Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL 1 (SATU)

SOAL KUIS KE-1

KODE M. KULIAH : HKUM4130


MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU HUKUM

TUTOR : LEVI OLIVIA S.H., M.H.


KUIS KE- : KE 1
POLJAR : GISTING
NAMA : TRI RUSMIATUN
NIM : 042655943
Petunjuk ! Jawablah Soal di bawah ini dengan jelas

1. Jelaskan tujuan mempelajari Pengantar Ilmu Hukum menurut John Austin!

2. Sebutkan sifat dan tugas ilmu hukum empiris dan normatif!

3. Apa yang dimaksud dengan masyarakat menurut :

a. Emile Durkheim

b. Koentjaraningrat

c. Gillin dan Gillin

4. Sebutkan paham-paham yang memuat definisi hukum menurut beberapa juris!

5. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor kesulitan dalam mendefinisikan hukum!


JAWABAN :

1. Menurut John Austin, tugas dan tujuan mempelajari ilmu hukum adalah untuk menganalisis unsur-unsur
yang secara nyata ada dari sistem hukum moderen. Sekalipun diakui bahwa ada unsur-unsur yang
bersifat historis di dalamnya, namun secara sadar unsur-unsur tersebut seringkali luput dari perhatian.
Hukum adalah perintah dari kekuasaan politik yang berdaulat dalam suatu negara. Mengetahui dan
memahami tujuan mempelajari ilmu hukum paling tidak menanamkan pondasi bagi seseorang yang
nantinya berguna dalam merambah dunia hukum yang begitu luas dan beragam.
2. Perbedaan ilmu hukum hukum normatif dan empiris adalah dari hubungan dasar sikap ilmuwan tentang
teori kebenaran. Dalam ilmu hukum empiris sikap ilmuwan adalah sebagai penonton yang mengamati
gejala-gejala yang obyeknya dapat ditangkap pancaindra. Sedangkan ilmu hukum normatif, yuris secara
aktif menganalisis norma, sehingga peranan subyek sangat menonjol. Dari kebenaran ilmiah, ilmu
hukum empiris adalah suatu kebenaran korespondensi, yaitu segala sesuatu itu benar apabila didukung
oleh data dan fakta, sedangkan Ilmu hukum normatif dasar kebenarannya adalah pragmatik yang pada
umumnya merupakan kesepakatan dari para ahli hukum itu sendiri.
3. Masyarakat menurut beberapa ahli :
a. Menurut Emile Durkheim, salah satu ahli pencetus sosiologi modern, definisi masyarakat ialah
suatu kenyataan objektif dari pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
b. Menurut Koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat terus-terusan dan terikat oleh rasa
identitas yang sama.
c. Masyarakat menurut J.L Gillin dan J.L Gillin Page 2 dalam bukunya “Cul Sociology”
mendefinisikan masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Dari pernyataan itu maka dapat dibayangkan
bagaimana anatomi dari masyarakat yang berbeda-beda.
4. Aristoteles adalah seorang filsuf terkenal asal Yunani, ia mendefinisikan hukum menjadi dua yaitu
tertentu dan hukum universal. Dilansir dari Law Explorer, hukum tertentu adalah aturan yang
menetapkan atau melarang berbagai jenis tindakan. Sedangkan hukum universal adalah hukum alam
yang memiliki keteraturan dan pengarahan internalnya sendiri.

Ernest Utrecht mengutip dari Dasar-Dasar Ilmu Hukum (2000) oleh Prof. Chainur Arrasjid, menurut
Ernest Utrecht, hukum berbunyi sebagai berikut: “Hukum adalah himpunan petunjuj hidup (perintah
atau larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan
tindakan dari pihak pemerintah dari masyarakat itu”

Van Apeldoorn menurut Van Apeldoorn hukum adalah peraturan yang menghubungkan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum bertujuan untuk mengatur tingkah laku serta pergaulan
manusia dan bertujuan untuk mencapai perdamaian.

John Austin “Hukum adalah aturan yang ditetapkan sebagai pedoman makhluk berakal oleh makhluk
berakal yang memiliki kekuasaan atas dirinya”. Roger BM Cotterell dalam buku berjudul The Politics
of Jurisprudence: A Critical Introduction to Legal Philosophy (1989) menyebutkan bahwa konsep
hukum Austin menjelaskan adanya kedudukan di dalamnya.

Immanuel Kant “Hukum adalah keseluruhan syarat berkehendak bebas dari orang untuk dapat
menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain, dan mengikuti peraturan tentang kemerdekaan”
Dilansir dari Stanford Encyclopedia of Philosophy, Kant berpandangan manusia tergerak untuk
bertindak di bawah hukum yang merupakan standar otoritatif dan mengikat secara perasaan yang mirip
dengan kekaguman dan ketakutan. Bahwa manusia akan bertindak sesuai kehendaknya sendiri namun
tidak bertentangan dengan moral yang berlaku di masyarakat.
5. kesulitan pendefinisian hukum dikemukakan oleh Achmad Ali dengan mengutip pendapat Paton
(1996:23) yang menyatakan bahwa: "Terlepas dari penyebab interen yaitu keabstrakan hukum dan
keinginan hukum untuk mengatur hampir seluruh kehidupan manusia, maka kesulitan pendefinisian
juga bisa timbul dari faktor ekteren hukum, yaitu faktor bahasa sendiri. Jangankan hukum yang memang
abstrak, bahkan sesuatu yang konkritpun sering sulit untuk didefinisikan dengan hanya satu definisi".
Hambatan atau kesulitan pendefinisian hukum karena faktor bahasa tersebut bertitik tolak pada adanya
istilah-istilah yang dipergunakan yang tidak mempunyai pengertian yang sama dalam konteks
penggunaannya. Mungkin ada istilah yang dipergunakan dalam artinya yang sempit, mungkin pula
ternyata sebaliknya.
Achmad Ali juga sempat mengangkat pandangan L.B. Curzon (1996: 24) tentang kesulitan
pendefisinian ini dengan mengemukakan pandangannya bahwa;
"Mengenai yang dimaksud Curzon dengan perbedaan arti suatu kata dalam istilah hukum dan dalam
bahasa sehari-hari, dapat penulis berikan contoh antara laian pengertian hewan menurut bahasa sehari-
hari adalah semua jenis binatang, baik binatang ternak ataupun bukan. Sedang pengertian hewan
menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, hanya binatang ternak saja".

Anda mungkin juga menyukai