Anda di halaman 1dari 14

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PENGHAPUSAN KEKERASAN

DALAM RUMAH TANGGA

Zulfatun Ni’mah*

Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung, Tulungagung


-DODQ 0D\RU 6XGMDGL 1RPRU 7XOXQJDJXQJ -DZD 7LPXU

Abstract
7KLV SDSHU H[DPLQHV WKH HIIHFWLYHQHVV RI ODZ HQIRUFHPHQW RQ 'RPHVWLF 9LROHQFH LQ ,QGRQHVLD IURP
D VRFLRORJLFDO SHUVSHFWLYH 6RHUMRQR 6RHNDQWR EHOLHYHV WKDW WKH HIIHFWLYHQHVV RI ODZ HQIRUFHPHQW LV
GHWHUPLQHG E\ D QXPEHU RI IDFWRU L H ODZ HQIRUFHUV IDFLOLWLHV OHJDO DZDUHQHVV OHJDO QRUPV DQG OHJDO
FXOWXUH 6RFLRORJLFDO SHUVSHFWLYHV ZDV FKRVHQ EHFDXVH ODZ HQIRUFHPHQW LV DQ HIIRUW WR LPSOHPHQW WKH ODZ
LQ D VRFLHW\ WKDW QHFHVVLWDWHV WKH LQWHUDFWLRQ EHWZHHQ WKH ODZ DV D QRUPDWLYH SURYLVLRQV ZLWK HOHPHQWV LQ
VRFLHW\ VXFK DV YDOXHV DQG PRUDOV ,Q ,QGRQHVLD WKH ODZ RQ GRPHVWLF YLROHQFH ZKLFK KDV EHHQ FU\VWDOOLVHG
E\ WKH HQDFWPHQW RI $FW 1U RI KDV QRW EHHQ DEOH WR EH HIIHFWLYHO\ HQIRUFHG WR HQVXUH SURWHFWLRQ
IRU YLFWLPV RI GRPHVWLF YLROHQFH
Keywords: ODZ HQIRUFHPHQW GRPHVWLF YLROHQFH VRFLRORJLFDO SHUVSHFWLYH

Intisari
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas penegakan hukum tentang kekerasan dalam rumah
tangga di Indonesia dari perspektif sosiologis. Soerjono Soekanto mengatakan bahwa efektif atau
tidaknya penegakan hukum dalam masyarakat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu aparat hukum,
fasilitas hukum, kesadaran hukum, kaidah hukum, dan budaya hukum. Perspektif sosiologis dipilih dalam
kajian karena penegakan hukum tidak lain adalah upaya melaksanakan hukum dalam masyarakat yang
meniscayakan terjadinya interaksi antara hukum sebagai ketentuan normatif dengan unsur-unsur dalam
masyarakat, seperti nilai, institusi, norma dan lain-lain. Hukum tentang kekerasan dalam rumah tangga
yang diberlakukan melalui Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 hingga saat ini belum sepenuhnya dapat
ditegakkan secara efektif untuk memberikan perlindungan terhadap korban KDRT.
Kata Kunci: penegakan hukum, KDRT, perspektif sosiologis.

Pokok Muatan
A. Pendahuluan ...............................................................................................................................
B. Pembahasan ...............................................................................................................................
1. Situasi KDRT di Indonesia ..................................................................................................
2. Pengertian Penegakan Hukum ............................................................................................. 58
C. Penutup ......................................................................................................................................

*
$ODPDW NRUHVSRQGHQVL ]XOIDBPD#\DKRR FRP
MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

A. Pendahuluan seksual, psikologis, dan/atau penelantaran


Pada tanggal 22 September 2004 Pemerintah rumah tangga termasuk ancaman untuk
RI memberlakukan Undang-Undang No. 23 melakukan perbuatan, pemaksaan, atau per-
ampasan kemerdekaan secara melawan hukum
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam lingkup rumah tangga.
Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT). Undang-
'H¿QLVL GL DWDV PHPSHUOLKDWNDQ XQWXN VLDSD
Undang PKDRT diberlakukan untuk memenuhi
dan mengapa undang-undang ini dibuat, yakni
tuntutan masyarakat khususnya perempuan untuk
untuk semua anggota rumah tangga, baik laki-
menjadikan tindak KDRT sebagai bagian dari
laki maupun perempuan. Adapun penyebutan kata
tindak pidana yang memungkinkan pelakunya
³WHUXWDPD WHUKDGDS SHUHPSXDQ´ PHQXQMXNNDQ
dihukum, serta menyelamatkan korban dari
bahwa gagasan pembuatan undang-undang itu
keberlanjutan menjadi korban sekaligus sebagai
tidak terlepas dari realitas sosiologis di mana
upaya mencegah agar tidak lagi terjadi KDRT
KDRT lebih banyak dialami perempuan daripada
dalam keluarga Indonesia.1
laki-laki. Rumah tangga, merujuk pada Pasal 1
Setelah hampir tujuh tahun diberlakukan,
angka 30 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
UU ini di satu sisi menuai banyak pujian karena
Pidana adalah kata lain dari keluarga, yakni mereka
di-anggap dapat mengatasi sebagian persoalan
yang mempunyai hubungan darah sampai derajat
KDRT dengan lebih mudah, namun di lain sisi
tertentu atau hubungan perkawinan. Hanya saja,
mengundang kritik yang tidak sedikit. Hal ini
dalam UU PKDRT ini lingkup keluarga diperluas
mengundang pertanyaan bagaimana penegakan
menjadi suami, isteri, dan anak; orang-orang yang
hukum KDRT, apakah aparat hukum serius
mempunyai hubungan keluarga dengan orang
menerapkan undang-undang ini, atau justru
karena hubungan darah, perkawinan, persusuan,
semangat melindungi korban KDRT hanya ada
pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam
sebatas teks tertulis saja tanpa disertai upaya
rumah tangga; dan/atau orang yang bekerja
konkret dan sistematis untuk mewujudkannya.
membantu rumah tangga dan menetap dalam
Tulisan ini bermaksud menelusuri lebih dalam
rumah tangga tersebut dalam jangka waktu
bagaimana pengalaman penegakan hukum ter-
selama berada dalam rumah tangga yang bersang-
hadap KDRT, mengapa korban KDRT, baik laki-
kutan.
laki maupun perempuan tidak selalu bisa dilin-
Perluasan pengertian rumah tangga dalam
dungi oleh negara dan masyarakat sebagaimana
ketentuan di atas yang memuat pekerja rumah
yang diamanatkan oleh hukum.
tangga dapat dikatakan merupakan jawaban
B. Pembahasan kongkrit hukum atas banyaknya kasus kekerasan
1. Situasi KDRT di Indonesia yang dilakukan oleh majikan kepada pekerjanya.
Pengertian kekerasan dalam rumah tangga Kenyataan menunjukkan bahwa masuk dan
menurut UU Nomor 23 Tahun 2004 adalah sebagai menetapnya seorang pekerja dalam rumah
berikut:2 majikannya hampir pasti menciptakan pola relasi
Setiap perbuatan terhadap seseorang ter- kuasa yang timpang di mana majikan jauh lebih
utama perempuan, yang berakibat timbulnya kuat sebagai pemegang kendali atas pekerjanya
NHVHQJVDUDDQ DWDX SHQGHULWDDQ VHFDUD ¿VLN dan pekerja hanya bisa mengikuti kebijakan

1
Pemberlakuan UU PKDRT tidak terlepas dari perjuangan panjang aktivis perempuan yang antara lain dimotori oleh LBH APIK Jakarta
di bawah kepemimpinan Nursjahbani Katjasoengkana yang mengkampanyekan di publik dan di parlemen agar KDRT diakui sebagai
tindak pidana untuk menyelamatkan para perempuan dan anak khususnya dari ancaman penganiayaan oleh sesama anggota keluarga-
nya karena pengalaman menunjukkan KHUHP tidak cukup sebagai dasar hukum untuk melindungi mereka. Lihat dalam Ikin Zaenal
0XWWDTLHQ ³/DQJNDK /DQJNDK $GYRNDVL /HJLVODWLI /%+ $3,. EHUVDPD -DULQJDQ GDODP 0HQDQJDQL ,VX .'57´ KWWS ZZZ GRFVWRF FRP
GRFV /DQJNDK ODQJNDK $GYRNDVL, diakses 14 Mei 2011.
2
Lihat Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.
Ni’mah, Efektivitas Penegakan Hukum Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga 57

majikan tanpa daya tawar yang memadai.3 Berapa antar para anggotanya, tempat menanamkan nilai-
gajinya, berapa jam kerjanya, apa saja jenis nilai sosial.7 Sebagai institusi hukum, rumah
kerjanya, kapan ia bisa libur, semua ditentukan tangga diharapkan menjadi tempat yang aman
oleh majikan.4 Majikan, karena membayar dan nyaman bagi semua anggotanya, saling me-
PRT, seringkali merasa berkuasa dan merasa lindungi, saling menghormati, saling mencintai
berhak bertindak sewenang-wenang, termasuk sehingga tumbuh kebahagiaan yang kekal.8
main hakim sendiri apabila mendapati PRT-nya Undang-undang Perkawinan yang ditetapkan pada
dianggap melakukan kesalahan.5 tahun 1974 telah memuat hal tersebut sebagai
Hal yang kurang lebih sama ternyata juga sebuah idealisme keluarga, hanya saja ketentuan-
terjadi pada orang-orang yang terikat secara hukum ketentuannya lebih banyak yang bersifat meng-
sebagai keluarga karena adanya perkawinan. atur dan bersifat non hukum dalam arti tidak
Dalam hal ini, posisi tidak seimbang antara menimbulkan akibat hukum yang nyata bagi
majikan-PRT seringkali diadopsi dalam hubungan suami atau istri yang tidak menghormati dan men-
perkawinan antara suami dengan istri. Pada ma- cintai pasangannya termasuk dengan melakukan
syarakat di mana laki-laki dikonsepsikan sebagai tindak kekerasan.9 Akibatnya tindak kekerasan
kepala rumah tangga dan istri sebagai pengelola yang terjadi dalam rumah tangga tidak dianggap
domestik rumah tangga, maka secara otomatis sebagai peristiwa hukum, melainkan sebagai
pada diri suami, begitu perkawinan terjadi melekat dinamika perkawinan, dengan demikian orang
hak-hak istimewa, misalnya mengendalikan istri, yang mengalami tindak kekerasan oleh sesama
memegang otoritas perijinan istri untuk melaku- anggota keluarganya tidak berhak atas perlindung-
kan tindakan sosial, ekonomi dan hukum, menentu- an dari negara dan masyarakat. Tiadanya perlin-
kan keputusan rumah tangga dan beberapa hak dungan hukum ini secara sistematis menyebabkan
istimewa lainnya. Sementara itu, istri secara KDRT dianggap sebagai perilaku wajar. Seseorang
otomatis menyandang peran selaku pengelola yang mengalami KDRT hanya dipandang sebagai
dan penanggungjawab rumah tangga dalam arti orang yang kebetulan bernasib kurang beruntung
bertugas melaksanakan teknis dari kebijakan yang di banding yang kebetulan memiliki suami atau
dibuat oleh suami. istri yang penyayang.10
Rumah tangga menjadi ajang tindak Hingga saat ini Indonesia belum mempunyai
kekerasan bukanlah suatu keadaan yang dicita- data statistik nasional untuk tindak KDRT
citakan oleh norma sosial maupun norma hukum. yang sebenarnya. Data yang tercatat dalam
Sebagai institusi sosial, rumah tangga diharapkan laporan berbagai institusi dapat dipastikan tidak
menjadi tempat interaksi yang hangat dan intensif mencerminkan keseluruhan peristiwa KDRT di

3
Nurhayati, 2009, 3HUOLQGXQJDQ GDQ 3HPHQXKDQ +DN EDJL 3HNHUMD 5XPDK 7DQJJD 357 Tesis, Program S2 Ilmu Hukum Universitas
,QGRQHVLD -DNDUWD KOP
4
Istiana Hermawati, 2003, .HNHUDVDQ WHUKDGDS 3HNHUMD 5XPDK 7DQJJD 357 3HUHPSXDQ GDQ 3ROD 3HQDQJDQDQQ\D 6WXGL .DVXV WHUKDGDS
357 3HUHPSXDQ .RUEDQ 7LQGDN .HNHUDVDQ 'RPHVWLN \DQJ 'LWDQJDQL ROHK 5XPSXQ 7WMRHW 1MDN 'LHQ <RJ\DNDUWD , Tesis, Program S2
Universitas Indonesia, Jakarta, hlm. 57.
5
Sakti Mustika Lestari, 2009, 6WXGL 'HVNULSWLI WHQWDQJ .HNHUDVDQ SDGD 3HNHUMD 5XPDK 7DQJJD GL 0DODQJ, Penelitian UMM, Malang,
hlm. 45.
Agnes Widanti, 2005, +XNXP %HUNHDGLODQ -HQGHU $NVL ,QWHUDNVL .HORPSRN %XUXK 3HUHPSXDQ GDODP 3HUXEDKDQ 6RVLDO Kompas, Jakarta,
hlm. 172.
7
T.O. Ihromi, 2000, 6RVLRORJL .HOXDUJD <D\DVDQ 2ERU ,QGRQHVLD -DNDUWD KOP
8
Cita-cita keluarga ini dirumuskan oleh UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
9
Beberapa pasal dalam UU Perkawinan menyebutkan bahwa suami istri wajib saling mencintai dan menghormati, suami wajib melindungi
istri dan anak. Perintah wajib saling mencintai ini tidak dibarengi ancaman pidana yang kongkrit terhadap orang yang melanggarnya,
VHKLQJJD 88 LQL WHUNHVDQ VHQJDMD GLEDWDVL KDQ\D PHPDQGDQJ SHUNDZLQDQ VHEDJDL KXEXQJDQ SHUGDWD VDMD 3HUVRDODQ DWDX NRQÀLN \DQJ
terjadi dalam perkawinan dinilai persoalan perdata yang menihilkan negara dan masyarakat untuk turut campur.
10
Fathia, 2008, 'LQDPLND .HNHUDVDQ SDGD ,VWUL 6HEXDK 6WXGL .XDOLWDWLI SDGD 3HUHPSXDQ .RUEDQ .'57 \DQJ %HUWDKDQ GDODP 3HUNDZLQDQ
Q\D 7HVLV 3URJUDP 6 3VLNRORJL 8QLYHUVLWDV 'LSRQHJRUR 6HPDUDQJ KOP
58 MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

seluruh Indonesia. Penyebabnya jelas, karena hukum, kemauan pelapor sendiri dan keberhasilan
tidak semua korban menyadari dan melaporkan mediasi.13
kekerasan yang dialaminya sehingga laporannya
tercatat. Namun demikian, jejak-jejak KDRT 2. Pengertian Penegakan Hukum
dalam masyarakat dapat ditelusuri melalui data Pada hakikatnya hukum mengandung ide
yang dikumpulkan berbagai lembaga pemberi atau konsep-konsep yang abstrak. Ide abstrak
layanan terkait sebagaimana diatur dalam itu berupa harapan akan suatu keadaan yang
Lembaga-lembaga tersebut antara lain rumah hendak dicapai oleh hukum. Terhadap larangan
sakit, Puskesmas, kepolisian, lembaga sosial, melakukan tindak kekerasan dalam rumah tangga
pengadilan dan lain-lain. Komisi Nasional Anti terhadap orang lain setidak-tidaknya dapat diraba
Kekerasan Terhadap Perempuan atau disebut suatu ide abstrak bahwa seharusnya antar sesama
Komnas Perempuan, mencatat bahwa selalu terjadi manusia seharusnya saling menyayangi, jangan
kenaikan jumlah kasus KDRT setiap tahun sejak saling menyakiti, apalagi terhadap sesama anggota
disahkannya UU PKDRT. Sebagai contoh, data keluarganya. Roscoe Pound membahasakannya
\DQJ GLNXPSXONDQ ROHK 63(. +$0 6ROLGDULWDV dengan hukum merupakan sarana untuk mereka-
Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi yasa sosial ODZ LV WRRO RI VRVLDO HQJLQHHULQJ .14
Manusia) Solo menunjukkan bahwa selama Dalam perspektif ini, maka larangan melakukan
11 tahun, yakni dari tahun 1999-2010 KDRT KDRT dapat dikatakan merupakan suatu alat untuk
yang ditangani lembaganya selalu mengalami merancang masa depan masyarakat yang saling
kenaikan.11 menyayangi satu sama lain terutama masyarakat
Berdasarkan laporan Komnas perempuan, yang terikat oleh hubungan keluarga.
secara keseluruhan di semua wilayah, kasus 0HQXUXW *UROPDQ VHEDJDLPDQD GLNXWLS <HV
KDRT pada tahun 2010 dilaporkan 21.187 kasus. mil Anwar, pemidanaan dalam hukum dimaksud-
Laporan itu diterima oleh:12 kan sebagai cara untuk melindungi masyarakat
Instansi Jumlah Persentase dengan cara membuat pelakunya jera dan tidak
Pengadilan Agama 43%
membahayakan.15 Larangan melakukan KDRT
Organisasi Kemasyarakatan
7.080 33% dalam perspektif ini dapat dikatakan sebagai upaya
Sipil
Rumah Sakit 2.923 14% untuk melindungi setiap anggota masyarakat
Ruang Pelayanan Khusus 7% dari kemungkinan dianiaya oleh orang lain yang
Pengadilan Negeri 370 1%
berpotensi menjadi pelaku terutama yang berasal
Komnas Perempuan sisanya 2%
dari keluarganya sendiri. Ancaman berbagai ma-
Di antara kasus yang dilaporkan tersebut, cam hukuman terhadap pelaku KDRT diartikan
tidak sedikit yang dicabut pengaduannya, yakni sebagai bentuk pencegahan masyarakat agar tidak
NDVXV DWDX 5XDQJ 3HOD\DQDQ .KXVXV melakukan KDRT. Asumsinya masyarakat akan
menempati urutan pertama, yaitu 434 kasus atau merasa takut melakukan kekerasan karena di-
50% dari semua kasus yang dicabut. Pencabutan ancam akan dipenjarakan jika melakukannya. Dan
laporan ini antara lain disebabkan oleh faktor bagi masyarakat yang terlanjur sudah melakukan
tekanan dari pelaku, anjuran aparat penegak KDRT hukum akan menempuh mekanisme yang

11
7LP 8QLW .KXVXV 3HQDQJDQDQ .DVXV 63(. +$0 ³.'57 6HODOX 5DQNLQJ 6DWX´ /DSRUDQ 63(. +$0 6ROR 'HVHPEHU
2010.
12
.RPLVL 1DVLRQDO $QWL .HNHUDVDQ WHUKDGDS 3HUHPSXDQ ³&DWDWDQ 7DKXQDQ .HUHQWDQDQ 3HUHPSXDQ WHUKDGDS .HNHUDVDQ (NRQRPL GDQ
Kekerasan Seksual di Rumah”, Makalah, Institusi Pendidikan dan Negara, 2009.
13
'RQQ\(NR6HW\DZDQ 3HUWDQJJXQJMDZDEDQ,VWULVHEDJDL3HODNX.HNHUDVDQ5XPDK7DQJJD 6WXGL.DVXV8SD\D0HGLDVLGDQ3HQFDEXWDQ
GL .HSROLVLDQ 5HVRU 6XUDED\D 6HODWDQ 6NULSVL 6 831 9HWHUDQ 6XUDED\D KOP
14
<HVPLO $QZDU GDQ $GDQJ 3HQJDQWDU 6RVLRORJL +XNXP *UDVLQGR -DNDUWD KOP
15
<HVPLO $QZDU GDQ $GDQJ 3HPEDKDUXDQ +XNXP 3LGDQD 5HIRUPDVL +XNXP 3LGDQD *UDVLQGR -DNDUWD KOP
Ni’mah, Efektivitas Penegakan Hukum Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga 59

diciptakannya sendiri untuk melakukan penghu- dapat hukuman yang sama, misalnya sama-sama
kuman pelaku dan perlindungan korban. 4 tahun dan denda Rp10.000.000,00.
Perlindungan yang dijanjikan oleh UU Tetapi kenyataannya tidaklah selalu demi-
PKDRT merupakan ide abstrak, dan ide abstrak itu kian. Hukum dalam praktiknya memiliki logika
tidak akan pernah menjadi nyata apabila hukum sendiri, yakni logika sosial yang kompleks yang
dibiarkan hanya sebatas tersusun di lembaran sangat tergantung konteks di mana masyarakat
naskah atau sekedar diumumkan keberlakuannya itu berada. Mewujudkan hukum dalam kenyataan
kepada masyarakat. Demikian juga, rancangan tidak sama dengan menciptakan suatu produk
masyarakat di masa depan yang saling mengasihi yang sudah didesain dan dibuat cetakannya. Tidak
sebagaimana dicita-citakan tidak akan terwujud sama pula dengan mengoperasikan komputer
menjadi nyata. Maka, untuk mewujudkan gagasan yang selalu bekerja dengan rumus-rumus pasti,
dan rancangan yang diidealkan menjadi kenyataan misalnya untuk menyimpan ¿OH maka tekan
diperlukan suatu upaya dan proses penyelarasan. tombol control bersamaan dengan huruf ‘s’, untuk
Proses itulah yang disebut penegakan hukum. mencetak ¿OH tekan tombol control bersamaan
Munir Fuady merumuskan penegakan hukum dengan huruf ‘p’, untuk mematikan komputer
sebagai segala daya dan upaya untuk menjabar- tekan kolom VKXW GRZQ, dan seterusnya.
kan kaidah-kaidah hukum ke dalam kehidupan Perspektif sosiologis mengandaikan penegak-
masyarakat, sehingga dengan demikian dapat ter- an hukum sebagai proses empiris yang tidak
laksana tujuan hukum dalam masyarakat berupa selalu searah dengan prinsip logika matematis
perwujudan nilai-nilai keadilan, kesebandingan, yang penuh kepastian sebagaimana hasil peng-
kepastian hukum, perlindungan hak, ketentraman lihatan paradigma normatif positivistik yang
masyarakat dan lain-lain.17 telah dikemukakan di atas. Penegakan hukum,
Dalam perspektif positivistik, penegakan karena melibatkan manusia dan masyarakat
hukum adalah praktik yang harus mendasarkan yang kompleks diyakini juga akan menghasilkan
diri pada logika.18 Di dalamnya dikenal mekanisme pengalaman dan praktik yang kompleks pula,
logis yang mengandaikan kepastian. Sebagai selalu membuka kemungkinan dan pilihan.
contoh, ada dua orang, katakanlah namanya Ratno Belum tentu satu pasal undang-undang yang sama
dan Ratman melakukan pemukulan terhadap ketika dilanggar oleh dua orang yang berbeda
istrinya masing-masing dengan alat yang sama, akan ditegakkan dengan cara yang sama dan
balok dan mengakibatkan dampak yang sama, oleh karena itu menghasilkan dampak yang sama
yaitu luka di kepala dan diadili di pengadilan yang pula. Penegakan hukum sebagai proses yang sarat
sama, oleh hakim yang sama pula. Perbuatan Ratna interaksi antara hukum dan masyarakat mendapat
dan Ratman merupakan pelanggaran terhadap UU perhatian yang cukup banyak dari para sosiolog.
3.'57 3DVDO \DQJ EHUEXQ\L ³6HWLDS RUDQJ Satjipto Rahardjo menyebut bahwa penegakan
\DQJ PHODNXNDQ SHUEXDWDQ NHNHUDVDQ ¿VLN GDODP hukum bukan masalah yang sederhana, bukan
lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud saja karena kompleksitas sistem hukum itu
dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana sendiri, tetapi juga rumitnya jalinan hubungan
penjara paling lama 5 tahun atau denda paling antara sistem hukum dengan sistem sosial, politik,
banyak Rp15.000.000,00”. Mengacu pada pasal ekonomi dan budaya masyarakat.19 Menurutnya,
di atas, mestinya Ratno dan Ratman harus men- sebagai suatu proses, penegakan hukum pada

Munir Fuady, 2003, $OLUDQ +XNXP .ULWLV 3DUDGLJPD .HWLGDNEHUGD\DDQ +XNXP Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 39.
17
,ELG
18
<XVULYDGL ³3DUDGLJPD 3RVLWLYLVWLN GDQ ,PSOLNDVLQ\D WHUKDGDS 3HQHJDNDQ +XNXP GL ,QGRQHVLD´ -XUQDO +XNXP Vol. XIV, April, 2004,
hlm. 2.
19
Satjipto Rahardjo, 2009, 3HQHJDNDQ +XNXP 7LQMDXDQ 6RVLRORJLV *HQWD 3XEOLVKLQJ KOP YLLL
MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

hakikatnya merupakan variabel yang mempunyai peraturan perundang-undangan yang berlaku.23


korelasi dan interdependensi dengan faktor-faktor 6HFDUD ¿ORVR¿V NDLGDK NDLGDK GDODP 88 3.'57
yang lain. PHUXSDNDQ SHQMDEDUDQ GDUL QLODL QLODL ¿ORVR¿V
Ada beberapa faktor terkait yang menentu- yang termaktub dalam dasar negara Indonesia
kan proses penegakan hukum, sebagaimana yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
diungkapkan oleh Friedman, yaitu substansi Secara eksplisit, konsideran UU ini menyebutkan
hukum, kultur hukum dan struktur hukum.20 Agar bahwa setiap warga negara berhak mendapat rasa
penegakan hukum efektif, ketiga komponen ini aman dan bebas dari segala bentuk kekerasan,
harus bergerak simultan. Cacat pada salah satu bahwa segala bentuk kekerasan, terutama ke-
komponen akan menggagalkan atau mengurangi kerasan dalam rumah tangga merupakan pelang-
kualitas efektifnya penegakan hukum. Selaras garan hak asasi manusia dan kejahatan terhadap
dengan pendapat Satjipto dan Friedman, martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi
Surjono Sukanto menyebutkan lima faktor yang yang harus dihapus.24 Konsideran ini sangat sejalan
menentukan efektivitas penegakan hukum, yaitu dengan sila kedua Pancasila, yakni Kemanusiaan
kaidah hukum, fasilitas penegakan hukum, aparat yang Adil dan Beradab. Selain itu, sebagai bangsa
hukum, kesadaran masyarakat dan budaya hu- yang mengaku religius, masyarakat Indonesia
kum.21 Dalam rangka melihat penegakan hukum MXJD PHPLOLNL EHUEDJDL ODQGDVDQ ¿ORVR¿V \DQJ
KDRT di Indonesia, tulisan ini memilih komponen selaras dengan semangat penghapusan KDRT,
yang ditentukan oleh Soerjono Soekanto sebagai antara lain dalam teologi Kristen dan Katolik
alat analisis, yaitu kaidah hukum, fasilitas GLNHQDO DGDQ\D DMDUDQ ¿ORVR¿V WHQWDQJ NDVLK
penegakan hukum, aparat hukum, kesadaran PLVDOQ\D ³NDVLKLODK VHVDPD VHSHUWL HQJNDX PHQJD
masyarakat dan budaya hukum. VLKL GLUL VHQGLUL´ ,VODP MXJD PHPLOLNL ¿ORVR¿
a) Kaidah Hukum ³HQJNDX DGDODK SDNDLDQ EDJLQ\D GDQ LD DGDODK
Kaidah hukum yang mengatur KDRT telah pakaian bagimu”, ditujukan kepada suami istri.
jelas yakni semua ketentuan dalam UU No. 23 Pengandaian Islam dengan pakaian kurang lebih
Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan da- menunjuk pada fungsi pakaian sebagai alat untuk
lam Rumah Tangga. Surjono Sukanto sebagai- melindungi, memperindah, menutup yang tidak
mana dikutip Made Arya Utama mengatakan perlu diketahui orang lain, dan menyehatkan.25
bahwa kaidah hukum dapat berlaku efektif apa- Secara sosiologis, kaidah yang terdapat
bila memenuhi syarat keberlakuan dalam aspek dalam UU PKDRT dapat diterima oleh sebagian
\XULGLV VRVLRORJLV GDQ ¿ORVR¿V 22 Apabila kaidah masyarakat sebagai gagasan cemerlang yang
hukum tertentu telah memenuhi tiga aspek syarat dimaksudkan untuk menyelesaikan kebuntuan
keberlakuan tersebut maka jika terjadi pelanggar- NRQÀLN UXPDK WDQJJD GL PXND KXNXP %DJL
an terhadapnya akan mudah ditegakkan. Dalam sebagian masyarakat, khususnya para aktivis
UU PKDRT ini, secara yuridis syarat itu sudah pemerhati perempuan dan anak seperti LBH
terpenuhi. Hal ini bisa dilihat proses perumusan APIK, Rahima, Fahmina, Komnas Perlindungan
hingga pemberlakuan yang sesuai dengan prosedur Anak, Solidaritas Perempuan, Kapal Perempuan,

20
Lawrence W Friedman, 1990, 7HRUL GDQ )LOVDIDW +XNXP Rajawali Press, Jakarta, hlm. 32.
21
Mohammad Hatta, 2008, 6LVWHP 3HUDGLODQ 3LGDQD 7HUSDGX *DODQJ 3UHVV <RJ\DNDUWD KOP
22
I Made Arya Utama, 2007, +XNXP /LQJNXQJDQ 3XVWDND 6XWUD %DQGXQJ KOP
23
Proses pembuatan undang-undang dimulai dengan penyusunan rancangan undang-undang dan naskah akademik, kemudian didiskusikan
secara terbuka guna mendapat masukan dari seluruh elemen masyarakat secara perwakilan, sudah dibahas dalam sidang-sidang legislatif
dan kemudian mendapat persetujuan bersama presiden dan DPR.RI. Setelah itu undang-undang ditandatangani oleh Presiden dan di-
undangkan dalam Lembaran Negara No 95 Tahun 2004.
24
Lihat Bagian Konsideran huruf a UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
25
(QGDQJ 7 6 $PLU ³0HQMDJD .HPXOLDDQ 3DVDQJDQ +LGXS´ KWWS ZZZ KDGLWV QHW LVODPLD UHQXQJDQ , diakses 15 Mei 2011.
Ni’mah, Efektivitas Penegakan Hukum Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

Woman Crisis Center Rifka Annisa, undang- Tidak diterimanya kaidah-kaidah hukum
undang ini merupakan jawaban atas kegelisahan dalam UU PKDRT secara penuh oleh masyarakat
perempuan yang terkatung-katung nasibnya mau tidak mau mempengaruhi upaya penegakan
ketika mengalami tindak kekerasan oleh hukum KDRT. Pengaruh ini antara lain sikap
anggota keluarganya. Bahwa jika sebelumnya untuk menerima kekerasan yang dialami sebagai
KDRT hanya dianggap sebagai urusan pribadi cobaan atau ujian dari Tuhan yang harus dihadapi
yang harus diselesaikan sendiri tanpa campur dengan sabar.30 Kesabaran yang dimaksud antara
tangan negara, dengan hadirnya UU ini KDRT lain tidak mengadukan pelaku KDRT kepada
menjadi urusan publik, dengan demikian negara siapapun, apalagi polisi, berdoa agar pelaku
secara normatif tidak memiliki alasan untuk berubah dengan kesadarannya sendiri, dan juga
menghindari menanganinya.27 Demikian juga menasehati pelaku. Pada situasi ini, kaidah hukum
masyarakat memiliki landasan hukum yang jelas dalam UU PKDRT tidak difungsikan untuk
untuk membantu korban mendapat perlindungan mendapatkan perlindungan yang maksimal.
tanpa takut dituduh mencampuri urusan rumah b) Aparat Hukum
tangga orang lain. Kelompok ini secara aktif Aparat hukum adalah orang atau pihak
memanfaatkan UU ini untuk membantu korban yang bertugas menerapkan hukum. Pengertian
melalui berbagai layanan, seperti pembukaan ini mencakup lingkup yang sangat luas, yakni
layanan aduan, konseling psikologi dan hukum, meliputi petugas pada tingkat atas, menengah dan
pendampingan hukum, menyediakan rumah bawah, juga meliputi tugas pelaporan, penyidikan,
aman, layanan kesehatan dan sebagainya. Namun penuntutan dan peradilan. Dalam melaksanakan
demikian, tidak semua masyarakat merasa tugas-tugas penegakan hukum, petugas memiliki
terwakili aspirasinya sehingga ikut menyambut suatu pedoman yang memuat pengaturan di setiap
baik berlakunya UU PKDRT ini. Hal ini antara tingkat maupun di setiap unit kerja. Diasumsikan
ODLQ GLNHPXNDNDQ ROHK +L]EXW 7DKULU ,QGRQHVLD apabila aparat hukum bekerja sesuai dengan
yang menyatakan bahwa sejak diberlakukannya tugasnya, kemungkinan besar hukum akan efektif,
UU PKDRT perceraian di Indonesia meningkat demikian pula sebaliknya. Contoh, apabila
tajam. Disebutkan bahwa hal UU ini telah memicu penegak hukum memiliki keseriusan menghukum
keberanian para istri untuk mengajukan gugatan setiap pelaku tindak pidana korupsi, maka
cerai, memenjarakan suaminya dan keluarga kemungkinan merajalelanya korupsi lebih mudah
menjadi terlantar karenanya. Mereka mengusulkan dicegah. Namun, apabila lembaga penegak hukum
agar UU ini dicabut demi kelanggengan rumah membiarkan korupsi terjadi di mana-mana maka
tangga.28 Lebih lanjut dikatakan bahwa UU hukum yang mengatur bahwa koruptor harus
PKDRT adalah produk dari sistem kapitalis yang dihukum berat menjadi tidak efektif. Akibatnya,
tidak sesuai dengan adat dan budaya timur karena masyarakat akan menganggap korupsi sebagai
memaksa perempuan harus setara dengan laki- hal yang wajar, tidak dapat merasakannya lagi
laki, harus sama bebasnya dengan laki-laki dan sebagai sebuah pelanggaran hukum yang harus
tidak mau dipimpin laki-laki.29 dihindari dan dimusuhi karena tidak ada efek jera

.XVXPDQLQJW\DV ³.HWLND )UDNVL %DONRQ 7HUVHQ\XP /HJD´ KWWS ZZZ UDKLPD RU LG LQGH[ SKS"RSWLRQ FRPBFRQWHQW YLHZ DUWLFOH LG
LQIR HGLVL NHWLND IUDNVL EDONRQ WHUVHQ\XP OHJD FDWLG LQIR ,WHPLG diakses 15 Mei 2011.
27
6DSDULQDK 6DGOL GDQ -RKDQ (IIHQGL 0XVOLPDK 5HIRUPLV 3HUHPSXDQ 3HPEDKDUX .HDJDPDDQ 0L]DQ %DQGXQJ KOP
28
$NVL SHQRODNDQ WHUKDGDS 88 3.'57 SHUQDK GLODNXNDQ ROHK 0XVOLPDK +L]EXWDKULU ,QGRQHVLD PHODOXL GHPRQVWUDVL EHVDU EHVDUDQ SDGD
WDQJJDO 'HVHPEHU $ODVDQ SHQRODNDQ LWX GLGDVDUNDQ SDGD DQJJDSDQ EDKZD 88 LQL PHUXSDNDQ EHQWXN OLEHUDOLVDVL UXPDK WDQJ-
JD \DQJ WLGDN VHVXDL GHQJDQ NRQVHS ,VODP /LKDW -.8 ³.DXP ,EX +7, 7RODN /LEHUDOLVDVL 5XPDK 7DQJJD´ KWWS ZZZ \RXWXEH FRP
ZDWFK"Y \JQ S=0TF diakses 12 Mei 2011.
29
$]PL )DX]L\DK ³3HQMDMDKDQ /HZDW 88´ KWWSV MXUQDOWRGGRSSXOL ZRUGSUHVV FRP SHQMDMDKDQ OHZDW XX diakses 4 Januari
2012.
30
7LP 3HODNVDQD 3HQHOLWLDQ .ROHNWLI ³.HNHUDVDQ GDODP 5XPDK 7DQJJD´ /DSRUDQ, Penelitian Balitbang Sumatera Utara, 2009.
MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

yang ditimbulkan dari pengalaman nyata yang pula aparat hukum yang secara verbal menunjuk-
ditunjukkan oleh penegak hukum. kan perilaku yang melecehkan korban baik di
Pengalaman penegakan hukum dalam kasus- tingkat pelaporan, pemeriksaan, penyidikan
kasus KDRT sejauh ini menunjukkan bahwa maupun persidangan.
aparat belum menerapkan perilaku dan pelayanan Perbedaan penanganan dan sikap aparat
yang berstandar.31 Ada sebagian aparat yang mau terhadap korban dan pelaku KDRT menunjukkan
dan mampu melayani pengaduan korban KDRT bahwa belum ada kesepahaman dalam diri
dengan baik, berempati pada korban sebagai DSDUDW PHQJHQDL ¿ORVR¿ .'57 +DO LQL WHUEXNWL
orang yang terampas hak hukumnya, dan secara menjadikan penegakan hukum tidak dapat di-
profesional menjalankan prosedur perlindungan jalankan sebagaimana mestinya. Aparat yang tidak
yang telah ditetapkan.32 Akan tetapi, masih memahami KDRT sebagai kejahatan cenderung
banyak ditemukan aparat hukum yang masih menjadikan pelaku bebas tanpa sanksi apapun
menggunakan paradigma lama, yakni menolak atas tindak kejahatannya.37 Dengan demikian
mengurusi kasus KDRT, menganggap sepele ia berpeluang mengulangi lagi tindakannya,
KDRT. Ada juga aparat yang menganjurkan agar bisa jadi tidak hanya terhadap korban yang
korban berdamai saja dengan pelaku, memaafkan sudah jatuh, melainkan meluas pada orang lain.
perbuatan pelaku disertai nasehat bahwa tidak Indikasi lain yang menunjukkan bahwa KDRT
baik memenjarakan pelaku yang masih keluarga kurang dianggap sebagai kejahatan serius adalah
sendiri, dampaknya buruk secara sosial, dan bila rendahnya hukuman yang dijatuhkan kepada
pelaku adalah penanggung nafkah korban maka pelaku. Beberapa putusan hakim yang diteliti
korban akan rugi sendiri.33 oleh Rika Saraswati menunjukkan bahwa rata-
Penelitian Lianawati di Jakarta menunjukkan rata hakim memvonis pelaku tindak kekerasan,
bahwa secara umum aparat penegak hukum be- NKXVXVQ\D NHNHUDVDQ ¿VLN KDQ\D EHUXSD SHQMDUD
lum menunjukkan keseriusan dalam menangani beberapa bulan dan denda yang sangat kecil, yaitu
kasus KDRT.34 Peristiwa KDRT yang dilaporkan Rp500,00.
korban tidak cukup tragis di mata aparat sehingga Tidak ditindaklanjutinya perkara KDRT oleh
seringkali tidak mendapat perhatian semestinya. aparat hukum dapat pula dimaknai sebagai upaya
Hal ini dapat dilihat dari lambatnya proses mendamaikan korban dengan pelaku. Hal ini
penanganan kasus, ada yang dihentikan tanpa seperti dikatakan oleh Kapolsek Borong Timor
pemberitahuan apapun, ada yang 1,5 bulan setelah Nusa Tenggara Timur yang menyatakan bahwa
melapor pelaku baru dipanggil, ada yang 9 bulan di daerah kerjanya, kasus KDRT menempati
setelah melapor baru diproses, bahkan ada yang urutan tindak pidana tertinggi.38 Akan tetapi tidak
baru diproses setelah korban disidangkan terlebih semua laporan langsung ditindaklanjuti ke hukum
dahulu dengan tuduhan dialah pelakunya.35 Ada formal, melainkan pihaknya selalu berusaha

31
1XUNKDLUDQL ³$NVHV /D\DQDQ .RUEDQ .'57 0DVLK 7HUEDWDV´ KWWS ZZZ OLQWDVEHULWD FRP 1DVLRQDO 3ROLWLN , diakses 15 Agustus 2011.
32
(VWX5DKPL)DQDQL ³883.'57 7HURERVDQ+XNXP $QWDUD)DNWDGDQ3HODNVDQDDQQ\D´ KWWS ZZZ GMSS GHSNXPKDP JR LG KXNXP SLGDQD
diakses 15 Agustus 2011.
33
'HZL 1RYLULDQWL ³$NVHV 3HUHPSXDQ WHUKDGDS .HDGLODQ 0HNDQLVPH +XNXP GDQ .HDGLODQ 3HUDQ 3HQGDPSLQJDQ .RUEDQ GDQ 5DVD .H
adilan”, KWWS ZZZ NRPQDVSHUHPSXDQ RU LG NHDGLODQSHUHPSXDQ LQGH[ SKS"RSWLRQ FRPBFRQWHQW YLHZ DUWLFOH LG DNVHV SHUHP
SXDQ WHUKDGDS NHDGLODQ PHNDQLVPH KXNXP GDQ NHDGLODQ SHUDQDQ SHQGDPSLQJ GDQ UDVD NHDGLODQ NRUEDQ FDWLG WXOLVDQ ODLQ di-
akses 20 Mei 2011.
34
(VWHU /LDQDZDWL 7LDGD .HDGLODQ 7DQSD .HSHGXOLDQ .'57, 3HUVSHNWLI 3VLNRORJL )HPLQLV 3DUDGLJP ,QGRQHVLD <RJ\DNDUWD
hlm. 54.
35
,ELG., hlm. 74.
Ira Dwiati, 2007, 3HUOLQGXQJDQ +XNXP .RUEDQ 3HUNRVDDQ GDODP 3HUDGLODQ 3LGDQD, Tesis, S2 Universitas Diponegoro, Semarang,
hlm. 135.
37
$EGXO +DPLP -DX]L ³0HPXWXV ,PSXQLWDV .'57´ KWWS LNDKLGL\ EORJVSRW FRP S DUWLNHO KWPO diakses 15 Agustus 2011.
38
7LPRU ([SUHVV ³.'57 7HUSRSXOHU GL 0DWLP´ KWWS WLPRUH[SUHVV FRP LQGH[ SKS LQGH[ SKS"DFW QHZV QLG , diakses 25 Mei
2011.
Ni’mah, Efektivitas Penegakan Hukum Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

memediasi antara korban dengan pelaku sambil layanan gratis bagi korban KDRT dalam segi
memberi penyuluhan hukum agar KDRT itu tidak medis, psikologis, hukum dan perlindungan sosial
terulang lagi. Sikap ini dipilih dengan pertim- hampir di tiap kabupaten, pemberian penghargaan
bangan bahwa apabila pelaku dipenjara maka akan bagi daerah yang angka KDRT nya kecil, dan lain-
terjadi goncangan dalam keluarga, apalagi jika lain.41 Selain itu, di beberapa institusi pemerintah
pelaku adalah orang yang menjadi tulang pung- dan swasta juga disediakan layanan telpon atau
gung keluarga. Pilihan sikap ini menunjukkan hotline dan surat merupakan sarana lain yang
bahwa polisi dalam menegakkan hukum KDRT dipakai oleh korban atau saksi untuk melaporkan
tidak semata-mata mengacu pada kaidah hukum kasus KDRT.42
yang sudah jadi, melainkan juga mempertimbang- Namun demikian, fasilitas yang disediakan
kan aspek-aspek yang lain. sejauh ini dapat dikatakan belum memadai. Rasio
c) Fasilitas Hukum antara jumlah penduduk, luas wilayah dan fasilitas
Fasilitas hukum adalah semua sarana yang yang disediakan belum seimbang, sehingga masih
memungkinkan hukum dapat diterapkan dan banyak warga masyarakat terutama yang terping-
tujuan hukum dapat dicapai.39 Dalam hal KDRT, girkan yang tidak mengetahui apa itu KDRT,
fasilitas hukum kurang lebih meliputi semua bagaimana hukum mengaturnya, bagaimana
sarana yang berfungsi mencegah terjadinya menghindarinya serta bagaimana prosedur
tindakan pelanggaran hukum, sarana yang meminta perlindungan jika menyebabkan tidak
berfungsi menangani pelanggaran hukum dan terungkapnya data tindak KDRT yang sebenarnya,
sarana yang berfungsi untuk melindungi korban. serta korban belum bisa dilindungi secara
Tanpa fasilitas yang memadai, hukum dipastikan keseluruhan.
hanya akan menjadi ODZ LQ ERRN dan bukan law Fasilitas hukum yang menurut Sulistyowati
LQ DFWLRQ sangat diperlukan tetapi belum diselenggarakan
Menindaklanjuti pemberlakuan UU PKDRT, adalah penyatuan peradilan perdata dan pidana.43
pemerintah menyediakan fasilitas hukum yang Penyatuan ini direkomendasikan setelah penelitian
cukup variatif dan responsif. Selain penyediaan yang dilakukan menemukan fakta bahwa ketika
fasilitas hukum yang bersifat umum seperti seseorang, terutama istri, menjadi korban KDRT
penyediaan kantor polisi, lembaga pemasyarakat- hendak menuntut keadilan pada pelaku sekaligus
an, pengadilan, mobil tahanan, alat tulis dan lain- hendak memutuskan perkawinan dengan pelaku-
lain, penegakan hukum PKDRT juga dilengkapi nya maka harus menempuh dua kali peradilan
fasilitas khusus. Beberapa fasilitas khusus ter- dengan tingkat peradilan yang nyaris sama. Harus
sebut antara lain, disediakannya Unit Perlindung- diakui bahwa terpisahnya sistem peradilan perdata
an Perempuan dan Anak di setiap Polres yang salah dan pidana dalam penanganan perkara KDRT
satu fungsinya adalah menangani KDRT yang merupakan kesulitan tersendiri bagi korban untuk
dialami oleh perempuan dan anak, dibukanya Pusat mendapatkan keadilan yang lebih luas. Bagi
Pelayanan Terpadu (PPT)40 yang memberikan korban, menjalani proses pemeriksaan, penyidik-

39
Soerjono Soekanto, 1983, )DNWRU )DNWRU \DQJ 0HPSHQJDUXKL 3HQHJDNDQ +XNXP 5DMD *UD¿QGR 3HUVDGD -DNDUWD KOP
40
Fasilitas-fasilitas ini telah tersedia di sebagian besar kota dan kabupaten. Salah satu dasar hukum penyediaan fasilitas ini adalah Peraturan
Menteri Pemberdayaan Perempuan Nomor 1 Tahun 2010 Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bagi Layanan Terpadu Perempuan
dan Anak Korban Kekerasan.
41
Tahun 2011 penghargaan diberikan kepada Kabupaten Tulungagung atas inisiatif pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat dalam penang-
JXODQJDQ.'57 /LKDW 8GLQ ³7UR¿-XDUD,3HQFHJDKDQ.'57'LVHUDKNDQ´ KWWS WXOXQJDJXQJ JR LG LQGH[ SKS EHULWD WUR¿ MXDUD L SHQ
FHJDKDQ NGUW GLVHUDKNDQ diakses 10 Agustus 2011.
42
Salah satu contoh layanan pengaduan kasus KDRT adalah SMS +RWOLQH \DQJ GLVHGLDNDQ .HPHQWHULDQ 3HPEHUGD\DDQ
3HUHPSXDQ GDQ $QDN GL -DNDUWD /LKDW .HPHQWHULDQ 3HPEHUGD\DDQ 3HUHPSXDQ GDQ $QDN ³3DJH 3XVDW 3HOD\DQDQ 7HUSDGX 3HPEHUGD\DDQ
3HUHPSXDQ GDQ $QDN³ KWWS ZZZ PHQQHJSS JR Ld, diakses 10 Agustus 2011.
43 Sulistyowati Irianto dan Antonius Cahyadi, 2008, 5XQWXKQ\D 6HNDW 3HUGDWD GDQ 3LGDQD <D\DVDQ 2ERU ,QGRQHVLD -DNDUWD KOP
MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

an, sidang berulang kali dapat mendatangkan mata penyadaran akan kewajiban-kewajiban yang
penderitaan berlipat ganda. Bagaimana tidak, ditimbulkan oleh hukum. Paradigma tersebut
sistem peradilan terpisah yang ada saat ini menurut Soetandyo dapat dikatakan sebagai
mengharuskan korban KDRT menceritakan kebijakan yang tak lebih hanya menjadikan
dan menjawab pertanyaan yang kurang lebih warga masyarakat sebagai objek penegakan
sama kepada orang yang berbeda-beda tentang hukum semata. Pasca runtuhnya pemerintahan
pengalaman buruk yang dialaminya. Suharto, seiring menguatnya gerakan yang
Problem lain dari sistem hukum yang ada menghendaki perubahan ke arah kehidupan yang
adalah kuatnya paradigma positivistik dalam lebih demokratis upaya peningkatan kesadaran
proses penanganan KDRT. Hal ini sangat terasa masyarakat akan hukum tidak hanya berkenaan
dalam prosedur penanganan perkara yang terikat dengan kewajiban-kewajibannya saja, akan tetapi
kuat diri dari prosedur hukum acara.44 Realitas juga berkenaan dengan hak-haknya.
yang bisa ditampilkan sebagai contoh dalam hal ini Kesadaran masyarakat akan hak-haknya
adalah ditempuhnya prosedur konfrontasi antara dikatakan penting sebab akan menjadikan warga
pelaku dan korban dalam persidangan. Dalam bisa terhindar dari perlakuan diskriminatif
kasus di mana KDRT timbul karena relasi kuasa dari orang lain, termasuk pemerintah. Selain
yang timpang dan pelaku lebih kuat dari korban itu, mereka dapat menempuh langkah yang
maka konfrontasi pelaku dan korban sesungguh- tepat apabila dalam kenyataannya benar-benar
nya tidak selalu mampu mengungkap kebenaran, mengalami pelanggaran hak. Dalam hal KDRT
tetapi justru menyudutkan korban yang lemah kesadaran hukum yang diharapkan oleh undang-
menjadi semakin lemah di muka hukum. Dapat undang setidak-tidaknya meliputi:
dikatakan bahwa hakim kurang bisa melakukan 1) Sadar bahwa ada hukum yang melarang
terobosan prosedur untuk melindungi korban, dan melakukan tindakan kekerasan terhadap
berusaha mengungkapkan kebenaran tanpa harus sesame anggota dalam suatu rumah tangga.
menyiksa korban dalam persidangan. Berubahnya 2) Sadar bahwa setiap anggota suatu rumah
paradigma hukum yang memandang KDRT tidak tangga memiliki hak terbebas dari perlakuan
lagi sebagai urusan privat rumah tangga belum KDRT oleh anggota keluarga lain.
diikuti oleh semangat perubahan sistem peradilan 3) Sadar bahwa dalam diri setiap masyarakat
untuk membela korban. melekat kewajiban untuk memberikan
d) Kesadaran Hukum perlindungan terhadap korban KDRT sesuai
Kesadaran hukum umumnya dipahami sebagai kemampuan masing-masing.
kerelaan warga negara untuk tunduk pada hukum Sejauh ini, kesadaran masyarakat Indonesia
dalam arti mematuhi larangan dan menjalankan akan hukum KDRT menunjukkan tingkat yang
perintah yang tercantum dalam aturan hukum beragam, baik ketika berkedudukan sebagai
dan kesadaran atas nilai-nilai yang terdapat di korban, pelaku maupun saksi. Keragaman ini
dalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau menunjuk pada aspek kualitas maupun kuantitas.
tentang hukum yang diharapkan ada.45 Dicatat Dapat dicontohkan misalnya, penelitian Puspita
bahwa selama bertahun-tahun, upaya membangun Sari tentang tingkat kesadaran hukum istri
kesadaran hukum lewat penyuluhan-penyuluhan yang menjadi korban KDRT di pesisir pantai
telah direduksi oleh pemerintah menjadi semata- Probolinggo menunjukkan bahwa dari 100 istri

44
,ELG KOP
45
+XVDLQ .DVLP + 0 'MDIDU 6DLGL GDQ +XVHQ $OWLQJ ³/HJDO $ZDUHQHVV RI 7D[ 2EOLJDWLRQ DQG 5HWULEXWLRQ WRZDUGV WKH ,QFUHDVH RI WKH
Regional Original Revenue of City of Tidore Archipelago”, 3DSHU, Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makasar, 17 Februari 2011.
Sutandyo Wignyosubroto, 2002, +XNXP 3DUDGLJPD 0HWRGH GDQ 'LQDPLND 0DVDODKQ\D (OVDP GDQ +XPD 6XUDED\D KOP
Ni’mah, Efektivitas Penegakan Hukum Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

yang menjadi subjek penelitian mengaku semua- Kesadaran masyarakat ini sedikit banyak
nya mengalami tindak kekerasan oleh suaminya.47 dapat ditunjukkan dari jenis subjek yang me-
Akan tetapi tidak satupun di antara mereka yang laporkan. Korban KDRT merupakan pihak
berupaya melakukan tindakan hukum untuk yang paling banyak mengadukan kasusnya ke
melindungi dirinya. Jangankan melaporkan lembaga layanan pengaduan yang menurutnya
suaminya ke polisi, atau mengajukan gugatan bisa menangani kasusnya.49 Ada pula saksi yang
cerai, mereka bahkan mengaku tidak tahu kalau datang ke lembaga pemerhati persoalan perem-
hak-haknya dilanggar akibat tindak kekerasan itu. puan dan gender untuk membantu korban
Lebih jauh lagi, mereka tidak mengetahui bahwa melaporkan kasusnya. Melihat data KDRT
telah ada undang-undang yang memungkinkan tertinggi berada di PA dan PA tidak lain adalah
mereka berhenti menjadi korban tindak kekerasan, lembaga yang berwenang menangani perkara
termasuk tidak mengetahui istilah KDRT. Dari perceraian, maka dapat dilihat kecenderungan
aspek hak maupun kewajiban dapat dikatakan umum bahwa kebanyakan korban KDRT memilih
bahwa tingkat kesadaran hukum di kalangan memutuskan hubungan hukum perdata berupa
masyarakat ini sangat rendah. perkawinan daripada menuntut pelaku dihukum.
Tingkat kesadaran yang lebih tinggi dapat Pilihan menyelesaikan KDRT lewat perceraian
dilihat pada laporan Komisi Nasional Perempuan. menunjukkan bahwa orientasi utama korban
Bahwa satu tahun sejak diberlakukannya UU PK- adalah terlepas dari tekanan dan kekerasan
DRT, Komnas Perempuan mencatat peningkatan yang dilakukan oleh pelaku. Dalam kasus
kasus KDRT yang didata oleh Pengadilan Negeri korban berkedudukan sebagai istri pelaku, maka
dan Pengadilan Agama mengalami peningkatan terputusnya ikatan perkawinan relatif dapat
paling tinggi dibandingkan dengan jumlah KDRT menghentikan serangan suami karena biasanya
GDUL OHPEDJD OHPEDJD ODLQ \DNQL NDVXV selama proses perceraian biasanya antara istri
dari 1.424 kasus pada tahun sebelumnya. Jumlah dan suami tidak diperkenankan tinggal bersama
kasus yang cukup besar ini tercatat dari data PA, dan dengan demikian interaksi intim yang
yaitu 10.810 dari total jumlah kasus PA dan PN memudahkan terjadinya kekerasan tidak ada
VHEHVDU NDVXV -LND GLWLQMDX OHELK ODQMXW lagi. Orientasi membalas perbuatan pelaku
partisipasi PA 2005 meningkat lebih dari 20 kali melalui pemidanaan tampaknya menjadi orientasi
lipat dibandingkan tahun 2004. Sedangkan jumlah sekunder yang dipilih oleh hanya sedikit korban.
PN yang berpartisipasi memberikan data pada Hal ini dapat dilihat dari angka laporan KDRT
tahun ini justru menurun sampai setengah jumlah yang masuk ke pengadilan negeri, bahkan menurut
tahun lalu.48 Pengaduan langsung ke Komnas laporan Komnas Perempuan tidak sedikit laporan
Perempuan juga mengalami peningkatan lebih yang sudah masuk ke pengadilan negeri dicabut
dari dua kali lipat: 211 kasus pada tahun 2004, kembali oleh pelapor.50
592 pada tahun 2005. Peningkatan jumlah kasus
yang masuk ke Komnas Perempuan ini dapat C. Penutup
menjadi indikator bahwa kesadaran masyarakat Hukum tentang kekerasan dalam rumah
akan pentingnya melaporkan tindak kekerasan tangga yang diberlakukan melalui Undang-
(terhadap perempuan) sudah mulai meningkat. Undang No 20 Tahun 2003 hingga saat ini

47
Puspita Sari, 2008, 7LQJNDW .HVDGDUDQ +XNXP ,VWUL .RUEDQ .'57 7HVLV 6 8QLYHUVLWDV 0XKDPPDGL\DK 0DODQJ 0DODQJ KOP
48
.RPLVL 1DVLRQDO 3HQJKDSXVDQ .HNHUDVDQ WHUKDGDS 3HUHPSXDQ ³:RPHQ¶V 9XOQHUDELOLW\ WR (FRQRPLF 6H[XDO 9LROHQFH´ 3DSHU, Annual
Notes on Violence against Women, Jakarta, 7 Maret, 2009.
49
,UD ³:DZDQFDUD GHQJDQ (VWRH 5DNKPL )DQDQL 'LUHNWXU /%+ $SLN WHQWDQJ 3HQDQJDQDQ .'57 3HQWLQJ 0HPEDQJXQ 3HUVSHNWLI *HQGHU
di Kalangan Penegak Hukum”, KWWS ZZZ NRPQDVSHUHPSXDQ RU LG diakses 17 Agustus 2011.
50
,ELG
MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

belum sepenuhnya dapat ditegakkan secara belum meratanya sosialisasi ketentuan hukum-
efektif untuk memberikan perlindungan ter- nya, tidak berimbangnya fasilitas hukum yang
hadap korban KDRT. Berbagai faktor sosiologis tersedia dengan kasus yang terjadi, belum
yang menyebabkan belum efektifnya penegakan optimalnya kesadaran hukum masyarakat serta
hukum tersebut antara lain soal belum adanya adanya pergesekan nilai yang dianut oleh undang-
paradigm yang sama di kalangan aparat penegak undang ini dengan nilai yang berlaku dalam
hukum tentang perlindungan korban KDRT, sebagian masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku WHQWDQJ .HNHUDVDQ SDGD 3HNHUMD 5XPDK


$QZDU <HVPLO GDQ $GDQJ 3HPEDKDUXDQ 7DQJJD GL 0DODQJ, Penelitian Universitas
+XNXP 3LGDQD 5HIRUPDVL +XNXP 3LGDQD, Muhammadiyah Malang, Malang.
*UDVLQGR -DNDUWD /LDQDZDWL (VWHU 7LDGD .HDGLODQ 7DQSD
_______________, 2008, 3HQJDQWDU 6RVLRORJL .HSHGXOLDQ .'57 3HUVSHNWLI 3VLNRORJL
+XNXP *UDVLQGR -DNDUWD )HPLQLV 3DUDGLJP ,QGRQHVLD <RJ\DNDUWD
Dwiati, Ira, 2007, 3HUOLQGXQJDQ +XNXP .RUEDQ Nurhayati, 2009, Perlindungan GDQ 3HPHQXKDQ
Perkosaan dalam Peradilan Pidana, Tesis, +DN EDJL 3HNHUMD 5XPDK 7DQJJD 357 ,
S2 Universitas Diponegoro, Semarang. Tesis, S2 Ilmu Hukum Universitas Indonesia,
Fathia, 2008, 'LQDPLND .HNHUDVDQ SDGD ,VWUL Jakarta.
6HEXDK VWXGL .XDOLWDWLI SDGD 3HUHPSXDQ Rahardjo, Satjipto, 2009, 3HQHJDNDQ +XNXP
.RUEDQ .'57 \DQJ %HUWDKDQ GDODP 3HU 7LQMDXDQ 6RVLRORJLV *HQWD 3XEOLVKLQJ
NDZLQDQQ\D , Tesis, S2 Psikologi, Universitas 6DGOL 6DSDULQDK GDQ (IIHQGL -RKDQ
Diponegoro, Semarang. 0XVOLPDK 5HIRUPLV 3HUHPSXDQ 3HPEDKDUX
Friedman, Lawrence W., 1990, 7HRUL GDQ )LOVDIDW .HDJDPDDQ 0L]DQ %DQGXQJ
+XNXP Rajawali Press, Jakarta. Sari, Puspita, 2008, 7LQJNDW .HVDGDUDQ +XNXP
Fuady, Munir, 2003, $OLUDQ +XNXP .ULWLV 3DUD ,VWUL .RUEDQ .'57, Tesis, S2 Universitas
GLJPD .HWLGDNEHUGD\DDQ +XNXP Citra Muhammadiyah Malang, Malang.
Aditya Bakti, Bandung. 6HW\DZDQ 'RQQ\(NR 3HUWDQJJXQJMDZDEDQ
Hatta, Mohammad, 2008, 6LVWHP 3HUDGLODQ 3LGDQD ,VWUL VHEDJDL 3HODNX .HNHUDVDQ 5XPDK
7HUSDGX *DODQJ 3UHVV <RJ\DNDUWD 7DQJJD 6WXGL .DVXV 8SD\D 0HGLDVL GDQ
Hermawati, Istiana, 2003 .HNHUDVDQ WHUKDGDS 3HQFDEXWDQ GL .HSROLVLDQ 5HVRU 6XUDED\D
3HNHUMD 5XPDK 7DQJJD 357 3HUHPSXDQ 6HODWDQ, UPN Veteran, Surabaya.
GDQ 3ROD 3HQDQJDQDQQ\D 6WXGL .DVXV Soekanto, Soerjono, 1983, )DNWRU )DNWRU \DQJ
WHUKDGDS 357 3HUHPSXDQ .RUEDQ 7LQGDN 0HPSHQJDUXKL 3HQHJDNDQ +XNXP, Raja
.HNHUDVDQ 'RPHVWLN \DQJ 'LWDQJDQL ROHK *UD¿QGR 3HUVDGD -DNDUWD
5XPSXQ 7WMRHW 1MDN 'LHQ <RJ\DNDUWD , Tesis, Utama, I Made Arya, 2007, +XNXP /LQJNXQJDQ,
S2 Universitas Indonesia, Jakarta. Pustaka Sutra, Bandung.
Ihromi, T.O., 2000, 6RVLRORJL .HOXDUJD <D\DVDQ Widanti, Agnes, 2005, +XNXP %HUNHDGLODQ -HQGHU
Obor Indonesia, Jakarta. $NVL ,QWHUDNVL .HORPSRN %XUXK 3HUHPSXDQ
Irianto, Sulistyowati dan Cahyadi, Antonius, GDODP 3HUXEDKDQ 6RVLDO Kompas, Jakarta.
2008, 5XQWXKQ\D 6HNDW 3HUGDWD GDQ 3LGDQD Wignyosubroto, Sutandyo, 2002, +XNXP 3DUD
<D\DVDQ 2ERU ,QGRQHVLD -DNDUWD GLJPD 0HWRGH GDQ 'LQDPLND 0DVDODKQ\D
Lestari, Sakti Mustika, 2009, 6WXGL 'HVNULSWLI (OVDP GDQ +XPD 6XUDED\D
Ni’mah, Efektivitas Penegakan Hukum Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga

B. Artikel Jurnal *HQGHU GL .DODQJDQ 3HQHJDN +XNXP´ KWWS


<XVULYDGL ³3DUDGLJPD 3RVLWLYLVWLN GDQ ,PSOLND ZZZ NRPQDVSHUHPSXDQ RU LG ,
sinya Terhadap Penegakan Hukum di Indo- diakses 17 Agustus 2011.
nesia”, -XUQDO +XNXP, Vol. XIV, April, 2004. -DX]L $EGXO +DPLP ³0HPXWXV ,PSXQLWDV
KDRT”, KWWS LNDKLGL\ EORJVSRW FRP S DUWL
C. Makalah NHO KWPO diakses 15 Agustus 2011.
Kasim, Husain, H.M. Djafar Saidi dan Husen Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
$OWLQJ ³/HJDO $ZDUHQHVV RI 7D[ 2EOLJDWLRQ $QDN ³3DJH 3XVDW 3HOD\DQDQ 7HUSDGX
and Retribution towards the Increase of the Pemberdayaan Perempuan dan Anak”, http://
Regional Original Revenue of City of Tidore ZZZ PHQQHJSS JR LG, diakses 10 Agustus
Archipelago”, 3DSHU, Pascasarjana Universi- 2011.
tas Hasanuddin, Makassar, 17 Februari 2011. .XVXPDQLQJW\DV ³.HWLND )UDNVL %DONRQ 7HUVH
Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap nyum Lega”, KWWS ZZZ UDKLPD RU LG LQGH[
3HUHPSXDQ ³&DWDWDQ 7DKXQDQ .HUHQWDQDQ SKS"RSWLRQ FRPBFRQWHQW YLHZ DUWLFOH
3HUHPSXDQ WHUKDGDS .HNHUDVDQ (NRQRPL LG LQIR HGLVL NHWLND IUDNVL EDONRQ
dan Kekerasan Seksual di Rumah”, Makalah, WHUVHQ\XP OHJD FDWLG LQIR ,WHPLG
Institusi Pendidikan dan Negara, 2009. diakses 15 Mei 2011.
Komisi Nasional Penghapusan Kekerasan ter- 0XWWDTLHQ ,NLQ =DHQDO ³/DQJNDK ODQJNDK
KDGDS 3HUHPSXDQ ³:RPHQ¶V 9XOQHUDELOLW\ Advokasi Legislatif LBH APIK bersama
WR (FRQRPLF 6H[XDO 9LROHQFH´ 3DSHU, Jaringan dalam Menangani Isu KDRT”, KWWS
Annual Notes on Violence against Women, ZZZ GRFVWRF FRP GRFV /DQJNDK
Jakarta, 7 Maret, 2009. ODQJNDK $GYRNDVL, diakses 14 Mei 2011.
7LP 3HODNVDQD 3HQHOLWLDQ .ROHNWLI ³.HNHUDVDQ 1RYLULDQWL 'HZL ³$NVHV 3HUHPSXDQ WHUKDGDS
dalam Rumah Tangga”, /DSRUDQ, Penelitian Keadilan, Mekanisme Hukum dan Keadilan,
Balitbang Sumatera Utara, 2009. Peran Pendampingan Korban dan Rasa Ke-
7LP 8QLW .KXVXV 3HQDQJDQDQ .DVXV 63(. +$0 adilan”, KWWS ZZZ NRPQDVSHUHPSXDQ RU LG
³.'57 6HODOX 5DQNLQJ 6DWX´ /DSRUDQ, NHDGLODQSHUHPSXDQ LQGH[ SKS"RSWLRQ FRPB
63(. +$0 6ROR 'HVHPEHU FRQWHQW YLHZ DUWLFOH LG DNVHV
SHUHPSXDQ WHUKDGDS NHDGLODQ PHNDQLVPH
D. Artikel Internet KXNXP GDQ NHDGLODQ SHUDQDQ SHQGDPSLQJ
$PLU (QGDQJ 7 6 ³0HQMDJD .HPXOLDDQ 3DVDQJ GDQ UDVD NHDGLODQ NRUEDQ FDWLG WX
an Hidup”, KWWS ZZZ KDGLWV QHW LVODPLD OLVDQ ODLQ, diakses 20 Mei 2011.
UHQXQJDQ/, diakses 15 Mei 2011. 1XUNKDLUDQL ³$NVHV /D\DQDQ .RUEDQ .'57
)DQDQL (VWX 5DKPL ³88 3.'57 7HURERVDQ Masih Terbatas”, KWWS ZZZ OLQWDVEHULWD FRP
Hukum, Antara Fakta dan Pelaksanaannya”, 1DVLRQDO 3ROLWLN diakses 15 Agustus 2011.
KWWS ZZZ GMSS GHSNXPKDP JR LG KXNXP 7LPRU ([SUHVV ³.'57 7HUSRSXOHU GL 0DWLP´
SLGDQD/, diakses 15 Agustus 2011. KWWS WLPRUH[SUHVV FRP LQGH[ SKS LQGH[
)DX]L\DK $]PL ³3HQMDMDKDQ /HZDW 88´ KWWSV SKS"DFW QHZV QLG , diakses 25 Mei
MXUQDOWRGGRSSXOL ZRUGSUHVV FRP 2011.
SHQMDMDKDQ OHZDW XX diakses 4 Januari 8GLQ ³7UR¿ -XDUD , 3HQFHJDKDQ .'57
2012. Diserahkan”, KWWS WXOXQJDJXQJ JR LG LQGH[
,UD ³:DZDQFDUD GHQJDQ (VWRH 5DNKPL )DQDQL SKS EHULWD WURIL MXDUD L SHQFHJDKDQ
(Direktur LBH Apik) tentang Penanganan NGUW GLVHUDKNDQ diakses 10 Agustus 2011.
KDRT Penting Membangun Perspektif <RXWXEH ³.DXP ,EX +7, 7RODN /LEHUDOLVDVL 5XPDK
MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186

Tangga”, KWWS ZZZ \RXWXEH FRP ZDWFK"Y Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
\JQ S=0TF , diakses 12 Mei 2011. Tangga. (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 95. Tambahan
D. Peraturan Perundang-undangan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang 4419).
Perkawinan. (Lembaran Negara Republik Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1. Tambahan Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar
Lembaran Negara Nomor 3019). Pelayanan Minimal Bagi Layanan Terpadu
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perempuan dan Anak Korban Kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai