NIM : 12312013
Resume
IJTIHAD
Ijtihad ( ) االجتهادdari segi bahasa berasal dari kata ijtihada ( ( اجتهدyang berarti bersungguh-
sungguh, rajin, giat atau mencurahkan segala kemampuan (jahada). Jadi, menurut bahasa, ijtihad ialah
berupaya serius dalam berusaha atau berusaha yang bersungguh-sungguh. Sementara secara istilah,
para ulama ushul mendefinisikan ijtihad sebagai berikut :
1. Wahbah al-Zuhaili
Ijtihad adalah melakukan istimbath hukum syari`at dari segi dalildalilnya yang terperinci di
dalam syari`at.
2. Imam al-Ghazali
Ijtihad adalah suatu istilah tentang mengerahkan segala yang diushakan dan menghabiskan segenap
upaya dalam suatu pekerjaan, dan istilah ini tidak digunakan kecuali terdapat beban dan
kesungguhan. Maka dikatakan dia berusaha keras untuk membawa batu besar, dan tidak dikatan dia
berusaha (ijtihad) dalam membawa batu yang ringan. Dan kemudian lafaz ini menjadi istilah secara
khusus di kalangan ulama, yaitu usaha sungguh-sungguh dari seorang mujtahid dalam rangka mencari
pengetahuan hukum-hukum syari`at. Dan ijtihad sempurna yaitu mengerahkan segenap usaha dalam
rangka untuk melakukan penncarian, sehingga sampai merasa tidak mampu lagi untuk melakukan
tambahan pencarian lagi.
Ijtihad adalah mengerahkan segenap kemampuan dalam rangka untuk memperoleh hukum syara’
dengan jalan istinbath dari alqur’an dan as-sunnah.
2. Sunnah Nabi
Hadis Nabi saw. yang dijadikan landasan ijtihad adalah hadis yang diriwayatkan oleh al-
Baghawi dari Mu’az bin Jabal yang menerangkan tentang dialog yang terjadi antara Nabi saw. dengan
Mu’az ketika akan diangkat sebagai qadhi di Yaman. Nabi bersabda, “Bagaimana jika engkau diserahi
urusan peradilan?. Jawab Mu’az: “Saya akan menetapkan perkara berdasarkan nash al-Qur’an”. Nabi
bertanya: “Bagaimana jika tidak kau dapatkan di dalam al-Qur’an”. Jawab Mu’az: “Dengan Sunnah
Rasul”. Kemudian Nabi mengakhiri pertanyaannya dengan: “Bagaimana jika di dalam Sunnah pun
tidak kau dapatkan?”. Mu’az menjawab: “Saya akan mengerahkan kemampuan saya untuk
menetapkan hukum dengan pikiranku”. Rasulullah saw. mengakhiri dialog tersebut dengan
mengatakan: “Segala puji hanya bagi Allah yang memberikan petunjuk kepada utusan RasulNya jalan
yang diridlai Rasul Allah”
Hampir setiap pembahasan mengenai ijtihad menjelaskan tentang hadis Mu’az ini. Di mana
ditampilkan bahwa Nabi Muhammad saw. memuji Mu’az yang akan melakukan ijtihad dengan ra’yu
(pikiran) jika ia tidak dapat menemukan penjelalasan atau perkara tentang suatu hal di dalam al-Qur’an
maupun al-Sunnah, dengan kata lain ra’yu dapat dipakai sebagai sarana penetapan hukum.
3. Dalil Aqli
Allah menciptakan syari’at Islam yang dibawa Nabi saw. merupakan yang terakhir dan berlaku sampai
hari akhir. Perlu diingat, bahwa nash atau teks al-Qur’an dan al-Sunnah sangat terbatas jumlahnya,
sementara kejadian demi kejadian terus berjalan sepanjang zaman sesuai perskembangan situasi. Para
ahli hukum Islam menegaskan “an nushus mutanahiyah wa al waqa’i ghair mutanahiyah” (Teks
hukum terbatas adanya, sementara kasus-kasus hukum berkembang tidak terbatas).9 Dengan kondisi
nash yang jumlahnya terbatas dan jika ijtihad tetap tidak dibolehkan, maka akan menyebabkan
kesulitan dalam memecahkan persoalan hidup, oleh karenanya diperlukan ijtihad untuk menemukan
hukum sebagai solusi atas problematika yang muncul di era kontemporer ini.
Ijma’: Ijma’ berarti kesepakatan, yakni kesepakatan para ulama dalam hal menetapkan hukum agama.
Kesepakatan ini pun didasarkan oleh Al-Qur’an dan Hadist yang kemudian diambil oleh para ulama
lalu diikuti oleh seluruh umat. Hasil dari ijma’ atau kesepakatan tersebut disebut fatwa.
Qiyas: Qiyas berarti menyamakan atau menggabungkan. Jadi, menetapkan hukum yang memiliki
kesamaan dengan perkara yang pernah terjadi di masa sebelumnya, baik dalam hal manfaat, sebab,
bahaya, atau aspek lainnya.
Maslahah Mursalah: Pengertian Ijtihad maslahah mursalah ialah cara menetapkan kesepakatan atau
hukum berdasar pada pertimbangan manfaat dan kegunaannya.
Istishab: Istishab berarti sebuah tindakan untuk menetapkan suatu hal hingga ada alasan lain yang
mengubahnya.
Sududz Dzariah: Sududz dzariah adalah suatu tindakan yang menghasilkan kesepakatan mengenai
hukum makruh, mubah, dan haramnya suatu hal.