka ada bagi manusia yang berperilaku jahat" meskipun
tidak memiliki bukti empiris yang bisa dipertanggungjawabkan, namun
bisa dianggap benar jika memiliki manfaat dalam menurunkan angka
kejahatan.

Charles Pierce, seorang tokoh pragmatisme, menjelaskan bahwa kriteria


dasar kebenaran dalam pragmatisme dapat dijelaskan dari berbagai sudut
pandang yang berbeda. Karena berbagai sudut pandang ini memiliki hasil
yang berbeda-beda, maka standar kebenaran juga akan berbeda-beda.
Kebenaran menurut seseorang tidak selalu benar menurut orang lain,
karena apa yang memuaskan bagi seseorang tidak selalu memuaskan bagi
orang lain. Namun, kritik terhadap teori pragmatisme adalah bahwa variasi
pandangan ini dapat membuatnya rentan terhadap relativisme.

10
4. Teori Performatif

Teori kebenaran performatif adalah hasil dari konsep J.L. Austin yang
membedakan antara ujaran konstatif dan ujaran performatif. Austin,
seorang tokoh filsafat analitik bahasa dari Inggris, menyatakan bahwa
pengujian kebenaran yang berbasis pada fakta, seperti yang terdapat dalam
teori korespondensi, hanya dapat diterapkan pada ujaran konstatif. Ucapan
konstatif mengandung pernyataan yang bisa dianggap konstan, sehingga ia
dapat diuji kebenarannya.

Ada beberapa hal yang sulit dibuktikan kebenarannya karena adanya


keterbatasan dalam masyarakat untuk mengakses fakta yang terjadi. Selain
itu, suatu ujaran juga dapat sulit dibuktikan kebenarannya jika
berhubungan dengan kondisi atau aktivitas mental seseorang. Sebagai
contoh, ketika seseorang berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang
sama di masa depan, tidak dapat dibuktikan apakah ia benar-benar berjanji
dengan tulus atau tidak karena kesungguhan dalam janji merupakan
aktivitas mental yang sulit untuk diverifikasi.

Austin memperkenalkan jenis ujaran performatif untuk kasus-kasus di


mana kebenaran tidak dapat dibuktikan melalui fakta objektif atau
konsistensi logis. Jenis ujaran ini tidak berkaitan dengan kebenaran
proposisi, melainkan dengan apakah ujaran tersebut diucapkan secara
layak atau tidak oleh penutur. Kebenaran performatif bergantung pada
otoritas penutur, yang dapat didefinisikan sebagai kewenangan, keahlian,
atau kompetensi sang penutur dalam hal yang diucapkannya.

Salah satu contoh yang paling umum dari kebenaran performatif adalah
dalam penentuan awal bulan Ramadan. Meskipun penentuan ini
didasarkan pada fakta obyektif yaitu munculnya hilal sebagai awal

11
pergantian bulan, namun akses masyarakat awam untuk membuktikan
secara langsung melalui pengamatan inderawi terbatas. Oleh karena itu,
penentuan awal Ramadan bergantung pada otoritas yang dianggap
memiliki kompetensi atau wewenang dalam hal ini, yaitu pernyataan dari
Menteri Agama.

12
Ketik persamaan di sini.

13
B. TEORI KEKHILAFAN/KESALAHAN

1.Pengertian Kekhilafan Dalam pengetahuan kekhilafan terjadi karena


kesalahan pengambilankesimpulan yang tidak runtut terhadap
pengalaman-pengalaman. Jadi dalam hal ini khilaf muncul karena adanya
praanggapan atau pernyataan yang sudah dianggap benar secara umum.

Erat hubungannya dengan masalah kekhilafanini pendapat Francis Bacon


(1561-1626) dengan teorinya yang terkenal yang dinamakan idola yang
tercermin dalam bentuk ilusi dan prejudice yang menyelewengkan
pemikiran ilmiah.

Idola tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Idola teatri (sandiwara), yaitu sesuatu yang sering dilihat oleh


seseorangatau selalu tampak dalam kehidupan sehari-hari, lama-kelamaan
tanpadisadari dan diselidiki dianggap sebagai kebenaran.

2. Idola fori (pasar), yaitu keadaan dalam pikiran seseorang


yangmenyebabkan pikirannya tidak dapat berfungsi dengan baik, karena
orangtersebut hanya melihat sesuatu dari segi bentuk atau luarnya saja.

3. Idola specus (gua), yaitu suatu idola yang diakibatkan oleh


individualitasmanusia. Seseorang seolah-olah berada dalam tempat yang
gelap sepertidi dalam gua. Hal ini terjadi karena tidak didukung oleh
lingkungan, pendidikan, dan karakter yang baik, sehingga orang ini

14
selaluterkungkung dengan keterbatasan dirinya yang menyebabkan
dirinyatidak memahami segala sesuatu dengan baik.

4. Idola tribus , yaitu idola yang diakibatkan oleh kodrat manusiawi


sehinggaorang yang terkena idola ini tidak dapat memahami apa
yangdihadapinya. (Abbas Hamami Mintaredja, 1980, hlm. 18-19)

2.Pengertian Kesalahan

Pengertian dari kesalahan ilmu pengetahuan ialah upaya untuk


dapatmenemukan kesimpulan yang tepat atau benar dilakukan dengan
menyusun pola penalaran sesuai dengan pola prinsip prinsip penalaran
yang tepat atau dapat pula dengan cara menghindari pola penalaran yang
sesat. Itulah yangdisebut dengan kesalahan dalam penalaran ilmiah
sebagai bagian dalam pembahasan tentang logika. Rasulullah Saw.
bersabda :

Terjemahan : Setiap bani Adam berbuat dosa dan sebaik-baik orang yang
berbuat dosa adalah yang bertaubat

a. Klasifikasi Berbagai Kesalahan:

15
1).Kesalahan Berfikir

Kesalahan berfikir adalah kesalahan yang terjadi dalam aktivitas berpikir


dikarenakan penyalahgunaan bahasa atau relevansi. Kesalahan merupakan
bagian dari logika di mana beberapa jenis Kesalahan penalaran dipelajari
sebagai lawan dari argumentasi logis. Terjadi kerena ketidaktapatan
bahasa: pemilihan terminologi yang salah; dan relevansi: pembuatan
premis dari proposisi yang salah.

Klasifikasi Kesalahan berfikir:

•Kesalahan formal

Adalah bentuk kesalahan yang dilakukan kerena penalaranyang tidak tepat


atau tidak sahih.Terjadi karena pelanggaranterhadap prinsip prinsip logika
mengenai term dan proposisidalam suatu argumen.

•Kesalahan material

Adalah kesalahan yang yang terutama menyangkut isimaterinya. terjadi


kerena faktor bahasa yang menimbulkan kesalahan dalam menyimpulkan
arti dan juga terjadi kerenamemang tidak adanya hubungan logis.

•Kesalahan Bahasa

16
Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing kata
dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuaidengan keseluruhan arti
kalimatnya. Maka, meskipun katayang digunakan itu sama, namun dalam
kalimat yang berbeda,kata tersebut dapat bervariasi artinya.
Ketidakcermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat itu dapat
menimbulkan Kesalahan penalaran.

BAB 111

PENUTUP

17
A. Kesimpulan

kebenaran. Ia ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran ialah persesuaian


antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang
sesuai dengan obyeknya. Inilah kebenaran obyektif. Seperti dikatakan Poedjawijatna.
pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang obyektif. Kalau saya mengatakan
bahwa di luar sedang hujan, proposisi itu benar jika apa yang saya katakan memang
sesuai dengan fakta. Jadi, ketika saya mengucapkan kalimat itu, hujan sedang turun.
Kalau hujan tidak turun, apalagi sedang panas terik, maka

proposisi itu tidak benar.

Ada empat jenis teori kebenaran yang berkembang, yaitu

1.Teori Korespondensi

2.Teori Koherensi

3.Teori Pragmatis

4.Teori Performatif

Dalam pengetahuan kekhilafan terjadi karena kesalahan pengambilan kesimpulan


yang tidak runtut terhadap pengalaman-pengalaman. Jadi dalam halini khilaf muncul
karena adanya praanggapan atau pernyataan yang sudahdianggap benar secara umum.
Adapun pengertian dari kesalahan ilmu pengetahuanialah upaya untuk dapat
menemukan kesimpulan yang tepat atau benar dilakukandengan menyusun pola
penalaran sesuai dengan pola prinsip prinsip penalaranyang tepat atau dapat pula
dengan cara menghindari pola penalaran yang ssesat.

18
B. Saran

Setelah penulis menguraikan kesimpulan diatas maka penulis sangat membutuhkan


saran-saran dari pembaca, yang mana dari saran tersebut dapat membantu adanya
perbaikan makalah ini. Dan disarankan kepada semua pembaca untuk mencari
informasi-informasi mengenai teori kebenaran dan kekhilafan/kesalahan

19

Anda mungkin juga menyukai