Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dengan ini Penulis dapat

menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Indonesia menganut sistem konstitutif (first to file), artinya pendaftar

merek pertama adalah pihak yang berhak atas merek tersebut. Dalam

Pasal 77 ayat (1) UU Merek Tahun 2016 gugatan pembatalan

pendaftaran merek dapat diajukan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

sejak tanggal pendaftaran merek. Setelah meratfikasi Konvensi Paris,

Indonesia wajib tunduk dan menyesuaikan UU yang ada dengan

ketentuan yang diatur dalam perjanjian internasional tersebut dalam

menegakkan perlindungan hukum atas merek terkenal, selama merek

tersebut dapat dibuktikan sebagai merek terkenal. Dengan ini menurut

Pasal 6 bis ayat (3) Konvensi Paris dan Pasal 77 ayat (2) UU Merek

Tahun 2016, pemilik merek terkenal yang sah dapat melakukan

gugatan pembatalan pendaftaran merek yang memiliki persamaan pada

pokoknya tanpa batas waktu jika terdapat unsur itikad tidak baik.

2. Bahwa Putusan Mahkamah Agung Nomor

42/Pdt.Sus-Merek/2019/PN.Niaga.Jkt.Pst sudah tepat dan benar sesuai

dengan UU yang mengaturnya. Majelis hakim mengabulkan gugatan


Penggugat seluruhnya karena gugatan yang diajukan oleh Penggugat

telah terbukti bahwa merek TYPE-R atas nama Tergugat I memiliki

persamaan pada pokoknya dengan merek TYPE-R milik Penggugat.

Dengan berdasar hukum Majelis Hakim memutuskan Penggugat

sebagai pihak yang berhak atas merek TYPE-R tersebut. Dengan

demikian sebagai bentuk perlindungan hukum bagi Penggugat, maka

Majelis Hakim memerintahkan Tergugat II untuk mencoret

pendaftaran merek TYPE-R atas nama Tergugat I dari DUM dan

mendaftarkan merek TYPE-R milik Penggugat.

B. Saran

1. Bagi Pemohon yang ingin mengajukan pendaftaran merek harus

memperhatikan syarat pendaftaran merek terlebih dahulu, dimana

merek yang ingin didaftarkan harus memiliki daya pembeda sehingga

tidak mempunyai persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal.

Pemohon juga harus memperhatikan peraturan perundang-undangan

yang berlaku terkait perlindungan hukum bagi merek terkenal bahwa

negara Indonesia telah menjamin perlindungan hukum bagi merek

terkenal apabila terdapat pihak yang beritikad tidak baik mendaftarkan

merek yang memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek

terkenal. Hal ini agar tidak menimbulkan kekeliruan terhadap merek

tersebut di tengah masyarakat.


2. Dirjen HKI harus meninjau kembali merek merek yang dimohonkan

pendaftarannya. Permohonan pendaftaran merek harus segera ditolak

apabila merek yang didaftarkan mempunyai persamaan pada pokoknya

dengan merek terkenal. Dengan demikian diharapkan dapat menekan

maraknya sengketa merek yang khususnya melibatkan merek-merek

terkenal di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai