Sedangkan tujuan spesifik laporan keuangan adalah pelaporan keuangan adalah pelaporan
keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menunjukan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dengan:
1) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah
2) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan
ekuitas pemerintah
3) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi
4) menyediakan informasi mengenai ketatan realisasi terhadap anggarannya.
5) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya
6) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan
7) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas pelaporan
dalam mendanai aktivitasnya
Berdasarkan tujuan umum dan tujuan spesifik tersebut, dapat dengan segera dipahmi bahwa
laporan keuangan mempunyai peran prospektif dan prediktif Peran prospektif, artinya laporan
keuangan pemerintah merupakan catatan historis yang dapat digunakan untuk melihat kondisi
pemerintah saat ini dan sebelumnya serta menilai kinerja pemerintah berdasarkan laporan
keuangan. Peran prediktif, artinya laporan keuangan dapat dijadikan dasar referensi bagi
pemangku kepentingan untuk memprediksi kondisi keuangan pemerintah dimasa yang akan
datang berdasarkan
data historis yang tercantum di laporan keuangan. Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan.
Tanggung Jawab pelaporan Keuangan
Paragraf 13 PASP Nomor 01 memuat tentang tanggung jawab pelaporan keuangan.
Dalam hal itu pihak yang bertanggung jawab atas pelaporan keuangan adalah berada pada
pimpinan entitas. Dalam akuntansi sektor publik, terdapat dua jenis entitas yaitu entitas akuntansi
dan entitas pelaporan. Pada SAP Berbasis Kas Menuju Akrual tidak diungkapkan pengertian
entitas akuntansi, sementara pada SAP Berbasis Akrual pengertian entitas akuntansi
diungkapkan pada KK paragraf 21. Entitas akuntansi adalah unit pada pemerintahan yang
mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan
menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakan. Sedangkan, entitas
pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih entitas akuntansi yang
menurut ketentuan peraturan perundang-udangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
Jadi yang dimaksud " pimipinan entitas" pada paragraf 13 PSAP Nomor 01 tersebut adalah
pimpinan entitas pelaporan. Beidasarkan SAP Berbasis Akrual, entitas pelaporan di lingkungan
pemerintah pusat adalah masing masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah pusat itu sendiri (lihat KK paragraf 22), di mana pemerintah
pusat berwenang menyusun laporan keuangan konsolidasi dari laporan keuangan seluruh
kementerian negara atau lembaga yang dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku bendahara
umum negara. Sementara. yang bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan negara adalah
Presiden Republik Indonesia. Pada pemerintah daerah yang menjadi entitas pelaporan adalah
seluruh pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota. Sehingga, akan terdapat lebih dari 500 entitas
pelaporan di republik ini, yang kesemuanya wajib
Paragraf selanjutnya, yaitu paragraf 14 pada SAP Berbasis Kas Menuju Akrual memuat
komponen-komponen laporan keuangan di mana terdapat 4 komponen
ada yang tidak dimasukkan oleh KSAP ke dalam komponen laporan keuangan tersebut, yaitu
Laporan Surplus-Defisit atau Lapotan Laba Rugi pada sektor privat. Namun, bukankah Laporan
Realisasi Anggaran juga menggambarkan surplus dan defisit anggaran dengan realisasinya?
Dwiningsih dan Dwiptiana (2006) menjelaskan bahwa Laporan Surplus-Defisit yang dimaksud
bukanlah surplus dan defisit yang dihasilkan dari selisih antara anggaran dengan realisasinya.
Mardiasmo (2002) dalam Dwiningsih dan Dwiptiana (2006) mengungkapkan bahwa sifat
penganggaran berbeda dengan akuntansi. Aspek penganggangran lebih bersifat prospective dan
anticipatory (perencanaan masa yang akan datang), sedangkan akuntansi lebih bersifat
retrospective (pencatatan masa lalu). Oleh karena itu. menurut mereka, laporan realisasi
anggaran tidak termasuk laporan kinerja keuangan yang dapat
menunjukkan apa yang dikerjakan pemerintah dalam mengelola dana publik. Hal yang sama juga
dituliskan oleh Bastian (2006), yang mempertanyakan mengapa Laporan Surplus-Defisit tidak
dimasukkan ke dalanm bagian komponen ini.
Perubahan basis akuntansi yang digunakan berpengaruh terhadap perubahan yang terjadi pada
komponen laporan keuangan pemerintah menurut SAP Berbasis Akrual, sehingga komponen-
komponen yang terdapat dalam satu set laporan. keuangan terdiri atas laporan pelaksanaan
anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai
berikut.
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)
3) Neraca
4) Laporan Operasional (LO)
5) Laporan Arus Kas (LAK)
6) Laporan Peubahan Ekuitas (LPE)
7) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Pada paragraf selanjutnya, dijelaskan bahwa setiap entitas pelaporan menyajikan komponen-
komponen laporan keuangan di atas, kecuali LAK yang hanya disajikan oleh entitas yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dan Laporan Perubahan SAL yang hanya disajikan
oleh BUN dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasian. Sebelumnya,
paragraf ini terdapat juga pada SAP Berbasis Kas Menuju Akrual kecuali untuk poin (b).
Paragraf ini sebenarnya untuk menegaskan laporan apa saja yang harus disajikan oleh entitas
pelaporan dan entitas akuntansi. Pada SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas akuntansi hanya
menyajikan LRA, Neraca, dan CaLK, LAK tidak disajikan karena entitas akuntansi tidak
memiliki fungsi perbendaharaan umum. Sementara, pada SAP. Berbasis Akrual, terdapat
perubahan pada unit organisasi yang menjadi entitas pelaporan, yaitu setiap kementerian negara
atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat berubah statusnya menjadi entitas pelaporan (lihat
KK paragraf 22). Namun, dalam PSAP tidak pernah dibahas apakah setiap kementerian
negara/lembaga juga menyajikan 7 (tujuh) macam laporan keuangan sebagaimana pada entitas
pemerintah pusat dan daerah? Bagaimana. fungsi perbendaharaan umum pada kementerian
negara maupun lembaga? Bukankah bendahara umum hanya mengenal BUN dan BUD? Apakah
akan ada unit perbendaharaan umum berupa Kuasa BUN sebagaimana yang dimaksud pada
paragraf 16 PSAP Nomor 01 SAP Berbasis Akrual? Hal ini tidak ada penjelasan pada semua
PSAP di SAP Berbasis Akrual. Namun, yang jelas adalah undang-undang hanya mengenal
laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara atau daerah berada pada
pemerintah pusat atau daerah, dalam hal ini adalah presiden dan/atau gubernur, bupati, walikota.
Kementerian negara atau lembaga merupakan bagian dari pemerintah pusat. Jadi, laporan
keuangan yang disajikan oleh entitas kementerian negara atau lembaga akan disatukan atau
dikonsolidasikan menjadi lapora keuangan pemerintah pusat. Penulis berpendapat perlu
memperjelas dan mempertegas posisi dari entitas kementerian negara atau lembaga ini lebih
detail dalam PSAP
AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA
Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis pendapatan. Transfer masuk adalah
penerimaan uang dari entitas pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari
pemerintah pusat dan dana bagi hasil dari pemerintah provinsi.
Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran). Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya)
bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum. Pengembalian yang sifatnya
sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode
penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan
pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA dibukukan sebagai
pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan
pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo
Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
AKUNTANSI BELANJA
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan.
Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan perundangan
yang mengatur mengenai badan layanan umum. Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi
ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi.
Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas pelaporan lain
seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh
pemerintah daerah.
Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen
anggaran. Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada
periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja
dibukukan dalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.
AKUNTANSI SURPLUS/DEFISIT-LRA
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos
Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-LRA dan belanja
selama satu periode pelaporan. Defisit-LRA adalah selisih kurang antara pendapatan-LRA dan
belanja selama satu periode pelaporan.
AKUNTANSI PEMBIAYAAN
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran
pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus
anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi.
Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
RUANG LINGKUP
Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis
akuntansi akrual wajib menyusun laporan. arus kas sesuai dengan standar ini untuk setiap
periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok.
Pernyataan Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan arus kas pemerintah pusat dan daerah,
satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat dan daerah, atau organisasi lainnya jika
menurut peraturan perundang-undangan atau menurut standar, satuan organisasi dimaksud wajib
menyusun laporan arus kas, kecuali perusahaan negara/daerah.
AKTIVITAS OPERASI
Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi. Arus kas bersih aktivitas operasi
merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan
kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama
diperoleh dari:
Penerimaan Perpajakan;
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); Penerimaan Hibah;
Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan lnvestasi Lainnya; Penerimaan
Lain lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan Penerimaan Transfer.
Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk: Pembayaran Pegawai;
Pembayaran Barang; Pembayaran Bunga;
Pembayaran Subsidi; Pembayaran Hibah; Pembayaran Bantuan Sosial;
Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan Pembayaran Transfer.
lika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama dengan persediaan,
yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan surat berharga tersebut diklasifikasikan
sebagai aktivitas operasi.
lika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu entitas lain, yang
peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja, penyertaan modal, atau untuk
membiayai aktivitas periode berjalan,.maka pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan
sebagai aktivitas operasi. Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
AKTIVITAS INVESTASI
Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk
perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas.
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam
rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
AKTIVITAS PENDANAAN
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang
berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang jangka
panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang
dan utang jangka panjang. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang.
Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
Penerimaan utang luar negeri;
Penerimaan dari utang obligasi;
Penerimaan kembali pinjaman kepada daerah Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan
Negara Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan anatara lain:
Pembayaran pokok utang luar negeri
Pembayaran pokok utang obligasi
Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah
Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara
AKTIVITAS TRANSITORIS
Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak termasuk
dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang
tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas
transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali
uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, serta kiriman uang. PFK menggambarkan
kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima
secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang
menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan transitoris
seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan dari bendahara
pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran transitoris
seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan kepada bendahara pengeluaran.
RUANG LINGKUP
Standar ini harus diterapkan pada:
Laporan Keuangan untuk tujuan umum untuk entitas pelaporan;
Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan Keuangan untuk tujuan umum oleh entitas
yang bukan merupakan entitas pelaporan.
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Pertimbangan dan/atau pemilihan kebijakan akuntansi perlu disesuaikan dengan kondisi entitas
pelaporan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi
entitas pelaporan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan kegiatan.
Pengungkapan kebijakan akuntansi harus mengidentifikasikan dan menjelaskan prinsip-prinsip
akuntansi yang.digunakan oleh entitas pelaporan dan metode-metode penerapannya yang secara
material mempengaruhi penyajian Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas. Pengungkapan juga harus meliputi pertimbangan-pertimbangan penting yang diambil
dalam memilih prinsip-prinsip yang sesuai.
Secara umum, kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan Keuangan menjelaskan hal-hal
berikut ini:
Entitas pelaporan;
Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan;
Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan;
sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan ini diterapkan oleh suatu entitas pelaporan pada masa transisi.
Sebaliknya penerapan lebih.dini disarankan berdasarkan kesiapan entitas.
setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk memahami.laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi dapat menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos yang disajikan
dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak material. Selain itu, perlu pula diungkapkan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam Standar ini.
Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam
tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahun- tahun
yang akan datang.