Roliafni Tri Nursanti Putri - Laporan HACCP Rawon
Roliafni Tri Nursanti Putri - Laporan HACCP Rawon
Disusun oleh :
Roliafni Tri Nursanti Putri
G2B020050
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) Pada Rawon
Siklus Menu Ke X Di Instalasi Gizi RS PKU Muhammadiyah Surakarta
Oleh :
Roliafni Tri Nursanti Putri
G2B020050
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................2
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................4
BAB 1..............................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..........................................................................................................................5
A. Latar belakang...............................................................................................................5
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................6
C. Tujuan............................................................................................................................6
D. Manfaat..........................................................................................................................7
BAB II.............................................................................................................................................8
PERENCANAAN ANALISIS HACCP.......................................................................................8
A. Deskripsi Produk...........................................................................................................8
B. Identifikasi penggunaan produk....................................................................................9
C. PENYUSUNAN DIAGRAM ALIR...........................................................................11
D. Penyusunan bagan alir proses.....................................................................................12
E. Analisis Bahaya...........................................................................................................13
F. Penetapan Critical Control Point.................................................................................17
G. Penetapan Critical Limit..............................................................................................21
H. Prosedur Pemantauan CCP..........................................................................................22
I. Penetapan Tidakan Koreksi.........................................................................................23
J. Verifikasi Program HACCP Terhadap CCP...............................................................23
BAB III.........................................................................................................................................26
KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................................26
A. Kesimpulan..................................................................................................................26
B. Saran............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................27
LAMPIRAN........................................................................................................................28
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan
dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis,
status gizi, dan status metabolisme tubuh. Penyelenggaraan
makanan rumah sakit adalah rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan,
perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan,
distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. (kemenkes RI,
2013).
HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) adalah
suatu system jaminan mutu yang berdasarkan kepada kesadaran
bahwa hazard (bahaya) dapat timbul pada berbagai titik atau tahap
produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan pengendaliannya untuk
mengontrol bahaya bahaya tersebut. Kunci utama HACCP adalah
antisipasi bahaya dan identifikasi titik pengawasan yang
mengutamakan kepada tindakan pencegahan, daripada
mengandalkan kepada pengujian produk akhir (Winarno, 2004).
HACCP adalah suatu sistem dengan pendekatan sistematik untuk
mengidentifikasi dan mengakses bahaya- bahaya dan risiko-risiko
yang berkaitan dengan pembuatan, distribusi dan penggunaan
produk pangan. Sistem ini bertanggung jawab untuk menentukan
aspek-aspek kritis dalam memperoleh keamanan makanan selama
proses di pabrik.
HACCP merupakan suatu sistem pengawasan yang bersifat
pencegahan atau preventif terhadap kemungkinan terjadinya
keracunan atau penyakit melalui makanan Hazard Analysis Critical
Control Point adalah suatu analisis yang dilakukan terhadap bahan,
produk atau proses untuk menentukan komponen, kondisi atau
tahap proses yang harus mendapatkan pengawasan yang ketat
dengan tujuan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman
dan memenuhi persyaratan keamanan yang ditetapkan (Maria
Olivia Ero Blikon , dr. Tutiek Rahayu, M.Kes , Anna Rakhmawati,
M.Si 2017).
Instalasi gizi rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
memilik beberapa hidangan yang berbahan dasar daging, salah
satunya rawon yang terbuat dari daging sapi dan merupakan
sumber bahan makanan hewani yang memiliki risiko bahaya yang
cukup tinggi jika cara penanganannya kurang tepat. Daging dapat
terkontaminasi dengan bakteri sehingga dapat menyebabkan
perubahan warna dan bau. Selama proses memasak warna daging
dapat mengalami perubahan, karena adanya suhu panas dalam
proses pemasakan. (Revita, et al. 2018). Mikroba yang dapat
mencemari daging sapi antara lain yaitu E. Coli, Coliform,
Clastridium Botolinum, Clostridium Botolinum, Clostridium
Perfringens, Salmonella, Staphylococcus aureus, dan Antraks
(Syukur, 2013).
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian untuk
mengevaluasi bahaya biologi, fisik, dan kimia pada bahan beserta
proses pengolahan daging bumbu lapis melalui prinsip Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) di Instalasi Gizi RS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan HACCP pada siklus menu ke X Rawon di Instalasi
Gizi RS PKU Muhammadiyah Surakarta?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui penerapan HACCP pada Rawon mulai dari
penerimaan bahan sampai distribusi makanan ke pasien di
RS PKU Muhammadiyah Surakarta.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui deskripsi produk Rawon
Menganalisis jenis bahaya dan cara pencegahan pada
proses pengolahan Rawon
Mengetahui Critical Control Point (CCP) pada proses
produksi Rawon
Mengetahui Penetapan Critical Limit (CL) pada
proses produksi Rawon
D. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai
penerapan HACCP pada proses pengolahan makanan.
b. Bagi Instalasi
Sebagai bahan masukan dan evaluasi makanan yang
akan disajikan kepada pasien khususnya makanan
Rawon sehingga terjamin keamanannya.
BAB II
BAHAN KERING
BAHAN BASAH
Kluwak Tauge Daging Ketumbar
Bawang merah Serai Daun
Bawang putih Laos qisi
Kunyit bubuk salam
disortir ditimbang
disortir disortir disortir disortir
disortir ditimbang
r r ditimbang
Dihaluskan
dan ditumis
Garam
Perebusan ± 1 jam Pemorsian Distribusi
disimpan
Terasi
Gambar 1 Bahan Alir Proses Produksi Rawon
Keterangan :
= bahan baku yang mungkin tercemar
= tercemar dari permukaan peralatan
= tercemar oleh penjamah
= kemungkinan bakteri berkembang biak
= bakteri tidak hidup
E. Analisis Bahaya
Pemantauan analisa bahaya dengan cara
menentukan semua jenis bahaya mikrobiologi, kimia
maupun fisik yang ada pada bahan makanan. Analisis
bahaya daging bumbu lapis dapat dilihat pada tabel 2.
BAHAYA
Bahan Bahaya Jenis Bahaya Cara pencegahan
Utama dan (Biologi/
Bahan Fisik/
Tambahan Kimia)
Daging sapi B Salmonella. - Penyortiran daging
meliputi kondisi
fisik diantaranya
F Kotoran warna dan aroma,
penyimpanan
K Formalin daging pada suhu
rendah yaitu -10
°C.
- Penyortiran bahan
serta pencucian.
- Tidak mengandung
formalin dan
pewarna
Tauge B Salmonella. - Hindari kontaminasi
silang dengan bahan
F Pencemaran logam makanan lain yang
berat mungkin
K Residu pestisida terkontaminasi.
- Lakukan pemeriksaan
visual pada tauge
sebelum pengolahan.
- Pastikan peralatan
yang digunakan
dalam pengolahan
dan penanganan tauge
bersih dan bebas
benda asing.
- tauge dicuci dengan
baik untuk
mengurangi residu
kimia.
- Pilih tauge organik
jika memungkinkan.
Bawang B Bacillus Cereus, - Ketelitian tenaga
merah jamur/kapang penerimaan
F Tanah, air, - Penerapan spesifikasi
kerikil bahan makanan yang
K Pestisida residu baik.
-
Bawang putih B Kapang : fusarium - Penyortiran
oxysporum disesuaikan dengan
spesifikasi bahan
Achromobecter makanan.
micrococcus, - Penyimpanan
Bacillus cereus ditempat yang lembab
F Tanah, debu dengan suhu 20-25
°C.
K Pestisida - Melakukan
penyiangan pada
bahan.
- Pemilihan dan
penyortiran bahan
baku serta pencucian.
- Pencucian bahan
dengan menggunakan
air mengalir.
kluwak B Salmonella, E. coli - Hindari menyimpan
kluwak pada suhu
F Serpihan kayu, yang dapat
batu, atau benda mendukung
asing pertumbuhan bakteri
K Pesticida berbahaya.
- Periksa kluwak secara
visual untuk
memastikan tidak ada
benda asing yang
tercampur.
- Gunakan peralatan
dan mesin
pemrosesan yang
bersih dan terawat.
- Beli kluwak dari
sumber yang
terpercaya dan
pastikan telah
melewati pengujian
keamanan.
ketumbar B Kapang : fusarium - Tidak terdapat air,
oxysporum kerikil, tanah, dan
pasir
- Mengecek kesesuaian
F Tanah, kerikil, air, kualitas dan kuantitas
pasir bumbu sesuai dengan
K pestisida spesifikasi pembelian.
- Bumbu yang tidak
sesuai dikembalikan
- Adanya standar
spesifikasi bumbu
kunyit B Bacillus Cereus - Mengecek kesesuaian
kualitas Tidak
F Tanah terdapat air, kerikil,
tanah, dan pasir
K Pestisida - dan kuantitas bumbu
sesuai dengan
spesifikasi pembelian.
- Bumbu yang tidak
sesuai dikembalikan
- Adanya standar
spesifikasi bumbu
No. Bahaya
Signifikan
Bahan makanan resiko RxK
1. Daging sapi 1000 10000 1000.000 Tinggi
2. Tauge 100 100 10.000 sedang
3. Kluwak 100 100 10.000 Sedang
4. Bawang 10 10 100 Rendah
merah
5. Bawang putih 10 10 100 Rendah
6. Ketumbar 10 10 100 Rendah
7. Kunyit 10 10 100 Rendah
8. Terasi 10 10 100 Rendah
9. Salam 10 10 100 Rendah
10 Laos 10 10 100 Rendah
.
11 Serai 10 10 100 Rendah
.
12 Daun jeruk 10 10 100 Rendah
.
13 Kecap 10 10 100 Rendah
Keterangan :
Tingkat signifikansi : perkalian tingkat risiko dan keakutan (R × K)
YA TIDAK BUKAN
CCP
TIDAK YA
CCP
YA TIDAK
CCP
BUKAN
CCP
b. Penetapan Critical Control Point Pada Proses Pengolahan
Rawon
Tabel 5. CCP Proses Pengolahan rawon
P1 P2 P3
Penerimaan Ya Ya Ya Bukan ccp
Persiapan Ya Ya Ya Bukan ccp
Pencucian tauge Ya Ya Ya Bukan ccp
Perebusan daging dan Ya Ya Tidak Ccp
tauge
Penyimpanan bumbu Ya Ya Ya Bukan ccp
kering
Penyimpanan bumbu Ya Ya Ya Bukan ccp
rempah basah
Penghalusan bumbu Ya Ya Ya Bukan ccp
Pemasakan Ya Tidak Tidak Ccp
Pemorsian Tidak Ya Tidak Ccp
Distribusi Tidak Tidak - Bukan ccp
Keterangan:
Y = ya
T = tidak
Prosedur Kegiatan
pemantauan
Penerimaan Melakukan
pemantauan saat
bahan makanan tiba
sesuai spesifikasi
bahan makanan
Rumah sakit.
Pengolahan Memantau lama
proses pemasakan dan
memastikan
penggunaan APD
pada pramumasak.
Pemorsian Memantau pemorsian
petugas yang
menempatkan menu
sesuai diet dan
memastikan
kepatuhan petugas
dalam penerapan
APD.
Distribusi Memantau ketepatan waktu
distribusi sesuai jadwal
distribusi rumah sakit.
BAB III
A. Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil identifikasi bahaya pada Rawon
diketahui adanya bahaya fisik, kimia, biologi, dan
mikrobiologi
b. Tindak pengendalian kritis pada proses pembuatan Rawon
adalah proses penerimaan bahan makanan, persiapan
bahan, pemasakan, pemorsian, dan distribusi. Titik kritis
pada proses ini perlu dikendalikan untuk mencapai
keamanan dan mutu makanan.
c. Titik kritis pada proses penerimaan bahan adalah
pengecekan bahan makanan sesuai dengan standar
spesifikasi yang telah ada
d. Titik kritis pada proses persiapan bahan adalah
kontaminasi bahan makanan dengan penjamah dan alat.
e. Titik kritis pada proses pemasakan adalah tingkat
kematangan daging, perubahan warna, rasa, tekstur, dan
aroma, APD tenaga pengolah, dan peralatan masak yang
digunakan.
f. Titik kritis pada pemorsian adalah sebelum dilakukan
pemorsian, makanan yang sudah matang ditutup agar tidak
terkontaminasi.
g. Proses distribusi mempunyai titik kritis pada kebersihan
alat yang digunakan untuk distribusi serta kebersihan
wadah atau tempat makanan yang akan di distribusikan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Potensi Bahaya
No Komponen Sumber Bahaya Tindakan Pencegahan
B/K/F
Lampiran 2
ANALISIS RESIKO BAHAYA