Abstract
In this writing, the author would like to enrich the thinking, how should government policies,
strategies or ways to revitalize the Indonesian nation, as a descendant of a great and authoritative
seafaring nation in the past, as the world knows the greatness of the maritime countries of
Sriwijaya and Majapahit. That maritime history, is not a fabrication of politicians or the ruling
regime of the Indonesian state or NKRI, even the NKRI itself was not born when Seriwijaya and
Majapahit, then the Demak kingdom had echoed its majesty throughout the world to Madagascar.
The two big names once succeeded in making other seafaring nations such as Portugal, England
forced to fold when they wanted to control Makassar as the center of world spices. If this can
happen again, this is our contribution as children of the nation, helping to accelerate the
refitalization of Indoneisa's glory, a maritime nation with clear stages, starting from building
awareness of the greatness of the maritime history of our ancestors as sailors, at some point this
awareness will meet with the government program to reclaim the maritime axis if the government
is serious about doing it, economically and culturally, not just stopping building a physical form of
maritime excitement, but culturally empty.
Keywords: History, Maritime, Nation, Indonesia.
Abstrak
Dalam penulisan ini ingin sekali penulis memperkaya pemikiran, bagaimana seharusnya kebijakan
pemerintah, stregi atau cara merevitalisasi bangsa Indonesia, sebagai anak keturunan bangsa pelaut
yang besar dan berwibawa di masa lalu, sebagaimana bangsa dunia mengenal keagungan negara
maritim Sriwijaya dan Majapahit. Sejarah maritim itu, bukanlah rekaan politisi atau rezim yang
berkuasa dari negara Indonesia atau NKRI, malah NKRI itu sendiri belum lahir ketika Seriwijaya
dan majapahit, kemudian kerajaan Demak telah menggema keagungannya di Seantero dunia hingga
Madagaskar. Dua nama besar tersebut pernah berhasil membuat negri-negri bangsa pelaut lain
seperti portugis, inggris terpaksa harus melipir saat hendak menguasai makassar sebagai pusat
rempah-rempah dunia. Bila hal tersebut dapat terjadi lagi, inilah sumbangan kita sebagai anak
bangsa, turut mempercepat refitalisasi kejayaan Indoneisa, bangsa maritim dengan tahapan-tahapan
yang jelas, memulai dari membangun kesadaran akan kebesaran sejarah maritim nenek moyang
kita sebagai pelaut, di suatu titik kelak kesadaran ini bersua dengan program pemerintah untuk
merebut kembali poros maritim tersebut jika pemerintah serius melakukannya, secara ekonomi dan
budaya, bukan hanya berhenti membangun wujud fisik maritim yang gegap gempita, tapi kosong
secara budaya.
Kata Kunci: Sejarah, Maritim, Bangsa, Indonesia.
Pendahuluan berhasil menyusupkan kaki tanggan
bayarannya sampai ke meja DPR kita yang
Laut dan jati diri bangsa merupakan mulia. Buktinya, lebih dari 80.2 % produk
suatu kesatuan integral dalam satu tarikan UU DPR dalam lima tahun terakhir
nafas. Sejarawan Susanto Zuhdi dalam pidato ditengarai sarat titipan kepentingan asing.
pengukuhannya sebagi guru besar di UI
mengatakan bahwa mustahil membicarakan Dalam rangka meluruskan kesadaran
sejarah indonesia tanpa membicarakan laut. anak cucu akan asli darah bahari mereka,
Sebagai pelaut, saya diajari semesta untuk maka strategi urgensinya untuk terus
melihat lebih dalam lagi. mengkondisioning rakyat agar benar-benar
hidup dalam dan dengan “denyut nadi”
Bahwa Saat berbicara ketahanan bangsa bahari yang tercerdaskan genetiknya
pangan hendaknya jangan lepas dari konteks oleh nutrisi biota lautnya yang terolah
dan bisnis laut juga. Ketahanan pangan NKRI modern.
tidak hanya berasal dari daratan saja tapi juga
lautnya. Jika IPB yakin, nilai ekonomi Sriwijaya dan Majapahit, dan
kelautannya pertahun mencapai 7 kali APBN beberapa kerajaan maritim sesudahnya
tahun 2010 maka biota laut setelah menjadi paham bahwa “jati diri” kita ada disana.
produk olahan industri farmasi dan Maka tumbuhlah mereka sebagai bangsa
kosmetika (farmasetika) maka nilainya maritim berwibawa, menguasai teknologi
menjadi 4-5 kali lipat yaitu sbesar 9 trilyun maritim hingga armada perahu perang dan
dolar AS atau sebesar Rp. 81.000 trilyun dagang mereka sampai ke Madagaskar.
pertahun dengan potensi pertumbuhan WHO, Mereka jaya dilautan sendiri, jaya pula
sebesar 20-30 persen. dimana-mana membawa dinamika perdangan
yang damai.
Bayangkan, APBN 2018 kita hanya
Rp. 2.095 trilyun, itu untuk hidup lima tahun. Kita harus bisa mengulangi kejayaan
Bila di angkatan laut ada istilah see power masa itu, Buakan untuk perang, tapi untuk
yang dimaknai sebagai kekuatan militer AL, merasakan hasil-hasil biota laut kita yang
maka biota laut ini juga “sea power” dalam sudah terolah sebagai produk farmasi, bukan
arti ekonomis yang harus dijaga karena mengirim barang mentah biota laut yang tak
realitanya ini jadi bahan perebutan dunia. ada harganya.