Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS TREN KERAWANAN PEREDARAN DAN PENYALAHGUNAAN OBAT-

OBAT TERTENTU DI WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


PERIODE TAHUN 2020-2022

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyalahgunaan obat-obatan bukan masalah baru yang terjadi di Indonesia. Obat-
obatan tertentu (OOT) yang disalahgunakan salah satunya untuk memanfaatkan efek
samping yang dimilikinya berupa euphoria (perasaan gembira berlebihan) dan sedasi (efek
menenangkan) yang akan timbul jika dikonsumsi dalam jumlah banyak/melebihi dosis.
Obat-obatan tersebut kemudian dicampurkan pada minuman keras atau minuman
beralkohol agar memperoleh efek “fly” yang semakin kuat.
Pada Peraturan Badan POM Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pengelolaan
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan menyampaikan bahwa Obat-Obat
Tertentu (OOT) adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain narkotika
dan psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan
ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Kriteria obat-obatan
tertentu dalam peraturan tersebut terdiri atas obat atau bahan obat yang mengandung
Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol dan Dekstrometorfan.
Dari ke-enam kriteria obat-obatan tertentu dalam peraturan tersebut, hanya dekstrometorfan
yang merupakan golongan obat bebas terbatas dan obat dan bahan obat lainnya termasuk ke
dalam golongan obat keras.
OOT harus digunakan sesuai dengan indikasi medis, sebagaimana diagnosis dokter,
diberikan melalui resep, dan peredaran melalui sarana pelayanan kefarmasian yang legal
seperti apotek. OOT tidak boleh disalahgunakan karena akan menimbulkan efek samping
yang berbahaya, hal ini disebabkan karena kesalahan indikasi, kesalahan dosis maupun
potensi overdosis, adanya bahaya interaksi antara obat maupun dengan riwayat penyakit
pengguna, maupun adanya potensi alergi dan reaksi obat yang berbahaya. Namun pada
peredarannya, OOT seakan menjadi obat yang mudah didapatkan atau ditemukan.
Perkembangan teknologi yang pesat menyebabkan perubahan pola peredaran OOT.
Peredaran OOT di masyarakat dilakukan dengan 2 cara yaitu melalui penjualan secara
online melalui media sosial atau marketplace dan penjualan melalui offline atau secara
langsung. Penjualan secara online dapat dilakukan secara lintas provinsi setelah itu
dilanjutkan secara offline dengan penjualan secara ecer atau satuan ke masyarakat sekitar.

B. RUMUSAN MASALAH
 Bagaimana tren peredaran dan penyalahgunaan Obat-Obatan tertentu (OOT) di
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan periode tahun 2020-2022?
 Apa jenis obat-obatan tertentu yang sering disalahgunakan di wilayah Kalimantan
Selatan pada periode tahun 2020-2022?
 Bagaimana strategi untuk memutus rantai peredaran dan penyalahgunaan OOT yang
beredar di masyarakat?

C. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk:
 Mengetahui tren peredaran dan penyalahgunaan Obat-Obatan tertentu (OOT) di wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan periode tahun 2020-2022
 Mengetahui jenis obat-obatan tertentu (OOT) yang sering disalahgunakan di wilayah
Kalimantan Selatan pada periode tahun 2020-2022
 Memberikan solusi terkait strategi dalam rangka memutus rantai peredaran dan
penyalahgunaan OOT dan yang beredar di masyarakat

II. Tinjauan Pustaka


A. Peraturan Badan POM Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-
Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan
Dalam Peraturan Badan POM Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Pedoman
Pengelolaan Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan disebutkan bahwa OOT
adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain narkotika dan psikotropika,
yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku yang terdiri atas obat atau bahan obat
yang mengandung Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol dan
Dekstrometorfan.
Tramadol adalah obat golongan analgesik opioid yang bekerja di sistem saraf pusat
untuk mengubah reaksi tubuh untuk merasa dan merespon terhadap rasa sakit.
Triheksilfenidil merupakan obat antikolinergik yang digunakan untuk mengatasi
gangguan Parkinson dengan efek antimuskarinik bersifat menimbulkan efek delirium serta
sedasi ringan.
Amitriptilin masuk kedalam golongan obat antidepresan yang digunakan untuk
mengatasi depresi dengan cara meningkatkan adrenalin dan serotonin di saraf pusat
sehingga meningkatkan semangat dan gairah
Klorpromazin merupakan obat antipsikotik yang digunakan pada terapi gangguan
kejiwaan dengan kerja utama pada reseptor dopamine dan serotonin.
Haloperidol juga merupakan obat antipsikotik yang bekerja pada reseptor dopamine
sehingga mengurangi gejala psikosis seperti halusinasi, delusi dan sebagainya.
Sedangkan Dekstrometorfan adalah obat batuk yang termasuk golongan obat
antitusif yaitu obat yang dapat digunakans sebagai obat batuk dan flu.

III. Metodologi
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan kajian ini adalah kuantitatif deskriptif
menggunakan data periode Tahun 2020 – 2022 pada wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
sebagai wilayah pengawasan Balai Besar POM di Banjarmasin. Pengumpulan data dilakukan
secara kuantitatif melalui metode purposive sampling melalui teknik non-random sampling
pada wilayah tersebut. Pemilihan kelompok subjek (sampel) dalam purposive sampling
berdasarkan kriteria tertentu yang dipandang mempunyai keterkaitan erat dengan karakteristik
populasi yang sudah ditetapkan. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan kriteria: 1.
Penduduk di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan; 2. Pengguna obat-obat tertentu; 3. Pemilihan
wilayah yang digunakan sebagai sampel merupakan representasi dari wilayah rawan kasus
peredaran obat-obat tertentu di Indonesia.
Proses analisis dilakukan dengan mengumpulkan data dari Laporan Hasil Operasi
Penindakan dan jumlah sampel uji pihak ketiga Balai Besar POM di Banjarmasin sehingga
terbentuk Data Kerawanan Kejahatan yang secara khusus memuat data mengenai persebaran
OOT seperti Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin, Amitriptilin, Haloperidol dan
Dekstrometorfan. Hasil pengolahan data tersebut selanjutnya dianalisis melalui identifikasi
kondisi aktual dengan melakukan perbandingan kondisi persebaran OOT pada kota dan
kabupaten yang terdapat di wilayah Kalimantan Selatan sehingga dapat memprediksi tren (trend
forecasting) penyalahgunaan OOT pada wilayah tersebut.

IV. HASIL PENGUMPULAN DATA/BAHAN KETERANGAN


Obat selalu menempati urutan kedua sebagai komoditi yang memiliki presentase
terbanyak kasus yang ditemukan dan ditangani oleh Badan POM di seluruh wilayah Indonesia.
Pada tahun 2020, terdapat temuan sebanyak 499 kasus obat dengan total 21,8% dari keseluruhan
kasus. Pada tahun 2021, terdapat temuan sebanyak 751 kasus obat dengan total 25% dari
keseluruhan kasus. Sedangkan pada tahun 2022, terdapat temuan sebanyak 1087 kasus obat
dengan total 28% dari keseluruhan kasus.

Gambar 1. Data Kasus Kejahatan Obat dan Makanan Badan POM periode Tahun 2020-2022

Berdasarkan data tersebut, terjadinya peningkatan kasus obat yang ditemukan setiap
tahunnya dari 21,8% di tahun 2020 menjadi 28% di tahun 2022 dari keseluruhan kasus yang
ditangani Badan POM maka dapat dilihat terjadi peningkatan sebesar 6,2% selama 3 (tiga)
tahun. Dari jumlah kasus pun mengalami peningkatan yaitu 499 kasus (tahun 2020) menjadi
1028 kasus (tahun 2022). Hal ini menyebabkan dapat diprediksinya pada tahun 2023, tren kasus
obat yang ditangani Badan POM akan terus meningkat baik dari jumlah kasus maupun
presentase dari total keseluruhan kasus yang ditangani. Kenaikan kasus salah satunya
dipengaruhi oleh perkuatan Badan POM dengan menambahkan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan
Badan POM Nomor 19 Tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Pada Badan Pengawas Obat dan Makanan Pasal 28 menyebutkan jumlah UPT BPOM terdiri
atas 21 (dua puluh satu) Balai Besar POM, 21 (dua puluh satu) Balai POM dan 34 (tiga puluh
empat) Loka POM.

A. Data Persebaran Kasus OOT di Kota dan Kabupaten pada Wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan Periode Tahun 2020 – 2022
Berdasarkan data kasus dan perkara tindak pidana Obat Balai Besar POM di
Banjarmasin, terdapat fluktuasi jumlah kasus OOT periode tahun 2020 sampai tahun 2022.
Pada tahun 2020 terdapat 45 kasus yang diikuti penurunan kasus pada tahun 2021 sebanyak
39 kasus dan kenaikan kembali pada tahun 2022 sebanyak 54 kasus. Terjadinya penurunan
kasus pada tahun 2021 disebabkan karena pandemi covid-19 yang berdampak pada kondisi
ekonomi dan sosiokultural masyarkat. Beberapa kebijakan pembatasan lingkungan yang
diterapkan pemerintah serta ditegakkan oleh aparat penegak hukum, membuat turunnya
tingkat kriminaltitas, salah satunya peredaran dan penyalahgunaan OOT.

54

45
39

2020 2021 2022

Gambar 2 Jumlah kasus Obat-Obatan Tertentu yang ditangani Balai Besar POM
di Banjarmasin Periode Tahun 2020-2022

Berdasarkan grafik persebaran wilayah kerawanan kasus obat-obatan tertentu yang


menjadi wilayah pengawasan Balai Besar POM di Banjarmasin, Kab. Hulu Sungai Selatan
menjadi wilayah dengan kasus obat terbanyak periode 2020-2022 yaitu 45 Kasus, disusul
diikuti dengan Kab. Hulu Sungai tengah sebanyak 21 kasus, Kab. Tapin sebanyak 20 kasus,
Kab. Balangan sebanyak 11 kasus, Kab. Tabalong sebanyak 8 kasus, Kab. Banjar sebanyak
7 kasus, Kab. Tanah Laut sebanyak 5 kasus, Kab. Barito Kuala sebanyak 4 kasus, Kab.
Hulu Sungai Utara sebanyak 4 kasus, Kab. Tanah Bumbu sebanyak 4 kasus, Kab. Kotabaru
sebanyak 4 kasus, Kota Banjarmasin sebanyak 3 kasus dan Kota Banjarbaru sebanyak 2
kasus.
Banjarbaru
Banjarmasin
Kotabaru
Tanah Bumbu
Hulu Sungai Utara
Barito Kuala
Tanah Laut
Banjar
Tabalong
Balangan
Tapin
Hulu Sungai Tengah
Hulu Sungai Selatan
0 10 20 30 40 50

2020 2021 2022

Gambar 3 Persebaran Wilayah Kasus Obat-Obatan Tertentu di Provinsi Kalimantan


Selatan Periode Tahun 2020-2022

Berdasarkan Data Statistik BPS Kab. Hulu Sungai Selatan, Angka Partisipasi
Sekolah (APS) tahun 2018 laki-laki dan perempuan hanya menyentuh angka 69,87. Hal ini
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya angka kriminalitas di wilayah
tersebut, salah satunya termasuk penyalahgunaan OOT.

B. Data Persebaran Kasus OOT berdasarkan jenis OOT Periode Tahun 2020-2022 di
Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
Berdasarkan grafik jumlah kasus obat-obatan tertentu yang beredar di wilayah
Kalimantan Selatan periode tahun 2020-2022, Dekstrometofan tunggal adalah OOT yang
paling banyak ditemukan dengan total sebesar 66 kasus, diikuti oleh dekstrometorfan
kombinasi sebesar 54 kasus, Trihexyphenidyl sebesar 17 kasus, dan haloperidol sebanyak
1 kasus saja.

70

60

50

40

30

20

10

0
Dextro Tunggal Dextro Kombinasi Trihexyphenidyl Haloperidol

2020 2021 2022

Gambar 4 Jenis Obat-Obatan Tertentu yang beredar di wilayah Provinsi Kalimantan


Selatan Periode Tahun 2020-2022

Pada kasus penyalahgunaan OOT yang terjadi di wilayah Kalimantan Selatan,


Dekstrometorfan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu obat dengan senyawa tunggal
dekstro dan dekstro kombinasi. Dekstro kombinasi adalah obat bebas terbatas (salah
satunya bermerk dagang Seledryl) yang mengandung chlorphenamine maleate (CTM), dan
guaifenesin yang berfungsi untuk meredakan batuk yang disebabkan oleh alergi. Produk
Obat yang mengandung dekstro kombinasi mudah sekali didapatkan di toko obat yang
tersebar di berbagai wilayah Indonesia, khususnya Provinsi Kalimantan Selatan. Namun
pada penggunaannya, masih banyak pelanggaran dan penyimpangan yang malah
digunakan pada sebagian orang sebagai obat mabuk.
Berdasarkan data kasus penyalahgunaan OOT jenis Dekstrometorfan kombinasi,
Obat bermerk dagang Seledryl menjadi kasus terbanyak yang terjadi dengan total kasus
sebanyak 43 kasus, diikuti dengan Samcodin sebanyak 10 kasus, Ifarsyl sebanyak 1 kasus,
dan obat dengan identifikasi tablet lonjong putih sebanyak 1 kasus. Pada perkembangannya
selama periode Tahun 2020-2022, dari total 43 kasus Seledryl, di tahun 2020 jumlah
kasusnya sebesar 15 kasus, sedangkan di tahun 2021 sebanyak 11 kasus, dan di tahun 2022
terjadi sebanyak 17 kasus. Selain itu, persebaran obat Seledryl yang menjadi kasus
terbanyak OOT jenis dekstrometorfan kombinasi periode tahun 2020-2022 terdapat di
wilayah Kab. Hulu Sungai Tengah dengan total sebanyak 26 kasus, disusul dengan Kab.
Hulu Sungai Tengah sebanyak 11 kasus, Kab. Tanah Laut sebanyak 2 kasus, Kab.
Balangan sebanyak 1 kasus, Kab. Banjar sebanyak 1 kasus, Kota Banjarmasin 1 kasus, dan
Kota Banjarbaru 1 kasus.

Tablet Lonjong Putih

Ifarsyl

Samcodin

Seledryl

0 10 20 30 40 50

2020 2021 2022

Gambar 5 Jenis Dekstrometorfan kombinasi yang beredar di wilayah Provinsi


Kalimantan Selatan Periode Tahun 2020-2022

18

16

14

12

10

0
2020 2021 2022

Gambar 6 Jumlah kasus Seledryl di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan Periode


Tahun 2020-2022
V. PEMBAHASAN
Mengacu website Mahkamah Agung (https://putusan3.mahkamahagung.go.id/)
terdapat kasus perkara tindak pidana peredaran dan penyalahgunaan OOT yang ditangani
Pengadilan Negeri se- Indonesia dari tahun 2020-2022 adalah sebagai berikut: Tramadol 1.733
kasus, Triheksifenidil 1.527 kasus, Klorpromazin 71 kasus, Amitriptilin 66 kasus, Haloperidol
103 kasus; dan/atau Dekstrometorfan 327 kasus. Dari data tersebut untuk kasus OOT yang obat-
obatan tersebut masuk golongan obat keras, sebagian besar merupakan kasus obat yang illegal
atau obat yang tidak memiliki izin edar. Sedangan OOT yang masuk golongan obat bebas
terbatas (dekstrometorfan) terdapat obat illegal 151 kasus dan obat legal atau obat yang
memiliki izin edar yaitu yang bermerk dagang Samcodin berjumlah sebanyak 82 kasus dan
Seledryl sebanyak 94 kasus.
Penyalahgunaan Dekstrometorfan yang terkandung dalam obat Seledryl dan Samcodin
selain karena mudah didapatkan di toko obat, juga dipengaruhi karena harga obat-obatan
tersebut yang reltif murah. Menurut salah satu pelaku penyalahgunaan Seledryl komsumsi
sekali minum dekstrometorfan itu adalah 10 sampai 25 tablet untuk mendapatkan efek yang
mereka inginkan yaitu efek “fly” yang membuat kondisi mabuk. Sedangkan Parasetamol
500mg memiliki dosis maksimal dengan dosis maksimal per kali minum 1000 mg atau 2 tablet
dan 4000 mg per hari atau 8 tablet.
Untuk memutus peredaran dan penyalahgunaan OOT, diperlukan strategi yang harus
dilakukan oleh Badan POM, khususnya Balai Besar POM di Banjarmasin yang memiliki
wilayah kerja Provinsi Kalimantan Selatan. Strategi tersebut dapat dianalisis menggunakan
SWOT. Bahwa Balai Besar POM di Banjarmasin memiliki kekuatan berupa: 1) SDM yang
handal dan memiliki kapasitas dalam penegakan hukum berupa PPNS dan intelijen, SDM yang
handal dalam pengawasan obat berupa inspektur obat, SDM yang handal dalam memberikan
KIE ke masyarakat, 2) memiliki anggaran yang cukup, 3) mendapatkan dukungan masyarakat
dalam pencegahan peredaran dan penyalahgunaan OOT yang cukup baik, 4) dukungan
yang baik dari Aparat penegak Hukum lainnya antara lain korwas PPNS Polres, BNNP, BNNK
dan Kejaksaan dalam penegakan hukum terkait perkara peredaran dan penyalahgunaan OOT.
Secara umum penyebab peredaran dan penyalahgunaan OOT yang menjadi kelemahan bagi
Balai Besar POM di Banjarmasin adalah sebagai berikut: 1) penyalahgunaan OOT sangat terkait
dengan minimnya pemahaman masyarakat dan kesadaran akan hal tersebut, ketidaktahuan
mereka terkait bahaya dan dampak negatif menyebabkan adanya penyalahgunaan OOT
ini, 2) rendahnya pemahaman dan kesadaran serta kepedulian aparat baik dari RT, RW, dan
Kelurahan terhadap kasus peredaran dan penyalahgunaan OOT, 3) adanya kinerja dari aparat
terkait yang kurang memprioritaskan kasus peredaran dan penyalahgunaan OOT, 4) kerjasama
intelijen antar UPT Badan POM yang belum optimal, dan 5) tidak adanya evaluasi terkait
dextromethorphan yang sering disalahgunakan.
Untuk mengurangi peredaran dan penyalahgunaan OOT di masyarakat, Balai Besar
POM di Banjarmasin melakukan berbagai macam kegiatan (peluang) antara lain: 1) kerjasama
lintas sektor dengan Badan Narkotika Nasional, baik BNNP maupun BNNK dalam mendukung
Pencegahan Pemberantasan Peredaran dan penyalahgunaan Gelap Narkotika (P4GN) dan OOT,
2) pemetaan terhadap peredaran dan penyalahgunaan OOT, 3) melakukan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) terkait dampak dan bahaya penyalahgunaan OOT ke komunitas
remaja (relawan pemadam kebakaran, siswa sekolah SMP dan SMK sederajat dan mahasiswa),
4) membuat sosialisasi melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, dan Tiktok,
5) melakukan pengawasan secara khusus ke Apotek atau Toko Obat yang dicurigai menjual
OOT untuk disalahgunakan, 6) kerjasama lintas sektor antar intelijen BPOM dalam penguatan
informasi peredaran dan penyalahgunaan OOT, dan 7) kerjasama lintas lintas sektor dengan
Aparat penegak Hukum lainnya antara lain korwas PPNS Polres, BNNP, BNNK dan Kejaksaan
dalam penegakan hukum terkait perkara peredaran dan penyalahgunaan OOT.
Sedangkan untuk tantangan yang dihadapi Balai Besar POM di Banjarmasin adalah
adanya peredaran obat-obat ilegal atau yang tidak memiliki ijin edar ini sangat membahayakan
masyarakat, dan kedepannya akan melemahkan bangsa dan negara. Masih adanya produksi dan
peredaran OOT ilegal ini dikarenakan adanya penegakan hukum yang masih belum optimal,
rencana kerja yang belum optimal, belum menguatnya kolaborasi antar aparat penegak hukum,
dan belum optimalnya kerjasama antara aparat dan masyarakat, sehingga pelaku
penyalahgunaan OOT masih terus bermunculan. Kedepannya langkah-langkah strategis dengan
berbagai pihak terkait perlu dilakukan untuk meredam kenaikan angka kejadian peredaran dan
penyalahgunaan OOT.

VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


A. KESIMPULAN
1. Kasus Penyalahgunaan OOT di wilayah Kalimantan Selatan periode Tahun 2020-2022
masih cukup tinggi dengan tahun 2022 mencapai 54 kasus.
2. Wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan yang paling banyak terjadi kasus peredaran dan
penyalahgunaan OOT adalah Kab. Hulu Sungai Selatan dengan total 45 kasus selama
periode tahun 2020-2022.
3. Jenis OOT yang paling banyak terjadi di wilayah Kalimantan Selatan adalah
Dekstrometorfan, baik Dekstrometorfan tunggal maupun Dekstrometorfan kombinasi
4. Kasus Dekstrometorfan kombinasi yang terjadi adalah penyalahgunaan obat bermerk
dagang Seledryl.
5. Penyalahgunaan OOT di Kab. Hulu Sungai Selatan salah satunya dipengaruhi oleh
rendahnya angka partisipasi sekolah pada wilayah tersebut.
6. Penyalahgunaan OOT, khususnya jenis Dekstrometorfan yang paling banyak terjadi
dikarekanan kemudahan akses mendapatkan obat Seledryl yang merupakan obat bebas
yang dijual diberbagai toko obat dan harga obat yang murah.
B. REKOMENDASI
1. Perlunya penguatan pengawasan dan penindakan Balai Besar POM di Banjarmasin di
wilayah Kab. Hulu Sungai Selatan sebagai wilayah yang paling rawan kasus peredaran
dan penyalahgunaan OOT.
2. Perlunya penggalangan dengan lintas sektor dengan pihak-pihak terkait dalam rangka
pencegahan peredaran dan penyalahgunaan OOT di wilayah Kab. Hulu Sungai Selatan.
3. Melakukan koordinasi dengan direktorat Penyidikan, direktorat Siber, direktorat
Intelijen, dan direktorat Cegah Tangkal Badan POM terkait pemberantasan dan
pencegahan penyalahgunaan OOT di wilayah Kalimantan Selatan.
4. Melakukan pembahasan dan kajian lebih lanjut mengenai peredaran Dekstrometorfan
yang sering disalahgunakan di masyarakat.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawas Obat dan Makanan. “Data Peta Rawan Kasus Tahun 2022”. Diakses dari:
https://penindakan.pom.go.id/dashboard/rawankasus
Nurjannah, & Awaru, A. O. T. 2018. Penyalahgunaan Obat Tramadol dan Trihexyphenidyl
(Studi Kasus Pada Siswa Pengguna di Kecamatan Pamboang Kabupaten Majene). Jurnal
Hasil Pemikiran, Penelitian Dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi Pendidikan, 5(1),
97–101.
Peraturan Badan POM Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat
Tertentu yang Sering Disalahgunakan
Peraturan Badan POM Nomor 19 Tahun 2023 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Pada Badan Pengawas Obat dan Makanan
Rahim, F., Nasir, S., Palutturi, S., Sarumi, R., Karya Persada Muna, P., & Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin, F. 2021. Penyalahgunaan obat-obat golongan G
pada Geng Motor remaja di Kota Makassar Sulawesi Selatan Kontak. Journal of Health,
Education and Literacy
POM-05.01/CFM.01/SOP.01/F.05

KEGIATAN CEGAH TANGKAL KEJAHATAN OBAT DAN MAKANAN

Unit Kerja : Balai Besar POM di Banjarmasin

Periode : Tahun 2023

Evaluasi Kegiatan Penyusunan Analisis Kejahatan Obat dan Makanan Direktorat Cegah Tangkal

Hasil Penilaian (Skala 1-5)


Tanggal Nilai Rencana
No Judul Analisis Sistematika Kemanfaa Kesimpulan Kendala
Laporan Validitas Objektivitas Aktual Akhir Tindak Lanjut
Penulisan -tan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
1 Analisis Tren 06 5 4 5 5 4 23 Peredaran OOT yang Menggalang
Kerawanan Desember dan disalahgun Lintans Sektor
Peredaran Dan 2023 Penyalahgu akan terkait
Penyalahgunaan naan OOT di merupakan pemberantasan
Obat-Obat Wilayah obat bebas peredaran
Tertentu Di Kalimantan sehingga penyalahgunaan
Wilayah Provinsi Selatan kurangnya OOT
Kalimantan perlu segera nilai
Selatan di tindak urgensi
Periode Tahun lanjuti kasus
2020-2022

Anda mungkin juga menyukai