KEHIDUPAN BERNEGARA
11210454000045
Email : shada.nida21@mhs.uinjkt.ac.id
ABSTRAK
ABSTRACT
The purpose of this article is to discuss the understanding of the legal reasoning
schools of thought in the life of the state, of course the law is always present and
followed by the community in every side of life. Proving that society and law cannot
be solved in other ways. Law is not only a rule in creating peace between
individuals. However, law is also the foundation of social, national and state life.
Related to that, in law there are various schools or schools of law to run the legal
system in this country.
1
A. PENDAHULUAN
Hukum pun memberi reaksi yang berbeda-beda dari para aktivis, ahli,
maupun akademis, lalu pemikiran tersebut akan termotivasi oleh masyarakat itu
sendiri. Peradaban manusiapun dimulai yang terus menjujung nilai-nilai
masyarakat, Sehingga hadirlah mazhab-mazhab penalaran hukum guna
mendayagunakan sistem kenegaraan di Indonesia.2
1
H. Muchsin. Ikhtiar Sejarah Hukum, STIH Islam. 2004, hlmn 32
2
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, 2009, hal.59-72
2
Penafsiran hukum pun terjadi oleh para ahli hukum, seiiring jalannya masa,
berdasarkan zaman perkembangan di dunia dengan mengambil alih setiap prinsip,
dasar, dalam memperoleh pendapat yang efektif pada perbedaan pemikiran-
pemikiran di ranah ilmu hukum ini.3
3
Bernard L. Tanya, dkk., Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,
Yogyakarta: Genta Publishing, 2010, hal.44.
4
Andi Maysarah, Perubahan dan perkembangan system hukum di Indonesia, (April, 2017),hlmn 4
3
lama ada dan berkembang. Dengan kata lain, hukum Indonesia merupakan sistem
hukum yang timbul sebagai buah usaha budaya rakyat Indonesia yang berjangkauan
Nasional, yaitu sistem hukum yang meliputi seluruh rakyat sejauh batasbatas
nasional negara Indonesia (Syaukani, Imam, 2004 : 63). Nyatanya hukum di
Indoensia inti sebab lahirnya perkembangan sistem hukum dengan sumbangan
pemikiran filsafat hukum yaitu aliran dari mazhab positivism (hukum positif).
Dalam hal ini, positivisme sama lamanya dengan filsafat. Tetapi sebagai
gerakan yang tetap dalam filsafat umum, sosiologi dan ilmu hukum pada
hakikatnya adalah sesuatu yang modern. Yang di satu pihak menyertai pentingnya
ilmu pengetahuan, dan sisi yang lain menjelaskan tentang filsafat politik dan teori
tentang ilmu hukum (Friedmann. 1960:143). Dari uraian tersebut, terlihat
perbedaan pendapat mengenai usaha mengikat hukum dalam masyarakat. Selain
itu Indonesia juga menjalankan sistem hukum yang sesuai dengan pemikiran. Para
filsuf pun berpendapat bahwa dengan aliran/ mazhab Positivisme serta
Aliran/mazhab Sociological Jurisprudence mengutamakan bahwasanya
sistem hukum positif akan berjalan efektif apabila sesuai kaidah dan norma yang
hidup di masyarakat dengan bertumpu pada peraturan perundang-undangan.
5
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991) Hlmn 23
4
B. METODE
C. PEMBAHASAN
Sesuatu yang sangat komplek tentu membutuhkan daya pikir yang positif
dengan bergam jenisnya aliran, mazhab penalaran hukum, tentu beragam nya
perolehan pendapat pemikiran itu. Adanya perkembanganyang terus semakin pesat
tentu pemikiran-pemikiran para ahli hukum akan mempadukan zamannya disetiap
era terutama di zaman modern seperti saat ini. Tak lupa juga pemikiran yang
terdahulu teap menjadi buah hasil yang istimewa, dan akan mempersatukan
pemikiran pada saat ini maupun yang terdahulu, dengan demikinan pemikiran akan
bersifat kompleks dan menyeluruh disemua pihak. Prioritasnya undang-undang lah
yang akan mengalir disetiap dasar kekuatan hukum yang memuat jalan pikirin yang
berbuah hasil menjadi mazhab-mazhab hukum.6
7
Dewa Gede Sudika Mangku, 2020, Pengantar Ilmu Hukum, Klaten: Lakeisha.
5
1) Aliran Hukum Alam
Menurut Aristoteles, hukum alam ialah hukum yang oleh orang-orang
berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat alam dan adapun
Thomas Van Aquino (1225-1274) berpendapat bahwa segala kejadian di alam
dunia ini diperintah dan dikemudikan oleh suatu undang-undang abadi (lex
eterna) yang menjadi dasar kekuasaan dari semua peraturan-peraturan lainnya.
Sebagai mazhab tertua yaitu aliran hukum alam, tentunya mazhab terbagi
menjadi beberapa irasional dan rasional, Bersumber langsung dari Tuhan
dengan berbagai macam aliran dan tetap berfokus pada eksponennya yaitu
seperti St. Agustinus dan Thomas Aquinus ini merupakan landasan dari aliran
irasional. Lalu hukum yang terbentuk dari ahli Immanual Kant, dan lainnya
dan beralih pada akal pikiran dimana rasio itupun berlangsung seperti pada ahli
Immanual Kant, Grotius, dan lainnya hal ini juga landasan dari aliran rasional
dari mazhab hukum alam. Hukum harus diidentifikasi dengan terpaku pada
adab, etika, moral dalam mencapai suatu tujuan yakni keadilan, mazhab hukum
alam pun berbicara pada hakikatnya semua yang ada dimuka bumi ini hanya
takdir ilahi.
Lex Eterna ini merupakan kehendak dan pikiran Tuhan yang melahirkan
dunia ini.8 Autentiknya manusia dikarunai Tuhan dengan kemampuan berfikir
dan keahlian dalam membedakan baik dan buruk serta mampu mengenal
berbagai
8
John Gillisen Emeretius, Sejarah Hukum, Saduran Rafika Aditama,2004
6
peraturan perundangan yang datang langsung berasal dari undang-undang
abadi itu sendiri. Adapun pendapat Thomas van Aquino menamakan 'hukum
alam (lex naturalis). Hukum alam hanya memuat asas-asas umum yang
mengalir di setiap kehidupan seperti misalnya:
Prinsip Hukum Alam bersifat universal dan abadi, sehingga Hukum Alam
tersebut berlaku sepanjang masa serta berlaku bagi semua bangsa. Dapat
disimpulkan bahwa Aliran hukum alam berlaku di zaman apa saja dan dimana-
mana yang selalu terhubung dengan sifat keasliannya yaitu kodrat alam
(mutlak) dan terbagi menjadi dua yakni Aliran Hukum Alam Irasional
memiliki pendapat bahwa hukum yang berlaku universal dan abadi itu
bersumber langsung dari Tuhan, sedangkan para penganut Aliran Hukum Alam
Rasional berpendapat bahwa hukum yang universal dan abadi itu bersumber
dari rasio manusia itu sendiri. 9
2) Positivisme Hukum
Menurut John Austin menyatakan bahwa hukum adalah hukum positif yang
diciptakan oleh kekuasaan yang lebih tinggi kepada kekuasaan yang lebih
rendah. John Austin pun mendasarkan pendapatnya pada “command” sebagai
objek yang fundamental dari hukum. John Austin dalam hal ini menyatakan
bahwa “Laws or rules, properly so called, are a species of commands” Hukum
atau aturan, disebut dengan benar, adalah spesies perintah. Substansial nya
hukum (positif) disebut hukum karena tumbuh dari “command” tersebut
Tanpa ada “command”, bukanlah dikatakan hukum. Selanjutnya, John Austin
menyatakan bahwa “Laws proper, or properly so called, are commands; laws
9
Imam Syaukani, dkk. Dasar-dasar Politik Hukum, Jakarta : Rajawali Pers, 2004, hlmn 25
7
which are not commands, are laws improper or improperly so called” Hukum
yang tepat, atau disebut dengan benar, adalah perintah; hukum yang bukan
perintah, apakah hukum itu tidak pantas atau tidak pantas disebut demikian”
Signifikannya hukum sangat bergantung adanya perintah dimana perintah
inilah terbentuk kehidupan bernegara, bermasyarakat maupun bernegara.
Tentunya dalam setiap tindakan ataupun perintah memerlukan landasan
tersendiri untuk meraihnya.10
8
Tentunya dalam melahirkan kebebasan minimum secara individu inilah
dapat mengejar apa menjadi baik untuk dirinya. Adapun cara yang paling
efektif untuk itu dengan menciptakan situasi yang terkendali dengan kebebasan
dan keamanan yang cukup terjamin, si individu dapat memaksimalkan meraih
kesenangan”
Mazhab ini memandang perlunya pemecahan yang tegas antara hukum dan
moral, dimana perbandingan tersebut di antara hukum yang berlaku dengan
hukum yang sebenarnya (antara das sein dan das sollen). Aliran Hukum Positif
memperlihatkan bahwa semua persoalan di masyarakat harus diatur dalam
hukum tertulis. Pada intinya pemegang aliran ini tidak dapat mengalihkan
norma hukum selain hukum positif yang berlaku.
Pemikiran Austin dan Kelsen mendorong hukum yang berbuah hasil pada
nyatanya yaitu sebagai ilmu hukum yang diakui oleh komunitas ilmiah,
akibatnya metode yang ditujukan menjadi ilmu dogmatika hukum yang
memprioritaskan pendekatan ilmu yang sungguh-sungguh sesuai dengan pilar
11
Shidarta, hukum Penalaran dan Penalaran Hukum, (Yogyakarta: Genta Publising, 2013). Hlm
197-204
9
positivisme hukum dan sering dikatakan sebagai ius contitutum, serta hal ini
menjadi salah satu faktor kelemahan positivesme hukum yang hakikatnya tidak
menempuh aspek penegakan hukum yang mengutamakan segi pembentukan
hukum sehingga tidak terjun langsung pada lapangan dunia hukum, seperti
pemikiran Austin.12
3) Utilitarianisme
Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang wadahnya manfaat hukum
sebagai tujuan utama hukum, dalam hal ini yang dimaksud dengan
kemanfaatan adalah kebahagiaan (happiness). Pandangan Adil atau tidaknya
suatu hukum dinyatakan dari bagaimana hukum itu ahli sebagaimana
kebahagian itu hadir dan diraih oleh sedemikian banyak individu dilingkungan
masyarakat maupun kehidupan bernegara yaitu dapat kita kenal dengan
sebutan ”the greatest happiness of the greatest number” (kebahagiaan terbesar
jatuh pada jumlah terbesar nya orang tersebut).
13
Bentham, J. (2005). An Introduction to The Principle of Morals and Legislation. Oxford:
Clarendon Press
11
Bagi Bentham, seluruh kontroversi moral yang terjadi berkaitan dengan
ketidaksetujuan pada penerapan utilitarian dan bukan pada prinsip itu sendiri.
(Sandel, 2009). Tentunya pemikiran ini berkesinambungan dengan kehidupan
bernegara, serta Negara mengacu pada kepentingan warga negara dan menjaga
kestabilan serta ketertiban hukum sehingga menciptakan situasi yang melekat
dan menyesuaikan kondisi kesejahteraan sosial yang dikehendaki
masyarakat.14
4) Mazhab Sejarah
Aliran ini termasuk yang paling terkenal terutama di negara-negara
penganut sistem common law. Adapun Tokoh-tokoh penting aliran/mazhab
sejarah, yaitu; Friedrich Karl von savigny (1770-1861), Puchta (1798-1846),
dan Henry Summer Maine (1822-1888). Timbulnya hukum tidak hanya hadir
dari si penguasa saja, namun muncul dari hati nurani seseorang dari segi
keadilan yang menjiwai jiwa raga bangsa di kehidupan bernegara ini. Hal ini
merupakan pendapat ahli dari seseorang Von Savigny. Adapun Puchta nyaris
sama pandangannya dengan Savigny. Dimana jiwa dan hukum itu saling
menyatu pada prinsip sendirinya. Sedangkan Maine menyatakan dalam
memperkuat teori Von Savigny, mempercayai bahwa wadah dari perubahan di
setiap pembagaian masyarakat itu memilki pengaruh tersendiri sehingga
sejarah pun dapat serupa dengan yang lainnya. 15
11
sesuai dengan keadaan masyarakat dari waktu ke waktu, sehingga tidak ada
kemungkinan hukum itu bisa berlaku bagi semua bangsa. Adapun pendapat
lain mengungkapkan bahwa hukum terlahir karena perasaan keadilan yang
terletak di dalam jiwa bangsa. Hukum bukan berasal dari perintah
penguasa,jabatan, ataupun derajat seseorang namun tumbuh dan berkembang
bersama masyarakat serta mengalir di setiap tindakan kehidupan bernegara.
5) Sociological Jurisprudence
Roscoe Pound, Eugen Erlich, Benyamin Cordozo, Gurvitch, dan lainnya
pelopor tersebut termasuk para ahli hukum dari aliran Sociological
Jurisprudence yang mengungkapkan bahwa dalam menjalani kehidupan
masyarakat didalamnya terdapat hukum yang baik pula, pemikiran dari aliran
ini menyebar hingga ke Indonesia dan Amerika Serikat.16
17
Friedmann. 1960. Teori dan Filsafat Hukum, telaah kritis atas teori-teori hukum, Jakarta : Rajawali
Pers. Hlmn 10
12
Masyarakat kenyataan hukum pada hakikatnya adalah kemauan publik, jadi
tidak hanya sekedar hukum saja yang dalam pengertianya law in books (hukum
tertulis). Sociological Jurisprudence menunjukkan kompromi yang sepadan
antara hukum tertulis sebagai kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya
kepastian hukum (positivism law) dan living law sebagai nilai penghargaan
terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam pembentukan hukum dan
orientasi hukum (Lili Rasjidi, 2007 : 45).18
19
Muhammad Erwin, Filsafat Hukum:Refleksi Kritis Terhadap Hukum. (Jakarta:Raja grafindo
Persada, 2012) hlm 195
13
6) Realisme Hukum
Aliran realisme hukum merupakan salah satu sub aliran dari positivisme
hukum yang dipelopori oleh John Chipman, Gray, Oliver Wendel Holmes, Karl
Liwellyn, Jerome Frank, William James dan lain-lain. Menurut Liwellyn,
realisme hukum bukanlah merupakan aliran di dalam filsafat hukum, melaikan
sebuah gerakan dalam cara berpikir tentang hukum.
20
Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm 61.
14
d. Tidak percaya dengan adanya pilihan dan konsepsi hukum, selama pilihan
dan konsepsi hukum tersebut menggambarkan apa yang kenyataannya
terbukti di masyarakat.
e. Lebih mengutamakan kemajuan tiap tahap hukum dengan mengingatkan
hasilnya.
Pelopor kedua ini yaitu John Chipman Gray dan Oliver Wendell Holmes
berpendapat bahwa pemikiran mazhab realisme ini lengkap dengan apa yang
dipikirkan alirannya sebagi celah petunjuk jalan dari kedudukan-kedudukan
pangkat gerakan realism ini.
Berangkat dari realitas sosial, posisi tetap menjadi hak nya bagi setiap hukum
dan tentunya aliran realism ini, bahwa hukum tidak hanya ke satu spektif saja
yaitu ilmu hukum, namun menyeluruh di setiap aliran diri seseorang yaitu
kepribadian diri manusia, lingkungan masyarakat, perekonomian, serta dunia
perbisnian (Sukarno Aburaera,dkk,2013: 129). Sehingga membuat pemikiran
ini tidak berkeyakinan pada landasan hukum dogmatif, terkecuali pandangan
hukum yang ruang lingkup nya dikekelingi oleh lembaga pengadilan dan
orang-orang yang menyatu di pengadilan ini (Amran, 2018:72).
21
Sukarno Aburaera. Filsafat Hukum, Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana, 2013.hlmn 22
15
7) Freirechtslehre
Freirechtslehre atau Ajaran Hukum yang dipelopori oleh Eugen Ehrlich,
Stampe, Herman Isay, dan Ernst Fusch. Dimana berpendapat bahwa aliran
freirechtslehre berlandaskan bahwa hakim mempunyai tugas dalam
menghadirkan hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya tidaklah
menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan penyelesaian yang tepat
untuk peristiwa konkret, sehingga peristiwa-peristiwa berikutnya dapat
dipecahkan menurut norma yang telah diciptakan oleh hakim.
22
Antoniu Cahyadi, Pengantar Filsafat Hukum, Prenada, Edisi Pertama Cetakan Ke 3, Jakarta, 2010
16
D. KESIMPULAN
Pemikiran dalam mazhab ini berkembang dalam bentuk berbagai mazhab
yang mempunyai kaidahnya dan saling berkesinambungan dalam memecahkan
masalah hukum yang dihadapi dalam kehidupan bernegara. Terutama dalam
setiap penegakan, pembentukan, serta penerapan hukum di Indoensia. Terdapat
enam macam aliran dalam mazhab penalaran hukum, meliputi; mazhab hukum
alam, mazhab positivisme hukum, mazhab sejarah, mazhab sociological
jurisprudence, realisme hukum, dan Freirechtslehre.
17
DAFTAR PUSTAKA
L, Bernard, dkk. 2010. Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Indonesia.
Darmodiharjo, Darji, dan Shidarta. 2006. Pokok-Pokok Filsafat Hukum: Apa dan
Mangku, Dewa Gede Sudika. 2020. Pengantar Ilmu Hukum, Klaten: Lakeisha.
Syaukani, Imam, dkk. 2004. Dasar-dasar Politik Hukum. Jakarta : Rajawali Pers
Publising
18
Syauqi, Ahmad. Aliran-Aliran Dalam Filsafat Hukum Dan Yang Relevan Dengan
Friedmann. 1960. Teori dan Filsafat Hukum, telaah kritis atas teori-teori hukum.
Rasjidi, Lili. 2007. Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum. Bandung : PT. Citra
Aditya
Djamil, Fathurrahman. 1997. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
Aburaera, Sukarno. 2013. Filsafat Hukum, Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana
Cetakan Ke 3 Jakarta
19