Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL 1

MATA KULIAH PERSPEKTIF PENDIDIKAN SD


AYU IMTYAS RUSDIANSYAH
NIM. 858745338
UPBJJ-UT SURABAYA

1.
Landasan psikologi dan sosiologis-antropologi dalam pendidikan Sekolah Dasar
adalah kerangka pandang yang membantu kita memahami proses pendidikan dasar dari
perspektif psikologi individu dan pengaruh sosial-budaya dalam kehidupan masyarakat.
Landasan psikologi dan sosiologis-antropologi dalam pendidikan Sekolah Dasar adalah
kerangka pandangan yang mendasari pendidikan dasar dari dua perspektif penting: psikologi
yang berfokus pada individu dan sosiologis-antropologi yang mempertimbangkan pengaruh
sosial-budaya dalam pendidikan.
a. Landasan Psikologi Pendidikan Sekolah Dasar
 Psikologi sebagai Disiplin Ilmu: Psikologi pendidikan di Sekolah Dasar berfokus pada
pemahaman karakteristik dan perkembangan anak usia dini. Ini mencakup aspek-aspek
seperti perkembangan kognitif, emosional, dan sosial yang memengaruhi proses belajar.
 Teori Perkembangan: Salah satu teori psikologi yang relevan adalah teori
perkembangan oleh Jean Piaget. Teori ini memahami bagaimana anak-anak pada tahap
tertentu mencapai kemampuan kognitif dan intelektual yang lebih tinggi. Misalnya,
pemahaman tentang tahapan perkembangan moral dan etika anak usia dini sangat
penting dalam pendidikan.
 Pengajaran Difabel: Psikologi juga relevan dalam hal pendidikan anak-anak dengan
kebutuhan khusus. Pemahaman mengenai masalah perkembangan yang berhubungan
dengan disabilitas mental atau fisik adalah kunci untuk menyelaraskan pendidikan bagi
anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Dalam konteks psikologi, pemahaman mengenai karakteristik psikologis peserta didik
sangat relevan. Teori perkembangan kognitif seperti yang diusulkan oleh tokoh seperti Jean
Piaget atau teori perkembangan psikososial oleh Erik Erikson membantu kita memahami
bagaimana anak-anak di usia Sekolah Dasar mengalami perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional. Hal ini penting dalam perancangan kurikulum dan pendekatan pengajaran
yang sesuai untuk mendorong perkembangan kognitif dan emosional anak-anak di tingkat ini.
Misalnya, metode pengajaran yang lebih konkret dan permainan dapat menjadi alat efektif
dalam mengajar anak-anak muda, sementara siswa yang lebih tua mungkin membutuhkan
pendekatan yang lebih otonom.
b. Landasan Sosiologis-Antropologi Pendidikan Sekolah Dasar
 Sosialisasi: Pendekatan sosiologis membantu dalam memahami bagaimana pendidikan
Dasar adalah bagian integral dari proses sosialisasi. Anak-anak belajar norma sosial,
nilai-nilai budaya, dan peran mereka dalam masyarakat melalui pendidikan.
 Konteks Sosial-Budaya: Sosiologis dan antropologis mempertimbangkan perbedaan
sosial-budaya dalam pendidikan. Misalnya, di berbagai daerah di Indonesia, lingkungan
sosial-budaya masyarakat dapat sangat berbeda, dan pendidikan perlu mengakomodasi
keragaman ini.
 Peran Guru dan Lingkungan: Sosiologi juga mempertimbangkan peran guru dalam
membentuk lingkungan pendidikan. Seorang guru memiliki peran penting dalam
memfasilitasi interaksi sosial, dan dalam pendidikan Dasar, hubungan guru-siswa
sangat signifikan dalam pembentukan nilai-nilai dan perilaku.
Di sisi lain, landasan sosiologis dan antropologis memandang pendidikan dasar dalam
konteks sosial dan budaya. Sosialisasi adalah aspek penting dari pendidikan dasar, di mana
anak-anak belajar norma sosial, nilai-nilai budaya, dan peran dalam masyarakat. Konteks
sosial dan budaya di Indonesia sangat beragam, dengan masyarakat yang terdiri dari berbagai
etnis, budaya, dan tingkat perkembangan ekonomi. Landasan ini mengakui bahwa pendidikan
dasar harus mencerminkan keragaman ini dan harus mampu mengakomodasi berbagai latar
belakang siswa. Selain itu, landasan ini juga mencermati peran guru dalam membentuk
lingkungan pendidikan yang mendukung pembelajaran dan pembentukan nilai-nilai sosial.
Integrasi dari landasan psikologi dan sosiologis-antropologi adalah penting untuk
mencapai pendidikan dasar yang lebih relevan dan efektif. Memahami karakteristik
psikologis anak-anak di usia Sekolah Dasar dan mempertimbangkan aspek sosial dan budaya
dari masyarakat tempat mereka tinggal membantu pendidik merancang program pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan konteks siswa. Hal ini membantu memastikan bahwa
pendidikan dasar memberikan landasan yang kuat bagi perkembangan pribadi dan
kemampuan individu, sekaligus memperhitungkan nilai-nilai sosial dan budaya dalam
masyarakat yang beragam seperti di Indonesia. Dengan mengintegrasikan pandangan
psikologi dan sosiologis-antropologi, pendidikan Sekolah Dasar dapat lebih baik memahami
perkembangan individual anak dan bagaimana faktor sosial-budaya mempengaruhi
pembelajaran. Hal ini memungkinkan penyelarasan program pendidikan yang lebih baik
dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat tempat mereka tinggal.

2.
Pancasila dan UUD 1945 memiliki peran penting sebagai fondasi pendidikan nasional
Indonesia, baik dari segi ideologis maupun yuridis.
Secara ideologis, Pancasila adalah dasar falsafah negara yang memandu nilai-nilai
moral dan etika yang harus ditanamkan dalam pendidikan. Terdiri dari lima sila, Pancasila
mengajarkan prinsip-prinsip dasar seperti keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan
kemanusiaan. Nilai-nilai ini menjadi pedoman bagi proses pendidikan nasional, mengajarkan
kepada generasi muda tentang pentingnya kesetaraan, toleransi, dan partisipasi dalam
membangun masyarakat yang adil dan bermartabat.
Secara yuridis, UUD 1945 adalah konstitusi dasar negara yang mengatur tentang hak
dan kewajiban warga negara, termasuk dalam bidang pendidikan. UUD 1945 Pasal 31 ayat
(1) menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Ini menjadikan
pendidikan sebagai hak konstitusional yang harus dijamin oleh negara. UUD 1945 juga
memberikan landasan hukum untuk sistem pendidikan nasional yang mengatur pendidikan
dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
Kombinasi dari ideologi Pancasila dan landasan hukum UUD 1945 menciptakan
fondasi yang kuat bagi pendidikan nasional Indonesia. Mereka memandu pengembangan
kurikulum, penilaian, dan praktik pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang
berpandangan luas, beretika, dan berkepribadian Indonesia. Selain itu, UUD 1945 juga
menjamin akses pendidikan untuk semua warga negara, menciptakan landasan kesetaraan
dalam pendidikan.
Sebagai kesimpulan, secara ideologis dan yuridis, Pancasila dan UUD 1945 adalah
fondasi penting dalam pendidikan nasional Indonesia. Mereka membimbing pengembangan
pendidikan yang mempromosikan nilai-nilai moral, etika, dan hak-hak warga negara,
sehingga menciptakan masyarakat yang cerdas dan bermartabat.

3.
Jika seluruh ketentuan perundang-undangan terkait wajib belajar 9 tahun (Pendidikan
Dasar) dapat diimplementasikan dengan baik di Indonesia, akan ada dampak yang signifikan
terhadap masyarakat dan bangsa. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi.
A. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Dengan semua anak di Indonesia mendapatkan akses ke pendidikan dasar
selama 9 tahun, kualitas sumber daya manusia di negara ini akan meningkat secara
signifikan. Lebih banyak anak akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk bersaing di dunia kerja.
B. Reduksi Tingkat Kemiskinan
Pendidikan yang lebih luas akan membuka pintu kesempatan ekonomi bagi
lebih banyak orang. Hal ini akan mengurangi tingkat kemiskinan karena orang-orang
akan lebih mampu mendapatkan pekerjaan yang layak dan berpenghasilan lebih
tinggi.
C. Pengurangan Ketidaksetaraan
Wajib belajar 9 tahun akan membantu mengurangi ketidaksetaraan dalam
akses pendidikan. Semua anak, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi
mereka, akan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang
berkualitas.
D. Meningkatkan Kesadaran Kewarganegaraan
Pendidikan dasar yang lebih lama akan memberikan lebih banyak waktu untuk
membahas isu-isu kewarganegaraan, hak asasi manusia, dan nilai-nilai demokrasi. Ini
akan membantu meningkatkan kesadaran kewarganegaraan di kalangan generasi
muda.
E. Peningkatan Produktivitas Ekonomi
Lebih banyak orang dengan pendidikan dasar yang baik akan berkontribusi
pada peningkatan produktivitas ekonomi secara keseluruhan. Mereka akan lebih
mampu dalam pekerjaan mereka, yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional.
F. Pengembangan Sumber Daya Manusia Unggul
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun, pemerintah dapat mengidentifikasi dan
mengembangkan bakat-bakat potensial di kalangan anak-anak muda. Ini dapat
menghasilkan sumber daya manusia yang unggul di berbagai bidang seperti sains,
seni, olahraga, dan teknologi.
G. Peningkatan Mobilitas Sosial
Dengan pendidikan yang lebih lama, lebih banyak anak memiliki kesempatan
untuk meraih pendidikan tinggi dan meningkatkan status sosial mereka. Ini akan
mendukung mobilitas sosial yang lebih besar di masyarakat.

H. Penurunan Tingkat Kriminalitas


Pendidikan yang lebih lama juga dapat berkontribusi pada penurunan tingkat
kriminalitas. Ketika lebih banyak anak memiliki akses ke pendidikan, mereka
cenderung memiliki peluang yang lebih baik dalam hidup mereka, yang dapat
mengurangi dorongan untuk terlibat dalam aktivitas kriminal.
Dalam rangka mencapai semua dampak positif ini, perlu perhatian serius terhadap
pelaksanaan wajib belajar 9 tahun, termasuk penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai,
pelatihan guru yang baik, dan program pendidikan yang relevan dengan kebutuhan
masyarakat dan pasar kerja. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan
masyarakat adalah kunci untuk mencapai tujuan ini.

4.
Dalam era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi, peran pendidikan
agama dalam kehidupan manusia tetap sangat penting. Agama tidak hanya merupakan sistem
kepercayaan, tetapi juga sebuah panduan moral yang dapat membentuk perilaku dan etika
individu. Peran pendidikan agama dalam kehidupan manusia termasuk dalam beberapa aspek
kunci.
a. Pedoman Moral: Agama menyediakan pedoman moral yang mendasar bagi individu.
Nilai-nilai etika yang diajarkan dalam agama, seperti kejujuran, kebaikan, kasih sayang,
dan keadilan, membentuk perilaku manusia dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
b. Panduan dalam Pengambilan Keputusan: Pendidikan agama membantu individu dalam
mengambil keputusan yang beretika. Agama memberikan kerangka kerja etika yang
membantu individu dalam menilai tindakan mereka dan memastikan bahwa mereka
sesuai dengan nilai-nilai moral yang diajarkan dalam agama.
c. Pengembangan Karakter: Pendidikan agama membantu dalam pengembangan karakter
individu. Ini mencakup aspek seperti kesabaran, kerendahan hati, dan pengekangan diri.
Agama memberikan landasan untuk perkembangan karakter yang baik.
d. Penguatan Hubungan Sosial: Agama juga berperan dalam memperkuat hubungan
sosial. Prinsip-prinsip agama, seperti kasih sayang dan perdamaian, mendorong
individu untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain, serta
berkontribusi pada perdamaian dan toleransi antarindividu dan kelompok dalam
masyarakat.

5.
Perbedaan dalam pembentukan moral anak menurut Jean Piaget dan Lawrence
Kohlberg adalah sebagai berikut.
A. Jean Piaget (Moralitas Heteronomus)
a. Piaget mengemukakan bahwa pada tahap ini, sekitar usia 5 tahun, anak
memiliki konsep moralitas yang bersifat heteronomus, artinya mereka melihat
aturan dan nilai-nilai moral sebagai sesuatu yang sangat kaku dan eksternal.
b. Anak melihat peraturan sebagai sesuatu yang mutlak dan tidak bisa diubah.
c. Contoh: Anak pada tahap ini mungkin menganggap berbohong adalah selalu
salah tanpa mempertimbangkan situasi.

B. Lawrence Kohlberg (Moralitas Konvensional)


a. Kohlberg mengemukakan bahwa pada tahap moralitas konvensional, sekitar
usia 11 tahun, anak mulai mempertimbangkan pandangan dan norma
kelompok dalam penilaian moral mereka.
b. Anak pada tahap ini mengikuti aturan yang telah disepakati oleh kelompok
untuk menghindari hukuman dan mendapatkan persetujuan.
c. Contoh: Seorang anak pada tahap ini mungkin mematuhi peraturan sekolah
untuk diakui oleh teman-temannya dan guru.
Perbedaan inti antara kedua teori ini adalah pada tahap Piaget, moralitas sangat terkait
dengan pemahaman anak tentang aturan eksternal, sementara pada tahap Kohlberg, moralitas
lebih dipengaruhi oleh norma sosial dan perspektif kelompok.

Daftar Referensi :
Wardani, dkk. 2023. Perspektif Pendidikan SD (Edisi 2). Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai