Anda di halaman 1dari 22

Tugas Manajemen Stratejik

MIXUE

Disusun Oleh :

Kelompok 2 (SM Sabtu 07.30)

Laura Agustinesanjaya – 202150004

Stefani Abigail Phang – 202150006

Julius Juan Josephin – 202150012

Caroline Widjaja – 202150016

Imanuel Handino Putra – 202150020

James Cakrawijaya – 202150027

Trisakti School of Management

Jakarta

2023
BAB I

PROFIL PERUSAHAAN

1.1 Sejarah
Pada Juni 1997, Zhang Hongchao mendirikan mixue di kota Henan Republik
Tiongkok. Fokus bisnis Mixue ke produk es krim berawal dari menjamurnya produk
kerucut es krim sajian lembut di Zhengzhou sejak 2006. Harga es krim yang meningkat
akibat popularitas es krim jenis ini membuat Zhang memformulasikan ulang resep es krim
yang dapat dijual dengan harga tak sampai 20 persen dari produk sejenis.
Mixue telah melakukan ekspansi secara masif di Indonesia seiring dengan permintaan
yang melonjak terhadap es krim dan tehnya yang terjangkau. Perusahaan asal Tiongkok
ini telah memiliki jejak di banyak negara Asia Tenggara.
Saat ini, Mixue Ice Cream & Tea telah memiliki lebih dari 20.000 gerai di Tiongkok dan
lebih dari 500 gerai internasional, termasuk di Indonesia. Perusahaan yang bermarkas di
Zhengzhou, Henan, Tiongkok, ini mulai memperluas jangkauannya ke Asia Tenggara
pada 2018. Selain di Indonesia, gerai-gerai tersebut tersebar di Filipina, Malaysia,
Singapura, dan Vietnam. Di Indonesia, Mixue Ice Cream & Tea mulai mendirikan pada
2020 gerainya di pusat perbelanjaan Cihampelas Walk (Ciwalk) di Bandung, Jawa Barat.
Mixue berencana untuk terus memperluas jangkauannya ke daerah-daerah baru di
Indonesia. Berdasarkan halaman Instagramnya, perusahaan asal Tiongkok ini membuka
peluang kepada investor untuk membuka gerai di Padang, Pangkal Pinang, Binjai, Deli
Serdang, Kampar, dan Bengkalis di Sumatra. Tercatat ada 692 cabang Mixue yang
tersebar di seluruh Indonesia dengan Jawa Barat sebagai provinsi yang mendominasi
sebanyak 189 unit. Kemudian disusul oleh Jawa Timur sebanyak 114 unit cabang Mixue,
dan Jawa Tengah sebanyak 113 cabang Mixue.

1.2 Visi dan Misi


Sebagaimana perusahaan pada umumnya, Mixue memiliki visi dan misi. Visi yang dimiliki
Mixue adalah berusaha untuk menjadi bisnis terhormat yang berkembang selama 100
tahun. Mixue memiliki beberapa misi untuk mencapai visi tersebut, antara lain :
1. Memperkuat merek
2. Memperkaya mitra
3. Menghadirkan produk berkualitas tinggi dan terjangkau bagi semua orang di
seluruh dunia.
1.3 Struktur Organisasi

1.4 Strategi Fungsional


Strategi Fungsional adalah strategi pada level kegiatan operasional yang spesifik
seperti strategi sumber daya manusia, strategi pemasaran, dan keuangan. Strategi
fungsional umumnya lebih terperinci dan memiliki jangka waktu yang lebih pendek
daripada strategi organisasi. Tujuan pengembangan strategi fungsional adalah untuk
mengkomunikasikan tujuan jangka pendek, menentukan tindakan-tindakan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan jangka pendek, dan untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi pencapaian tujuan tersebut karena itu strategi fungsional perlu
dikoordinasikan satu sama lain untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan dalam
organisasi.
a. Strategi Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses yang digunakan untuk menilai dan memebuhi
kebutuhan serta keinginan individu atau kelompok dengan menciptakan,
menawarkan, dan menukarkan produk yang bernilai (Udaya et al, 2013). Strategi
pemasaran berkaitan langsung dengan penetapan harga (pricing), penjualan
(selling), dan pendistribusian (distributing) produk. Karena itu ada beberapa strategi
pemasaran yang juga dilakukan atau diaplikasikan oleh PT.Zhisheng Pacific Trading
(Mixue Indonesia) dari hasil analisis yang dilakukan berdasarkan 4P (price, product,
place, dan promotion), yaitu :
• Price
Salah satu kekuatan Mixue adalah banyak digemari masyarakat karena
harganya yang murah. Artinya Mixue menggunakan strategi pemasaran yang
disebut sebagai penetration pricing. Penetration pricing merupakan cara
perusahaan untuk memasuki segmen pasar dengan mematok harga produk
atau layanan yang sangat rendah. Namun kedepannya, bisa jadi perusahaan
mulai menaikkan harga produknya secara perlahan tanpa disadari oleh
pembelinya.
• Product
Selain harga, kualitas dari produk juga perlu diperhatikan karena sangat penting
untuk keberhasilan dan kelangsungan perusahaan. Dalam hal ini produk Mixue
memiliki rasa yang dapat bersaing dengan produk pesaing lainnya, selain itu
setiap produk dari Mixue juga memiliki diferensiasi yang unik dan menyebar
sehingga dapat dinikmati oleh seluruh kalangan umur. Contohnya Mixue
menjual minuman teh susu dengan topping yang bervariasi yaitu coconat, red
bean, oats, dan pearl yang dapat dipilih secara langsung oleh pembelinya. Hal
ini dapat dijadikan salah satu bentuk diferensiasi produk oleh Mixue yang dapat
memenuhi segmentasi demografis dalam faktor usia karena selera makanan
dan pilihan topping dapat disesuaikan dengan selera pembelinya dimana
biasanya orang yang berusia 12-24 tahun tidak terlalu menyukai topping red
bean atau coconut sehingga dapat menggunakan atau memilih topping lainnya.
Dengan harga yang murah, rasa yang enak, dan produk yang beragam
membuat perusahaan Mixue tersebut dapat bersaing di pasaran.
• Place
Dalam menentukan lokasi perusahaan Mixue memilih tempat yang ramai dan
strategis dibandingkan dengan tempat yang mahal dan bagus, dalam hal ini
Mixue membuka gerai dan cabangnya di ruko pinggir jalan yang ramai di lewati
dan pasti terlihat oleh setiap orang yang melewati jalan tersebut kemudian
Mixue juga membuka gerainya di dalam Mall yang ramai dengan pengunjung.
Selain hal tersebut perusahaan Mixue juga merancang desain gerai yang
menarik dan tetap memperhatikan kenyamanan dari pembelinya. Selain dari
gerai atau toko secara offline, Mixue juga hadir di layanan pesan antar seperti
GoFood,GrabFood, dan Shopee Food sehingga memudahkan konsumen untuk
membeli Mixue tanpa harus ke tempatnya secara langsung.
• Promotion
Dalam meningkatkan pemasarannya, Mixue menggunakan media sosial seperti
Instagram dan Tiktok sehingga produknya mudah dikenal oleh masyarakat
sekitar. Selain itu Mixue juga rutin membuat program-program promo yang
dapat diikuti oleh para pembelinya misalnya adalah program pengumpulan
stample Mixue, dimana setiap pembeli yang melalukan transaksi diatas Rp
15.000 akan memperoleh 1 stampel dan setiap pengumpulan 10 stampel dapat
ditukarkan dengan ice cream cone, dan produk Mixue lainnya.
Selain itu promosi yang dilakukan Mixue juga menjadi cukup menarik karena Mixue
terkenal dengan jingle-nya yang berjudul “I Love You, You Love Me” yang sempat
viral di media sosial karena jingle-nya yang easy listening. Kemudian, sekitar tahun
2022, secara serentak outlet Mixue juga menyebar dengan cepat sehingga meme
“mixue pencari ruko kosong” kembali viral dan menjadi perbinvangan di sosial media.
Hal ini tentunya juga dapat meningkatkan rasa penasaran calon konsumen terhadap
Mixue. Pada dasarnya, Mixue merupakan bisnis franchise sehingga persebaran
outlet Mixue menjadi sangat cepat. Selain terkenal karena jalur viral di sosial media,
Mixue juga sering membuat menu baru dan memberikan promo potongan harga pada
menu dan periode tertentu untuk meningkatkan penjualan.

b. Strategi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia dianggap sebagai sumber keunggulan kompetitif bagi suatu
perusahaan. Strategi ini menekankan bagaimana suatu perusahaan dapat
memutuskan untuk memilih dan memanfaatkan tenaga kerja dengan baik. Artinya
perusahaan dapat menentukan untuk merekrut pegawainya sendiri atau
menggunakan outsourcing. Selain itu perusahaan juga dapat menentukan dalam
menggunakan tenaga kerja yang kurang terampil dengan upah yang murah atau
tenaga kerja terampil dengan upah yang tinggi. Terdapat beberapa strategi sumber
daya manusia yang digunakan oleh perusahaan Mixue beberapa diantaranya adalah
berkaitan dengan pemberian pelatihan, tunjangan dan insentif bagi setiap
karyawannya. Dengan menggunakan strategi pemberian tunjangan dan insentif bagi
setiap karyawannya maka dipercayai dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan
dimana hasilnya juga akan berpengaruh kepada peningkatan kinerja karyawan dan
peningkatan upaya yang diberikan karyawan kepada perusahaan. Adapun tunjangan
yang dimaksudkan adalah:
• Seragam
• Uang makan dan transportasi
• BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan
• Bonus kinerja dan insentif penjualan
• Pelatihan dan sertifikat
• Kesempatan karier dan promosi
c. Strategi Keuangan
Strategi keuangan berkaitan dengan bidang-bidang seperti sumber daya keuangan,
analisis struktur biaya, memperkirakan potensi laba, fungsi akuntansi dan
sebagainya. Karena itu strategi ini berfokus pada penyelarasan manajemen
keuangan dengan tujuan perusahaan dan bisnis organisasi untuk mendapatkan
keuntungan strategis. Strategi keuangan bertujuan untuk memaksimalkan nilai
keuangan perusahaan dimana hal ini dapat dilihat secara langsung melalui laporan
keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan Mixue.

Berdasarkan data laporan revenue Mixue per bulan Juni-Maret 2022, dapat dilihat
bahwa pendapatan Es Krim Mixue hanya mencapai 0,56 persen saja, sedangkan
pendapatan terbesarnya itu berasal dari ingredient (bahan baku) sebesar 72 persen
dan packaging (mesin) sebesar 15 persen. Hal itu membuktikan bahwa pendapatan
terbesar perusahaan Mixue bukanlah berasal dari produk yang dijual, melainkan dari
sistem franchise yang dimiliki, dimana hal ini menjadi salah satu strategi keuangan
yang digunakan oleh perusahaan Mixue.
Jadi, strategi keuangan yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan Mixue ini cukup
unik dan juga sangat efektif karena keuntungan utama yang diperoleh oleh
perusahaan Mixue tidak berasal dari produk-produk yang dijual, mengingat bahwa
produk yang dijual memiliki harga yang murah atau terjangkau. Namun, terlepas dari
keuntungan yang diperoleh dari penjualan, keuntungan yang lebih besar yang
diperoleh oleh Mixue berasal dari usaha franchise yang ditawarkan. Hal ini
dikarenakan franchisor atau penerima waralaba bukan hanya membayar ketika ingin
membuka usaha Mixue saja tetapi franchisor atau penerima waralaba juga tetap
harus melakukan transaksi pembelian kepada perusahaan Mixue terkait dengan
kebutuhan bahan baku yang digunakan sebab bahan baku yang disiapkan dan dijual
oleh pihak perusahaan Mixue itu khusus dan pastinya akan mempengaruhi cita rasa
dari produk yang dijual.
BAB II

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

2.1 Politik
Kondisi politik suatu negara dapat mempengaruhi kinerja operasional dari suatu
perusahaan bahkan industri. Mixue merupakan perusahaan waralaba yang berasal dari
China, sehingga keberlanjutan perusahaan tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi
politik antara Indonesia dan China.
Adanya hubungan diplomatik antara Indonesia dan China yang telah dijalin sejak 13
April 1950 sampai sekarang tentu membawa pengaruh positif bagi Mixue Indonesia. Hal
ini dapat dilihat dari waralaba Mixue yang dapat masuk ke Indonesia pada tahun 2020
silam. Di mana pada saat itu pandangan masyarakat global terhadap China sangat buruk,
akibat pandemi Covid-19 yang berakar di Wuhan, China. Namun di tengah terpaan
pandemi Covid-19, hubungan bilateral Indonesia dan China terus mengalami
perkembangan positif. Kedua negara melakukan upaya saling bantu dalam peanganan
pandemi dan membangun komunitas senasib sepenanggungan China-Indonesia. Selain
itu, kedua hubungan perdagangan antara Indonesia dan China juga semakin
berkembang di tengah pandemi. Tercatat adanya peningkatan volume perdagangan
antara kedua negara sebesar 48,9 persen dari periode sebelumnya (2019). Oleh karena
itu, Mixue dapat sukses memasuki pasar Indonesia di tengah maraknya pandemi Covid-
19 dan tetap mendapatkan respon positif dari masyarakat Indonesia.
Menjelang Pemilu 2024, ada beberapa stigma negatif yang menjadi word of mouth
masyarakat Indonesia terhadap China. Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia
telah menjadi salah satu mitra terbaik China. Menurut beberapa pakar, hal tersebut
dikarenakan Presiden Joko Widodo dianggap mampu menyelaraskan dan
“menerjemahkan” berbagai kepentingan Xi Jinping, Presiden Republik Rakyat Tiongkok.
Karakteristik Jokowi tampaknya menjadi acuan bagi China akan sosok dambaan mereka
untuk menjadi presiden Indonesia berikutnya. Sehingga, muncul prediksi bahwa China
akan menunjukkan gelagat intervensi secara bertahap dalam politik tanah air menjelan
Pemilu 2024. Hal ini tentunya akan berdampak pada hubungan politik kedua negara.
Jika stigma buruk tersebut terus berlanjut, usaha Mixue Indonesia dapat terancam
mengingat Mixue merupakan brand yang berasal dari China. Dampak stigma buruk
masyarakat akan suatu negara terhadap produk yang berkaitan dengan negara tersebut
dapat dilihat dari pemboikotan brand-brand seperti McDonalds, KFC, Starbucks, dan lain-
lain di Indonesia. Karena brand-brand tersebut memiliki indikasi hubungan dengan Israel.
Namun sampai saat ini, stigma buruk terhadap China menjelang pandemi belum memiliki
pengaruh signifikan terhadap kegiatan operasional Mixue.
2.2 Ekonomi
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami kontraksi
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar -2,07 persen. Hal ini menyebabkan
perekonomian Indonesia pada tahun 2020 mengalami deflasi atau penurunan drastis
karena perkembangan ekonomi di Indonesia mempunyai pergerakan yang kurang stabil
di masa pandemi Covid-19. Pada tahun yang sama, pemerintah Indonesia mengeluarkan
berbagai kebijakan untuk mengurangi rantai penyebaran pandemi Covid-19 yang
menyebabkan penurunan jumlah konsumsi Rumah Tangga (RT) dari 5,04 persen
menjadi -2,63 persen.
Penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2020, tidak memiliki pengaruh
terhadap kinerja operasional Mixue. Ketika banyak bisnis yang beroperasi di industri food
and beverage terpaksa harus tutup di tengan pandemi Covid-19, Mixue justru mengalami
perkembangan pesat di tengah pandemi. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Pendapatan Per Tahun Mixue


Tahun 2021 2020 2019
Pendapatan 1.034.494,76 467.757,73 256.470,21
Tabel Pendapatan Mixue 2019 – 2021 | Sumber : 7preneur

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2020 Mixue mengalami
peningkatan pendapatan dan peningkatan tersebut terus berlanjut hingga tahun 2021.
Meskipun perekonomian Indonesia dan tingkat konsumsi masyarakat pada tahun 2020
mengalami penurunan yang cukup drastis, tingkat penjualan Mixue justru meningkat. Hal
ini dikarenakan Mixue yang memang menargetkan masyarakat kalangan menengah ke
bawah. Sehingga ketika perekonomian memburuk dan banyak pendapatan masyarakat
yang ikut menurun, Mixue yang menawarkan produk dengan harga murah menarik
perhatian masyarakat.
Sejak tahun 2021 perekonomian Indonesia terus mengalami pertumbuhan. Sepanjang
tahun 2021 PDB Indonesia mengalami kenaikan sebesar 3,69 persen dan data terakhir
tahun 2023 mencatat bahwa Indonesia saat ini masih mengalami pertumbuhan ekonomi
sebesar 4,94 persen. Penurunan perekonomian Indonesia memang tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja penjualan Mixue. Hal yang sama sebenarnya dapat
dikatakan untuk pertumbuhan ekonomi. Namun, adanya pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dapat memberikan peluang bagi Mixue, karena tingkat pendapatan dan
konsumsi masyarakat yang meningkat, sehingga akan meningkatkan demand atas
produk Mixue.
2.3 Sosial
Sejak pandemi Covid-19 pada tahun 2020, minta terhadap es krim dan frozen desserts
mengalami peningkatan di Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan peningkatan
penjualan item makanan tersebut secara retail di Indonesia.

Penjualan es krim dan makanan penutup beku di retail Indonesia (2017 – 2021) | Sumber : DataIndonesia.id

Peningkatan tersebut membawa dampak positif bagi kinerja operasional Mixue yang
memiliki produk utama berupa es krim. Hal ini juga menjadi salah satu faktor kesuksesan
peluncuran Mixue di Indonesia pada tahun 2020 lalu. Selain itu, produk dari Mixue juga
merupakan item makanan yang disukai oleh hampir seluruh kalangan usia, dari anak-
anak sampai orang dewasa.
Berdasarkan data dari Statista, kalangan masyarakat Indonesia yang memiliki minat
terhadap es krim tertinggi adalah masyarakat kalangan menengah ke atas, yaitu sebesar
43 persen. Sehingga banyak perusahaan-perusahaan pesaing yang lebih dahulu
menargetkan masyarakat kalangan tersebut dan menawarkan harga yang cukup tinggi.
Hal tersebut memberikan peluang bisnis kepada Mixue di Indonesia, mengingat 57
persen sisanya adalah masyarakat kalangan menengah ke bawah yang juga memiliki
minat terhadap es krim tetapi segmen pasar tersebut belum terlalu banyak ditargetkan
oleh perusahaan-perusahaan pesaing. Oleh karena itu, Mixue lebih fokus menjangkau
masyarakat kelas menengah ke bawah dan menawarkan produk dengan harga yang jauh
lebih murah.

2.4 Teknologi
Mixue yang merupakan brand es krim berasal dari China, dan memasuki Indonesia
pertama kali pada tahun 2020. Sejak awal kemunculannya Mixue mengadopsi aplikasi
teknologi guna meningkatkan efisiensi pada operasional mereka. Aplikasi yang diadopsi
ini bernama POS (Point of sale) yang berpotensi meningkatkan pengalaman pelanggan
juga. Aplikasi POS terintegrasi untuk mengelola penjualan dan inventaris, sehingga
aplikasi ini akan mencatat transaksi dan menyimpan informasi terkait transaksi.
Komponen utama dari POS ini terdiri dari hardware seperti scanner barcode, mesin
kasir, dan printer struk. Selain itu, aplikasi POS juga memiliki software yang sangat
penting untuk memungkinkan pengecekan harga, pemrosesan transaksi, dan pencatatan
inventaris, mengelola stok barang, pembaruan harga, mengelola informasi karyawan,
jadwal kerja, merekam data penjualan, NFC untuk pembayaran non-tunai, keamanan,
dan lain-lain.
Mixue juga memanfaatkan platform seperti Gofood, Grabfood, Shopeefood sehingga
dengan bekerja sama dengan platform-platform tersebut menjadi potensi untuk dapat
meningkatkan penjual, karena saat ini banyak orang yang lebih suka memesan makanan
dan minuman melalui aplikasi dari pada harus mengantri di gerai secara langsung.

2.5 Lingkungan
Meskipun Mixue memiliki pangsa pasar yang luas, bahkan sempat menjadi trending
topik bahwa Mixue menguasai dunia es krim dan minuman karena menyebar hampir
diseluruh Indonesia, tetapi Mixue tetap memiliki persaingan yang ketat dengan pesaing-
pesaing baik yang sudah ada sebelum Mixue memasuki Indonesia maupun yang baru-
baru ini muncul. Beberapa pesaing Mixue saat ini seperti Haus, Teguk, Menantea, Koi,
Ai-cha, Momoyo, dan masih banyak lagi brand penjual produk serupa dengan Mixue.
Perubahan tren dan selera masyarakat dapat mempengaruhi Mixue sehingga Mixue
harus mengikuti perubahan tersebut agar tetap mampu bersaing dengan brand lain.
Contohnya ketika ada suatu tren minuman dengan varian rasa terbaru, maka Mixue harus
mengikuti tren tersebut dengan menjual minuman dengan varian yang sama sehingga
dapat merebut pasar dengan segera.
Bahan baku yang terjangkau dengan kualitas yang tetap terjaga juga menjadi potensi
bagi Mixue untuk dapat menjual produknya dengan harga yang wajar. Jika pendapatan
mereka didapat dari penjualan bahan baku saja hampir 90 persen, lain halnya dengan
pembuatan bahan baku yang mampu menekan biaya produksi hingga 20 persen. Karena
itu jumlah gerainya merajalela.
Dibalik potensi yang dimiliki Mixue, namun tetap ada risiko yang dimiliki nya seperti
melonjaknya limbah non-organik dari hasil operasi Mixue. Gerai Mixue dibeberapa tempat
kesulitan dalam mengurus perizinan limbah non-organik, dikarenakan kemasan yang
digunakan oleh Mixue berbahan dasar plastik.
2.6 Hukum
Indonesia merupakan negara dengan masyarakat mayoritas beragama Islam,
sehingga pemerintah mewajibkan adanya jaminan kehalalan produk yang beredar di
pasar. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan
Produk Halal yang menyatakan bahwa “produk yang masuk, beredar, dan
diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal”.
Keberadaan aturan tersebut membuat Mixue, yang merupakan brand asal China
harus menjalani proses sertifikasi halal yang tidak mudah dijalani dan melibatkan proses
panjang. Karena bahan-bahan yang digunakan Mixue berasal dari negara luar.
Saat ini, bahan-bahan yang digunakan Mixue telah lolos uji BPOM dan halal oleh
LPPOM MUI, sehingga proses yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan
penyajian sudah sesuai dengan peraturan halal di Indonesia dan pihak Mixue tidak
keberatan bila ada pernyataan atau aduan dari konsumen. Proses sertifikasi halal pihak
Mixue telah benar-benar melaksanakan aturan wajib halal selama hampir 3 tahun dan
baru terbit sertifikat halal pada 17 Februari 2023.
Namun pencantuman label halal pada kemasan produk Mixue dikecualikan
dikarenakan produk Mixue baru dikemas dihadapan pembeli. Sehingga label halal dapat
dicantumkan pada tempat lokasi usaha setelah memperoleh sertifikat halal. Dengan
sertifikat lolos uji BPOM dan Halal ini maka kedua hal ini dapat menjadi potensi dalam
meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap Mixue.
BAB III

ANALISIS 5 KEKUATAN PORTER

3.1 Threat of New Entrants


New entrants atau pendatang baru merupakan ancaman yang cukup signifikan bagi
perusahaan yang sudah lebih dahulu berdiri, karena keberadaan pendatang baru berarti
ada peningkatan persaingan antar perusahaan.
Ancaman dari pesaing baru yang dihadapi Mixue di industri Food and Beverage
tergolong sedang karena terdapat beberapa faktor yang memudahkan maupun
menghambat pendirian bisnis baru di industri tersebut. Beberapa entry barrier yang
dimiliki oleh Mixue adalah :
a. Skala ekonomi
Perusahaan yang berada di industri makanan dan minuman seperti Mixue,
khususnya yang telah beroperasi dalam waktu yang cukup lama telah mencapai
skala ekonomi yang cukup tinggi. Mixue sendiri menggunakan model bisnis berupa
franchise, yang menyebabkan volume permintaan akan produknya menjadi besar.
Volume permintaan yang tinggi di tambah Mixue yang memproduksi bahan
bakunya sendiri membuat biaya pengadaan bahan baku lebih murah. Sehingga
biaya produk dapat ditekan dan banyak pelanggan akan tertarik untuk membeli
produk Mixue yang menawarkan harga lebih rendah.
b. Kebijakan pemerintah
Aturan yang ditetapkan pemerintah yang mewajibkan setiap produk yang masuk,
beredar, dan diperdagangkan di Indonesia wajib bersertifikat halal dan memiliki
izin edar BPOM. Proses untuk mendapatkan izin BPOM dan sertifikasi halal
bukanlah hal yang mudah. Proses tersebut memakan waktu dan biaya. Mixue
sendiri membutuhkan waktu 3 tahun untuk bisa mendapatkan sertifikasi halal.
Ketatnya peraturan pemerintah mengenai hal ini, dapat menjadi entry barrier bagi
pesaing baru.
c. Akses ke saluran distribusi
Mixue terkenal dengan julukan “Malaikat Pencabut Ruko Kosong”. Karena setiap
ada ruko yang tidak ditempati, Mixue selalu mengambil tempat tersebut untuk
membuka cabang franchise baru. Hingga saat ini, Mixue memiliki lebih dari 20.000
gerai di Asia dan lebih dari 600 gerai tersebar di Indonesia. Mixue yang telah
menjangkau banyak area geografis di Indonesia akan menyulitkan pesaing dalam
menemukan tempat baru untuk membangun usahanya.
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa Mixue memang memiliki beberapa entry barrier
bagi pendatang baru. Namun, ada beberapa faktor lain yang mendorong bisnis baru untuk
memasuki industri Food and Beverage sama seperti Mixue, yaitu :
a. Persyaratan modal yang rendah
Persyaratan modal untuk memulai usaha di industri Food and Beverage umumnya
rendah. Apalagi jika produk yang ingin dijual berupa es krim dan minuman seperti
Mixue. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya usaha start-up yang memulai usahanya
dengan berjualan minuman.
b. Switching cost yang rendah
Produk yang ditawarkan Mixue sebenarnya dapat dengan mudah ditiru oleh brand-
brand lain. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan brand serupa, seperti Wedrink,
Momoyo, dan Ai-Cha. Brand-brand tersebut menawarkan produk dengan kualitas
dan harga serupa. Sehingga ketika pelanggan dapat dengan mudah beralih ke
produk pesaing. Hal tersebut memberikan peluang bagi pesaing baru untuk
membangun basis pelanggan dengan lebih cepat.

3.2 Threat of Substitute Products


Produk substitusi adalah produk yang terlihat berbeda tetapi dapat memenuhi
kebutuhan yang sama. Mixue memiliki ancaman produk substitusi yang cukup tinggi.
Mixue menawarkan produk es krim dan minuman-minuman dingin yang dikategorikan
sebagai makanan penutup atau dessert yang saat ini sudah marak diperjual-belikan, baik
di kafe maupun melalui aplikasi online. Contohnya dessert box, kue-kue, puding, dan
masih banyak lagi.
Selain itu, produk Mixue dikonsumsi pelanggan untuk mendapatkan sensasi
menyegarkan. Di mana fungsi tersebut dapat diperoleh dengan mengonsumsi item
makanan atau minuman lain, seperti es campur, es cendol, es teler, es durian, dan lain-
lain. Produk-produk pengganti tersebut juga tidak kalah menarik, karena mempunyai
harga yang hampir sama.

3.3 Bargaining Power of Buyers


Kemampuan pelanggan untuk menurunkan harga atau tingkat kekuatan mereka juga
menjadi salah satu dari Teori Porter’s Five Forces. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah
pembeli atau pelanggan yang dimiliki sebuah perusahaan, seberapa signifikan setiap
pelanggan tersebut, dan seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk
menemukan pelanggan atau pasar baru. Kekuatan tawar-menawar pembeli akan
semakin tinggi apabila terdapat faktor-faktor berikut :
• Pembeli membeli sebagian besar produk atau jasa penjual.
• Pembeli berpotensi untuk memproduksi produk itu sendiri.
• Ada banyak pemasok alternatif.
• Switching cost tergolong rendah.
• Pembeli sensitif terhadap perbedaan harga dan layanan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, dapat disimpulkan bahwa ancaman mengenai
kekuatan tawar-menawar pembeli yang dihadapi Mixue tergolong tinggi, karena :
• Mixue sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Food and
Bevarage terutama dibidang makanan penutup atau dessert. Menu yang
ditawarkan Mixue sebenarnya dapat dibuat sendiri oleh pelanggan, seperti teh
lemon, teh susu, dan lain lain.
• Switching Cost untuk beralih ke makanan penutup lainnya sama sekali tidak ada.
Sehingga pelanggan dapat dengan mudah beralih ke pesaing tanpa perlu merasa
dirugikan.
• Supplier yang menyediakan makanan penutup bukan hanya Mixue saja, tetapi
ada perusahaan lain seperti Wedrink, Ai-Cha, dan Cooler City yang menyediakan
menu yang sama dengan harga dan promo yang sering kali lebih menguntungkan
pelanggan.
• Pelanggan cukup sensitif terhadap harga dan sering membandingkan harga yang
ditawarkan Mixue dengan harga dari produk-produk pesaing. Karena, pesaing
juga menawarkan produk dengan kualitas dan varian yang serupa.

3.4 Bargaining Power of Suppliers


Bargaining power of supplier dalam teori Porter’s Five Forces merupakan kemampuan
pemasok untuk mempengaruhi industri dengan menaikkan harga atau mengurangi
kualitas suatu barang atau jasa. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kekuatan tawar-
menawar pemasok meningkat antara lain jumlah pemasok yang sedikit, layanan atau
produk yang ditawarkan pemasok unik, switching cost yang tinggi, merek pemasok
memiliki reputasi yang baik, pemasok mampu melakukan forward integration, tidak
tersedianya produk substitute, regulasi pemerintah, dan lain-lain.
Pemasok utama Mixue adalah pemasok bahan baku dan pemasok peralatan.
Pemasok bahan baku terutama menyediakan minuman dasar dan bahan cair, sedangkan
pemasok peralatan terutama bertanggung jawab atas penyediaan mesin es, mesin
penyegel, ember teh susu, dan kebutuhan lainnya. mesin untuk produksi produk mereka.
Saat ini, Mixue telah membentuk rantai industri yang lengkap. Perusahaan ini memiliki
pabrik dan logistik pergudangan di sejumlah lokasi, dan bahan baku dapat dikirim
langsung ke lokasi waralaba dari pabrik yang dibangun sendiri, pusat logistik
pergudangan, dan lain-lain. Sistem industri terus ditingkatkan, memungkinkan Mixue
untuk menekan biaya hingga tingkat maksimal dan menjamin kinerja biaya maksimalnya.
Akibatnya, pemasok mempunyai posisi tawar yang lebih rendah.

3.5 Rivalry Among Existing Firms


Persaingan dengan kompetitor yang menawarkan barang atau jasa sejenis menjadi
salah satu faktor utama persaingan dalam bisnis. Persaingan yang ketat dapat membuat
sebuah perusahaan kehilangan pangsa pasar dalam industri. Hal ini juga membuat
potensi keuntungan masing-masing perusahaan terhambat.
Saat ini, persaingan pasar teh kelas bawah di Tiongkok juga relatif ketat. Namun, di
antara para pesaing, Mixue menguasai lebih dari 30 persen segmen pasar. Jumlah
tokonya di Tiongkok lebih dari 20.000, mencakup 31 provinsi (kota, daerah otonom) dan
secara aktif menjajaki pasar luar negeri. Hasilnya, ancaman pesaing yang ada tidak
terlalu besar
Namun, di Indonesia saat ini Mixue mempunyai beberapa pesaing besar seperti AI
Cha, Momoyo, Wedrink dan masih banyak lagi. Namun Mixue masih menguasai segmen
pasar karena sudah berhasil membuka kira – kira sebanyak 2.000 gerai yang tersebar
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Namun ancaman pesaing bisa menjadi besar
karena saat ini sudah masuk ke industri Ice Cream & Tea adalah brand Luca Soft Serve
Specialist, brand ini menjual soft ice cream dengan kualitas yang lebih premium
dibandingkan Mixue dan menyajikan ambience store yang sangat mewah dibandingkan
dengan Mixue.
BAB IV

ANALISIS SWOT

4.1 Kekuatan (Strengths)


Amat Amat
Pemanfaatan Tingkat Buruk Sama Baik Besar x
Bobot Buruk Baik
Fenomena Signifikan (2,00) (3,00) (4,00) Bobot
(1,00) (5,00)
Memiliki gerai
yang tersebar
luas di 5 0,20 ✓ 1,00
Indonesia dan
negara lain.
Memiliki brand
image yang
4 0,16 ✓ 0,64
baik di mata
pelanggan.
Memiliki produk
dengan rasa
5 0,20 ✓ 1,00
enak dan
kualitas tinggi.
Harga yang
4 0,16 ✓ 0,64
murah.
Memiliki pabrik
untuk mem-
4 0,16 ✓ 0,64
produksi bahan
baku sendiri.
Memiliki produk
dengan
3 0,12 ✓ 0,48
berbagai varian
rasa.
Total 25 1 4,40

4.2 Kelemahan (Weaknesses)


Amat Amat
Pemanfaatan Tingkat Buruk Sama Baik Besar x
Bobot Buruk Baik
Fenomena Signifikan (2,00) (3,00) (4,00) Bobot
(1,00) (5,00)
Variasi produk
4 0,17 ✓ 0,34
hanya terbatas
pada es krim
dan minuman.
Karyawan yang
5 0,23 ✓ 0,46
tidak ramah.
Beberapa
bahan baku
3 0,14 ✓ 0,28
mengandung
pengawet.
Gerai yang
3 0,14 ✓ 0,42
kecil.
Kurang
5 0,23 ✓ 0,69
higienis.
Kualitas dan
rasa produk
yang tidak
2 0,09 ✓ 0,27
konsisten di
masing-masing
franchise.
Total 22 1 2,46

4.3 Peluang (Opportunities)


Amat Amat
Tingkat Buruk Sama Baik Besar x
Faktor Penting Bobot Buruk Baik
Signifikan (2,00) (3,00) (4,00) Bobot
(1,00) (5,00)
Minat
masyarakat
terhadap es 5 0,21 ✓ 1,05
krim dan menu
desserts.
Adanya tren
makanan,
sehingga
4 0,16 ✓ 0,64
industri F&B
tidak pernah
mati.
Masih ada
5 0,21 ✓ 1,05
area-area yang
belum
dijangkau
pesaing.
Minat
masyarakat
4 0.16 ✓ 0,64
terhadap bisnis
franchise.
Tanggapan
positif dan
konyol
masyarakat 3 0,13 ✓ 0,39
terhadap Mixue
yang viral di
media sosial.
Peluang untuk
ekspansi
hingga ke 3 0,13 ✓ 0,39
negara-negara
Eropa.
Total 24 1 4,16

4.4 Ancaman (Threats)


Amat Amat
Tingkat Buruk Sama Baik Besar x
Faktor Penting Bobot Buruk Baik
Signifikan (2,00) (3,00) (4,00) Bobot
(1,00) (5,00)
Persaingan
ketat dengan
5 0,20 ✓ 0,20
perusahaan
sejenis.
Perubahan
dalam
5 0,20 ✓ 0,60
preferensi
pelanggan.
Inflasi yang
dapat 4 0,16 ✓ 0,32
meningkatkan
harga bahan
baku.
Public
awareness
tentang
3 0,12 ✓ 0,36
penting-nya
gaya hidup
sehat.
Potensi
kejenuhan 4 0,16 ✓ 0,48
pasar.
Stigma buruk
masyarakat
Indonesia 4 0,16 ✓ 0,48
terhadap
China.
Total 25 1 2,44

4.5 Matriks SWOT


Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan untuk mengukur kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
yang dimiliki Mixue diperoleh perhitungan sebagai berikut :
• IFAS = 4,40 – 2,46 = 1,94
• EFAS = 4,16 – 2,44 = 1,72

Strengths I
II
Stability Growth

1,94

Threats Opportunities
1,72

III IV
Retenchment Stability / Combination
Weaknesses
Berdasarkan diagram tersebut, dapat dilihat bahwa Mixue berada dalam tahap
Growth. Beberapa strategi yang dapat diterapkan Mixue dideskripsikan dalam matriks
berikut :
Strengths Weaknesses
Opportunities S-O Strategies : W-O Strategies :
• Meningkatkan produksi Mixue • Memanfaatkan media sosial
untuk memenuhi demand untuk memasarkan produk dan
pasar. juga brand image yang baik di
• Memperluas jaringan distribusi mata masyarakat untuk
Mixue ke area yang belum menutup kelemahan yang ada.
terjangkau. • Menawarkan item baru selain
• Mengembangkan rasa - rasa es krim dan minuman dengan
baru yang inovatif untuk mengikuti tren yang ada.
menarik perhatian pelanggan.
Threats S-T Strategies : W-T Strategies
• Meningkatkan kualitas Mixue • Meningkatkan kualitas dan
untuk bisa bersaing dengan pelayanan untuk mengurangi
pesaing dengan harga serupa. risiko kehilangan pelanggan.
• Menciptakan varian es krim dan • Mengoptimalkan pemasaran
minuman dengan bahan-bahan dan promosi untuk
yang menyehatkan, seperti meningkatkan brand awareness
varian low-cal. akan produk Mixue.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mixue merupakan merek es krim asal China yang mulai masih memperluas bisnisnya
di Indonesia. Diketahui bahwa Mixue sendiri merupakan franchise yang menawarkan
minuman teh, es krim, bubble tea, milkshake, dan smoothies. Mixue sendiri mulai terkenal
di Indonesia sejak tahun 2020 dan dalam kurun waktu 3 tahun saja Mixue sudah berhasil
membuka sebanyak 2.000 lebih gerai di seluruh Indonesia.
Sebagai perusahaan yang telah berdiri selama kurang lebih 3 tahun, tentunya Mixue
memiliki kekuatan dan kelemahan, serta menghadapi peluang dan ancaman tertentu.
Setelah dilakukan analisis SWOT yang mengevaluasi faktor internal dan eksternal Mixue,
diperoleh kesimpulan bahwa bobot kekuatan dan peluang yang dimiliki Mixue lebih besar
daripada bobot kelemahan dan ancaman yang dimilikinya. Oleh karena itu, strategi yang
cocok diterapkan oleh Mixue adalah Growth Strategy.
Growth strategy ini dapat dilakukan untuk meningkatkan profit perusahaan. Mixue
memiliki reputasi yang sangat baik dimata masyarakat, ditambah dengan jaringan luas
yang dimilikinya dapat dimanfaatkan untuk memperluas pemasaran sampai ke
masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil yang tentunya memiliki penghasilan
yang lebih kecil dibandingkan masyarakat di kota. Sehingga dengan harga es krim dan
minumannya yang murah dapat dijangkau oleh masyarakat kalangan menengah
kebawah.

5.2 Saran
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap
perusahaan Mixue. diperoleh kesimpulan bahwa strategi yang cocok diterapkan oleh
Mixue adalah growth strategy. Growth strategy sendiri terdiri atas 2 strategi dasar, yaitu
concentration dan diversifcation.
Growth strategy yang lebih baik diterapkan oleh Mixue adalah concentration strategy,
yaitu horizontal concentration. Horizontal concentration adalah strategi perusahaan
mengembangkan usahanya melalui pembukaan cabang ke lokasi geografis lain dan/atau
meningkatkan range produk yang ditawarkan.
Salah satu kelemahan yang dimiliki Mixue adalah produknya yang terbatas pada es
krim dan minuman. Sebagai perusahaan yang beroperasi di industri Food and Beverage
yang memiliki pabrik produksi sendiri, Mixue dapat memperluas range produk yang
ditawarkan. Contohnya menambah menu dessert lain, seperti cookies dan kue-kue lain
yang menarik perhatian pelanggan.
Selain itu, Mixue yang memang sudah terkenal sebagai salah satu franchise yang
terus membuka cabang di tempat-tempat baru, dapat melanjutkan upaya tersebut hingga
ke daerah-daerah terpencil yang belum dijangkau oleh pesaing.

Anda mungkin juga menyukai