Anda di halaman 1dari 8

TRECB (Transformatif Reflexive Empowering Character Building)

Learning Model : Pengembangan Model Pembelajaran Karakter di


Sekolah Dasar
Pendidikan karakter merupakan salah satu aspek yang tidak terpisahkan dalam sistem Pendidikan
di Indonesia, terutama tingkat Sekolah Dasar. Implementasi Pendidikan karakter yang baik
bertujuan untuk mempersiapkan generasi yang unggul, maju, dan berdaya saing di
kancah global. Namun model implementasi dan pengembangan Pendidikan karakter di
sekolah berbeda-beda, setiap sekolah memiliki program, strategi, dan metode
pelaksanaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran
karakter di sekolah dasar, yang disebut dengan model TRECB (Transformatif Reflexive
Empowering Character Building). Model pengembangan ADDIE digunakan dalam
penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan menggunakan panduan observasi, wawancara,
dan dokumentasi untuk merancang model, serta kuesioner yang kemudian dianalisis untuk
mengetahui kondisi pendidikan karakte. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling,
dan data diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan mabhwa model
TRECB layak diterapkan dalam Pendidikan karakter di Sekolah Dasar. Berdasarkan data
analysis statistik menggunakan MANOVA menujukan bahwa nilai signifikansi 0,000 ≤ 0,05
menunjukkan bahwa model TRECB berpengaruh pada ketercapaian karakter siswa Sekolah
Dasar. Dengan demikian, model TRECB sangat direkomendasikan untuk digunakan dalam
pembelajaran karena dapat meningkatkan ketercapaian karakter siswa.

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter telah menjadi isu sentral dalam tren pendidikan saat ini. Hal ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa karakter seseorang merupakan bagian penting dari kehidupan mereka
sebagai anggota masyarakat. Pendidikan karakter adalah pendidikan moral yang bertujuan untuk
mengembangkan keterampilan komunitas sekolah sehingga mereka dapat menilai dan
memutuskan apa yang baik untuk mereka dan bertindak berdasarkan keyakinan tersebut.
Pendidikan karakter adalah pengembangan perilaku, moralitas, dan segala hal positif yang akan
mengarah pada gaya hidup yang lebih baik [1]. Pembentukan karakter merupakan aspek penting
dalam pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang
mencerminkan karakter mulia [2].

Penting untuk menanamkan pendidikan karakter pada siswa sejak usia dini dan secara konsisten
memperkuat nilai-nilai tersebut sepanjang perjalanan pendidikan mereka [3]. Pendidikan
karakter berfungsi sebagai proses transformasi dan pemberdayaan dalam membangun moral
siswa, mendorong perkembangan sosial, emosional, dan etika [4]. Melalui kegiatan pembelajaran
yang terencana dan terprogram, pendidikan karakter memungkinkan siswa untuk
menginternalisasi dan mewujudkan nilai-nilai inti penting seperti kejujuran, rasa hormat,
tanggung jawab, kasih sayang, dan ketangguhan. Dengan mengintegrasikan pendidikan karakter
ke dalam kurikulum, sekolah memberikan dasar bagi siswa untuk menjadi individu yang sadar
diri, mampu membuat keputusan etis, mengembangkan hubungan positif, dan berkontribusi pada
masyarakat. Pendidikan karakter tidak hanya membentuk moral dan nilai-nilai anak-anak tetapi
juga memainkan peran penting dalam meningkatkan martabat bangsa [6].

Karakter merupakan aspek yang sangat penting dari kualitas sumber daya manusia. Seseorang
dengan kemampuan intelektual tinggi dapat menjadi tidak berguna atau bahkan merugikan bagi
masyarakat jika karakternya rendah atau buruk [7][8]. Berbagai kasus yang tidak sesuai dengan
etika, moralitas, tata krama, atau perilaku yang menunjukkan karakter rendah telah merajalela
dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa karakter moral bangsa ini mengalami
ketidakstabilan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai karakter bangsa
ini pada anak-anak, khususnya anak-anak usia sekolah dasar [9][10]. Ini membuktikan bahwa
pendidikan kurang berhasil dalam membentuk karakter yang baik. Keadaan ini cukup relevan
untuk mengungkap paradigma lama pendidikan sebagai pewarisan nilai-nilai mulia kepada
bangsa. Nilai-nilai yang diwarisi dari masa lalu mengandung banyak nilai pendidikan karakter
[11][12]. Upaya membangun karakter moral sumber daya manusia agar mampu membentuk
kepribadian yang kuat menghadapi persaingan yang semakin ketat di masa depan dilakukan
melalui pendidikan formal, informal, dan non-formal [13].

Implementasi pendidikan karakter di sekolah sebenarnya belum menunjukkan hasil yang


signifikan. Tujuan pendidikan nasional yang mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter nasional yang mulia dan peradaban dalam konteks kehidupan intelektual bangsa,
sebagaimana diatur dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, belum tercapai [14].
Permasalahan yang muncul dalam pendidikan karakter melibatkan banyak hal, termasuk aspek
materi dan aspek pedagogis, atau dengan kata lain, berkaitan dengan "apa" yang diajarkan dan
"bagaimana" cara mengajar [15][16]. Ini menunjukkan keterkaitan antara nilai dan pembelajaran
moral dengan pendidikan karakter, yaitu: "satu pendekatan untuk mengajarkan nilai dan
penalaran moral dikenal sebagai pendidikan karakter, suatu gerakan yang menekankan
pengembangan karakter baik pada siswa"[17].

Saat ini kurikulum Indonesia menekankan pada 6 aspek ketercapaian karakter, meliputi : (1)
berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) mandiri, (4) bergotong royong, (5) bernalar kritis,
dan (6) berikir kreatif, yang disebut dengan “Profil Pelajar Pancasila”[13]. Berdasarkan studi
pendahuluan menunjukan bahwa implementasi Pendidikan karakter “Profil Pelajar Pancasila”
belum berjalan baik di Sekolah Dasar, sehingga perlu adanya model baru yang mendukung
pelaksanaan Pendidikan karakter. Dalam penelitian ini dikembangkan model pembelajaran
karakter yang disebut dengan TRECB (Transformatif Reflextive Empowering Character
Building) Learning Model. Model ini akan menekankan pada aspek trasformatif, reflextive, dan
empowering dalam Pendidikan karakter untuk mencapai “Profil Pelajar Pancasila”.

METODE
Ini adalah metode penelitian dan pengembangan yang menggunakan model ADDIE. Ada lima
tahap yang ditawarkan oleh model ini: Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan
Evaluasi [18]. Validasi produk pengembangan dilakukan oleh 5 ahli bidang manajemen dan
pembelajaran Sekolah Dasar. Fase uji coba dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama dan fase
kedua. Fase uji coba pertama dilakukan di sekolah lain selain yang dipilih sebagai implementasi
penelitian. Untuk sampel uji coba pertama, dipilih 1 kelas berada sejumlah 23 siswa, dan dipilih
2 guru.

Fase uji coba kedua menggunakan jumlah sampel yang lebih besar, yaitu 6 kelas dari 3 kolah
berbeda dengan jumlah siswa sebanyak 186 orang. Sampel penelitian diambil dengan
menggunakan metode purposive sampling. Sementara itu, instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner, lembar validasi kurikulum, panduan observasi, panduan
wawancara, dan lembar evaluasi hasil siswa. Data diproses menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif.

Analisis Varian Multivariat (MANOVA) digunakan untuk menentukan pengaruh signifikan dari
model TRECB terhadap keterampilan karakter siswa, meliputi : (1) berakhlak mulia, (2)
berkebinekaan global, (3) mandiri, (4) bergotong royong, (5) bernalar kritis, dan (6) berikir
kreatif, yang disebut dengan “Profil Pelajar Pancasila”. Tiga asumsi uji MANOVA telah dibuat
sebelum pelaksanaan MANOVA dilakukan [19][20] : uji normalitas, uji model linear umum, dan
uji kemiripan matriks kovarian. Selanjutnya juga dilaksanakan uji ANOVA untuk melihat
perbedaan setiap aspek karakter siswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan Modedel TRECB (Transformatif Reflexive Empowering Character


Building)

Pendidikan karakter TRECB merupakan inovasi Pendidikan karakter yang melingkupi


pengetahuan moral, sikap moral dan perilaku moral secara menyeluruh dapat dilakukan oleh
semua stage holder yang ada di sekolah mulai dari guru, orang tua, staf karyawan, kepala sekolah
punya andil yag besar dalam mewujudkan siswa yang berbudi pekerti yang luhur secara umum.
Konsep model TRECB dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Thinking Maps pemikiran TRECB

Model TRECB ini adalah pemikiran positif yang di adaptasi dari pengalaman perilaku siswa
antara yang baik dan buruk, selain itu dalam mengembangkan. Pendidikan TRECB juga tidak
bias secara sendiri tetapi harus di organisir secara bersama sehingga mampu mewujudkan
kekuatan yang empowering sehingga membudaya dan terinternalisasi dalam diri individu para
siswa kita yang harapannya tercipta Character Building.

Aspek "transformatif" mengacu pada pengaruh yang mendalam dan positif yang dapat merubah
atau mengubah pandangan, sikap, dan perilaku siswa secara signifikan. Pendidikan karakter yang
bersifat transformatif bertujuan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam
kepribadian dan moral siswa, bukan hanya memberikan informasi atau pelatihan yang sementara.

Refleksi karakter dalam model pembelajaran karakter merujuk pada proses mengkaji dan
mengevaluasi nilai-nilai, sifat-sifat, dan perilaku seseorang untuk melakukan perbaikan dan
menyelaraskannya dengan standar moral yang diinginkan. Proses ini melibatkan analisis diri,
introspeksi, dan dialog diri untuk lebih memahami pemikiran, sikap, tindakan, dan dampaknya
pada diri sendiri dan orang lain (Khateeb, 2016).

Selanjutnya "Empowering" dalam konteks pendidikan karakter merujuk pada upaya


memberdayakan individu untuk mengembangkan nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang positif dan
sesuai dengan karakter yang diinginkan. Proses ini bertujuan untuk memberikan individu
kemampuan dan kepercayaan diri untuk membuat keputusan moral yang tepat, menghadapi
tantangan, dan berkontribusi positif pada diri sendiri dan masyarakat. Dalam konteks ini,
"empowering" melibatkan pemberian alat, keterampilan, dan dukungan yang diperlukan agar
individu dapat mengambil peran aktif dalam membentuk karakter mereka sendiri. Hal ini
mencakup memberikan pengetahuan moral, membantu individu memahami konsekuensi dari
tindakan mereka, dan mendukung mereka dalam proses refleksi diri untuk meningkatkan
pemahaman dan pengembangan.

Hasil pengembangan Model TRECB telah divalidasi oleh 5 orang ahli pendidikan Karakter
Sekolah Dasar. Teknik validasi menggunakan Aiken, hasil uji dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Hasil Validasi Model TRECB

Skor
Aspek Penilaian s V
s1 s2 s3 s4 s5
Kelengkapan struktur model 7 9 9 9 9 43 0,96
Kesesuaian teori pendukung pengembangan model 11 12 12 12 12 59 0,98
Kejelasan tujuan dan asumsi pengembangan model 6 6 6 6 6 30 1,00
Sintaks Model 25 26 27 27 27 132 0,98
Managerial Classroom 37 39 39 39 39 193 0,98
Bahasa 3 3 2 2 3 13 0,87
Penilaian Umum LTR LTR LSR LTR LSR - -
Validitas Rata Rata 0,98

Berdasarkan hasil uji aiken, menunjukan bahwa Model TRECB layak diterapkan dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan ketercapaian karakter Profil Pelajar Pancasila dengan rata rata
sebesar 0,98.

Uji Implementasi Model dalam Pendidikan Karakter

Pengaruh Model TRECB terhadap karakter Profil Pelajar Pancasila. Hasil dari uji statistik
MANOVA disajikan pada table berikut 2.

Tabel 2. Hasil Uji Linearitas untuk Keterampilan Profil Pelajar Pancasila

Critical Thinking Skills * Scientific Attitudes


Between Groups
(Combined) Linearity Deviation from Within Groups Total
Linearity
Sum of Squares 1.352 .922 .451 .803 2.174
df 64 1 63 126 181
Mean Square .023 .921 .007 .007
F 3.128 132.543 1.036
Sig. .000 .000 .412

Hasil uji linearitas, dengan nilai signifikansi sebesar 0,412 > 0,05, menunjukkan adanya
hubungan linear antara keterampilan karakter Profil Pelajar Pancasila.
Table 3. Multivariate Test Results

Multivariate Test Value F Sig. Partial Eta Squared


Roy's largest root .172 15.362b 0.000 .148

Berdasarkan Tabel 3, dengan tingkat kepercayaan 95%, nilai sig. 0,000 ≤ 0,05 menunjukkan
pengaruh signifikan dari model pembelajaran Model TRECB terhadap karakter Profil Pelajar
Pancasila siswa. Kontribusi model pembelajaran Model TRECB terhadap karakter Profil Pelajar
Pancasila adalah 14,8%. Pengaruh model pembelajaran Model TRECB pada masing-masing
variabel dependen disajikan dalam Tabel 4.

Table 4. Univariate Test Results

Dependent Variable S Sum of Squares df Mean Square F Sig. Partial Eta Squared
Profil Pelajar Pancasila 1135.350 1 1135.350 12.813 .001 .181

Nilai signifikansi adalah 0,001 ≤ 0,05 untuk variabel karakter Profil Pelajar Pancasila,
menunjukkan bahwa model pembelajaran Model TRECB secara signifikan memengaruhi
karakter Profil Pelajar Pancasila, dan model pembelajaran Model TRECB juga secara signifikan
memengaruhi karakter Profil Pelajar Pancasila. Kontribusi Model TRECB terhadap keterampilan
karakter Profil Pelajar Pancasila adalah 18,1%.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan ANOVA untuk hasil keterampilan berpikir kritis pada
setiap aspek di kelas eksperimen, yaitu nilai sig. 0,001 ≤ 0,05, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata yang signifikan antara enam aspek Profil Pelajar Pancasila, yang diikuti oleh
uji post-hoc. Hasil uji post-hoc dengan Tukey setelah intervensi dengan Model TRECB untuk
mencapai hasil keterampilan berpikir kritis disajikan dalam Tabel 5.

Table 5. Post-Hoc Results with Tukey for Critical Thinking Experimental Class

Subset for alpha = 0.05


Critical Thinking N 1 2 3 4
Berakhlak Mulia 93 81.32
Berkebinakaan Global 93 80.78
Mandiri 93 81.51
Bergotong Royong 93 87.53
Bernalar Kritis 93 91.57
Berfikir Kreatif 93 94.77
Sig. 1.000 .985 1.000 .552
Skor rata-rata tertinggi terdapat pada aspek analisis, dengan nilai 94,77. Setiap kolom pada data
di atas (kolom 1 hingga 4) menunjukkan perbedaan yang signifikan pada setiap indikator. Pada
kolom 2, terdapat pengenalan asumsi dan data evaluasi, yang berarti nilai rata-rata pengenalan
asumsi dan evaluasi serupa. Kolom 4 berisi data tentang penjumlahan dan aspek analisis, yang
berarti nilai rata-rata penjumlahan dan analisis tidak berbeda secara signifikan.

SIMPULAN

Penelitian ini menghasilkan Model TRECB yang valid dengan skor rata-rata 0,98 melalui
validasi aiken sebanyak 5 ahli dilibatkan. Berdasarkan uji implementasi menunjukan bahwa
Model TRECB secara signifikan mempengaruhi ketercapaian karakter Profil Pelajar Pancasila
siswa Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Model TRECB
direkomendasikan untuk digunakan dalam pembelajaran karakter di Sekolah Dasar, terutama
dalam mencapai karakter Profil Pelajar Pancasila, yang meiluputi aspek 1) berakhlak mulia, (2)
berkebinekaan global, (3) mandiri, (4) bergotong royong, (5) bernalar kritis, dan (6) berikir
kreatif.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Fauzi, F. Y., Arianto, I., & Solihatin, E. (2013). Peran Guru Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam Upaya Pembentukan Karakter Peserta Didik. Jurnal PPKn UNJ
Online, 1(2), 1 15.
[2] Rochadiana, A., Narimo, S., Prastiwi, Y., & Rahmawati, Le (2022). The Implementation Of
Tembang Macapat Learning As A Means Of Primary School Character Education. Journal
Of Innovation In Educational And Cultural Research, 3(4).
Https://Doi.Org/10.46843/Jiecr.V3i4.215
[3] Syakilah, D. M., Mulyono, S. E., & Suminar, T. (2022, October). Development of Nature
and Job Cards Character Charged Media to Improve Understanding of Natural Appearance
Material Grade V Elementary School. In International Conference on Science, Education,
and Technology (Vol. 8, pp. 557-562).
[4] Fatmawati, F., Nurhastuti, N., & Hasan, Y. (2018). Wirausaha Pembuatan Kue kering
untuk meningkatkan keterampilan Hidup anak Tunarungu. Jurnal Penelitian Pendidikan
Khusus, 6(2), 320-323.
[5] Trinaldi, A., Harjono, H. S., & Rustam, R. (2022). Wujud Kesantuan Guru sebagai Bentuk
Pengintegrasian Pendidikan Karakter di Sekolah: Tinjauan Pragmatik. Jurnal
Basicedu, 6(6), 9474-9482.
[6] D. Susanti, S. Anwar, and I. Aziz, “Institutionalizing Local Wisdom in Learning Process, Is
It a Necessity?” PalArch’s Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, vol. 17, no. 6, pp.
10529–10539, 2020, [Online]. Available:
https://mail.palarch.nl/index.php/jae/article/view/2713.
[7] N. A. Hidayati, H. J. Waluyo, R. Winarni, and Suyitno, “Exploring the implementation of
local wisdom-based character education among indonesian higher education students,”
International Journal of Instruction, vol. 13, no. 2, pp. 179–198, Apr. 2020, doi:
10.29333/iji.2020.13213a.
[8] S. D. Laksana, “The urgency of national character education in schools (in Indonesia),”
MUADDIB: Studi Kependidikan dan Keislaman, vol. 5, no. 2, pp. 167–184, 2016, doi:
10.24269/muaddib.v5i2.67.
[9] M. Kosim, “The urgency of character education (in Indonesia),” KARSA: Journal of Social
and Islamic Culture, vol. 19, no. 1, pp. 84–92, 2011, doi: 10.19105/karsa.v19i1.78.
[10] S. A. Kamaruddin, “Character education and students social behavior,” Journal of
Education and Learning, vol. 6, no. 4, pp. 223–230, 2012, doi:
10.11591/edulearn.v6i4.166.
[11] N. Sari, “The importance of teaching moral values to the students,” Journal of English and
Education, vol. 1, no. 1, pp. 154–162, 2013. [12] M. Chowdhury, “Emphasizing morals,
values, ethics, and character education in science education and science teaching,”
MOJES: Malaysian Online Journal of Educational Sciences, vol. 4, no. 2, pp. 1–16, 2018,
doi: 10.19105/karsa.v19i1.78.
[12] I. Inanna, “The Role of Education in Building a Moral Nation’s Character (in Indonesia),”
JEKPEND: Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, vol. 1, no. 1, p. 27, Jan. 2018, doi:
10.26858/jekpend.v1i1.5057.
[13] President of Republic Indonesia, “Laws of The Republic Indonesia Number 20 Year 2003
About National Education System.” Jakarta, 2003.
[14] J. F. Johnson, The success of character education in relation to religion in a public school
district. Liberty University, 2014.
[15] S. Suhartini, B. Sekarningrum, M. Sulaeman, and W. Gunawan, “Social construction of
student behavior through character education based on local wisdom,” Journal of Social
Studies Education Research, vol. 10, no. 3, pp. 276–291, 2019.
[16] L. Nucci and D. Narváez, Handbook of moral and character education. Routledge, 2014.
[17] Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan
nasional.
[18] Steven, James. (2002). Applied Multivariate Statistic for the Social Sciences. London:
Lawrence Erlbaum Associates
[19] Hair, J.F., Hult, G.T.M., Ringle, C.M. and Sarstedt, M. (2014), A Primer on Partial Least
Squares Structural Equation Modelin, Sage, Thousand Oaks, CA

Anda mungkin juga menyukai