12 55 1 PB
12 55 1 PB
Abstract
Some of gender activists assume that status of husband as a head of household is discriminating
wife. Therefore, they propose a gender equality model which gives the same status to both husband
and wife as a head of household altogether. By using sociological method and feminist legal
analysis, it is resulted that most gender activists who become the source of information in this
research do not agree with the proposed model of gender equality because they do believe its legal
consequence will burden more to the wife. However, they agree that women develop their economic
ability to ear money. These gender activists do not want to amend Article 31 (3) Law Number 1 Year
1974. They understand this article as a reflection of substantive equality which recognizes husband
as a head of household’s status is parallel with the burden of the responsibility.
Abstrak
Status suami sebagai kepala keluarga dalam hukum perkawinan yang berlaku selama ini dianggap
sebagian pegiat jender sebagai hukum yang mendiskriminasikan perempuan. Sehingga mereka
mengajukan model kesetaraan jender dengan suami dan istri bersama-sama mempunyai status
sebagai kepala keluarga. Dengan menggunakan metode yuridis-sosiologis dan analisis hukum feminis,
ternyata diperoleh hasil bahwa hampir semua pegiat jender yang menjadi sumber informasi tidak
menyetujui terhadap model kesetaraan tersebut, karena konsekuensi hukumnya akan semakin
membebani istri. Tetapi mereka setuju istri mengembangkan kemampuan ekonomi dalam mencari
nafkah. Pegiat jender ini tidak menghendaki dilakukannya amandemen terhadap Pasal 31(3) UU No. 1
Tahun 1974, karena pasal ini sebagai refleksi dari kesetaraan substantif yang mengakui status suami
sebagai kepala keluarga paralel dengan besarnya kewajiban yang harus ditanggungnya.
Pendahuluan
Sejak tahun 1974 semua rakyat Indonesia
tetapi juga hak-haknya sebagai manusia tidak
tunduk pada hukum perkawinan nasional yang
dapat sepenuhnya dipenuhi.1 Dengan pema-
sama yaitu UU Nomor 1 tahun 1974. Dalam
haman seperti itu, ada pihak yang mengajukan
Pasal 31 ayat 3 UU Perkawinan tersebut di-
rancangan perubahan status kepala keluarga
nyatakan bahwa suami berkedudukan sebagai
yang berkesetaraan jender dimana laki-laki dan
kepala rumah tangga dan istri sebagai ibu ru-
perempuan bersama-sama sebagai kepala
mah tangga. Status suami sebagai kepala runah
keluarga.2 Tetapi kenyataannya tidak semua
tangga dalam hukum perkawinan selama ini
masyarakat menyetujui adanya konsep kese-
dianggap oleh sebagian pegiat jender sebagai
taraan jender tersebut, meskipun kebijakan
hukum yang mendiskriminasikan perempuan
berkesetaraan jender ini sudah menjadi komit-
dimana perempuan tidak hanya menanggung
beban yang lebih berat dibanding laki-laki, 1
Endang Sumiarni, 2005, Kajian Hukum Perkawinan Yang
Berkesetaraan Jender, Yogyakarta: Wonderful Publish-
Artikel ini merupakan artikel hasil penelitian Hibah ing Company, hlm.17.
2
Bersaing dengan sumber dana dari Dikti 2009. LBH-APIK/ Lembaga Bantuan Hukum-APIK, 2005, Usulan
Amandemen UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 beri-
kut argumen-argumennya.
Persepsi Pegiat Jender Terhadap Konsep Pasal 31 Ayat (3) Undang-undang Perkawinan … 23
5
4
baik...” 3
2
Keempat, persepsi istri sebagai pemim- 1
0 Istri wajibSuami dapat Istri dapat digugat berpenghasilan digugat krn tidakkarena tidak
memberi nafkah memberi nafkah lahirlahir
pin terhadap suaminya. Nara sumber yang me- Kategori
3
2
1 tisipasi dalam memenuhi kebutuhan ekonomi
bahkan dalam beberapa kasus istri sebagai
0
tulang punggung keluarga, tetapi mereka tidak
NafkahUrusan rumahtangga
Kategori dapat digugat karena ketidakmampuan dalam
Sumber: Data lapangan, 2009 sisi ini. Kalau sampai istri dapat digugat karena
hal ini, maka ini berarti tidak hanya menambah
Ketiga, persepsi terhadap kewajiban atas beban ekonomi pada pundak istri, tetapi juga
pekerjaan rumah dan apabila persepsi ini juga sekaligus menambah beban hukum pada
dihubungkan dengan kewajian suami dalam pundak istri.
memenuhi kebutuhan ekonomi, maka data
dalam Figur 3 juga menunjukkan bahwa suami Hak dan kewajiban sebagai orang tua
istri bersama-sama bertanggungjawab terhadap Hasil penelitian tentang hak dan ke-
pengurusan rumah tangga. Delapan dari nara wajiban orang tua dipaparkan dalam Figur 4
sumber yang menyetujui kebersamaan tang- yang terdiri dari kewajiban ayah memberikan
gungjawab ini, hanya satu yang setuju istri ber- nafkah, kewajiban ibu memberikan nafkah
tanggungjawab urusan rumah tangga. Temuan pada keluarga, kewajiban mendidik anak serta
ini adalah menggembirakan mengingat Pasal 34 kewajiban anak terhadap orang tua.
(2) UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dimana
4
Yulina dan Desrir Miftah, “Peranan Perempuan Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Keluarga”, Jurnal Marwah, VIII
(2), Desember 2009, hlm. 159.
Persepsi Pegiat Jender Terhadap Konsep Pasal 31 Ayat (3) Undang-undang Perkawinan … 27
2
0
Keempat, persepsi terhadap kewajiban
anak memenuhi kebutuhan orangtua. Nara
sumber,
Kewajiban ayah Kewajiban ibu Kewajiban Ortu Kewajiban anak menafkahimenafkahimendidik anakpelihara ortu ketika ditanya tentang kewajiban anak
Kategori
terhadap orang tua jika mereka sudah dewasa,
terdapat temuan bahwa tidak semua setuju
Setuju Tidak setuju
kewajiban anak untuk mensupport orang tua
Sumber: Data lapangan, 2009.
mereka. Dari delapan sumber informasi, enam
Pertama, persepsi terhadap kewajiban menyatakan bahwa anak mempunyai kewajiban
ayah memberi nafkah kepada anaknya. Senada untuk mensupport orang tua mereka, semen-
dengan tanggungjawab ayah atas nafkah ke- tara dua lainnya menyatakan bahwa support
luarga seperti yang tercantum dalam Figur 3, anak kepada orang tua mereka tidak merupa-
ternyata sebagian nara sumber setuju suami kan kewajiban. Nara sumber yang setuju
sebagai pencari dan pemenuhan nafkah utama. beralasan bahwa mereka perlu membalas budi
Dari Figure 4 terlihat bahwa delapan sumber kebaikan orang tua dan juga keinginan untuk
informasi, tujuh nara sumber setuju ayah se- membahagiakan orang tua terlepas apakah
bagai penanggungjawab utama dalam peme- orang tua mereka mampu secara ekonomi atau
nuhan nafkah anaknya. Sebagian besar berpen- tidak. Jikapun orang tua mereka mampu secara
dapat karena memang itulah yang diperintah- ekonomi, support pada orang tua tersebut te-
kan oleh agama. Sementara hanya satu yang tap perlu karena itu merupakan ekspresi
menyatakan ketidaksetujuannya karena ber- perhatian anak terhadap orang tua, yang di-
alasan bahwa seharusnya suami istri bersama- harapkan akan membawa kebahagiaan ataupun
sama bertanggungjawab dalam pemenuhan kebanggaan. Sementara yang tidak setuju per-
kebutuhan ekonomi karena anak tersebut anak lunya anak memenuhi kebutuhan orang tua
mereka berdua dan untuk alasan kesetaraan. beralasan bahwa kewajiban tersebut hanya
Kedua, persepsi terhadap kewajiban is- timbul manakala anak melihat orang tuanya
tri/ibu dalam memberi nafkah kepada anaknya. tidak mampu secara ekonomi.
Data penelitian dalam Figur 4 menunjukkan
bahwa sebagian besar berpendapat bahwa istri Hak dan kewajiban terhadap harta
juga mempunyai kewajiban memberi nafkah Materi merupakan satu hal yang penting
terhadap anaknya. Dari delapan sumber infor- dalam membina trumah tangga. Relasi suami
masi yang menyatakan setuju istri/ibu punya istri cenderung dipengaruhi keberadaan harta
kewajiban sama dengan suami, hanya satu nara ini, bahkan seringkali merupakan salah satu
sumber yang menyatakan bahwa istri tidak sebab terjadinya perceraian. Untuk mengetahui
wajib memberi nafkah kepada kepada keluar- salah satu akibat perkawinan menyangkut juga
ga. Ia berpendapat karena penghasilan istri itu masalah keberadaan harta baik harta bawaan
hanya sebagai penghasilan tambahan. Sehingga maupun harta asal. Hasil penelitain dalam Figur
data ini menunjukkan bergesernya peran ibu 5 menunjukkan hak dan kewajiban terhadap
yang semula hanya dirumah ternyata partisi- harta baik meliputi kewajiban suami istri
pasinya dalam mencari nafkah merupakan alas- terhadap harta bersama maupun terhadap har-
an untuk keluar rumah. ta bawaan.
Ketiga, persepsi terhadap kewajiban
mendidik anak. Nara sumber, ketika ditanya
28 Jurnal Dinamika Hukum
4
3
2
1 Keempat, persepsi terhadap harta bawa-
0
Suami wajib Istri wajib Suami wajib Istri wajib an istri. Persepsi ini Simetri dengan hasil per-
memberi memberi memberi memberi
h.bersama pd h.bersama pd h.bawaan pd istri h.bawaan pd istri sepsi kewajiban suami untuk tidak memberikan
suami suami
harta bawaaan kepada istri. Dari delapan orang
Kategori
dalam Figur 5, hanya satu sumber informasi
Setuju Tidak setuju
yang menyatakan bahwa istri wajib memberi-
Sumber: Data lapangan, 2009
kan harta bawaannya kepada suaminya dengan
Pertama, persepsi terhadap status harta alasan bahwa sudah terjadi persatuan diantara
bersama. Hasil penelitian dalam Figur 5 me- keduanya, sehingga diperlukan pula persatuan
nunjukkan bahwa hampir semua suami harus harta bawaan karena lebih mendekati ke-
memberikan harta bersama kepada istri setaraan.
(keluarga). Hal ini seiring dengan tanggung
jawab suami untuk melakukan kewajibannya Pewarisan
memenuhi kebutuhan rumah tangga dimana Pertama, persepsi terhadap kesamaan
tujuh sumber informasi memberikan jawaban- pembagian warisan. Berkaitan dengan pewaris-
nya yang sama. Tetapi hanya satu tidak setuju an diperoleh hasil bahwa terdapat perbanding-
dengan alasan bahwa sebaiknya istri juga an yang seimbang antara yang setuju dan yang
melakukan hal yang sama sehingga pemberian menolak pembagian pewarisan perempuan
ini dilakukan bersama-sama untuk saling setengah dari laki-laki seperti terlihat pada
memberi. Figur 6. Figur tersebut menunjukkan bahwa
Kedua, persepsi kewajiban istri memberi- sumber informasi yang setuju dan tidak setuju
kan harta bersama. Berdasar hasil penelitian, masing-masing berjumlah 4 orang. Meskipun
ternyata tidak seperti hasil pada kewajiban jumlah mereka sebanding yang menarik adalah
suami memberikan harta bersamanya kepada terdapat alasan yang berbeda-beda yang me-
istri (keluarga), lebih sedikit nara sumber yang nyertainya. Nara sumber yang setuju berpen-
menyatakan bahwa harta bersama yang dapat bahwa laki-laki memang pantas men-
diperoleh istri tidak diwajibkan untuk diberikan dapatkan jumah pewarisan dua kali lipat dari
kepada suami. Hal ini terlihat pada Figur 5 perempuan karena besarnya tanggungjawab
diamana hanya empat sumber informasi (sete- mereka terhadap ekonomi keluarga dimana
ngah jumah nara sumber) setuju istri untuk akhirnya perempuan (istri) juga yang menik-
memberikan harta bersama kepada suami. Hal mati. Sementara alasan ketidaksetujuan per-
ini ditengarai bahwa memang suami tidak bedaan besarnya warisan dikarenakan kesetara-
membadap support istri secara langsung, tetapi an dimana tidak diperlukan pembedaan jumlah
jika dihubungkan dengan pertanyaan nomor 12 besar warisan. Alasan lain yaitu perbedaan
maka dapat disimpulkan bahwa istri mensup- jumlah tidak diperlukan karena untuk mem-
port keluarga lewat pemenuhan terhadap ke- berikan kesan yang baik antara pewaris dan ahli
butuhan anak. waris seperti dikatakan salah satu sumber
Ketiga, persepsi terhadap harta bawaan informasi bahwa, warisan secara hakikat se-
suami. Sebagian besar sumber informasi me- betulnya merupakan kenang-kenangan bagi
nyetujui suami tidak punya kewajiban untuk orang yang ditinggalkan. Maka sangatlah baik
memberikan harta bawaan kepada istrinya. jika kenang-kenangan itu diberikan secara me-
Terlihat pada Figur 5 bahwa dari tujuh sumber rata bagi laki-laki maupun perempuan. Agara
informasi, hanya satu yang menyetujui untuk mereka memperoleh kesan yang sama baiknya
memberikan harta bawaan pada istri, itupun terhadap orang yang meninggalkan warisan itu.
Persepsi Pegiat Jender Terhadap Konsep Pasal 31 Ayat (3) Undang-undang Perkawinan … 29
5
Misiyah, “Pengalaman Perempuan: Sumber Pengetahu-
an Yang Membebaskan”, Jurnal Perempuan Vol. 48, Juli
2006, hlm. 40.
30 Jurnal Dinamika Hukum