Contoh Proposal Penelitian
Contoh Proposal Penelitian
DISUSUN
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Penelitian Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul “Gambaran Status Gizi dan
Jenis Penyakit Pada Anak Yang Tidak ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Posyandu Mangga
Ilmiah.
Mengetahui
Pembing/Tim Penguji
Mengetahui
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
“Gambaran Status Gizi dan Jenis Penyakit Pada Anak Yang Tidak ASI Eksklusif di
1. Dr. H. Ashari Rasjid, SKM, MS, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Makassar.
2. H. Mustamin, SP, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Makassar dan sekaligus sebagai Pembimbinng Utama yang telah banyak membantu
dalam penyelesaian
3. Manjilala, S.G, M.Gizi sebagai Pembimbing Pendamping yang telah banyak membantu
4. DR. Nadimin, SKM, M.Kes sebagai penguji yang telah banyak memberikan saran dalam
5. Seluruh staf dosen dan staf administrasi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar
yang telah memberikan bantuan moril bagi penulis, baik dalam proses pendidikan
memberiku cinta dan kebanggaan hidup yang tidak bisa penulis ungkapkan dengan
kata-kata.
Teristimewa dari lubuk hati yang dalam, penulis menghanturkan terima kasih
kepada keluargaku khususnya Ayah dan Bunda tercinta atas segala doa dan
pengorbanan yang diberikan, baik moril maupun kritikan dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan proposal ini. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
PenulIs
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian.................................................................... ...... 4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan
makanan dan minuman lain. ASI dianjurkan 6 bulan pertama kehidupan (Depkes RI,
2005).
Manfaat dari pemberian ASI Eksklusif sangat luar biasa. Bagi bayi, makanan
dengan kandungan gizi yang paling sesuai untuk kehidupan bayi, melindungi dari
berbagai infeksi dan memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua
aspek perkembangan bayi, termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi. Bagi ibu,
member ASI secara Eksklusif dapat mengurangi pendarahan pada saat persalinan,
terhadap status gizi dan bayi. Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 33 tahun 2012
juga menjelaskan kewajiban bagi setiap ibu untuk memberikan ASI Eksklusif.
beberapa faktor antara lain : perubahan social budaya, faktor fisik ibu, faktor kurangnya
petugas kesehatan, meningkatkan promosi PASI, dan penerangan yang salah dari
petugas kesehatan. Tidak adanya dukungan dari keluarga, terutama suami dalam
memberikan ASI, kekurangtahuan ibu terhadap manfaat pemberian ASI dan rendahnya
tingkat pendidikan ibu dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat pemberian ASI
gizi berhubungan erat dengan lambatnya pertumbuhan tubuh (terutama pada anak),
daya tahan tubuh yang terendah sehingga mudah sakit, kurangnya kecerdasan dan
produktifitas yang rendah, adapun kelebihan gizi ditandai dengan kelebihan berat
2010).
Memberikan susu formula terlalu awal sebelum usia 6 bulan, akan berdampak
kurang baik terhadap kesehatan bayi seperti gangguan pencernaan, konstipasi, batuk,
Data DHS (Demographic Health Survey) 2007 mencatat 32,4% ASI eksklusif 24
jam sebelum interview, ibu-ibu desa lebih banyak yang ASI eksklusif. Ibu-ibu yang
berpendidikan SMA lebih sedikit (40,2%) yang ASI eksklusif disbanding yang tidak
berpendidikan (56%). Data yang menarik dari DHS bahwa ibu-ibu yang melahirkan
ditolong oleh petugas kesehatan terlatih ASI eksklusif lebih sedikit (42,7%) daripada
ibu-ibu yang tidak ditolong tenaga kesehatan (54,7%) (USAID Indonesian Nutrition
Responden yang mengalami gizi kurang ini karena terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi status gizi bayi yang tidak diberi ASI eksklusif yaitu ASI yang tidak
cukup untuk kebutuhan tumbuh kembang bayi dan dalam pemberian susu formula
karena fisiologi pencernaan bayi belum matur sehingga bayi kurang asupan nutrisi
(Indiarti, 2008).
Menurut hasil Riskesdes 2010. Secara nasional prevalensi balita kurang gizi
(balita yang menpunyai berat badan kurang )pada tahun 2010 adalah sebesar 17,9%
diantaranya 4,9 yang gizi buruk ,balita pendek (stunting) sebesar 35,6% dan balita
prevalensi gizi buruk dan kurang BB/U sebesar 25%, balita pendek (stunting) sebesar
Mengingat masih banyaknya ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif maka
seperti sosialisasi, dan bimbingan secara menyeluruh dan efektif. Sehingga peneliti
tertarik untuk “Mengetahui Gambaran Status Gizi Balita dan Jenis Penyakit Pada Anak
B. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran status gizi dan jenis penyakit pada anak yang tidak ASI
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran status gizi dan jenis penyakit pada anak yang tidak ASI
2. Tujuan Khusus
2. Mengetahui jenis penyakit yang diderita bayi 6 – 11 bulan yang tidak mendapatkan ASI
Eksklusif.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Tenaga Kesehatan : Informasi mengenai pemberian ASI Eksklusif terhadap Status
Gizi Bayi.
2. Bagi Masyarakat : Hasil penelitian mendatang dapat dijadikan masukan bagi
eksklusif.
melakukan penelitian tentang ahli gizi khususnya tentang pemberian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih serta tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang bubur susu, biscuit, bubur, nasi dan nasi tim.
Setelah 6 bulan baru diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI). ASI dapat
ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja tanpa makanan dan minuman
lain. ASI eksklusif dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan bayi (Dep Kes RI:
2005). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian ASI eksklusif
merupakan pemberian ASI saja pada bayi usia 0 – 6 bulan tanpa makanan dan
penting terutama bagi ibu bekerja. Menyusui memang akan menpengaruhi seluruh
keluarga. Idealnya suami, kakak, nenek dan kakek, dilibatkan dalam langkah-langkah
d) Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “rumah sakit sayang ibu” atau
f) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi dan atau konsultasi laktasi
Alasan ini tampaknya merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI
secara eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASInya kurang, tetapi hanya
sedikit sekali (2 – 5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASInya.
Selebihnya 95 – 98% ibu dapat menhasilkan ASI yang cukup untuk bayinya.
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI Eksklusif, karena waktu ibu bekerja,
Alasan pertama kali berhenti memberikan ASI pada anaknya adalah “takut ditinggal
suami”. Ini semua karena mitos yang salah, yaitu “menyusui akan merubah bentuk
bukan menyusui.
berhasil “jadi orang”. Namun, kalau bayi ini diberi ASI eksklusif akan lebih berhasil.
Bukan tanpa alasan kalau para ahli menamakan ASI sebagai “darah putih”. Air susu ibu
bukan semedar makanan. ASI merupakan cairan hidup yang lebih menyerupai darah.
Cairan yang mengandung sel darah putih, zat kekebalan, homone, faktor pertumbuhan,
vitamin, air, protein, bahkan zat yang dapat membunuh bakteri dan virus.
e) Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja
Pendapat bahwa bayi akan tumbh menjadi anak manja karena terlalu sering didekap
dan dibelai, ternyata salah. Anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja, dan
agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tua.
Pendapat ini kurang benar karena untuk membuat susu formula diperlukan api atau
listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk
mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu ASI siap pakai dengan
suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan api, listrik, dan perlengkapan yang
Pendapat bahwa menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah tidak benar.
Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk membuat ASI.
Didapatkan bukti bahwa menyusui akan membantu ibu-ibu menurunkan berat badan
lebih cepat daripada ibu tidak menyusui secara eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi
sewaktu hamil akan dipergunakan untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang
tidak menyusui akan lebih sukar untuk menghilangkan timbunan lemak ini (Roesli,
2009).
Penyakit infeksi meliputi infeksi saluran pencernaan (Diare), infeksi saluran pernafasan,
d) Menyusui dapat menciptakan ikatan psikologis dan kasih sayang yang kuat antara ibu
dan bayi
e) Dapat mengurangi tingkat kematian pada bayi dikarenakan berbagai penyakit yang
a) Faktor Internal
Faktor-faktor dari dalam diri ibu atau faktor internal yang berkaitan dengan keberhasilan
ibu dalam memberikan ASI eksklusif antara lain pengetahuan ibu mengenai proses
laktasi, pendidikan, motivasi, sikap, pekerjaan ibu, dan kondisi kesehatan ibu.
b) Faktor Eksternal
Faktor dari luar diri ibu ataau faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan ibu
dalam memberikan ASI eksklusif antara lain social ekonomi, tatalaksana rumah sakit,
kondisi kesehatan bayi, pengaruh iklan susu formula yang intensif, keyakinan keliru
ibu dari tenaga kesehatan atau petugas penolong persalinan maupun orang-orang
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2010). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu salah satu contohnya adalah gondok
tubuh manusia, pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Antropometri merupakan metode yang paling umum digunakan
menilai status gizi diantaranya (BB/U) berat badan menurut umur, (TB/U) tinggi badan
menurut umur, dan (IMT/U) berat badan menurut tinggi badan (Anggraeni, 2012).
Berat badan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan
zat gizi terjamin, maka berat badan akan bertambah mengikuti pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, yaitu dapat berkembang lebih cepat atau
lebih lambat dari keadaan normal. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka
penggunaan indeks BB/U lebih menggambarkan status seseorang saat ini (Current
yaitu : 1) Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum; 2)
Sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek; 3) Dapat
Sedangkan kelemahan dari indikator BB/U yaitu interprestasi status gizi dapat
keliru apabila terdapat pembekakan atau oedema, data umur yang akurat sering sulit
diperoleh terutama di Negara-negara yang sedang berkembang, kesalahan pada saat
pengukuran karena pakaian anak tidak dilepas/dikoreksi dan anak yang bergerak terus,
masalah social budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk tidak mau
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tingi badan tumbuhan seiring dengan
pertambahan umur.
Pertumbuhan tinngi badan tidak seperti badan, relative kurang sensitive terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relative lama.
memberikan gambaran status gizi massa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan
status social-ekonomi.
a) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun dan ketepatan umur sulit
dipakai.
b) Pengukuran sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan dalam keadaan
normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan
a) Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup tinggi badan
atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan.
d) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran, terutama bila dilakukan
kekurangan gizi dengan penyakit infeksi antara lain dapat dijelaskan melalui
mekanisme pertahanan tubuh dimana balita yang mengalami kekurangan gizi dengan
asupan energi dan protein yang rendah, maka kemampuan tubuh untuk membentuk
protein yang baru berkurang. Tubuh akan rawan terhadap serangan infeksi karena
1) Pengertian
dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai penyebab dan dapat mengenai setiap
lokasi di sepanjang saluran nafas (WHO, 1986). ISPA merupakan salah satu penyebab
utama dari tingginya angka kematian dan angka kesakitan pada balita dan bayi di
Indonesia. Dalam Pelita IV penyakit tersebut mendapat prioritas tinggi dalam bidang
kesehatan (Depkes, 1998). Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut
akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dan berlangsung tidak
lebih dari 14 hari. Adapun yang termasuk ISPA adalah influenza, campak, faringitis,
waktu sampai 14 hari, dimana yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ
dapat dibagi menjadi saluran pernafasan atas, yaitu mulai dari hidung sampai laring,
dan saluran pernafasan bawah, mulai dari laring sampai alveoli (Nelson, 2003). Dengan
demikian, infeksi saluran pernafasan akut dapat dibagi menjadi ISPA atas dan
ISPA bawah. Yang dimaksud ISPA atas ialah infeksi akut yang secara primer
ialah infeksi akut yang secara primer mempengaruhi saluran pernafasan bawah laring
(Nelson, 2003).
dibandingkan pada balita di daerah pedesaan. Seorang anak yang tinggal di daerah
perkotaan akan mengalami ISPA sebanyak 5-8 episode setahun, sedangkan bila
(1992) memperkirakan 12,9 juta balita meninggal dunia karena ISPA terutama
dan kematian ISPA adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup, imunisasi tidak
lengkap, defisiensi vitamin A, BBLR, umur muda, kepadatan hunian, udara dingin,
jumlah kuman yang banyak di tenggorokan, terpapar polusi udara oleh asap rokok, gas
Sebagian besar anak dengan infeksi saluran nafas bagian atas memberikan
gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafas bagian bawah
memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepat dan retraksi dada.
Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi mungkin tidak mengenal tanda-tanda lainnya
dengan mudah (Harsono dkk., 1994). Selain batuk gejala ISPA pada anak juga dapat
dikenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 0 Celcius dan
disertai sesak nafas (PD PERSI, 2002). Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat
Khusus untuk bayi di bawah dua bulan, hanya dikenal ISPA berat dan ISPA
ringan (tidak ada ISPA sedang). Batasan ISPA berat untuk bayi kurang dari dua bulan
adalah bila frekuensi nafasnya cepat (60 kali per menit atau lebih) atau adanya tarikan
dinding dada yang kuat. Pada dasarnya ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA
sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang
mendapatkan perawatan atau daya tahan tubuh pasien sangat kurang. Gejala ISPA
ringan dapat dengan mudah diketahui orang awam sedangkan ISPA sedang dan berat
a. Batuk.
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37ºC atau jika dahi anak diraba dengan
d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak Telinga sakit atau
e. Pernafasan berbunyi
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
c. Kesadarannya menurun
1) Umur balita
Said, dkk (1990) menyatakan bahwa penyakit infeksi pernafasan tertinggi terjadi
pada umur 6-12 bulan, sejalan dengan penelitian lainnya yang menyatakan bahwa
resiko terjadinya infeksi saluran pernafsan lebih besar pada bayi berumur kurang dari 1
tahun. Makin muda usia balita maka makin mudah terserang ISPA, ini dapat
disebabkan imunitas yang belum sempurna dan oleh karena saluran pernafasan yang
Setiap tahun rata-rata 3-4 kali bayi mengalami ISPA hal ini disebabkan oleh
imunitas yang belum sempurna dan lubang pernafasan yang sempit. Bayi dengan umur
< 1 tahun umumnya lebih mudah terkena ISPA dan akan lebih berat dibandingkan
kelamin merupakan faktor gizi internal yang menentukan kebutuhan gizi sehingga pada
Menurut penelitan Sudati dalam Lismartina (2000), dari hasil analisis data
Susenas 1986 didapatkan bahwa prevalensi gizi kurang pada anak laki- laki lebih
dijelaskan secara pasti antara faktor genetik atau dalam hal perawatan/ pemberian
makan.
3) Berat Lahir
Faktor yang berpengaruh terhadap daya tahan tubuh salah satunya adalah
berat badan lahir. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah, akan beresiko kematian
lebih tinggi dibadingkan bayi dengan berat lahir yang normal, pada bulan bulan pertama
kelahiran karena pembentukkan zat anti kekebalan tubuh kurang sempurna sehingga
lebih mudah terserang penyakit infeksi terutama saluran pernafasan dan pneumonia
(Molyneux, 1996).
1. 2. Diare
2. 1) Definisi Diare
bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari
biasanya (3 kali dalam sehari), namun tak selamanya mencret dikatakan diare.
Misalnya pada bayi yang yang kurang dari sebulan, yang bisa buang air hingga
perlindungan tubuh untuk mengeluarkan sesuatu yang merugikan atau racun dari
dalam tubuh, namun banyaknya cairan yang dikeluarkan bersama tinja akan
Oleh karena itu, diare tidak boleh dianggap sepele, keadaan ini harus
dihadapi dengan serius mengingat cairan yang banyak keluar dari tubuh,
sedangkan tubuh manusia pada umumnya 60% terdiri dari air. Sebab itu bila
seorang menderita diare berat, maka dalam waktu singkat saja tubuh penderita
penyakit sama halnya dengan demam panas, bukan suatu penyakit tapi merupakan
gejala dari suatu penyakit tertentu, contoh : malaria, radang paru-paru, influinza,
dan lain-lain.
a. Faktor Infeksi
(Candida albicans).
b) Infeksi parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun. parenteral merupakan infeksi di luar usus yang memacu aktivitas saraf
b. Faktor Malabsorbsi
monosakarida (intoleransia glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
b) Malabsorbsi lemak.
c) Malabsorbsi protein.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
1. Gejala umum
a. Berak cair atau lembek dan sering adalah gejala khas diare.
d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan
gelisah.
2. Gejala spesifik
a. Vibro cholera : diare hebat, warna tinja seperti cucian beras dan berbau amis.
Menurut Masri (2004), cara mencegah diare pada bayi yang benar dan
efektif yang dapat dilakukan adalah memberikan ASI sebagai makanan yang paling
baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan
seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah
cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 4 – 6 bulan. ASI steril,
berbeda dengan sumber susu lain, susu formula atau cairan lain disiapkan dengan
air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI
saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,
menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan
adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan
A. Dasar Pemikiran
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian tanpa makanan dan minuman
lain. ASI dianjurkan sampai 6 bulan pertama kehidupan yang memberikan dampak
positif terhadap status gizi balita diantaranya daya tahan tubuh balita terhadap penyakit
infeksi lebih baik dan status gizi juga akan sesuai dengan usianya. Sebaliknya bila
pemberian ASI eksklusif tidak terpenuhi maka akan berpengaruh pada status gizi balita
dan daya tahan tubuh balita dan perkembangan status gizi balita karena dapat
III Penyakit infeksi adalah suatua. Pernah menderita: jika anak pernah
keadaan gangguan kesehatan mengalami infeksi pada organ
yang diderita anak balita berupa pernafasannya berdasarkan diagnosa
ISPA (Infeksi Saluran dokter (dalam 3 bulan terakhir)
Pernafasan Akut) dan Diareb. Tidak menderita: jika anak tidak
yang dialami oleh anak bayi mengalami infeksi pada organ
selama 3 bulan terakhir. pernafasannya berdasarkan diagnosa
ISPA ditandai dengan gejala : dokter
batuk, serak, pilek dan panas
atau demam.
Diare ditandai dengan gejala :
berak cair, muntah, demam dan
gejala dehidrasi.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk melihat gambaran status
gizi dan jenis penyakit pada anak yang tidak ASI Eksklusif di Wilayah Posyandu
1. Tempat
Kota Makassar.
2. Waktu
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah semua bayi yang dating di Posyandu Mangga 3
2. Sampel
Sampel adalah bayi yang tidak ASI eksklusif di Posyandu Mangga 3 Kelurahan
1. Data Primer
a. Data bayi yang tidak ASI Eksklusif diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan
Kuesioner.
b. Data tentang status gizi diperoleh dengan cara pengukuran antropometri dengan
kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder meliputi Gambaran bayi yang tidak ASI Eksklusif yang di peroleh
E. Instrumen Penelitian
1. Data bayi
2. Timbangan digital
4. Kuesioner
1. Pengolahan Data
Status gizi bayi 6 – 11 bulan diolah dengan menggunakan software WHO Anthopometri
2. Analisis data
Data-data primer dikumpulkan dan diolah menggunakan program computer dengan uji
analisis deskriptif.