Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kharisma Dharma

NIM : 2112062049

Kelas : E12

Mata Kuliah : Pendidikan Bahasa dan Budaya Kalimantan

Nomor Absen : 12

JURNAL PEMAHAMAN

1. KELOMPOK 5 :
Nama Kelompok : 23. Rona
: 27. Tety Trivelia

MATERI : GAWAK BEGUGO ( Dayak Suruk Desa Tekalong, Kecamatan


Mentebah Kapuas Hulu)
Gawai Dayak serangkaian upaca adat sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan atas
kelimpahan hasil panen tadi. Gawai begugo ini seperti perayaan gawai pada
umumnya, acara ini sebagai wujud kegembiraan merayakan hasil panen ladang
maupun kebun.

Tujuan Gawai begugo untuk menjadikan pelestraian budaya, gawak ini juga
merupakan salah satu tempat atau sarana masyarakat untuk lebih mencintai
kebudayaan.

Pada acara Gawak Begugo menampilkan berbagai macam pertunjukan sepert :


1. Tari-tarian
2. Bambai (bercerita dan bernyanyi atau menyanyikan sebuah kisah/cerita namun
memiliki intonasi nadanya)
3. Poncak (orang tua atau tetua yang bisa menari)
4. Pertunjukan musik tradisional tawak (gong)
Pertanyaan :
1. (21) Prisila Rosalia Dea : Apa yang dimaksud dengan bambai dan poncak ?
2. (13) Losina : Apakah ada satu tempat atau di rumah masing-masing menyiapkan
syarat-syarat gawak begugo ?

Jawaban :

1. Rona : Bambai itu seperti bercerita namun memiliki intonasi dan nada seperti
bernyayi, sedangkan poncak yaitu orang tua atau tetua yang bisa menari
2. Rona : Menyiapkan acaranya di satu tempat kemudian ada penanggung jawab atau
panitia yang menyiapkan dan bertugas di acara gawak begugo.

2. KELOMPOK 6 :
Nama Kelompok : 12. Kharisma Dharma
: 28. Ulfa Maulidiyanti
: 33. Yuni Fitri Hartati

MATERI : BETANGAS
Betangas adalah tradisi yang dilakukan oleh warga desa Lokajaya tepatnya di
Kecamatan Tanah Pinoh. Adapun kegiatannya yaitu mandi menggunakan uap air hasil
rebusan yang dicampur dengan berbagai bahan dan rempah-rempah. Betangas
biasanya dilakukan oleh calon pengantin baik itu perempuan maupun laki-laki
tujuannya agar badan tetap wangi dan segar sehingga akan terpancar aura yang ada
didalam calon pengantin tersebut. Selain calon pengantin, betangas juga dilakukan
oleh orang yang tidak enak badan. Proses betangas biasanya dilakukan oleh calon
pengantin pada malam menjelang hari H. Pelaksanaanya biasa dimulai dengan
merebus air yang telah dicampur dan dan rempah sampai mendidih kemudian calon
pengantin duduk berdekatan dengan dandang yang telah berisi rebusan air rempah lalu
seorang keluarga akan melingkarkan tikar mengelilingi calon pengantin dan dandang
air rebusan, kemudian tikar ditutup dengan kain agar tidak ada uap yang keluar dari
dalam tikar. Setelah ditutup, calon pengantin yang berada di dalam tikar tersebut
mengaduk-aduk air rebusan di dandang dengan sengkidau agar uapnya keluar. Proses
ini dilakukan 10-15 menit hingga badan calon pengantin dipenuhi dengan keringat.
Alat yang digunakan :
1. Dandang atau sampai ( periuk )
2. Sengkidau
3. Tikar
4. Ketugung ( Kursi kecil )
5. Kain ( tirai )
6. Tali

Bahan yang digunakan :

1. Daun serai wangi


2. Daun bidara
3. Daun timau bonsi
4. Daun limai purut
5. Daun empiawas
6. Dan daun-daun lainnya yang bisa diambil dari dalam hutan

Pertanyaan :

13. Losina : Apakah tidak bahaya dandang yang dekat dengan pengantin sedangkan
dandanya panas?

Jawaban :

Ulfa Maulidiyanti : Tidak bahaya karena posisi dandang dan pengantin itu bisa
disesuaikan dengan kenyamanan calon pengantin tersebut.
3. KELOMPOK 7 :
Nama Kelompok : 2. Anggi Tria Rukimin

: 5. Della

MATERI : Robok-robok ( Rubuk ) dan Baca Perijah

Robok-robok adalah tradisi adat melayu yang biasa dilaksanakan di Kecamatan Silat
Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu. Robok-robok ini dilakukan pada hari rabu terakhir di
bulan safar. Bulan safar bagi masyarakat melayu diyakini sebagai waktu penuh
keberkahan, namun ada anggapan lain bahwa juga bisa membawa musibah. Sehingga
kedua anggapan tersebut membuat masyarakat khususnya melayu waktu yang tepat
untuk memohon kepada maha kuasa agar dijaga dari musibah dan diganti dengan
keselamatan. Robok-robok biasa dilaksanakan di depan rumah warga setempat atau
dilakukan 1 RT 1 robok-robok. Kemudian pada sore hari dilakukan baca perijah yaitu
beranyut dari hulu sungai kapuas sampai ke hilir sungai kapuas ( dari desa baru sampai
ke desa perigi ).

Pada pagi hari masyarakat melayu di Silat hilir mempersiapkan makanan yang akan di
masak untuk dimakan pada saat acara robok-robok dilaksanakan. Kemudian semua
orang harus makan di luar rumah, sebelum makan harus membaca doa selamat dan
tolak bala. Pada sore hari masyarakat melayu di silat hilir mempersiapkan kue dan
padi yang sudah di sangrai ( letit ) yang ajan di lempar ke sungai kapuas tujuannya
untuk memberi makan para penghuni di sungai kapuas agar terhindar dari marabahaya.

Anda mungkin juga menyukai