Laporan Analisis Peredaran OOT Di Wilayah Kalimantan Selatan - Balai Besar POM Di Banjarmasin
Laporan Analisis Peredaran OOT Di Wilayah Kalimantan Selatan - Balai Besar POM Di Banjarmasin
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyalahgunaan obat-obatan bukan masalah baru yang terjadi di Indonesia. Obat-
obatan tertentu (OOT) yang disalahgunakan salah satunya untuk memanfaatkan efek
samping yang dimilikinya berupa euphoria (perasaan gembira berlebihan) dan sedasi (efek
menenangkan) yang akan timbul jika dikonsumsi dalam jumlah banyak/melebihi dosis.
Obat-obatan tersebut kemudian dicampurkan pada minuman keras atau minuman
beralkohol agar memperoleh efek “fly” yang semakin kuat.
Pada Peraturan Badan POM Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan menyampaikan bahwa Obat-Obat
Tertentu (OOT) adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain narkotika
dan psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan
ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Kriteria obat-obatan
tertentu dalam peraturan tersebut terdiri atas obat atau bahan obat yang mengandung
Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol dan Dekstrometorfan.
Dari ke-enam kriteria obat-obatan tertentu dalam peraturan tersebut, hanya dekstrometorfan
yang merupakan golongan obat bebas terbatas dan obat dan bahan obat lainnya termasuk ke
dalam golongan obat keras.
OOT harus digunakan sesuai dengan indikasi medis, sebagaimana diagnosis dokter,
diberikan melalui resep, dan peredaran melalui sarana pelayanan kefarmasian yang legal
seperti apotek. OOT tidak boleh disalahgunakan karena akan menimbulkan efek samping
yang berbahaya, hal ini disebabkan karena kesalahan indikasi, kesalahan dosis maupun
potensi overdosis, adanya bahaya interaksi antara obat maupun dengan riwayat penyakit
pengguna, maupun adanya potensi alergi dan reaksi obat yang berbahaya. Namun pada
peredarannya, OOT seakan menjadi obat yang mudah didapatkan atau ditemukan.
Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan perubahan pola peredaran OOT.
Peredaran OOT di masyarakat dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui penjualan secara
online melalui media sosial atau marketplace dan penjualan melalui offline atau secara
langsung. Penjualan secara online dapat dilakukan secara lintas provinsi setelah itu
dilanjutkan secara offline dengan penjualan secara ecer atau satuan ke masyarakat sekitar.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana tren peredaran dan penyalahgunaan Obat-Obatan tertentu (OOT) di
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan periode tahun 2020-2022?
Apa jenis obat-obatan tertentu yang sering disalahgunakan di wilayah Kalimantan
Selatan pada periode tahun 2020-2022?
Bagaimana strategi untuk memutus rantai peredaran dan penyalahgunaan OOT yang
beredar di masyarakat?
C. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
Mengetahui tren peredaran dan penyalahgunaan Obat-Obatan tertentu (OOT) di wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan periode tahun 2020-2022
Mengetahui jenis obat-obatan tertentu (OOT) yang sering disalahgunakan di wilayah
Kalimantan Selatan pada periode tahun 2020-2022
Memberikan solusi terkait strategi dalam rangka memutus rantai peredaran dan
penyalahgunaan OOT dan yang beredar di masyarakat
III. Metodologi
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan kajian ini adalah kuantitatif deskriptif
menggunakan data periode Tahun 2020 – 2022 pada wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
sebagai wilayah pengawasan Balai Besar POM di Banjarmasin. Pengumpulan data dilakukan
secara kuantitatif melalui metode purposive sampling melalui teknik non-random sampling
pada wilayah tersebut. Pemilihan kelompok subjek (sampel) dalam purposive sampling
berdasarkan kriteria tertentu yang dipandang mempunyai keterkaitan erat dengan karakteristik
populasi yang sudah ditetapkan. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan kriteria: 1.
Penduduk di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan; 2. Pengguna obat-obat tertentu; 3. Pemilihan
wilayah yang digunakan sebagai sampel merupakan representasi dari wilayah rawan kasus
peredaran obat-obat tertentu di Indonesia.
Proses analisis dilakukan dengan mengumpulkan data dari Laporan Hasil Operasi
Penindakan dan jumlah sampel uji pihak ketiga Balai Besar POM di Banjarmasin sehingga
terbentuk Data Kerawanan Kejahatan yang secara khusus memuat data mengenai persebaran
OOT seperti Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol dan
Dekstrometorfan. Hasil pengolahan data tersebut selanjutnya dianalisis melalui identifikasi
kondisi aktual dengan melakukan perbandingan kondisi persebaran OOT pada kota dan
kabupaten yang terdapat di wilayah Kalimantan Selatan sehingga dapat memprediksi tren (trend
forecasting) penyalahgunaan OOT pada wilayah tersebut.
Gambar 1. Data Kasus Kejahatan Obat dan Makanan Badan POM periode Tahun 2020-2022
Berdasarkan data tersebut, terjadinya peningkatan kasus obat yang ditemukan setiap
tahunnya dari 21,8% di tahun 2020 menjadi 28% di tahun 2022 dari keseluruhan kasus yang
ditangani Badan POM maka dapat dilihat terjadi peningkatan sebesar 6,2% selama 3 (tiga)
tahun. Dari jumlah kasus pun mengalami peningkatan yaitu 499 kasus (tahun 2020) menjadi
1028 kasus (tahun 2022). Hal ini menyebabkan dapat diprediksinya pada tahun 2023, tren kasus
obat yang ditangani Badan POM akan terus meningkat baik dari jumlah kasus maupun
presentase dari total keseluruhan kasus yang ditangani. Kenaikan kasus salah satunya
dipengaruhi oleh perkuatan Badan POM dengan menambahkan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan
Badan POM Nomor 19 Tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Pada Badan Pengawas Obat dan Makanan Pasal 28 menyebutkan jumlah UPT BPOM terdiri
atas 21 (dua puluh satu) Balai Besar POM, 21 (dua puluh satu) Balai POM dan 34 (tiga puluh
empat) Loka POM.
A. Data Persebaran Kasus OOT di Kota dan Kabupaten pada Wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan Periode Tahun 2020 – 2022
Berdasarkan data kasus dan perkara tindak pidana Obat Balai Besar POM di
Banjarmasin, terdapat fluktuasi jumlah kasus OOT periode tahun 2020 sampai tahun 2022.
Pada tahun 2020 terdapat 45 kasus yang diikuti penurunan kasus pada tahun 2021 sebanyak
39 kasus dan kenaikan kembali pada tahun 2022 sebanyak 54 kasus. Terjadinya penurunan
kasus pada tahun 2021 disebabkan karena pandemi covid-19 yang berdampak pada kondisi
ekonomi dan sosiokultural masyarkat. Beberapa kebijakan pembatasan lingkungan yang
diterapkan pemerintah serta ditegakkan oleh aparat penegak hukum, membuat turunnya
tingkat kriminaltitas, salah satunya peredaran dan penyalahgunaan OOT.
54
45
39
Gambar 2 Jumlah kasus Obat-Obatan Tertentu yang ditangani Balai Besar POM
di Banjarmasin Periode Tahun 2020-2022
Berdasarkan Data Statistik BPS Kab. Hulu Sungai Selatan, Angka Partisipasi
Sekolah (APS) tahun 2018 laki-laki dan perempuan hanya menyentuh angka 69,87. Hal ini
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka kriminalitas di wilayah
tersebut, salah satunya termasuk penyalahgunaan OOT.
B. Data Persebaran Kasus OOT berdasarkan jenis OOT Periode Tahun 2020-2022 di
Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
Berdasarkan grafik jumlah kasus obat-obatan tertentu yang beredar di wilayah
Kalimantan Selatan periode tahun 2020-2022, Dekstrometofan tunggal adalah OOT yang
paling banyak ditemukan dengan total sebesar 66 kasus, diikuti oleh dekstrometorfan
kombinasi sebesar 54 kasus, Trihexyphenidyl sebesar 17 kasus, dan haloperidol sebanyak
1 kasus saja.
70
60
50
40
30
20
10
0
Dextro Tunggal Dextro Kombinasi Trihexyphenidyl Haloperidol
Ifarsyl
Samcodin
Seledryl
0 10 20 30 40 50
18
16
14
12
10
0
2020 2021 2022
Evaluasi Kegiatan Penyusunan Analisis Kejahatan Obat dan Makanan Direktorat Cegah Tangkal