Peristiwa Tiga Daerah (1989), aksi kekerasan di 3 daerah itu melibatkan massa
yang dendam pada penindasan saat penjajahan Belanda.
Informasi kemerdekaan ditanggapi dengan melakukan kekerasan dan intimidasi
ke orang Belanda dan pegawai pemerintahan yang dianggap korup.
Masalahnya, aksi di Tegal, Brebes, dan Pemalang tersebut dilakukan secara
sepihak, mengabaikan proses hukum, dan tanpa seizin pemerintah RI di Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia bahkan sampai harus menerjunkan pasukan
militer untuk menangani aksi-aksi kekerasan di tiga daerah tersebut.
4. Perpecahan Internal dan Kedatangan Kembali Belanda
Gerakan kemerdekaan Indonesia sejatinya terdiri dari berbagai macam aliran
ideologi yang tidak jarang saling bertentangan. Menurut Ricklefs, gerakan
kemerdekaan yang paling dominan terdiri dari tiga kekuatan politik yakni
nasionalis, komunis, dan Islam.
Ketiganya tak jarang menunjukkan ketidaksepakatannya antara satu pemikiran
dengan pemikiran yang lain. Hal tersebut juga terlihat pada masa-masa awal
kemerdekaan Indonesia.
Saat konsolidasi nasional masih rapuh, dan pergolakan di internal gerakan
kemerdekaan Indonesia belum tuntas, militer Belanda datang untuk merebut
kembali kekuasaan di Indonesia.
Dua kali agresi militer Belanda ke Indonesia pada 1947 dan 1948 benar-benar
menambah runyam permasalahan politik maupun keamanan. Agresi militer
Belanda 2 bahkan nyaris membikin negara Republik Indonesia bubar karena
sebagian elite pemerintahan RI ditangkap, termasuk Soekarno-Hatta.
Berkat keberhasilan strategi diplomasi dan perjuangan militer selama masa
revolusi kemerdekaan, ambisi Belanda berkuasa lagi gagal total. Dukungan
internasional bahkan mengalir ke Indonesia.
Akhirnya, memasuki tahun 1950, situasi politik di Indonesia mulai beranjak
stabil. Stabilitas politik dan pemerintahan mulai terbangun, terutama setelah
Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan pada 17 Agustus 1950 dan
digantikan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
KONDISI Kondisi politik dan ekonomi Indonesia pada awal masa kemerdekaan
merupakan salah satu yang tersulit dalam sejarah berdirinya republik ini.
Kekacauan internal pemerintahan Indonesia, inflasi, hingga agresi militer
Belanda ke tanah air merupakan beberapa contoh pemicu masalah politik dan
ekonomi pada masa tersebut.
Kekalahan Jepang dari Sekutu dalam Perang Dunia II segera disikapi oleh
sejumlah elite Indonesia dengan memproklamasikan kemerdekaan RI.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia saat itu segera dilaksanakan demi
memanfaatkan situasi kekosongan kekuasaan di tanah air.
Tepat pada hari Jumat, 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB, Soekarno dan
Mohammad Hatta berdiri bersama sejumlah orang di Jalan Pegangsaan Timur
No. 56 Jakarta untuk membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Maka,
sejak saat itu lahirlah negara baru bernama Republik Indonesia.
Proklamasi tersebut dilakukan hampir tanpa persiapan matang. Menurut M.
Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2011), sebelum terdesak
dalam Perang Dunia II, Jepang sejatinya telah merencanakan pemberian
kemerdekaan Indonesia pada bulan November. Namun, pemberian
kemerdekaan itu hanya untuk wilayah Jawa.
Keputusan tersebut didasarkan pada penilaian Dai Nippon kala itu, yang
menyebut bahwa gerakan kemerdekaan Indonesia belum cukup siap mengatur
wilayah bekas Hindia Belanda. Kekalahan Dai Nippon dalam Perang Dunia II
membuat rencana tersebut otomatis batal.
Pembacaan proklamasi 17 Agustus dilakukan tak lama setelah pernyataan resmi
kekalahan Jepang pada 14 Agustus 1945. Pada tanggal tersebut, Soekarno dan
Hatta baru saja tiba di Indonesia dari pertemuan dengan pemimpin militer Dai
Nippon untuk Asia Tenggara, Marsekal Terauchi, di Dalat, Vietnam.