Pengertian Korespondensi
Korespondensi berasal dari kata Correspondence (inggris) atau Correspondentie (belanda)
yang berarti hubungan yag terjadi antara piihak-pihak yang terkait. Jika didalam organisasi
atau suatu lembaga, hubungan yang terjadi antara pihak-pihak tertentu baik internal
ataupun eksternal banyak dilakukan dengan menggunakan surat atau disebut dengan
surat-menyurat. Oleh karena itu, korespondensi kemudia diartikan sebagai kegiatan surat
menyurat. Korespondensi merupakan salah satu bentuk komunikasi verbal yang
digunakan untuk menyampaiakan pesan-pesan bisnis maupun nonbisnis kepada pihak lain.
Pada umumnya, proses penyampaian pesan-pesan bisnis maupun nonbisnis ini adalah
secara tertulis, baik dalam bentuk surat, memo, proposal, agenda, maupun dalam bentuk
mencapai suatu tujuan tertentu. (Purwanto, 2007)
Sedangkan surat sendiri adalah suatu alat untuk menyamapaikan informasi atau
pernyataan secara tertulis yang dibuat oleh seseorang atau pejabat kepada pihak lain baik
atas nama sendiri mauapaun jabatan dalam organisasi. (Johariah, 2004)
Menurut Drs. I. G. Wursanto dalam bukunya teknologi perkantoran 1 dalam (Johariah,
2004), surat dapat diartikan sebagai berikut :
1. Surat merupakan helai kertas dalam bentuk maupun dalam wujud apa pun yang berisi
keterangan-keterangan tertulis untuk disampaikan kepada pihak lain yang
membutuhkannya.
2. Surat adalah media komunikasi secara tertulis untuk disampaikan kepada pihak lain dalam
rangka mendapatkan pengertian dan kerja sama antara kedua belah pihak.
3. Surat adalah suatu pernyataan bahasa secara tertulis, untuk menyampaikan suatu informasi
atau keterangan dari satu pihak kepada pihak lain.
Selain itu surat-menyurat atau korespondensi merupakan salah satu kegiatan yang sangat
penting dalam menunjang operasionalisasi suatau organisasi atau kantor.Surat menyurat
adalah suatu kegiatan pengendalian arus berita tertulis yang timbul dari adanya suatu
pencatatan, laporan atau keputusan yang memungkinkan terjadinya permintaan,
pemberitahuan, dan sebagainya. (Johariah, 2004)
Sedangkan dalam sumber lain, dapat dikatakan bahwa fungsi umum surat adalah
sebagai alat komunikasi tak langsung atau tidak tatap muka. Fungsi khususnya dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Sebagai alat dokumentasi
Surat berfungsi sebagai alat dokumentasi apabila surat dijadikan sebagai alat pemberitan
atau pengumpulan bukti-bukti ataupun keterangan. Biasanya surat dijadikan sebagai alat
dokumentasi apabila terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat antara dua pihak,
misalnya suatu instansi dengan instansi lain, antar suatu instansi dengan seseorang, antara
seseorang dengan orang lain, dan sebagainya. Seurat sering dijadikan sebagai pemberian
bukti adalah surat nikah, surat keterangan lahir, surat perjanjian dan sebagainya.
2. Sebagai alat pengingat
Surat dapat dijadikan alat pengingat hal-hal yang telah terlupakan atau yang telah lama.
Misalnya, untuk penyelesaian suatu masalah, pegawai kantor sering harus membuka
kembali arsip yang berhubugan dengan hal yang berkaitan dengan masalah itu karena
pemimpin atau pegawai kantor telah lupa akan hal itu. Fungsi surat sebagai pengingat lebih
banyak dimanfaatkan dan lebih terasa di kantor besar dari pada di kantor kecil. Hal ini
disebbkan kantor besar mempunyai volume pekerjaan yang lebih besar dari pada yang
dikantor kecil. Dengan volume pekerjaan yang relatifbesar, dikantor besar lebih banyak
terdapat surat masuk dan surat keluar. Karena itu, isi surat-surat sering terlupakan dan
terpaksa dicari dan diambil dari kearsipan apabila muncul masalah yang berkaitan dengan
isi surat itu.
3. Sebagai bukti historis
Kehidupan manusia berkembang terus. Karena itu, perubahan-perubahan dalam
kehidupan manusia selalu terjadi. Dlam perkembangannya sebuah perusahaan, misalnya,
tentu mengalami perubahan dari masa ke masa. Kalau pihak tertentu ingin mengatahui
perubahan-perubahan dalam perusahaan itu (maju-mundurnya perusahaan itu), maka dia
dapat menggunkan surat-surat tertentu sebagai sumbernya, baik surat-surat lama maupun
surat-surat tertentu yang masih relatif baru. Sebab surat-surat itu banyak yang merupakan
rekaman keadaan perusahaan itu pada masamasa tertentu sehingga dapat diketahui
perubahan-perubahannya dari masa ke masa. Jadi, surat-surat dapat dijadikan sebagai
bukti historis dari perkembagan kehidupan manusia.
4. Sebagai Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan
Pejabat instansi sering menggunakan surat sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan bagi
para pegawai. Penggunaan surat sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan bertujuan agar
semua kegiatan, baik di dalam maupun di luar instansi, dapat terlaksana dengan lancar dan
baik. Selain itu, beban pejabat pun menjadi ringan karena dia tidak harus selalu memberi
petunjuk kepada bawahanya secara tatap muka. Surat yang berfungsi sebagai pedoman
pelaksnaan pekerjaan biasanya dibuat dalam bentuk surat edaran atau instruksi, surat
keputusan, nota tugas, dan lain lain.
5. Sebagi Duta Penulis
Karena keterbatasan waktu dan kesibukan yang tidak dapat dihindarkan, penulis sering
menggunkan surat sebagai duta atau wakilnya untuk menyampaikan maksud dan
keinginannya sebagai pembaca surat. sebgai duta penulis, surat dianggap mencerminkan
keadaan mentalistas, jiwa dan kondisi penulisnya.
Setelah memahami peran dan fungsi surat sebagai alat dalam kegiatan korespondensi,
maka dapat diketahui bahwa peran korespndensi dalam kegiatan manajemen secara umum
adalah:
1. Menciptakan surat yang baik dan jelas
Dalam kehidupan sehari-hari, kesalahan dalam penuliasan sebagai surat masih banyak
terjadi. Misalnya susunan kalimat tidak lengkap, berbelit-belit, tanda baca tidak benar dan
lain-lain.
2. Menciptakan kerja sama yang baik
Perusahaan tidak dapat mencari tujuan tanpa bekerja sama dengan pihak lain, perusahaan
perlu menjaga komunikasi dengan baik. Piak lain akan mendukung terciptanya kerja sama
yang baik.
3. Menyebarkan kegiatan
Tidak semua orang yang ada dalam perusahaan secara otomatis mengetahui kegiatan yang
terjadi antara perusahaan dengan pihak luar.
Dari peran korespondensi secara umum tersebut, lebaga pendidikan memiliki kebutuhan
yang sama akan adanya sistem komunikasi yang baik antar bagian secara internal lembaga
maupun antara lembaga dengan pihak luar baik sesama lembaga pendidikan maupun
lembaga non pendidikan, sehingga peran korespondensi tersebut juga berlaku sama pada
lembaga pendidikan.
Meski saat ini perkembangan teknologi semakin pesat sehingga komunikasi lebih banyak
digunakan melalui jalur digital, namun keberadaan surat tetap dianggap penting. Surat terutama
digunakan untuk keperluan-keperluan yang bersifat formal, di antaranya mengurus dokumen
hingga mengurus pernyataan dan perjanjian. Untuk menyusun surat yang baik, sekretaris harus
memiliki pedoman surat menyurat yang harus di perhatikan yaitu:
1.Menetapkan lebih dahulu maksud surat, yaitu pokok pembicaraan yang ingin
disampaikan kepada penerima surat, apakah itu berupa pemberitahuan, pernyataan,
pertanyaan, permintaan, laporan atau hal lain.
3.Merumuskan pokok pembicaraan itu satu persatu secara runtut, logis, teratur dengan
menggunakan kalimat dan ungkapan yang menarik, sopan, dan mudah ditangkap
pembaca.
6.Mengikuti pedoman penulisan ejaan dan tanda baca sebagaimana digariskan oleh
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman
Pembentukan Istilah dalam Bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian diatas telah kita ketahui betapa pentingnya korespondensi untuk sekretaris
dalam menunjang aktifitas surat menyurat, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu kita
pahami yang berkaitan dengan bahasa yang digunakan dalam korespondensi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1.Bahasa baku.
5.Bahasa padu, tiap gagasan dituangkan dalam 1 paragraf. Paragaraf yang baik
mengandung kesatuan isi, kepaduan kalimat dan pengembangan gagasan pokok.
6. Bernalar.
7.Memiliki bahasa yang menarik, kosa kata tepat, menghindari pengungkapan secara
langsung hal-hal yang tidak menyenangkan.
Banyak orang kurang memahami pemakaian bahasa "baku". Mereka beranggapan bahasa yang
baku selalu bersifat kaku, tidak lazim digunakan sehari-hari, atau bahasa yang hanya terdapat di
buku. Mereka berpendirian bahwa kita cukup menggunakan bahasa yang komunikatif yang
mudah dipahami. Mereka beranggapan bahwa penggunaan bahasa baku mengakibatkan bahasa
yang kurang komunikatif dan sulit dipahami. Ragam bahasa baku akan menuntun pembacanya
ke arah cara berpikir yang bernalar, jernih, dan masuk akal. Bahasa baku adalah ragam bahasa
yang cara pengucapan dan penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar. Kaidah standar
dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus umum. Sebaliknya, bahasa
tidak baku adalah ragam bahasa yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi
kaidah-kaidah sandar tersebut.
Penggunaan ragam bahasa baku dan tidak baku berkaitan dengan situasi dan kondisi
pemakaiannya. Ragam bahasa baku biasanya digunakan dalam situasi resmi, seperti acara
seminar, pidato, dan lain-lain. Adapun ragam bahasa tidak baku umumnya digunakan dalam
komunikasi sehari-hari yang tidak bersifat resmi.
Pemahaman Bahasa korespondensi sangatlah penting untuk profesi sekretaris dalam membuat
surat menyurat karena surat yang kita kirimkan akan mencerminkan citra diri dan kepribadian
kita. Ketikan dan bahasa yang kita gunakan akan memberikan kesan bahwa penulis surat itu atau
orang yang menandatangani surat itu adalah seorang yang teliti dan efisien karena surat resmi
harus bisa menampilkan ketelitian dan keprofesionalan pengirimnya.