Hubungan Perjanjian Westphalia dengan Konsep Kedaulatan Modern dan Kaitannya dengan
Perjanjian Montevideo 1933
a. Latar Belakang Perjanjian Westphalia:
Perjanjian Westphalia, yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun dan Perang Delapan Puluh Tahun pada tahun 1648, menjadi tonggak penting dalam sejarah geopolitik Eropa. Perang-perang tersebut melibatkan berbagai negara dan entitas keagamaan dalam konflik agama dan politik yang kompleks. Dalam konteks ini, Perjanjian Westphalia menjadi medan diplomasi yang mempertemukan Kekaisaran Romawi Suci, Prancis, dan Spanyol untuk menetapkan perbatasan dan mengakhiri pertikaian yang merusak.
b. Pengaruhnya terhadap Kedaulatan Modern:
Perjanjian Westphalia tidak hanya mengakhiri pertempuran, tetapi juga membentuk dasar bagi konsep kedaulatan modern. Prinsip utama Cuius regio, eius religio, di mana pemimpin negara memiliki hak untuk menentukan agama resmi tanpa campur tangan eksternal, menjadi landasan bagi konsep kedaulatan negara. Ide bahwa otoritas tertinggi terletak pada pemerintah nasional dan tidak dapat diintervensi oleh pihak asing mulai mengakar dalam sistem politik dan hukum internasional. Hubungan dengan Perjanjian Montevideo 1933: Walaupun terjadi hampir dua abad setelah Perjanjian Westphalia, Perjanjian Montevideo tahun 1933 memberikan lanjutan dan klarifikasi terhadap konsep kedaulatan negara. Meskipun perjanjian ini tidak secara langsung berkaitan dengan Perjanjian Westphalia, keduanya saling terkait melalui pengembangan konsep kedaulatan. Perjanjian Montevideo, yang lebih terfokus pada definisi negara dan kriteria pengakuan negara, menggarisbawahi unsur-unsur seperti wilayah, populasi, pemerintahan yang efektif, dan kemampuan berhubungan dengan negara-negara lain. Ringkasan tersebut mencerminkan bahwa perkembangan konsep kedaulatan modern di Eropa pada abad ke-17 melalui Perjanjian Westphalia menciptakan fondasi penting. Seiring berjalannya waktu, perkembangan dalam hukum internasional, seperti Perjanjian Montevideo, terus membentuk dan mengkonsolidasikan konsep kedaulatan negara dalam konteks global. Dengan demikian, kedua perjanjian tersebut menggambarkan evolusi berkesinambungan dalam pandangan dunia terhadap otoritas dan kemerdekaan negara-negara di panggung internasional.