FAKULTAS TEKNIK
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang mana berkat rahmat
dan karunia-Nyalah kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah mata kuliah Sejara
Peradaban Islam yang berjudul “Nabi Muhammad SAW Berhalwat di Guaa HIra”. Dalam
penyusunan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya, apa yang penulis buat masih banyak
kekurangan dan kelemahan, baik menyangkut isi maupun yang berhubungan dengan
penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun guna untuk menyempurnakan isi makalah ini. Selain itu, makalah ini merupakan
tugas kelompok yang diajukan sebagai tugas dari mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Demikian yang dapat penulis sampaikan, Semoga makalah ini dapat berguna dalam
proses perkuliahan pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. penulis berharap semoga makalah
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................................................
B. Saran ....................................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa
dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu
perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan
akal sehat dan pertimbangan matang.
Ijtihad adalah pengerahan segenap daya upaya untuk menemukan hokum sesuatu
secara rinci. Hal ini diupayakan oleh ulama untuk menjawab segala persoalan yang
muncul ketika dalam sumber utama agama Islam tidak ditemukan dalil atau ketentuan
hokum yang jelas.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian ijtihad sebagai mekanisme dalam konteks keragaman
2. Al-Qur’an dan sunnah dalam konteks keragaman
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ijtihad
Pengertian ijtihad sendiri dapat dilihat dari dua sisi, yakni pengertian ijtihad secara
etimologi dan pengertian ijtihad secara terminologi. Pengertian ijtihad secara etimologi
memiliki pengertian: “pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang
sulit”. Sedangkan pengertian ijtihad secara terminologi adalah penelitian dan pemikiran
untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat pada kitabullah (syara) dan sunnah rasul atau
yang lainnya untuk memperoleh nash yang ma’qu; agar maksud dan tujuan umum dari
hikmah syariah yang terkenal dengan maslahat.
Kemudian Imam al-Amidi menjelaskan pengertian ijtihad yaitu mencurahkan semua
kemampuan untuk mencari hukum syara yang bersifat dhanni, sampai merasa dirinya
tidak mampu untuk mencari tambahan kemampuannya itu.Sedangkan menurut mayoritas
ulama ushul fiqh, pengertian ijtihad adalah pencurahan segenap kesanggupan (secara
maksimal) seorang ahli fikih untuk mendapatkan pengertian tingkat dhanni terhadap
hukum syariat. Ijtihad adalah bagian penting dalam hukum Islam. Melalui proses ijtihad,
bertujuan terciptanya solusi untuk pertanyaan hukum yang belum dijelaskan dengan di
dalam Al-Qur'an dan hadis. Jadi, Ijtihad bisa diartikan sebagai konsep yang bisa
memperkuat Al Qur'an dan hadis.
“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, "Sesungguhnya aku akan
mengerjakan ini besok pagi, kecuali "Insya Allah." Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu
lupa dan katakanlah, "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih
dekat kebenarannya dari pada ini." (QS Al Kahfi 23-24)
Sebab turun ayat ini karena Rasulullah SAW menjanjikan untuk menjawab pertanyaan
orang-orang Yahudi besok hari. Namun jawaban wahyu yang ditunggu-tunggu tidak kunjung
datang. Entah kemana Malaikat Jibril yang biasanya rajin datang membawa wahyu. Ayat ini
menegaskan bahwa ada kalanya begitu dibutuhkan, wahyu menjadi tidak turun.
Rasulullah SAW berijtihad dalam kasus perbedaan pendapat tentang menghentikan perang
Badar atau meneruskannya hingga semua lawan mati. Rasulullah SAW menggelar syura dengan
para shahabat, lantaran wahyu tidak kunjung turun. Rasulullah SAW meminta pandangan dari
para shahabat, kemudian berijtihad untuk menghentikan perang dan menjadikan musuh sebagai
tawanan. "Namun setelah itu ijtihad beliau (Nabi Muhammad SAW) dianulir oleh turunnya
wahyu, yang melarang beliau (Nabi Muhammad SAW) menghentikan perang dan mengambil
musuh sebagai tawanan,
Ijma’ merupakan kesepakatan yang diambil oleh ulama dalam mengambil suatu hukum.
Tentu saja, pengambilan hukum tersebut sudah melalui proses panjang dan mengambil
referensi Quran-hadits. Ijma’ ini sering juga disebut dengan fatwa.
Qiyas. Qiyas adalah menyamakan. Artinya, satu masalah baru dikaitkan dan disamakan
dengan masalah lama yang memiliki kemiripan sebab serta efeknya. Hukum masalah
lama itu lantas dijadikan hukum untuk masalah baru tersebut.
Istihsan. Ihtisan bisa juga disebut dengan mengambil yang baik. Artinya, ihtisan ini
semacam fatwa yang dikeluarkan oleh seorang ahli fiqih yang cenderung menganggap
hukum tertentu lebih baik untuk masalah tertentu. Karena itu sifat hukum yang diambil
dengan ihtisan ini bersifat argumentatif.
Maslahah Murshalah. Ijtihad ini adalah mengambil satu hukum dengan pertimbangan
efek negatif-positif suatu masalah. Prinsip dasarnya adalah bagaimana agar suatu masalah
memberi manfaat dan terhindar dari bahaya atau mudlorot.
Sududz Dzariah. Ini adalah jenis ijtihad yang mengambil hukum lebih keras untuk
berhati-hati. Misalnya, hal yang dihukumi mubah dimakruhkan atau malah diharamkan.
Dan berkaitan untuk agar masyarakat berhati-hati.
Istishab. Ijtihad ini adalah memutuskan satu hukum dengan menunggu ketetapan suatu
perkara. Hal ini seperti seorang perempuan yang ditinggalkan suaminya ke perantauan
tanpa kabar. Tidak serta merta perempuan itu boleh menikah lagi jika belum ada
kepastian apakah suaminya sudah meninggal atau telah menceraikannya. Jika hal itu
sudah dipastikan, barulah perempuan itu boleh menikah lagi.
‘Urf. Ijtihad ini merupakan pengambilan hukum berdasar kebiasaan atau adat. Selama
suatu masalah tidak bertentangan dengan Quran-hadits, masalah tersebut tetap
dibolehkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
kedudukan ijtihad dalam sumber hukum islam adalah sebagai penentu hukum
setelah Al Quran dan hadist apabila dalam al quran dan hadist tidak ditemukan secara
jelas dan rinci mengenai hukum yang dimaksud.
B. SARAN
Kita harus belajar daripada sifat Nabi Muhammad , agar kita dapat mempraktekkannya
atau melakukannya dalam kehidupan kita sehari hari.