Anda di halaman 1dari 18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KARANGKA PEMIKIRAN

2. 1 KAJIAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Keuangan Desa

Tata kelola penyelenggaraan pemeritahan yang baik dalam suatu negara

merupakan suatu kebutuhan yang tak terelakan. Sejalan dengan

dikeuarkannya undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, perlu

mndapat perhatian yang serius mengingat selama ini pemerintahan desa datur

dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Diaturnya desa dengan Undang-Undang tersendiri, memperlihatkan kemauan

politik pemerintah untuk menjadikan desa sebagai basis pembangunan. Hal ini

sejalan dengan visi-misi Undang-Undang tersebut, dimana negaa melindungi

dan memberdayakan desa agar kuat, mandiri dan demokratis sehingga

terciptanya landasan yang kuat dalam melaksanakan penyelegaraan

pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan menuju terciptanya

masyarakat yang adil makmur dan sejahtera.

Dasar hukum dari pengelolaan keuangan desa dimulai dari UU 6/2014,

PP 43 2014 Jo PP 47/2015 Jo PP 11/2019, PP 60 2014 Jo PP 22 2015 Jo PP 8

2016, Permedagri 114/2104, permendagri 44/2017, Permedagri 20/2018,

Perda 4/2014 Jo Perda Nomor Tahun 2019, Perbud pedoman penyusunan,

1
pelaksanaan, dan pelaporan anggaran pendapatan dan belanja desa: 64/2018,

perhub penatausahaan keuangan desa : 21/2018, dan Perhub 11/2019 Daftar

kewenangan Desa.

Arah kebijakan penyelengraan pemerintahan desa adalah membentuk

desa yang professional, efisien, efektif, terbuka, serta bertanggung jawab

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa.

B. Efisiensi dan Efektivitas

1. Efisiensi

Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan efektivitas,

efisiensi, dan akuntabilitas sektor publik Indonesia. Dengan otonomi, Daerah dituntut

untuk mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi

harapan masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari Pemerintah Pusat dan

menggunakan dana publik sesuai dengan prioritas dan aspirasi masyarakat. Menurut

Handoko (1995) efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

dengan benar. Ini merupakan perhitungan perbandingan antara keluaran (output) dan

masukan(input). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan efisien

sebagai sesuatu yang tepat atau sesuai untuk menyelesaikan tugas. Suatu kinerja

dapat dikatakan efisien jika capaian keluaran lebih tinggi berupa hasil, produktifitas,

dan performance, dibandingkan masukan-masukan yang berupa tenaga kerja, bahan

baku, uang, mesin dan waktu yang digunakan. Jadi dengan meminimunkan masukan-

masukan dan memaksimalkan keluaran yang maksimal.

2
Menurut peraturan dalam negeri No.13 Tahun 2006 Pasal 4 Ayat 5 Efisien

merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau

penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. Pengertian efisien

menurut Halim (2001:72) adalah perbandingan antara input dan output. Ukuran

efisien dapat dikembangkan dengan menghubungkan antara biaya yang

sesungguhnya dengan biaya standar yang telah didtetapkan sebelumnya (seperti

anggaran ). Menurut Widodo dalam Trianto (2016:70), “mengatakan efisiensi

pengelolaan anggaran daerah adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar efisien

dari suatu pelaksanaan kegiatan dengan melakukan perbandingan antara output dan

input”. Rumusan efisien yang akan dibahas adalah rasio dari realisasi pengeluaran

(belanja) daerah dengan total pendapatan daerah. Menurut Mahmudi dalam

Soo(2018:22), “tingkat efisiensi diukur dengan cara membandingkan realisasi

anggaran belanja dengan total anggaran belanja”. Efisiensi juga mengandung

beberapa pengertian antara lain :

a) Efisiensi pada sekotor usaha swasta (private sector efficiency). Efisiensi pada

sektor usaha swasta dijelaskan dengan konsep input output yaitu rasio output

dan input

b) Efisiensi pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dengan pengorbnan seminimal mungkin atau dengan kata lain suatu

kegiatan telah dikerjakan secara efesien jika pelaksanaan pekerjan tersebut

telah mencapai sasaran dengan biaya yang terendah atau dengan biaya

minimal diperoleh hasil yang diinginkan

3
c) Efisiensi penyelenggaran pemerintahan daerah dapat dicapai dengan

memperhatikan aspek hubungan dan tata kerja antar instansi perintahan

daerah dengan memanfaatkan potensi dan keanekaraaman suatu daerah. Suatu

kegiatan dikatakan telah dikerjakan secara efisien jika pelaksaan pekerjaan

tersebut telah mencapai sasaran (output) dengan biaya (input) yang terendah

atau dengan biaya (input) minimal diperoleh hasil (output) yang diinginkan.

Faktor penentu efisiensi adalah :

1) Faktor teknologi pelaksanaan pekerjaan

2) Faktor struktur organisasi yaitu susuan yang stabil dari jabatan_jabatan

baik itu structural maupun fungsioal

3) Faktor sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan kerja,

maupun sumber daya fisik seperti peralata kerja, tempat bekerja serta dana

keuangan

4) Faktor dukungan kepada aparatur dan pelaksanaannya baik pimpinan

maupun masyarakat

5) Faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengkombinasikan keempat

faktor tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan berhasil guna

untuk mencapai sasaran yang dimaskud

Efisiensi merupakan rasio antara keluaran dengan masukan suatu proses,

dengan fokus pada konsumsi masukan. Produktivitas merupakan rasio antara

masukan dengan keluaran, dengan fokus perhatian pada keluaran yang dihasilkan

4
oleh suatu proses. Efesiensi dan produktivitas merupakan suatu ukuran tentang

seberapa efisien suatu proses mengkonsumsi masukan dan produktif suatu proses

menghasilkan keluaran. Ad tiga kegunaan mengukur efisien (Zainuddin, 2017:177)

yaitu :

1) Tolak ukur untuk memperoleh efisiensi relative, mempermudah

memperbandingkan antara unit ekonomi satu dengan lainnya.

2) Terdapat variasi tingkat efisiensi dari beberapa unit ekonomi yang ada

maka dapat dilakukan penelitian untuk menjawab faktor-faktor apa yang

menentukan perbedaan tingkat efisiensi

3) Informasi mengenai efisiensi memiliki impikasi kebijakan karena manajer

dapat menentukan kebijakan perusahaan secara tepat.

2. Efektivitas

Kata efekif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil

atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular

mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang

tujuan. Efektivitas dalam pegertian yang umum menunjukkan tingkat pencapaian

hasil dengan kata lain efektivitas dari penggunaan dana desa yaitu tercapainnya target

dari hasil penggunaan dana desa dengan apa yang direncanakan. Sesuai degan

Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 4 ayat 4, efektif adalah perncapaian hasil

program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan

keluaran dengan hasil.

5
Menurut Handayaningrat dan Rizal dalam Eva, (2019:8), “efektivitas adalah

pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya”.

Apabila tujuan telah dicapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya, maka

sasaran dan tujuan tersebut efektif. Pada tataran operasi, efektif bila mekanisme

aktivitas mencapai atau secara bermakna menghasilkan tujuan dan sasaran akhir

(Mardiasmo, 2018:166). Efektifitas berfokus pada hasil tidak terlalu memperhatikan

masukannya.

Menurut Mahmudin yang dikutip Zainuddin (2005: 92) bahwa efektivitas

merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi output

terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan.

Pada dimensi yang sama Sejathi (2011: 66) menyatakan bahwa efektivitas merupakan

ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan. Suatu organisasi dinilai mencapai

efektivitas tinggi bila bebas dari berbagai karakteristik ketidakefektifan ( Zainuddin,

2017: 169). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bhawa efektivitas adalah suatu

penilaian yang berfokus pada keberhasilan yang dicapai.

Richard M. Street (2004:205) mengemukakan ada empat faktor yang

mempengaruhi efektivitas organisasi yaitu :

1) Karakteristik organisasi terdiri dari sturuktur organisasi dan teknologi

struktur adalah cara organisasi untuk menyusun orang-orang untuk

menciptakan sebuah organisasi.

6
2) Karakteristik lingkungan mencapai dua aspke yang saling berhubungan:

lingkungan ektren, yaitu kekuatan yang timbul diluar batasan-batasan

organisasi dan lingkungan intern yaitu dikenaal seabagai iklim organisasi

yang meliputi bermacam-macam atribut-atriut lingkungan saja.

3) Karakteristik lingkungan dalam bekerja memiliki pandangan tujuan

kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda individu ini memiliki

pengaruh langsung terhadap rasa keterkaitan pada organisasi dan prestasi

kerja.

4) Kebijakan dan praktek menajemen dibutuhkan suatu organisasi untuk

mewujudkan suatu keberhasilan melalui perencanaan, koordinasi, sehingga

dapat memperlancar kegiatan yang dituju ke arah sasaran.

Model proses efektivitas merupakan model yang menekankan proses-proses

pokok yang berhubungan dengan efektivitas dan tidak memandang efektivitas sebagai

keadaan trakhir. Tiga dimensi utama dari model ini yang dijelaskan oleh Richard M.

Strees (1980:193) yaitu:

1) Optimisasi tujuan, efektivitas organisasi memungkinkan diakuinya secara

ekplisit bahwa organisasi yang berbeda mengejar tujuan yang berbeda pula.

Dengan demikia nilai keberhasilan atau kegagalan relatif dari organisasi

tertentu harus ditentukan dengan membandingkan hasil-hasilnya dengan

tujuan organisasi.

7
2) Perspektif sistem, memusatkan perhatian pada hubungan antara komponen-

komponen-komponen baik yang terdapat didalam maupun di luar

organisasi, sementara komponen-komponen ini secara bersama-sama

mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan organisasi.

3) Tekanan tingkah laku, tekanan pada pengertian mengenai tekanan tingkah

laku menusia dengan pengaruh pada prestasi organisasi.

Efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output

yang mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang

menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) yang tercapai

(Zainuddin, 2017: 173). Menurut Richard M.Strees (1985) dalam Zainuddin (2017:

174), menyebutkan dau belas ukuran efektivitas, yaitu :

1) Kualitas yang dihasilkan oleh organisasi

2) Produktivitas, kuantitas jasa yang dihasilkan

3) Kesiagaan, penilaian menyeluruh dalam hal penyelesain suatu tugas khusu

yang baik

4) Efisiensi, perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya untuk

menghasilkan prestasi

5) Penghasilan, jumlah sumber daya tersisa setelah semua biaya dan

kewajiban dipenuhi

6) Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan

masa lalunya

8
7) Stabilitas, pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang waktu

8) Kecelakaan, frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada kerugian

waktu

9) Semangat kerja, adanya perasaan terikat dalam pencapaian tujuan yang

melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki.

10) Motivasi, adanya kekuatan yang muncul dari setiap individu untuk

mencapai tujuan.

11) Kepaduan, fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu sama

lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan

mengkoordinasikan

12) Keluwesan, adaptasi, adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah

prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbekuan

terhadap rangsangan lingkungan.

C. Penelitin Terdahulu

Judul, Tahun, Jenis Penelitian Hasil penelitian

Dan Nama

Peneliti

“Efisiensi dan Deskriptif Kuantitatif Pola perkembangan tingkat

Efektivitas efisiensi pengelolaan keuangan

pengelolaan daerah di Kabupate Ngawi

keuangan selama tahun 2005-2010

9
daerah di cenderung semakin menurun

Kabupaten dari hasil analisi menunjukkan

Ngawi” (Eko bahwa perhitungan dengan

Santoso, 2011) menggunkan formulasi tingkat

efisiensi pengelolaan keuangan

daerah Kabupaten Ngawi dari

tahun 2005 sampai 2010 rata-

rata adalah sebesar 97,53%,

artinya tingkat efisiensi masih

kurang karena hasilnya kurang

dari 100%. Hal ini menunjukkan

bahwa pemerintah daerah masih

boros dalam menggunakan

anggarannya. Sedangkan pola

perkembangan tingkat efektivitas

pengelolaan keuangan daerah di

kabupaten Ngawi selama tahun

2005-2010 cenderung stabil, dari

hasil analisis efektivitas

menunjukkan bahwa perhitungan

dengan menggunakan formulasi

10
tingkat efektivfotas pengelolaan

Kabupaten Ngawi tahun 2005

sampai 2010 rata-rata sebesar

94,03% per tahun. Dengan

demikian berarti tingkat

efektivitas pengelolaan keuangan

kabupaten Ngawi adalah sudah

efektif, karena dari hasil

perhitungan menunjukkan angka

lebih dari 90%.

Analisis Rasio Deskriptif Kuantitatif Kinerja Keuangan Alokasi Dana

Efektivitas, Desa (ADD) kantor Desa

Rasio Efisiensi, Karangdagangan Kabupaten

Dan Rasio Jombang jika dilihat dari Rasio

Kemandirian Efektivitas dikategorikan

Dalam Efektif, karena persentase nya

Pengelolaan masuk ke dalam kriteria Efektif.

Keuangan Rinciannya adalah sebagai

Alokasi Dana berikut tahun 2018 sebesar

Desa (2018- 100%, tahun 2019 sebesar 100%,

11
2021) , Iin tahun 2020 sebesar 100%, dan

Ivanda Listari, tahun 2021 sebesar 100%. Hal

dkk (2022) ini menunjukkan bahwa kinerja

keuangan kantor Desa

Karangdagangan Kabupaten

Jombang tergolong Baik dalam

merealisasikan Alokasi Dana

Desa (ADD) yangt telah

direncanakan. Sedangkan

Kinerja Keuangan Alokasi Dana

Desa (ADD) kantor Desa

Karangdagangan Kabupaten

Jombang jika dilihat dari Rasio

Efisiensi dikategorikan Kurang

Efisien, dikarenakan persentase

nya dalam kriteria Kurang

Efisien. Rinciannya adalah

sebagai berikut : tahun 2018

sebesar 97,46%, tahun 2019

sebesar 96,85%, tahun 2020

sebesar 99,83%, dan pada tahun

12
2021 sebesar 99,96%. Serta

Kinerja Keuangan Alokasi Dana

Desa (ADD) kantor Desa

Karangdagangan Kabupaten

Jombang jika dilihat dari Rasio

Kemandirian dikategorikan

Tinggi, dikarenakan persentase

nya dalam kriteria Tinggi.

Rinciannya adalah sebagai

berikut : tahun 2018 sebesar

102%, tahun 2019 sebesar 100%,

tahun 2020 sebesar 97,04%, dan

pada tahun 2021 sebesar

99,84%.

“Analisis Metode Kombinasi Proses Pengelolaan Dana Desa

Efisiensi Dan (Mix Methods) pada Desa Tegalarum Kabupaten

Efektifitas pengumpulan data dan Demak, dapat ditarik kesimpulan

Pengelolaan analisis data kuantitatif antara lain: 1) Penelitian dengan

Dana Desa pada tahap pertama dan menggunakan pendekatan

(Study Empiris diikuti dengan Kuantitatif didapatkan hasil : a)


Hasil perhitungan Efisiensi,

13
Dana Desa di pengumpulan dan Secara akumulatif pelaksanaan

Desa Tegalarum analisi data kualitatif pengelolaan anggaran dana desa

Kabupaten pada tahap kedua, guna dari tahun 2016-2020

Demak Tahun memperkuat hasil dikategorikan efisien, dengan

2016-2020)”, penelitian kuantitatif rentang nilai 95,57.Hasil

Ali Khadlirin, yang dilakukan pada perhitungan Efektifitas. Secara

dkk (2021) tahap pertama akumulatif pelaksanaan

pengelolaan anggaran dana desa

dari tahun 2016-2020

dikategorikan efektif, dengan

rentang nilai 95,60. 2) Penelitian

dengan menggunakan

pendekatan Kualitatif didapatkan

hasil bahwa Peran aparatur

pemerintahan aparat desa serta

dukungan dari seluruh elemen

masyarakat, mampu

mengiplementasikan

pengelolaan dana desa sesuai

dengan kaidah perundang-

undangan dan mengedepankan

14
kebutuhan masyarakat. Hal ini,

mampu meningkatkan layanan

dan kesejahteraan masyarakat.

D. Karangka Pemikiran

Pengelolaan keuangan adalah keseluruhan kegiatan yang meiputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,

dan pengawasan keuangan (PP 58/2005, Pasal 1). Adapun prinsip-prinsip

pengelolaan keuangan daerah diantaranya adalah Akuntabilitas, Value For

Money, Kejujuran, Transparansi, dan Pengendalian.

Dalam penelitian ini fokus membahas salah satu dari prinsip

pengelolaan keuanga daerah tersebut yaitu value for money yaitu melakukan

optimalisasi anggaran secara ekonomis, efisiensi, dan efektivitas untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ekonomi membahas tentang

pemilihan dan peggunaan sumber daya dalam jumlah dan kualitas tertentu

pada harga yang murah. Efisiensi membahas tentang penggunaan sumber

daya yang rendah dengan menghasilkan output yang maksimal. Efektivitas

membahas tentang pencapaian hasil yang maksimal sesuai dengan target yang

sudah ditentukan. Untuk mengukur tingkat kinerja aparat desa dalam

15
melakukan pengelolaan terhadap dana desa dapat dilihat dari analisis

efektivitas dan efisiensi pengelolaan dana desa.

Dalam alur peneltian ini, digambarkan paradigm penelitian sebagai

berikut:

Anggaran Pendapatan
Belanja Desa
(APDESA)

Pengelolaan Dana
Desa

Efektivitas Efisiensi

Kinerja Aparat Desa

16
Daftar Pustaka

Trianto, A. (2016). Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan

Daerah Di Kota Palembang. Akuisisi: Jurnal Akuntansi, 12(1), 65–77.

https://doi.org/10.24127/akuisisi.v12i1.92

Soo, A. (2018). Analisis Kinerja Organisasi Sektor Publik Dengan Pendekatan

Value for Money Pada Program Anak Usia Dini Dan Program

Peningkatan Peran kepemudaan, Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta.

Permedagri Nomor 13 Tahun 2006 pasal 4

Eva, Y. S. (2019). Analisis Kinerja Keuangan Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Berdasarkan Rasio Efektivitas Dan Rasio Pertumbuhan Pada Kantor

Desa Jampu Kabupaten Soppeng (Vol. 3).

Mardiasmo. (2018). Akuntansi Sektor Publik. Edisi Terbaru. ANDI, Yogyakarta

Zainuddin. (2017). Teori-Teori Mutahir Dalam Perspektif Ilmu Administrasi

Publik. Rappang.

Santoso, Eko. 2011, Efisiensi dan Efektivtas Pengelolaan Keuangan Daerah di

Kabupaten Ngawi. Tesis . Universitas Sebelas Maret.

17
Sholeh, Chabib. Rochmansjah, Heru, (2014), Pengelolaan Keuangan Desa,

Bandung : Fokus Media

18

Anda mungkin juga menyukai