Anda di halaman 1dari 189

PROPOSAL

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF ERA COVID-19


PADA NY.S USIA KEHAMILAN CUKUP BULAN DENGAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI PUSTU
YASA MULYA TANAH MIRING
TAHUN 2021

Disusun Oleh :
WAAMBE
NIM : 20180901023

AKADEMI KEBIDANAN YALEKA MARO MERAUKE


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2021
PROPOSAL
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF ERA COVID-19
PADA NY.S USIA KEHAMILAN CUKUP BULAN DENGAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI PUSTU
YASA MULYA TANAH MIRING
TAHUN 2021

Laporan Tugas Akhir


Untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan
Pendidikan D-III Kebidanan

Disusun Oleh :

WAAMBE
NIM : 20180901023

AKADEMI KEBIDANAN YALEKA MARO MERAUKE


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2021
iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Laporan Tugas Akhir dengan judul “ASUHAN


KEBIDANANKOMPREHENSIFERA COVID-19 PADA NY.S USIA
KEHAMILAN CUKUP BULAN DENGAN BAYI BERAT LAHIR
RENDAH DI PUSTU YASA MULYA TANAH MIRING TAHUN 2021”

Disusun oleh:
WA’AMBE
NIM : 20180901023

Telah di pertahankan di hadapan Dewan Penguji Pada tanggal……


Susunan Dewan Penguji :

Penguji I (………….…..………………..)

Penguji II (………………………….…….)

Penguji III (…………………….…………)

Mengetahui,
Direktur Akademi Kebidanan Yaleka Maro

Dr.dr. Titus Tambaip, M.Kes

NIDN: 0315116401

iv
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Mahasiswi : Wa Ambe

Nim : 20180901023

Program studi : Kebidanan

Jenjang pendidikan : D-III

Dengan ini menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat

dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir yang berjudul :

“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF ERA COVID-19

PADA NY.S USIA KEHAMILAN CUKUP BULAN DENGAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI PUSTU

YASA MULYA TANAH MIRING

TAHUN 2021”

Apabila suatu saat nanti saya melakukan plagiat, maka saya akan menerima sangsi

yang telah ditetapkan. Demikian Surat peryataan ini saya buat dengan sebenar-

benarnya.

Merauke, 17 Mei 2021

Wa Ambe
NIM : 20180901023

v
MOTTO

“Ingat kamu tidak harus segera untuk melihat hasil akhirnya, namun pastikan

selalu ada kemajuan dalam setiap hal yang sedang kamu lakukan”

ALLHAMDULILLAH FOR EVERYTHING

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas

Nama :Wa’Ambe

NIM : 20180901023

TTL :Merauke 21 Oktober 1997

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Buton,kei/ Indonesia

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : JlnGang Aru

2. Riwayat pendidikan

a. Tahun 2004 - 2010 : SD. ST.Fransiskus Xaverius 1 Merauke

b. Tahun 2010 - 2013 : SMP.YPPK.YOHANES XXIII Merauke

c. Tahun 2013 - 2016 : SMK.Negeri 1 Merauke

d. Tahun 2018 - saat ini : Akademi Kebidanan Yaleka Maro Merauke

vii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

berbagai kemudahan, serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul ”Asuhan Kebidanan

KomprehensifEra Covid-19 pada Ny.S Usia Kehamilan Cukup Bulan Dengan

Bayi Berat Lahir Rendah Di Pustu Yasa Mulya Tanah Miring Tahun 2021”

dengan baik dan tepat waktu.

Proposal Laporan Tugas Akhir ini penulis menyusun untuk memnuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di Prodi D-III

Kebidanan Akademi Kebidanan Yaleka Maro Merauke.

Dalam penyusunanProposal Laporan Tugas Akhir ini penulis telah

mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan Terima Kasih kepada :

1. Dr.dr.Titus Tambaip.,M.Kes selaku Direktur Akademi kebidanan Yaleka

Maro Merauke sekaligus sebagai Pembimbing 1 yang telah memberi

kesempatan kepada penulis untuk menambah wawasan dan pengalaman

dalam penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini.

2. Satriani,.SST, M.Kes selaku Wadir I Akademi Kebidanan Yaleka Maro

Merauke.

3. Yuliani,S.Sos selaku Wadir II Akademi Kebidanan Yaleka Maro Merauke.

4. Supriyatin,STr.Keb selaku Wadir III Akademi Kebidanan Yaleka Maro

Merauke.

viii
5. Erni Agit Ekawati,S.Tr.Kebselaku Ketua Program Studi Akademi

Kebidanan Yaleka Maro Merauke

6. Hanriska Awidiya Putri, STr.Keb.,M.Kebsebagai Pembimbing 2 yang

telah membimbing dalam menyusun Proposal Laporan Tugas Akhir.

7. Niece Alce Tahir Amd.Keb selaku pembimbing lahan yang telah

mengijinkan untuk mengambil kasus Asuhan Kebidanan Komprehensif

pada Ny.S dan memberikan arahan dalam penyelesaian ProposalLaporan

Tugas Akhir ini.

8. Keluarga Ny.S yang telah bersedia di jadikan pengambilan kasus Asuhan

Kebidanan Komprehensif dari kehamilan hingga keluarga berencana

sehingga proses penyusunan proposal tugas akhir ini dapat berjalan

dengan baik.

9. Kedua orangtua BapakSyafaat Mama Wabiru besertakeluarga yang telah

memberikan dukungan dan motivasi selama proses penyusunan Proposal

Laporan Tugas Akhir.

10. Rekan – Rekan Mahasiswa Angkatan IX program studi Diploma III

Akademi Kebidanan Yaleka Maro Merauke dan semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang banyak membantu dalam

menyelesaikan penyusunan proposal laporan tugas akhir ini.

11. Almamaterku Akademi Kebidanan Yaleka Maro Merauke yang selalu ku

banggakan.

ix
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan amal baik yang telah

diberikan dan semoga Proposal Laporan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi

semua pihak yang memanfaatkannya.

Merauke,.. Juni 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................iv

MOTTO...............................................................................................................vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................vii

KATA PENGANTAR........................................................................................viii

DAFTAR ISI........................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................9
E. Keaslian Penelitian.......................................................................................10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................11

A. Konsep Dasar Kasus.....................................................................................11


B. Standar Asuhan Kebidanan.........................................................................158
C. Kerangka Teori............................................................................................163
D. Kerangka Konsep........................................................................................164
BAB III METODE LAPORAN KASUS...........................................................165

A. Desain Laporan Kasus.................................................................................165


B. Lokasi Dan Waktu.......................................................................................165

xi
C. Subyek Laporan Kasus................................................................................166
D. Instrumen Laporan Kasus............................................................................166
E. Teknik Pengumpulan Data..........................................................................166
F. Trianggulasi Data........................................................................................167
G. Alat Dan Bahan...........................................................................................168
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................169
LAMPIRAN

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu.AKI adalah rasio kematian ibu

selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh

kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena

sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000

kelahiran hidup.Selain untuk menilai program kesehatan ibu, indikator ini

juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya

terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas

maupun kualitas. (Kemenkes RI 2019).

Angka kematian Bayi merupakan indikator yang penting untuk

mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi

yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang

tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua

si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan

pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin

secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka

kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya

intervensi yang dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.

(BPS 2020).

1
Data World Health Organization (WHO) mengenai status kesehatan

nasional pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs)

menyatakan secara global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena

komplikasi selama kehamilan dan persalinan, dengan tingkat Angka

Kematian Ibu (AKI), sebanyak 216 per 100.000 kelahiran Hidup. Angka

Kematian Bayi (AKB) turun dalam tahun-tahun terakhir. Pada tahun 2017

Angka Kematian Bayi sebanyak 29 kematian per 1000 kelahiran hidup.

Jumlah tersebut mengalami penurunan dibanding hasil SDKI (Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012, yaitu sebanyak 32 per

1000 kelahiran hidup. (WHO 2017)

Data World Health Organization (WHO), menyatakan bahwa

prevalensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5% atau sekitar 20 juta

bayi yang lahir setiap tahun, sekitar 96,5% diantaranya terjadi di negara

berkembang (WHO, 2018). Upaya pengurangan bayi BBLR hingga 30%

pada tahun 2025 mendatang dan sejauh ini sudah terjadi penurunan angka

bayi BBLR dibandingkan dengan tahun 2012 sebelumnya yaitu 2,9%.

Dengan hal ini, data tersebut menunjukkan telah terjadi pengurangan dari

tahun 2012 hingga 2019 yaitu dari 20 juta menjadi 14 juta bayi BBLR.

(Ferdiyus, 2019).

Data World Bank mencatat, Indonesia menduduki posisi ketiga Angka

Kematian Ibu (AKI) tertinggi tahun 2017 dengan 177 kematian per

100.000 kelahiran. Di Indonesia jumlah kematian ibu tertinggi pada tahun

2017 sebagian besar berada di wilayah timur indonesia provinsi Papua

2
yaitu 289 per 100.000 kelahiran hidup menurun dari tahun sebelumnya

yati pada tahun 2012 yaitu jumlah AKI 573 per 100.000 kelahiran hidup.

(Lokadata 2018)

Angka Kematian Ibu (AKI ) di Indonesia menurut provinsi tahun

2018-2019 terdapat penurunan dari 4.226 menjadi 4.221 kematian ibu di

Indonesia berdasarkan laporan. (Kemenkes 2020). AKB di Indonesia

mencapai 15 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2017.Jumlah kematian

bayi tersebut menduduki peringkat kedelapan di dunia, Tahun 2020

sampai dengan bulan Agustus telah menjadi kasus AKB 9.78 per kelahiran

hidup. Hingga tahun 2024, AKB target Indonesia (RPJMN) AKB adalah

12 per kelahiran hidup.(Dinkes Bojonegoro,2020)

Dari data kemenkes 2020, penyebab kematian ibu terbanyak tahun

2019 adalah perdarahan (1.280 kasus), hipertensi dalam kehamilan (1.066

kasus), infeksi (207 kasus). Kematian Ibu tahun 2020 = 16 kematian

ibu (91,45/100.000 KH), sedangkan jumlah kematian ibu sampai bulan

agustus 2020 = 27 kematian (KEMKES,2020).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Papua ini juga berdasarkan

data yang diterima Dinkes Provinsi Papua dari Kabupaten/Kota di Provinsi

Papua. Data ini merupakan data yang terlaporkan yang kemungkinan

mempunyai kecenderungan hasilnya lebih rendah bila dibandingkan data

hasil SUPAS. Jumlah kematian ibu absolut tahun 2020 adalah 72 dengan

lahir hidup 36.068. Jika disetarakan dengan AKI menjadi 200 per 1.00.000

KH. Kinerja penurunan angka kematian ibu pada tahun 2020 sangat baik

3
karena lebih rendah dari target yaitu 212. Bila dibandingkan dengan target

AKI di Provinsi Papua telah mencapai target. Secara angka absolut terjadi

penurunan kematian ibu dari 2019 sebanyak 75 kasus sedangkan pada

tahun 2020 sebanyak 72. (Dinkes Provinsi Papua,2020).

Angka Kematian Bayi (AKB) berdasarkan data yang diterima Dinkes

Provinsi dari Kabupaten/Kota di Provinsi Papua pada tahun 2020 adalah

303 dengan lahir hidup berjumlah 36.068 jika disetarakan dengan AKB

menjadi 8,4 per 1.000 KH. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan

dengan target yang ditentukan 23 per 1.000 KH sehingga capaian

kinerjanya sangat baik.(Dinkes Provinsi Papua,2020).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Merauke pada Tahun 2020

yaitu sebesar 162 per 100.000 kelahiran hidup, dan Angka Kematian Bayi

(AKB) pada Tahun 2020 yaitu sebesar 16 per 1000 kelahiran hidup.

(Dinkes Kabupaten Merauke,2020). Data Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR) Di Provinnsi Papua pada tahun 2017 mencatat sebanyak 1.232

jiwa. Dan untuk Kabupaten Merauke tercatat 94 jiwa.(Dinkes Provinsi

Papua 2017).

Kejadian risiko tinggi pada bayi baru lahir dengan BBLR berkaitan

dengan persalinan, kondisi selama hamil, dan kemampuan bayi dalam

beradaptasi dengan kehidupan Ekstrauterin. Bayi dengan risiko tinggi

berpeluang besar mengalami kesakitan dan kematian, sehingga

memerlukan perawatan yang ketat. (Bina Melvia Girsang, 2020)

4
Menurut Septiani Juwita & Retno Dewi Prisusanti Neonatus dengan

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram. BBLR diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan berat badan lahir antara

1500 – 2500 gram, Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

dengan berat badan lahir antara 1000 – 2500 gram, Bayi Berat lahir

Ekstrim Rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang dari 1000 gram.

(Septiani Juwita, 2020)

Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan

Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs)

yakni 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Meskipun telah

banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, AKI belum turun secara

signifikan.(Bidang Kesejahteraan Sosial, 2019)

Beberapa kematian ibu dan bayi juga di sebabkan oleh 3 terlambat

(terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan

dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu

(terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran)

Serta kurangnya pengetahuan ibu untuk mendeteksi tanda bahaya

kehamilan, persalinan, nifas dan BBL (Kemenkes,2021).

Upaya penurunan AKI merupakan salah satu target Kementerian

Kesehatan. Beberapa program yang telah dilaksanakan antara lain Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Bantuan

Operasional Kesehatan (BOK) ke puskesmas di kabupaten/kota, safe

5
motherhood initiative, program yang memastikan semua perempuan

mendapatkan perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat

selama kehamilan dan persalinannya (tahun 1990); dan Gerakan Sayang

Ibu pada tahun 1996 (Mi’raj, 2017).

Selain itu, telah dilakukan penempatan bidan di tingkat desa secara

besar-besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan

kesehatan ibu dan bayi baru lahir kepada masyarakat.Upaya lainnya yaitu

strategi Making Pregnancy Safer (tahun 2000). Selanjutnya pada tahun

2012 diluncurkan Program Expanding Maternal and Neonatal Survival

(EMAS) dalam rangka menurunkan AKI dan neonatal sebesar 25%

(Rahmi, 2016).

Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, Provinsi Papua,

memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak guna menekan angka

kematian ibu karena persalinan dan juga kematian bayi dari tahun 2015.

Pengelola Puskesmas harus wajib melayani ibu hamil yang hendak

bersalin secara medis agar kesehatannya terjamin.Dan juga Menyiapkan

rumah singgah bagi ibu hamil.(Dinkes Kabupaten Merauke 2015)

Sejak 11 Maret 2020 WHO telah menetapkan COVID-19 sebagai

pandemi global dimana terdapat lebih dari 118.000 kasus di 114 negara

dan 4291 orang telah meninggal dunia. Indonesia sendiri menetapkan

penyakit COVID-19 sebagai bencana nasional sejak 14 Maret 2020.

Prinsip – Prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil, ibu nifas, dan

bayi baru lahir di masyarakat meliputi universal precaition dengan selalu

6
mencuci tangan memakai sabun selama 20 detik atau handsanitizer,

pemakaian alat pelindung diri (APD), menjaga kondisi tubuh dengan rajin

olahraga dan istirahat yang cukup, makan makanan dengan gizi seimbang,

dan mempraktikkan etika batuk-bersin.

Sedangkan prinsip-prinsip manajemen COVID-19 di fasilitas

kesehatan adalah isolasi awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai standar,

terapi oksigen, hindari kelebihan cairan, pemberian antibiotik empiris

(mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi bakteri), pemeriksaan

SARS-CoV-2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan

janin dan kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi

gangguan pernapasan yang progresif, perencanaan persalinan berdasarkan

pendekatan individual / indikasi obstetri, dan pendekatan berbasis tim

dengan multidisiplin.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan asuhan

kebidanan yang komprehensif pada “Ny.S” selama masa hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir (BBLR), dan pemilihan alat kontrasepsi dalam

laporan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif masa

pandemi Pada Ny.S. Usia Kehamilan Cukup Bulan Dengan BBLR Di

Pustu Yasa Mulya Tanah Miring Kabupaten Merauke Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah pada studi kasus

ini adalah Bagaimana pelayanan asuhan kebidanan secara komprehensif

(pengkajian, identifikasi masalah, penegakkan diagnosa, intervensi,

7
implementasi, evaluasi dan pendokumentasian) pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, sampai dengan pelayanan kontrasepsi

yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan pada Ny.S .

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada saat

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai dengan pelayanan

kontrasepsi pada Ny.S.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.S pada masa

kehamilan di Pustu Yasa Mulya Distrik Tanah Miring.

b. Melakukan manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.S pada masa

persalinan di Pustu Yasa Mulya Distrik Tanah Miring,

c. Melakukan manajemen Asuhan Kebidanan pada Ny.S pada Masa

Nifas di Pustu Yasa Mulya Distrik Tanah Miring.

d. Melakukan manajemen Asuhan Kebidanan BBL pada Ny.S di

Pustu Yasa Mulya Distrik Tanah Miring.

e. Melakukan Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana pada

Ny.S di Pustu Yasa Mulya Distrik Tanah Miring.

8
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritas

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi

perkembangan ilmu kebidanan.Khususnya dalam pemberian Asuhan

Kebidanan secara komprehensif.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi kesehatan

dalam rangka meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan asuhan

kebidanan.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan masukkan bagi pihak pendidikan

untuk menambah bahan bacaan di jadikan acuan bagi mahasiswi

kebidanan dalam melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil,

bersalin, nifas dan bayi baru lahir.

c. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat turut aktif membantu tenaga kesehatan

dalam melakukan asuhan kebidanan baik kehamilan, persalinan,

nifas dan bayi baru lahir.

9
E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Peneletian Yang serupa


Peniliti
No Judul Tahun Desain Hasil Penelitian
Tahun
1 Ratna Imas Asuhan Studi Asuhan Dalam laporan tugas
Indriyanti kebidanan Komprehensif akhir ini dapat ditarik
Tahun 2019 komperehensif kesimpulan bahwa
mahasiswi dapat melakukan
pada Ny.A Di
pengkajian
Bidan Praktek data subjektif dan objektif,
Mandiri Meli menganalisanya untuk
Rosita tahun menegakkan diagnosis serta
2020 melakukan penatalaksanaan
yang tepat dalam
melaksanakan asuhan
kebidanan
komprehensif pada Ny. “A”
di PMB Meli Rosita
Palembang Tahun 2020
2 Sonya Asuhan Pada Studi Asuhan Setelah melakukan Asuhan
Aknes Ny.M masa Komprehensif Komprehensif pada Ny.M
Samonsabra kehamilan penulis dapat mengetahui
Tahun 2020 sampai dengan bahwa asuhan yang
pelayanan diberikan pada Ny.S tidak
keluarga ditemukan kesenjangan
berencana di antara teori dan
PKM Rimba pelaksanaan.
Jaya
Kabupaten
Merauke Tahun
2020
Dari Tabel 1.1 di atas kita ketahui bahwa ada perbedaan kasus yang

dengan studi kasus sebelumnya. Perbedaan dengan studi kasus yang

dilakukan oleh penulis adalah pada waktu, tempat dan subjek penelitian,

pada studi kasus ini penulis melakukan penelitian di Pustu Yasa Mulya

Distrik Tanah Miring Tahun 2021.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus

1. Konsep Teori Dasar Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin

intrauterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan

persalinan.Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus

kira-kira 280 hari atau (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari

atau (43 minggu).Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan

matur (cukup bulan).Bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut

kehamilan postmatur.Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu

disebut kehamilan premature.(Miftahul khairoh, 2019)

Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-

perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal

adalah bersifat fisiologis, bukan patoligis.Oleh karenanya, asuhan

yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi.

Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan

menghidari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak

terbukti manfaatnya. (Lusiana Gultom, 2020)

Kehamilan dimulai dengan proses bertemunya sel telur dan sel

sperma sehingga terjadi fertilisasi, dilanjutkan implantasi sampai

lahirnya janin. Proses kehamilan normalnya berlangsung selama


280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan kalender. Lamanya

kehamilan dihitung sejak Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT),

namun sebenarnya sebenarnya fertilisasi terjadi sekitar 2 minggu

setelah HPHT.Sehingga umur janin pascakonsepsi kurang dua

minggu dari perhitungan sejak HHPHT, yaitu 266 hari atau 38

minggu.(Diki Retno, 2021)

b. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Pada Ibu Hamil

Menurut Yuliani dkk (2021), perubahan fisiologi pada ibu hamil

yaitu sebagai berikut :

1) Sistem Reproduksi pada ibu hamil

a) Uterus

Uterus merupakan organ otot lunak yang sangat unik

yang mengalami perubahan cukup besar selama

kehamilan. Secara kehamilan, serat otot uterus menjadi

meregang karena pengaruh dari kinerja hormon dan

tumbuh kembang janin pula. Ukuran uterus sebelum hamil

yaitu berkisar 7,5 cm x 2,5 cm dan berkembang pesat

menjadi 30 cm x dan 22,5 cm selama kehamilan seiring

pertumbuhan janin. Untuk berat uterus sendiri meningkat

20 kali dari semula, dari 60 g menjadi 100 g.

b) Serviks

Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami

perubahan karena hormon estrogen. Jika korpus uteri

12
mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks

mengandung lebih banyak jaringan ikat, hanya 10%

jaringan otot. Di bawah pengaruh hormon progesterone,

sel epitel kelenjar yang terdapat di sepanjang kanalis

servis uteri menghasilkan sekret shingga membentuk

suatu penyumbatan serviks yang disebut operculum atau

mucous plug sehingga melindungi kavum uteri dari

infeksi. Perubahan pada mulut rahim meliputi

bertambahnya pembuluh darah pada keseluruhan alat

reproduksi yang menyebabkan terjadi perlunakan sehingga

dapat dibagi sebagai dugaan terjadi kehamilan. Perlunakan

pada mulut rahim disebut tanda Goodell. Perlunakan

bagian istimus rahim disebut tanda Hegar.

c) Ovarium (Indung Telur)

Selama kehamilan, ovulasi berhenti karena adanya

peningkatan estrogen dan progesteron yang menyebabkan

penekanan sekresi FSH dan LH dari hipofisis anterior.

Masih terdapat korpus luteum graviditas sampai

terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran

estrogen dan progesteron.

d) Vagina

Estrogen menyebabkan perubahan di dalam lapisan

otot dan epitel vagina, lapisan otot – otot sekitar vagina

13
dalam hipertrofi, sehingga beberapa ligamentum sekitar

vagina menjadi lebih elastis. Dibawah pengaruh estrogen,

epitel kelenjar sepanjang vagina aktif mengeluarkan sekret

sehingga memberi gambaran seperti keputihan. Sel itu

berinteraksi dengan baksil Doderleins (Lactobacillshup),

Suatu bakteri yang hidup normal bersama organisme lain

pada vagina, dan menghasilkan suatu lingkungan yang

lebih asam sebagai proteksi ekstra terhadap organisme

seperti Candida albicans. Selain itu vagina juga lebih

vaskuler. Sehingga muncul warna merah kebiruan (livid)

terutama pada bulbus vestibule yang menimbulkan tanda

chadwicks. Warna portio pun tampak livid (Jacquimiers

signs). Peningkatan aliran darah berarti denyut arteri

uterus dapat dirasakan melalui forniks lateralis (Oslanders

sign).

e) Payudara

Payudara akan membesar dan tegang akibat stimulasi

hormon somatomammotropin, estrogen, dan progesterone,

akan tetapi belum megeluarkan air susu. Estrogen

menimbulkan hipertrofi sistem saluran (duktus dan

duktulus) sedangkan progesteron menambah sel – sel,

sehingga terjadi perubahan kasein, laktabumin, dan

laktoglobulin. Papila mamae (puting susu) akan

14
membesar, lebih tegak dan tampak lebih hitam, seperti

selutruh areola mamae karena hiperpigmentasi di bawah

stimulasi MSH.

f) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam, dan kadang – kadang juga

akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini

dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara

selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari

striae sebelumnya.(Prawirohardjo Sarwono,2016).

g) Perubahan Metabolik

Sebagian besar penambahan berat badan selama

kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian

payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular.

Diperkirakan selama kenaikan berat badab akan

bertambah 12,5kg.

Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan

gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu

sebesar 0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi

kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badab

per minggu masing – masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.

15
Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah

suatu hal yang fisiologis. Hal ini disebabkan oleh turunnya

osmolaritas dari 10 mOsm/kg yang diinduksi oleh

rendahnya ambang rasa haus dan sekresi vasopresin.

Fenomena ini mulai terjadi pada awal kehamilan. Pada

saat aterm kurang lebih ca 3,5,1 cairan berasal dari janin,

plasenta, dan cairan amnion, sedangkan 3 liter lainnya

berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu,

uterus, dan payudara sehingga minimal tambahan cairan

selama kehamilan adalah 6,5,1. Penambahan tekanan vena

dibagian bawah uterus mengakibatkan oklusi parsial vena

kava yang bermanifestasi pada adanya pitting edema di

kaki dan tungkai terutama pada akhir kehamilan.

Penurunan tekanan osmotik koloid di intersisial juga akan

menyebabkan edema pada akhir kehamilan.

(Prawirohardjo Sarwono,2016)

Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30 g kalsium

yang sebagian besar akan digukan untuk pertumbuhan

janin. Jumlah itu diperkirakan hanya 2,5 % dari total

kalsium ibu. Penggunaan suplemen kalsium untuk

mencegah preeklampsia tidak terbukti dan tidak

disarankan untuk menggunakannya secara rutin selama

kehamilan.

16
Zinc (Zn) sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan janin. Beberapa penelitian menunjukkan

kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin

terhambat. Selama kehamilan kadar mineral ini akan

menurun dalam plasma ibu oleh karena pengaruh dilusi.

Pada perempuan hamil dianjurkan asupan mineral ini 7,3 –

113 mg/hari, tetapi hanya pada perempuan-perempuan

berisiko yang dianjurkan mendapat suplemen mineral ini.

Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

pembelahan sel dalam sintesis DNA/ RNA. Defisiensi

asam folat selama kehamilan akan menyebabkan

terjadinya anemi megaloblastik dan defisiensi pada masa

prakonsepsi serta awal kehamilan diduga akan

menyebabkan neural tube defect pada janin sehingga para

perempuan yang merencanakan kehamilan dianjurkan

mendapat asupan asam folat 0,4 mg/hari sampai usia

kehamilan 12 minggu. Sementara itu, pada ibu-ibu yang

mempunyai riwayat anak dengan spina bifida dianjurkan

mengonsumsi asam folat sebanyak 4 mg/hari sampai usia

kehamilan 12 minggu.

2) Sistem Kardiovaskular

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan

perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskular

17
sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung.

Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume

plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload. Performa

ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan

resistensi vaskular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi

arterial Kapasitas vaskular juga akan meningkat untuk

memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan progesteron

juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan

penurunan resistensi vaskular perifer.

Ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi dan dilatasi

untuk memfasilitasi perubahan cardiac output, tetapi

kontraktilitasnya tidak berubah. Bersamaan dengan

perubahan posisi diafragma, apeks akan bergerak ke anterior

dan ke kiri, sehingga pada pemeriksaan EKG akan terjadi

deviasi aksis kiri, depresi segmen ST, dan inverse atau

pendaftaran gelombang T pada lead III.

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan

menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada

dalam posisi terlentang Penekanan vena kava inferior ini

akan mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya,

terjadinya penurunan preload dan cardiac output sehingga

akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal

dengan sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang

18
cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran.

Penekanan pada aorta ini juga akan mengurangi pada

keadaan yang cukup berat akan me aliran darah uteroplasenta

ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi terlentang akan

membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi

miring. Karena alasan inilah tidak dianjurkan ibu hamil

dalam posisi terlentang pada akhir kehamilan.

Volume darah akan meningkat secara progesif mulai

minggu ke-6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada

minggu ke-32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu

tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45 %.

Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada

ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensin dan

aldosteron. Penambahan volume darah ini sebagian besar

berupa plasma dan eritrosit.

Eritropoetin ginjal akan meningkatkan jumlah sel darah

merah sebanyak 20 – 30 %, tetapi tidak sebanding dengan

peningkatan volume plasma sehingga akan mengakibatkan

hemodilusi dan penurunan konsentrasi hemoglobin dari 15

g/dl menjadi 12,5 g/dl, dan pada 6 % perempuan bisa

mencapai di bawah 11 g/dl. Pada kehamilan lanjut kadar

hemoglobin di bawah 11 g/dl itu merupakan suatu hal yang

abnormal dan biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi

19
zat besi daripada dengan hipervolemia. Jumlah zat besi yang

diabsorbsi dari makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya

tidak men cukupi kebutuhan ibu selama kehamilan sehingga

penambahan asupan zat besi dan asam folat dapat membantu

mengembalikan kadar hemoglobin. Kebutuhan zat besi

selama kehamilan lebih kurang 1.000 mg atau rata-rata 6-7

mg/hari.

3) Sistem Endokrin

Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan

membesar ± 135 %. Akan tetapi kelenjar ini tidak begitu

mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan

yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan

dengan lancar. Hormon persalinan akan meningkat 10 x lipat

pada saat kehamilan aterm. Sebaliknya, setelan salinan

konsentrasinya pada plasma akan menurun. Hal ini juga

ditemukan pada ibu – ibu yang menyusui. Kelenjar tiroid

akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada sat

persalinan akibat dari hiperplasia kelenjar dan peningkatan

vaskularisasi.Pengaturan konsentrasi kalsium sangat

berhubungan erat dengan magnesium, frostan, hormon

paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin. Adanya gangguan pada

salah satu fa itu akan menyebabkan perubahan pada yang

lainnya. Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun

20
pada trimester pertama dan kemudian akan meningkat secara

progresif. Aksi yang penting dari hormon paratiroid ini

adalah untuk memasok janin dengan kalsium yang adekuat.

Selain itu, juga diketahui mempunyai peran dalam produksi

peptida pada janin, plasenta, dan ibu. Pada saat hamil dan

menyusui dianjurkan untuk mendapat asupan vitamin D 10

µg atau 400 IU10.Kelenjar adrenal pada kehamilan normal

akan mengecil, sedangkan hormon and stenedion, testosteron,

dioksikortikosteron, aldosteron, dan kortisol akan mening

Sementara itu, dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun.

4) Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum

pada kehamilan. Akibar kompensasi dari pembesaran uterus

ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke

belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroilliaka,

sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang

diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut

dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya

menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah

punggung terutama kehamilan. pada akhir kehamilan.

Menurut Syaiful Yuanita (2019), Perubahan Psikologi Pada

Ibu Hamil dapat didentifikasi sebagai berikut :

21
1) Trimester pertama

a) Ibu membenci kehamilannya, merasakan kekecewaan,

penolakan,Kecemasan, dan kesedihan

b) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar

hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya

dan sering memberitahukan kepada orang lain apa yang

dirahasiakan.

c) Hasrat melakukan seks berbeda-beda, ada yang

meningkat ada yangMenurun.

d) Bagi seorang suami sebagai seorang ayah akan timbul

kebanggaan, tetapi bercampur dengan keprihatinan akan

kesiapa untuk mencari nafkah bagi keluarganya.

2) Trimester kedua

a) Ibu merasa sehat dan sudah terbiasa dengan kadar

hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat

kehamilan sudah mulai berkurang.

b) Ibu sudah menerima kehamilannya dan dapat mulai

menggunakan energy dan pikirannya lebih konstruktif.

c) Ibu merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak

nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester

pertama.

3) Trimester ketiga

a) Ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya

22
b) Ibu khwatir akan bayinya yang akan segera lahir

sewaktu-waktu

c) Ibu khawatir bayinya lahir tidak normal

d) Ibu bersikap lebih melindungi bayinya dan menghindari

orang atau benda yang di anggap membahayakan

bayinya.

e) Ibu merasa takut akan sakit dan bahaya fisik yang akan

timbul pada saat Melahirkan.

f) Tidak nyaman dengan kehamilannya, ibu merasa dirinya

jelek dan aneh.

c. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Ibu hamil mengalami perubahan–perubahan pada dirinya baik

secara fisik maupun psikologis.Dengan terjadinya perubahan

tersebut maka tubuh mempunyai kebutuhan ksusus yang harus

dipenuhi. Kebutuhan fisik ibu hamil yang harus dipenuhi tidak

sama dengan ketika sebelum hamil, karena ibu hamil harus

memenuhi untuk pertumbuhan janin, plasenta maupun dirinya

sendiri. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan fisik pada ibu hamil ini

sangat menentukan kualitas kehamilannya.(Siti & Heni Puji, 2016).

Menurut Siti Tyastuti & Heni Puji Wahyuningsih (2016)

kebutuhan dasar ibu hamil yaitu :

23
1) Kebutuhan oksigen

Pada kehamilan terjadi perubahan pada sistem respirasi

untuk dapat memenuhi kebutuhan O2, di samping itu terjadi

desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar.

Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan

O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam. Hal

ini akan berhubungan dengan meningkatnya aktifitas paru-paru

oleh karena selain untuk mencukupi kebutuhan O2ibu, juga

harus mencukupi kebutuhan O2 janin. Ibu hamil kadang–

kadang merasakan sakit kepala, pusing ketika berada di

keramaian misalnya di pasar, hal ini disebabkan karena

kekurangan O2.Untuk menghindari kejadian tersebut

hendaknya ibu hamil menghindari tempat kerumunan banyak

orang.Untuk memenuhi kecukupan O2 yang meningkat, supaya

melakukan jalan–jalan dipagi hari, duduk– duduk di bawah

pohon yang rindang, berada di ruang yang ventilasinya cukup.

2) Kebutuhan Nutrisi

Untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi selama masa

hamil, banyak diperlukan zat gizi dalam jumlah yang lebih

besar dari pada sebelum hamil. Pada ibu hamil akan mengalami

BB bertambah, penambahan BB bisa diukur dari IMT (Indeks

Masa Tubuh) atau BMI (Body Mass Index) sebelum hamil.

IMT dihitung dengan cara BB sebelum hamil dalam kg dibagi

24
(TB dlm m)2misalnya : seorang perempuan hamil BB sebelum

hamil 50 kg,TB 150 cm maka IMT 50/(1,5)2= 22.22 (termasuk

normal).

3) Kebutuhan istirahat

Wanita hamil menjadi lebih mmuda atau tertidur lama

dalam separuh masa kehamilannya.Rasa letih meningkat ketika

mendekati akhir kehamilan.Sehingga dibutuhkan waktu untuk

relaksasi bagi ibu hamil.

4) Personal Hygiene

Kebersihan badan mengurangi kemungkinan infeksi, karena

badan yang kotor banyak mengandung kuman.Pada ibu hamil

karena bertambahnya aktifitas metabolisme tubuh maka ibu

hamil cenderung menghasilkan keringat yang berlebih,

sehingga perlu menjaga kebersihan badan secara ekstra

disamping itu menjaga kebersihan badan juga dapat untuk

mendapatkan rasa nyaman bagi tubuh.(Siti & Heni Puji, 2016)

a) Mandi

Pada ibu hamil baik mandi siram pakai gayung, mandi

pancuran dengan shower atau mandi berendam tidak

dilarang. Pada umur kehamilan trimester III sebaiknya tidak

mandi rendam karena ibu hamil dengan perut besar akan

kesulitan untuk keluar dari bak mandi rendam. Menjaga

kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah

25
dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dan

dikeringkan. Pada saat mandi supaya berhati–hati jangan

sampai terpeleset, kalau perlu pintu tidak usah dikunci,

dapat digantungkan tulisan ”ISI” pada pintu. Air yang

digunakan mandi sebaiknya tidak terlalu panas dan tidak

terlalu dingin.

b) Perawatan vulva dan vagina

Ibu hamil supaya selalu membersihkan vulva dan

vagina setiap mandi, setelah BAB atau BAK, cara

membersihkan dari depan ke belakang kemudian

dikeringkan dengan handuk kering. Pakaian dalam dari

katun yang menyerap keringat, jaga vulva dan vagina selalu

dalam keadaan kering, hindari keadaan lembab pada vulva

dan vagina Penyemprotan vagina (douching) harus

dihindari selama kehamilan karena akan mengganggu

mekanisme pertahanan vagina yang normal, dan

penyemprotan vagina yang kuat (dengan memakai alat

semprot) ke dalam vagina dapat menyebabkan emboli

udara atau emboli air. Penyemprotan pada saat

membersihkan alat kelamin ketika sehabis BAK atau BAB

diperbolehkan tetapi hanya membersihkan vulva tidak

boleh menyemprot sampai ke dalam vagina.Deodorant

vagina tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan

26
dermatitis alergika.Apabila mengalami infeksi pada kulit

supaya diobati dengan segera periksa ke dokter.

c) Perawatan gigi

Saat hamil sering terjadi karies yang disebabkan karena

konsumsi kalsium yang kurang, dapat juga karena emesis-

hiperemesis gravidarum, hipersaliva dapat menimbulkan

timbunan kalsium di sekitar gigi.Memeriksakan gigi saat

hamil diperlukan untuk mencari kerusakan gigi yang dapat

menjadi sumber infeksi, perawatan gigi juga perlu dalam

kehamilan karena hanya gigi yang baik menjamin

pencernaan yang sempurna. Untuk menjaga supaya gigi

tetap dalam keadaan sehat perlu dilakukan perawatan

sebagai berikut:

(1) Periksa ke dokter gigi minimal satu kali selama hamil

(2) Makan makanan yang mengandung cukup kalsium

(susu, ikan) kalau perlu minum suplemen tablet

kalsium.

(3) Sikat gigi setiap selesai makan dengan sikat gigi yang

lembut.

d) Perawatan kuku

Kuku dijaga tetap pendek sehingga kuku perlu dipotong

secara teratur, untuk memotong kuku jari kaki mungkin

perlu bantuan orang lain. Setelah memotong kuku supaya

27
dihaluskan sehingga tidak melukai kulit yang mungkin

dapat menyebabkan luka dan infeksi.

e) Perawatan rambut

Wanita hamil menghasilkan banyak keringat sehingga

perlu sering mencuci rambut untuk mmengurangi

ketombe.Cuci rambut hendaknya dilakukan 2– 3 kali dalam

satu minggu dengan cairan pencuci rambut yang lembut,

dan menggunakan air hangat supaya ibu hamil tidak

kedinginan.

5) Pakaian

Pakaian yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah pakaian

yang longgar, nyaman dipakai, tanpa sabuk atau pita yang

menekan bagian perut atau pergelangan tangan karena akan

mengganggu sirkulasi darah.Stocking tungkai yang sering

dikenakan sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat

menghambat sirkulasi darah. Pakaian dalam atas (bra)

dianjurkan yang longgar dan mempunyai kemampuan untuk

menyangga payudara yang makin berkembang. Dalam memilih

BH supaya yang mempunyai tali bahu yang lebar sehingga

tidak menimbulkan rasa sakit pada bahu.Sebaiknya memilih

bra yang bahannya dari katun karena selain mudah dicuci juga

jarang menimbulkan iritasi.Celana dalam sebaiknya terbuat

dari katun yang mudah menyerap airsehingga untuk mencegah

28
kelembaban yang dapat menyebabkan gatal dan iritasi

apalagiibu hamil biasanya sering BAK karena ada penekanan

kandung kemih oleh pembesaran uterus.Korset dapat

membantu menahan perut bawah yang melorot dan mengurangi

nyeri punggung. Pemakaian korset tidak boleh menimbulkan

tekanan pada perut yang membesar dan dianjurkan korset yang

dapat menahan perut secara lembut.Korset yang tidak didesain

untuk kehamilan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan

tekanan pada uterus, korset seperti ini tidak dianjurkan untuk

ibu hamil.(Siti & Heni Puji, 2016)

6) Eliminasi BAB dan BAK

a) Buang Air Besar (BAB)

(1) Kurang gerak badan

(2) Hamil muda sering terjadi muntah dan kurang makan

(3) Peristatik usus kurang karena pengaruh hormon

(4) Tekanan pada rektum oleh kepala

Dengan terjadinya obstipasi pada ibu hamil maka panggul

terisi dengan rectum yang penuh feses selain membesarnya

rahim, maka dapat menimbulkan bendungan di dalam panggul

yang memudahkan timbulnya haemorrhoid.Hal tersebut dapat

dikurangi dengan minum banyak air putih, gerak badan cukup,

makan-makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-

buahan.

29
b) Buang Air Kecil (BAK)

Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan,

bahkan cukup lancar dan malahan justru lebih sering BAK

karena ada penekanan kandung kemih oleh pembesaran

uterus.Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal,

sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah.Situasi ini

menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh subur sehingga

ibu hamil mengeluh gatal dan keputihan.Rasa gatal sangat

mengganggu, sehingga sering digaruk dan menyebabkan

saat berkemih sering sisa (residu) yang memudahkan

terjadinya infeksi kandung kemih.Untuk melancarkan dan

mengurangi infeksi kandung kemih yaitu dengan banyak

minum dan menjaga kebersihan sekitar kelamin.

7) Seksual

Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan

hubungan seksual.Hubungan seksual yang disarankan pada ibu

hamil adalah :(Siti Tyastuti & Heni Puji Wahyuningsih, 2016)

a) Posisi diatur untuk menyesuaikan dengan pembesaran

perut. Posisi perempuan diatas dianjurkan karena

perempuan dapat mengatur kedalaman penetrasi penis dan

juga dapat melindungi perut dan payudara. Posisi miring

dapat mengurangi energi dan tekanan perut yang membesar

terutama pada kehamilan trimester III.

30
b) Pada trimester III hubungan seksual supaya dilakukan

dengan hati – hati karena dapat menimbulkan kontraksi

uterus sehingga kemungkinan dapat terjadi partus prematur,

fetal bradicardia pada janin sehingga dapat menyebabkan

fetal distress tetapi tidak berarti dilarang.

c) Hindari hubungan seksual yang menyebabkan kerusakan

janin

d) Hindari kunikulus (stimulasi oral genetalia wanita) karena

apabila meniupkan udara ke vagina dapat menyebabkan

emboli udara yang dapat menyebabkan kematian.

e) Pada pasangan beresiko, hubungan seksual dengan

memakai kondom supaya dilanjutkan untuk mencegah

penularan penyakit menular seksual.

Hubungan seksual disarankan tidak dilakukan pada ibu hamil

bila:

a) Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai

rasa nyeri atau panas.

b) Terjadi perdarahan saat hubungan seksual.

c) Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.

d) Terdapat perlukaan di sekitar alat kelamin bagian luar.

e) Serviks telah membuka

f) Plasenta letak rendah

31
g) Wanita yang sering mengalami keguguran, persalinan

preterm, mengalami kematian dalam kandungan atau

sekitar 2 minggu menjelang persalinan.

Hubungan seks pada Trimester I

Pada trimester pertama biasanya gairah seks

menurun.Karena ibu biasanya didera morning sickness,

muntah, lemas, malas, segala hal yang bertolak belakang

dengan semangat dan libido.Fluktuasi hormon, kelelahan, dan

rasa mual dapat menghilangkan semua keinginan untuk

melakukan hubungan seks.Pada trimester pertama, saat

kehamilan masih lemah, kalau ada riwayat perdarahan berupa

bercak sebelum atau setelah melakukan hubungan intim,

apabila terjadi kontraksi yang hebat lebih baik tidak

melakukan, hubungan intim selama trimester pertama.Apabila

ada infeksi di saluran vagina, infeksinya harus diatasi dulu,

sebab hubungan intim membuat infeksi bisa terdorong masuk

ke dalam rahim yang bisa membahayakan janin.

Hubungan seks pada Trimester II

Memasuki trimester kedua, umumnya libido timbul

kembali.Tubuh sudah dapat menerima dan terbiasa dengan

kondisi kehamilan sehingga ibu hamil dapat menikmati

aktivitas dengan lebih leluasa daripada di trimester

pertama.Kehamilan juga belum terlalu besar dan memberatkan

32
seperti pada trimester ketiga.Mual, muntah, dan segala rasa

tidak enak biasanya sudah jauh berkurang dan tubuh terasa

lebih nyaman. Hubungan intim akan lebih aman bila sudah

memasuki trimester kedua, di mana janin sudah mulai besar,

sudah keluar dari rongga panggul, dan ari-ari sudah melekat

pada dinding rahim, sehingga umumnya tidak mengganggu

saat hubungan intim. Hubungan seks selama kehamilan dapat

meningkatkan perasaan cinta, keintiman dan kepedulian antara

suami istri.Sebagian besar wanita merasa bahwa gairah seks

mereka meningkat selama masa kehamilan terutama triwulan

kedua.Hal ini disebabkan oleh adanya peninggian hormon seks

yang amat besar yang mulai bersirkulasi sepanjang tubuh ibu

hamil sejak masa konsepsi (pembuahan).Hormonhormon ini

juga menyebabkan rambut lebih bercahaya, kulit berkilat dan

menimbulkan perasaan sensual. Aliran darah akan meningkat

terutama sekitar daerah panggul dan menyebabkan alat

kelaminnya lebih sensitive sehingga meningkatkan gairah

seksual.

Hubungan Seks pada Trimester III

Memasuki trimester ketiga, janin sudah semakin besar dan

bobot janin semakin berat, membuat tidak nyaman untuk

melakukan hubungan intim.Di sini diperlukan pengertian

suami untuk memahami keengganan istri berintim-intim.

33
Banyak suami yang tidak mau tahu kesulitan sang istri. Jadi,

suami pun perlu diberikan penjelasan tentang kondisi istrinya.

Kalau pasangan itu bisa mengatur, pasti tidak akan ada

masalah. Hubungan intim tetap bisa dilakukan tetapi dengan

posisi tertentu dan lebih hati-hati.Pada trimester ketiga, minat

dan libido menurun kembali ketika kehamilan memasuki

trimester ketiga.Rasa nyaman sudah jauh berkurang.Pegal di

punggung dan pinggul, tubuh bertambah berat dengan cepat,

nafas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan

lambung), dan kembali merasa mual, itulah beberapa penyebab

menurunnya minat seksual.

d. Tanda-Tanda Kehamilan

Menurut Miftahul Khairoh (2019) Tanda – tanda kehamilan

dibagi sebagai berikut :

1) Tanda dugaan hamil

a) Amenorea / tdidak mengalami menstruasi (terlambat haid)

b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

c) Pusing

d) Miksi / sering buang air kecil

e) Pigmentasi kulit terutama di daerah muka, areola

payudara, dan dinding perut

f) Varices atau penampakan pembuluh darah vena

g) Payudara menengang dan sedikit nyeri

34
2) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Rahim membesar sesuai dengan umur kehamilan

b) Pada pemeriksaan dalam dijumpai :Tanda hegar, SBR

lunak, Tanda Chadwicks : Warna kebiruan pada serviks,

vagina dan vulva, Tanda Piscasedc pembesaran uterus ke

salah satu arah sehingga menonjol jelas kearah

pembesaran tersebut, Kontraksi braxton hicks : bila uterus

dirangsang (distimulasi dengan diraba ) akan mudah

berkontraksi.

3) Tanda pasti kehamilan

a) Teraba bagian – bagian janin

Umumnya pada kehamilan 22 minggu janin dapat diraba

pada wanita kurus dan otot perut relaksasi. Kehamilan 28

mingguu jelas bagian janin dapat diraba demikian pula

gerakan janin dapat dirasakan oleh ibu.

b) Gerakan janin

Pada kehamilan 20 minggu gerakan janin dapat dirasakan

oleh pemeriksa.

c) Terdengar denyut jantung janin

Dengan menggunakan ultrasound denyut jantung janin

dapat terdengar pada usia 6 sampai 7 minggu. Jika

menggunakan dopler pada usia 12 minggu sedangkan jika

menggunakan stetoskop leannec 18 minggu. Frekuensi

35
denyut jantung janin antara 120 sampai 160 kali permenit

yang akan jelas terdengar bila ibu tidur terlentang atau

miring dengan punggung bayi di depan.

d) Ultrasonografi

USG dapat digunakan umur kehamilan 4 sampai 5 minggu

untuk memastikan kehamilan dengan melihat adanya

kantong gestasi, gerakan janin dan denyut jantung janin.

e. Tanda dan Bahaya kehamilan Trimester III

Menurut (Sutanto dan fitriana, 2019), beberapa tanda dan

bahaya kehamilan trimester III antara alain:

1) Bengkak /oedema pada muka atau tangan

Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika

muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah

beristirahat dan diikuti dengan keluhan fisik lainnya. Hal

ini bisa merupakan gejala anemia, gagal jantung atau

preklampsia.

2) Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan

persalinanan adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang

dapat mengancam jiwa adalah nyeri abdomen yang hebat,

menetap, dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bida

disebabkan karna appendicitis, aborsi, radang pelvic,

persalianan pre-term, gastritis, penyakit kandung empedu,

36
iritasi uterus, absurbsi plasenta, infeksi saluran kemih atau

infeksi lain.

3) Berkurangnya gerakan janin

Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 3 jam

gerakan bayi akan lebih mudah terasa bila ibu berbaring

atau beristirahat dan jika ibu makan atau minum dengan

baik.

4) Perdarahan pervaginam

Pada ahir kehamilan perdarahan yang tidak normal

adalah merah, jumlahnya banyak dan kadang-kadang tetapi

tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan

semacam ini bisa disebabkan plasenta previa atau abrupsi

plasenta.

5) Sakit kepala hebat

Sakit kepala yang menunjukan masalah serius adalah

sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan

beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang

hebat tersebut ibu dapat menemukan pengelihatannya

menjadi kabur atau berbayang. Sakit kepala hebat dalam

kehamilan merupakan gejala dan preeklampsi.

6) Pengelihatan kabur

Masalah pengelihatan yang menunjukan keadaan

yang mengancam jiwa adalah perubahan pengelihatan

37
mendadak, kabur atau berbayang atau berbintik-bintik.

Perubahan pengelihatan ini mungkin disertai dengan sakit

kepala yang hebat dan merupakan suatu tanda

preeklampsia..

f. Konsep ANC

Asuhan kebidanan (Ante Natal Care) adalah proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan

sesuai dengan wewenang dan ruang lingkupnya praktiknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan (sutanto firiana, 2019).

Antenatal Care (ANC) merupakan suatu pelayanan yang

diberikan oleh perawat kepada wanita selama hamil, misalnya

dengan pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk

pertumbuhan dan perkembangan janin serta mempersiapkan proses

persalinan dan kelahiran supaya ibu siap mengahadapi peran baru

sebagai orangtua (Wagiyo & Putrono, 2016).

(ANC) adalah pelayanan antenatal yang diberikan kepada ibu

hamil. Pelayanan dilakukan untuk mempersiapan persalinan dan

kelahiran agar dapat mencegah, mengatasi, dan mendeteksi

masalah-masalah yang mungkin muncul selama kehamilan.

Masalah atau komplikasi yang terjadi dapat mengakibatkan

kematian ibu (AKI) di Indonesia (Rachmawati dkk, 2017).

38
g. Tujuan Asuhan Kehamilan

Tujuan asuhan kehamilan yang harus di upayakan oleh bidan

melalui asuhan antenatal yang efektif; adalahmempromosikan dan

menjaga kesehatan fisik mental sosial ibu dan bayi dengan

pendidikan kesehatan, gizi, kebersihan diri, dan proses kelahiran

bayi. Di dalamnya juga harus dilakukan deteksi abnormalitas atau

komplikasi dan penatalaksanaan komplikasi medis, bedah, atau

obstetri selama kehamilan.Pada asuhan kehamilan juga

dikembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi

komplikasi, membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan

sukses, menjalankan nifas normaldan merawat anak secara fisik,

psikologis dan sosial dan mempersiapkan rujukan apabila

diperlukan. (Wahyuningsih Puji Heni,dkk 2016)

h. Standar Asuhan Pelayanan Antenatal

Menurut Wagiyo & Putrono (2016), harus sesuai standar yaitu “14

T” meliputi:

1) Timbang berat badan (T1) Ukur berat badan dalam kilo tiap

kali kunjungan. Kenalkan berat badan normal pada waktu

hamil 0,5 kg perm minggu mulai trimester kedua.

2) Ukur tekanan darah (T2) Tekanan darah yang normal 110/80

hingga 140/90 mmHg, bila melebihi dari 140/90 mmHg perlu

diwaspadai adanya preeklamsi.

3) Ukur tinggi fundus uteri (T3).

39
4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan

(T4).

5) Pemberian imunisasi (T5).

6) Pemeriksaan Hb (T6)

7) Pemeriksaan VDRL (T7)

8) Perawatan payudara, senam payudara, dan pijat tekan

payudara (T8)

9) Pemeliharaan tingkat kebugaran atau senam ibu hamil (T9)

10) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)

11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)

12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)

13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis

gondok (T13)

14) Pemberian terapi anti-malaria untuk daerah endemis malaria

(T14).

Dari 14 tersebut hanya 9 yang dilakukan saat pemeriksaan

ANC (Antenatal Care). Pernyataan yang dilakukan antara lain

: timbang berat badan, ukur tekanan darah, tinggi fundus uteri,

pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan

Hb, pemeriksaan VDRL, temu wicara (konseling), dan

pemeriksaan protein urine. 5 Yang tidak dilakukan antara

lain : perawatan pijat tekan payudara, senam ibu hamil,

40
pemeriksaan reduksi urine, pemberian kapsul yodium dan

pemberian terapi anti malaria.

i. Deteksi Dini Faktor Resiko Kehamilan Trimester III

Menurut (Utami Istri,dkk, 2020) Deteksi Dini Faktor Resiko

Kehamilan adalah sebagai berikut :

1) Perdarahan Pervaginam

2) Sakit kepala hebat yang merupakan gejala pre-eklampsia

3) Penglihatan Kabur

4) Bengkak di muka atau tangan

5) Berkurangnya gerakan janin

6) Ketuban Pecah Dini

7) Kejang, merupakan gejala dari eklampsia

8) Selaput kelopak mata pucat. Anemia pada trimester III dapat

menyebabkan perdarahan pada waktu persalinan dan nifas,

BBLR

9) Demam Tinggi

j. Upaya Pencegahan Bagi Ibu Hamil di Masa Pandemi

Menurut (Irawati Dian, 2021) Upaya Pencegahan Bagi Ibu

Hamil Di Masa Pandemi adalah sebagai berikut :

1) Upaya pencegahan Corona Virus Disease-19 (COVID-19) yaitu

dengan menggunakan masker, mencuci tangan selama 20

detik,.menghindari kerumunan, menghindari kontak dengan

41
orang yang sedang sakit, menutup mulut dan hidung saat bersin

menggunakan lengan.

2) Pemberian pemahaman kepada ibu hamil tentang pentingnya

pemakaian masker pada masa pandemic ini harus dilakukan

untuk mencegah masuknya coronavirus ke dalam saluran

pernapasan ibu hamil yang bisa menyebabkan bertambahnya

kematian maternal di era pandemic. Penularan dari ibu hamil

yang positif virus Sars-Co-2 belum ada studi yang

membuktikan bisa janin di dalam kandungannya juga bisa

positif.

3) Untuk itu diharapkan pemahaman kepada ibu hamil tentang

covid-19 dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang

virus corona sehingga dapat mengaplikasikan upaya

pencegahan sesuai dengan anjuran protokol kesehatan.

k. Rekomendasi Bagi Petugas Kesehatan Saat Antenatal Care

Menurut Kemenkes RI (2020), rekomendasi bagi petugas

kesehatan saat antenatal care di era covid-19 antara lain :

1) Wanita hamil yang termasuk pasien dalam pengawasan (PDP)

COVID-19 harus segera dirawat di rumah sakit (berdasarkan

pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi COVID-19).

Pasien dengan COVID-19 yang diketahui atau diduga harus

dirawat diruangan isolasi khusus di rumah sakit. Apabila rumah

sakit tidak memiliki ruangan isolasi khusus yang memenuhi

42
syarat Airborne Infectio Isolation Room (AIR) , pasien harus

ditransfer secepat mungkin ke fasilitas di mana fasilitas isolasi

khusus tersedia.

2) Investigasi laboratorium rutin seperti tes darah dan urinalisasi

tetap dilakukan.

3) Pemeriksaan (USG) untuk sementara dapat ditunda pada ibu

dengan infeksi terkonfirmasi maupun PDP sampai ada

rekomendasi dari episode isolasinya berakhir. Pemantauan

selanjutnya dianggap sebagai kasus resiko tinggi.

4) Penggunaan pengobatan diluar penelitian harus

mempertimbangkan analisis risk benefitdengan menimbang

potensi keuntungan bagi ibu dan keamanan bagi janin. Saat ini

tidak ada obat antivirus yang disetujui oleh FDA untuk

pengobatan COVID-19, walaupun antivirus sprektum luas

digunakan pada hewan model MERS sedang di evaluasi untuk

aktivitas terhadap SARS-CoV-2.

5) Antenatal care untuk wanita hamil yang terkena COVID-19

pasca perawatan, kunjungan antenatal selanjutnya dilakukan 14

hari setelah periode penyakit akut berakhir. Periode 14 hari ini

dapat dikurang apabila pasien dinyatakan sembuh,

direkomendasikan dilakukan USG antenatal untuk pengawasan

pertumbuhan janin, 14 hari setelah resolusi penyakit akut.

Meskipun tidak ada bukti bahwa tidak ada gangguan

43
pertumbuhan janin (KJGR) akibat COVID-19, didapatkan

bahwa dua pertiga kehamilan dengan SARA disertai oleh IUGR

dan solusi plasenta terjadi pada kasus MERS, sehingga tidak

lanjut ultrasonografi diperlukan.

6) Jika ibu hamil datang ke rumah sakit dengan gejala memburuk

dan diduga / dikonfirmasi terkait dengan COVID-19, berlaku

beberapa rekomendasi berikut : pembentukan tim multi-disiplin

idealnya melibatkan konsultan dokter spesialis penyakit infeksi

jika tersedia, dokter kandungan, bidan yang bertugas, dokter

anestesi yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien

sesegera mungkin setelah masuk. Diskusi dan kesimpulannya

harus didiskusikan dengan ibu dan keluarga tersebut.

7) Konseling perjalanan untuk ibu hamil, ibu hamil sebaiknya

tidak melakukan perjalanan ke luar negri dengan mengikuti

anjuran perjalanan ke luar negri dengan mengikuti anjuran

perjalanan (travel advisori) yang dilakukan pemerintah. Dokter

harus menanyakan riwayat perjalanan terutama dalam 14 hari

terakhir dari daerah dengan penyebaran luas SARS-CoV-2.

8) Vaksinasi saat ini tidak ada vaksinasi untuk mencegah COVID-

19.

l. Penerapan Asuhan Komprehensif ANC di masa Pandemic

Penerapan asuhan komprehensif ANC di masa pandemic yaitu :

Tidak ada keluhan bumil diminta menerapkan isi buku KIA

44
dirumah segera ke faskes jika ada keluhan/tanda bahaya kehamilan,

ibu membuat janji melalui Telepon/wa, Anc pada trimester

pertama 1x kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan

kesehatan, lakukan pengkajian komprehensif sesuai standar dengan

kewaspadaan covid-19, dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades

tentang kesehatan ibu (ODP/PDP,Covid+), Anc dilakukan sesuai

standar (10T) dengan APD level 1, Lakukan Skrining faktor resiko

jika ditemukan faktor resiko, ibu hamil pendamping dan tim

kesehatan yang bertugas menggunakan masker dan menerapkan

protocol kesehatan pencegahan covid-19, Tunda kelas ibu

hamil/dilakukan secara online, Konsultasi kehamilan, KIE, dan

konseling dapat dilakukan secara online.

2. Penyusunan Konsep Dasar Teori Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah rangkain peristiwa keluarnya bayi yang

sudah cukup berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh

keluarnya plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (sutanto firiana,

2019).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses

fisiologi yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar

pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir.

Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran

45
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin

(Jannah, 2017).

Menurut Sulis Diana (2019) Persalinan adalah suatu proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke

dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. Adapun

menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai

berikut :

1) Persalinan Spontan

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

Pengertian persalinan, melalui jalan lahir ibu tersebut.

2) Persalinan Buatan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya

ekstraksi forsep atau dilakukan operasi sectio caesaria.

3) Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi

baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian

plitocin, atau prostaglandin.

b. Tanda-tanda permulaan persalinan

Menurut (firiana nurwiandani, 2020: 10), beberapa tanda

permulaan persalainan antara lain sebagai berikut:

46
1) Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa

bahwa keadaanya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang

sesak tetapi sebaliknya, ia merasa bahwa berjalan menjadi

sedikit lebih sukar.

2) Pollakisuria

Fundus uteri menjadi lebih rendah dari kedudukannya,

dan kepala janin sudah mulai masuk pintu atas panggul.

Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan

sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang

disebut pollakisuria.

3) False labor

Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu

diganggu oleh his pandahuluan yang sebetulnya merupakan

peningkatan dari kontraksi braxton hicks, His pedahuluan

ini bersifat :

a) Nyeri yang hanya terasa diperut bagian bawah.

b) Tidak teratur.

c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan

majunya waktu.

d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan

serviks.

47
4) Perubahan serviks

Kondisi serviks berubah menjadi lebih lembut,

beberapa menunjukan telah terjadi pembukaan dan

penipisan.

5) Gastrointestinal upsets

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda

seperti: diare, opstipasi, mual, dan muntah karna efek

penurunan hormon terhadap system pencernaan.

6) Timbulnya His Persalinan

a) Nyeri melingkar dari punggung memancar keperut

bagian depan.

b) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin

kuat intensitasnya.

c) Kalau dibawa berjalan bertambah kuat

d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau

pembukaan serviks

7) Bloody Show

Bloody show merupakan lender disertai darah dari

jalan lahir dengan pendataran dan pembukaan, lender dari

canalis cervikaslis keluar disertai dengan sedikit darah.

Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karna lepasnya

48
selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim

hingga beberapa capillair darah terputus.

8) Premature Rupture Membrane

Premature Rupture Membrane keluarnya cairan

banyak dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah

atau selaput janin robek.

c. Sebab-sebab yang mempengaruhi persalinan

Menurut (Sulis Diana, 2019) sebab-sebab yang mempengaruhi

persalinan yaitu ;

1) Penurunan Kadar Progesteron

Pada saat 1 – 2 minggu sebelum persalinan dimulai terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron

bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan

menyebabkab kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his

bila kadar progesteron menurun.

2) Teori Oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh

karena itu, timbul kontraksi otot-otot rahim.

3) Keregangan Otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila

dindingnya teregang karena isinya bertambah maka timbul

kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan

49
rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-

otot rahim makin rentan.

4) Pengaruh Janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga

memegang peranan karena pada anencepalus kehamilan sering

lebih lama dari biasa.

5) Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan desi dua, disangka menjadi

salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaab

menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan

secara intravena, intra dan extraminal menimbulakn kontraksi

myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga

disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik

dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil

sebelum melahirkan atau persalinan.

d. Tahapan persalinan

Menurut (Mutmainnah, Hj.Herni, & Stephanie, 2017) Tahapan

persalinan yaitu ;

1) Kala 1

Kala 1 disebut juga dengan kala pembukaan yang

berlangsung antara pembukaan 0 sampai dengan pembukaan

lengkap (10 cm). Pada permluaan His, kala pembukaan

berlangsung tidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat

50
berjalan-jalan. Proses pembukaan serviks sebagai akibat his

dibedakan menjadi du fase, yaitu :

a) Fase laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat

lambat sampai dengan pembukaan ukuran diameter 3 cm.

b) Fase aktif

(1) Fase Akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

(2) Fase Dilatasi Maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm sampai dengan 9 cm.

(3) Fase Dilatasi

Pembukaan menjadi lambat menjadi lambat sekali,

dalam waktu 2 jam pembukaan berubah menjadi

pembukaan lengkap.

Di dalam fase aktif ini, frekuensi dan lama kontraksi uterus

akan meningkat secara bertahap, biasanya terjadi tiga kali atau

lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih. Biasanya dari pembukaaan 4 cm hingga mencapai

pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi kecepatan rata-

rata yaitu 1 cm per jam untuk primigravida dan 2 cm untuk

multigravida.

51
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida begitu pula

pada multigravida, tetapi pada fase laten, fase aktif, fase

deselerasi terjadi lebih pendek. Mekanisme pembukaan serviks

berbeda antara primi atau multigravida. Pada primigravida,

Ostium Uteri Internum (OUI) yaitu mulut rahim bila dilihat

dari bagian dalam rahim membuka lebih dulu sehingga serviks

akan mendatar dan menipis, baru kemudian Ostium Uteri

Externum (OUE) membuka, pada multi gravida OUI dan OUE

akan mengalami penipisan dan pendataran yang bersamaan.

Kala I selesai apabila pembukaan serviks sudah lengkap.

Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam,

sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.

2) Kala II

Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, kala ini

dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multigravida, gejala utama dari kala II adalah :

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan

durasi 50 sampai 100 detik.

b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang yang ditandai

dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

52
c) Ketuban pecah pada pembukaan merupakan pendeteksi

lengkap diikuti keinginan mengejan karena fleksus

frankenhauser tertekan

d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala

bayi sehingga kepala bayi membuka pintu, subocciput

bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir dari dahi,

muka, dagu yang melewati perenium.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar,

yaitu penyesuaian kepala pada punggung.

f) Setelah putar paksi luar berlangsung maka bayi ditolong

dengan jalan :

(1) Kepala dipegang pada ocsiput dan di bawah dagu,

ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu

belakang.

(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak diikat untuk melahirkan

sisa badan bayi.

(3) Bayi kemudia lahir diikuti oleh air ketuban.

3) Kala III

Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.

Melalui kelahiran bayi, plasenta sudah mulai terlepas pada

lapisan Nitabisch karena sifat retraksi otot rahim. Dimulai

dengan segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir, yang

berlangsung tidak boleh lebih dari 30 menit, jika lebih maka

53
harus diberi penanganan lebih atau dirujuk. Lepasnya plasenta

sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda :

a) Uterus menjadi bundar.

b) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim.

c) Tali pusat bertambah panjang.

d) Terjadi perdarahan.

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan

secara crede pada fundus uteri. Biasanya plasenta lepas dalam

6 sampai 15 menit setelah bayi lahir.

Lepasnya plasenta secara Schultze, biasanya tidak ada

pendarahan sebelum plasenta lahir dan banyak mengeluarkan

darah setelah plasenta lahir, sedangkan cara Duncan yaitu

plasenta lepas di pinggir, biasanya darah mengalir keluar

antara selaput ketuban.

4) Kala IV

Kala IV dimaksudkan dengan observasi perdarahan

postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi

yang dilakukan adalah

a) Tingkat kesadaran penderita.

b) Pemerikdssn tanda-tanda vital, tekanan draah, nadi, dan

pernapasan.

c) Kontraksi uterus.

54
d) Terjadi penambahan

e. Faktor yang berpengaruh pada persalinan

1) Passanger (penumpang)

Faktor Passanger terdiri atas 3 komponen yaitu janin, air

ketuban, dan plasenta : (Annisa, Hj.Herni, & Stephanie, 2017)

a) Janin

Janin yang bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

b) Air Ketuban

Waktu persalinan, air ketuban membuka serviks dan

mendorong selaput janin kedalam ostium uteri. Bagian

selaput anak yang berada di atas ostium uteri dan menonjol

waktu his disebut dengan ketuban. Ketuban inilah yang

membuka serviks.

Faktor penyebab cairan ketuban berkurang adalah

karena proses menelan. Janin bisa menelan cairan ketuban

sebanyak 20 ml per jam atau kurang lebih setengah dari

jumlah total cairan ketuban per hari.

Faktor penyebab ketuban bocor/ pecah antara lain

dikarenakan menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan

yang melebihi waktu.

55
c) Plasenta

Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga

dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun

plasenta jarang menghambat proses persalinan pada

persalinan normal.

2) Passage (jalan lahir)

Passage adalah faktor jalan lahir atau biasa disebut dengan

panggul ibu. Passage memiliki 2 bagian yaitu bagian keras

(tulang-tulang panggul/rangka panggul), dan bagian lunak (otot

jaringan dan ligament). (firiana nurwiandani, 2020)

3) Power (kekuatan)

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his,

kontraksi otot-oto perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari

ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan

adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai

kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et

al.2011).

4) Psychologic Respons (Psikologis)

Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya

dorongan positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan

strategi adaptasi/coping (Sukarni & Wahyu, 2013).Psikologis

adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan

cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan

56
untuk mengatasi nyeri persalinan.Respon fisik terhadap

kecemasan atau ketakutan ibu yaitu dikeluarkannya hormon

katekolamin.Hormon tersebut menghambat kontraksi uterus

dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011). Faktor psikologis

tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan psikologis

ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan

bayi sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan dari orang

terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al, 2011).

5) Penolong

Menurut Rohani, Saswita dan Marisah (2014), peran dari

penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani

komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin dala hal ini

tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam

mengahadapi persalinan.

f. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan, baik fisik maupun

psikologis

1) Kebutuhan fisiologis ibu bersalin

Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu

kebutuhan dasar pada ibu bersalin yang harus dipenuhi agar

proses persalinan dapat berjalan dengan lancar

a) Kebutuhan Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses

persalinan perlu diperhatikan oleh bidan, terutama pada

57
kala I dan kala II, dimana oksigen yang ibu hirup sangat

penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta.

Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat

kemajuan persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan

janin.Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan

pengaturan sirkulasi udara yang baik selama

persalinan.Ventilasi udara perlu diperhatikan, apabila

ruangan tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan

bahwa dalam ruangan tersebut tidak terdapat banyak

orang.Hindari menggunakan pakaian yang ketat, sebaiknya

penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi

kekencangannya.Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen

adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.

b) Kebutuhan Cairan dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum)

merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik

oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan bahwa pada

setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu

mendapatkan asupan makan dan minum yang

cukup.Asupan makanan yang cukup (makanan utama

maupun makanan ringan), merupakan sumber dari glukosa

darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel

tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan mengakibatkan

58
hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang kurang, akan

mengakibatkan dehidrasi pada ibi bersalin.

c) Kebutuhan Eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu

difasilitasi oleh bidan, untuk membantu kemajuan

persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien. Anjurkan

ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau

minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan.

d) Kebutuhan Hygiene (kebersihan personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu

diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu

bersalin, karena personal hygiene yang baik dapat membuat

ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan,

mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,

mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara

kesejahteraan fisik dan psikis.

e) Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan

istirahat pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat

selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang

dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu

untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan

fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela

59
his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit

akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal

menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila

memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II,

sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.

Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil

melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk

tidur apabila sangat kelelahan. Namun sebagai bidan,

memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap

dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses persalinan

dapat membantu ibu untuk memulihkan fungsi alat-alat

reproduksi dan meminimalisasi trauma pada saat

persalinan.

f) Posisi dan Ambulasi

Pada kala I, posisi persalinan dimaksudkan untuk

membantu mengurangi rasa sakit akibat his dan membantu

dalam meningkatkan kemajuan persalinan (penipisan

cerviks, pembukaan cerviks dan penurunan bagian

terendah).Ibu dapat mencoba berbagai posisi yang nyaman

dan aman.Peran suami/anggota keluarga sangat bermakna,

karena perubahan posisi yang aman dan nyaman selama

persalinan dan kelahiran tidak bisa dilakukan sendiri olah

bidan.Pada kala I ini, ibu diperbolehkan untuk berjalan,

60
berdiri, posisi berdansa, duduk, berbaring miring ataupun

merangkak. Hindari posisi jongkok, ataupun dorsal

recumbent maupun lithotomi, hal ini akan merangsang

kekuatan meneran. Posisi terlentang selama persalinan

(kala I dan II) juga sebaiknya dihindari, sebab saat ibu

berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan

ketuban, dan placenta akan menekan vena cava inferior.

Penekanan ini akan menyebabkan turunnya suplai oksigen

utero-placenta. Hal ini akan menyebabkan hipoksia. Posisi

telentang juga dapat menghambat kemajuan persalinan.

g) Pengurangan Rasa Nyeri

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang

sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi

dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama

persalinan. Respons fisiologis terhadap nyeri meliputi:

peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,

keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Rasa nyeri

ini apabila tidak diatasi dengan tepat, dapat meningkatkan

rasa khawatir, tegang, takut dan stres, yang pada akhirnya

dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama.

Menurut Peny Simpkin, beberapa cara untuk

mengurangi nyeri persalinan adalah: mengurangi rasa sakit

dari sumbernya, memberikan rangsangan alternatif yang

61
kuat, serta mengurangi reaksi mental/emosional yang

negatif dan reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit. Adapun

pendekatan-pendekatan yang dilakukan bidan untuk

mengurangi rasa sakit pada persalinan menurut Hellen

Varney adalah: pendamping persalinan, pengaturan posisi,

relaksasi dan latihan pernafasan, istirahat dan privasi,

penjelasan tentang kemajuan persalinan, asuhan diri, dan

sentuhan.

h) Penjahitan Perenium

Proses kelahiran bayi dan placenta dapat menyebabkan

berubahnya bentuk jalan lahir, terutama adalah perineum.

Pada ibu yang memiliki perineum yang tidak elastis, maka

robekan perineum seringkali terjadi. Robekan perineum

yang tidak diperbaiki, akan mempengaruhi fungsi dan

estetika. Oleh karena itu, penjahitan perineum merupakan

salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin.Dalam

melakukan penjahitan perineum, bidan perlu

memperhatikan prinsip sterilitas dan asuhan sayang

ibu.Berikanlah selalu anastesi sebelum dilakukan

penjahitan.Perhatikan juga posisi bidan saat melakukan

penjahitan perineum. Posisikan badan ibu dengan posisi

litotomi/dorsal recumbent, tepat berada di depan bidan.

Hindari posisi bidan yang berada di sisi ibu saat menjahit,

62
karena hal ini dapat mengganggu kelancaran dan

kenyamanan tindakan.

i) Kebutuhan akan Proses Persalinan Yang Terstandar

Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan persalinan

yang terstandar merupakan hak setiap ibu. Hal ini

merupakan salah satu kebutuhan fisiologis ibu bersalin,

karena dengan pertolongan persalinan yang terstandar dapat

meningkatkan proses persalinan yang alami/normal.

Hal yang perlu disiapkan bidan dalam memberikan

pertolongan persalinan terstandar dimulai dari penerapan

upaya pencegahan infeksi.Cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan dengan menggunakan sabun

dan air mengalir dapat mengurangi risiko penularan infeksi

pada ibu maupun bayi.Dilanjutkan dengan penggunaan

APD (alat perlindungan diri) yang telah disepakati.Tempat

persalinan perlu disiapkan dengan baik dan sesuai standar,

dilengkapi dengan alat dan bahan yang telah

direkomendasikan Kemenkes dan IBI.Ruang persalinan

harus memiliki sistem pencahayaan yang cukup dan

sirkulasi udara yang baik.

Dalam melakukan pertolongan persalinan, bidan sebaiknya

tetap menerapkan APN (asuhan persalinan normal) pada

setiap kasus yang dihadapi ibu.Lakukan penapisan awal

63
sebelum melakukan APN agar asuhan yang diberikan

sesuai.Segera lakukan rujukan apabila ditemukan

ketidaknormalan.

2) Kebutuhan Psikologis pada Ibu Bersalin

Proses persalinan pada dasarnya merupakan suatu hal

fisiologis yang dialami oleh setiap ibu bersalin, sekaligus

merupakan suatu hal yang menakjubkan bagi ibu dan keluarga.

Namun, rasa khawatir, takut maupun cemas akan muncul pada

saat memasuki proses persalinan. Perasaan takut dapat

meningkatkan respon fisiologis dan psikologis, seperti: nyeri,

otot-otot menjadi tegang dan ibu menjadi cepat lelah, yang pada

akhirnya akan menghambat proses persalinan.

a) Pemberian Sugesti

Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan

pengaruh pada ibu dengan pemikiran yang dapat diterima

secara logis. Sugesti yang diberikan berupa sugesti positif

yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu untuk

melalui proses persalinan sebagaimana mestinya. Menurut

psikologis sosial individu, orang yang mempunyai keadaan

psikis labil akan lebih mudah dipengaruhi/mendapatkan

sugesti. Demikian juga pada wanita bersalin yang mana

keadaan psikisnya dalam keadaan kurang stabil, mudah

sekali menerima sugesti/pengaruh.

64
b) Mengalihkan Perhatian

Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang dihadapi

selama proses persalinan berlangsung dapat mengurangi

rasa sakit yang sebenarnya. Secara psikologis, apabila ibu

merasakan sakit, dan bidan tetap fokus pada rasa sakit itu

dengan menaruh rasa empati/belas kasihan yang berlebihan,

maka rasa sakit justru akan bertambah.

Upaya yang dapat dilakukan bidan dan pendamping

persalinan untuk mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit

selama persalinan misalnya adalah dengan mengajaknya

berbicara, sedikit bersenda gurau, mendengarkan musik

kesukaannya atau menonton televisi/film.Saat kontraksi

berlangsung dan ibu masih tetap merasakan nyeri pada

ambang yang tinggi, maka upaya-upaya mengurangi rasa

nyeri misal dengan teknik relaksasi, pengeluaran suara, dan

atau pijatan harus tetap dilakukan.

c) Membangun Kepercayaan

Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting

dalam membangun citra diri positif ibu dan membangun

sugesti positif dari bidan. Ibu bersalin yang memiliki

kepercayaan diri yang baik, bahwa dia mampu melahirkan

secara normal, dan dia percaya bahwa proses persalinan

yang dihadapi akan berjalan dengan lancar, maka secara

65
psikologis telah mengafirmasi alam bawah sadar ibu untuk

bersikap dan berperilaku positif selama proses persalinan

berlangsung sehingga hasil akhir persalinan sesuai dengan

harapan ibu.

Untuk membangun sugesti yang baik, ibu harus mempunyai

kepercayaan pada bidan sebagai penolongnya, bahwa bidan

mampu melakukan pertolongan persalinan dengan baik

sesuai standar, didasari pengetahuan dasar dan

keterampilan yang baik serta mempunyai pengalaman yang

cukup. Dengan kepercayaan tersebut, maka dengan

sendirinya ibu bersalin akan merasa aman dan nyaman

selama proses persalinan berlangsung.

g. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang

memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan

persalinan yang bersih dan aman, dengan memberikan aspek

sayang ibu dan sayang bayi (Maternity Dainty, dkk, 2016).

h. Langkah-Langkah APN (Asuhan Persalinan Normal)

Menurut Nurjasmi, dkk (2016) tatalaksana asuhan persalinan

normal tergabung dalam 60 langkah APN yaitu :

1) Mendengar dan melihat tanda kala II persalinan

a) Ibu merasa ada dorangan kuat dan meneran

66
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningat pada

rectum dan vagina

c) Perineum tampak menonjol

d) Vulva dan sfingter ani membuka

2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksanaan

komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.

a) Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan :

(1) Tempat datar, rata bersih, kerinf dan hangat

(2) 3 handuk atau kain bersih dan kering (termasuk ganjal

bahu bayi)

(3) Alat hisap lendir

(4) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 com dari tubuh

bayi

b) Untuk ibu :

(1) Menggelar kain diperut bawah ibu

(2) Menyiapkan oksitosin 10 unit

(3) Alat suntik steril sekali di dalam partus set

3) Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus

cairan.

4) Melepaskan dan menyiapkan semua perhiasan yang dipakai,

cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

67
keringkan tangan dengan tisu/handuk pribadi yang bersih dan

kering.

5) Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan

untuk periksa dalam.

6) Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan

tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum , menyekanya dengan hati-

hati dari anterior (depan) ke posterior(belakang) menggunakan

kapas atau kasa yang dibasahi air DTT

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi

tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke

belakang

b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam

wadah yang tersedia.

c) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan

rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%

selanjutnya langkah ke 9. Pakai sarung tangan DTT/steril

untuk melaksanakan langkah lanjutan.

8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap.

a) Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah

lengkap maka lakukan amniotomi.

68
9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan

sarung tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam

klorin 0,5%, selama 10 menit). Cuci kedua tangan setelah

sarung tangan dilepaskan. Tutup kembali partus set.

10) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus

mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas

normal (120- 160 x/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak Normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil dalam, DJJ, semua

temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan kedalam

partograf.

11) Beritahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin cukup baik,kemudian bantu ibu menemukan

posisi yang nyaman dan sesuai fengan keinginanya.

a) Tunggu timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,

lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan

janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan

dokementasikan semua temuan yang ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka

untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu dan

meneran secara benar.

69
12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika

ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi

itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.

13) Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin

meneran atau timbul kontraksi yang kuat.

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki

cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

c) Bantu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihanya

(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang

lama).

d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat

untuk ibu.

f) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

g) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir

setelah pembukaan lengkap dan dipimpin meneran >120

menit (2 jam) pada primigravida atau >60 menit (1 jam)

pada multigravida.

14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil

posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan

untuk meneran dalam selang waktu 60 menit.

70
15) Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut

bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

diameter 5-6 cm.

16) Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas

bokong ibu.

17) Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan.

18) Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka

vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang

dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain

menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi fleksi

dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara

efektif atau bernafas cepat dan dangkal.

20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses

kelahiran bayi. Perhatikan!

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan

lewat bagian atas kepala bayi

b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di

dua tempat dan potong tali pusat di antara dua klem

tersebut.

71
21) Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang

berlangsung secara spontan. Lahirnya Bahu

22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara

biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal

hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan

kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan

bahu belakang. Lahirkan Badan dan Tungkai

23) Setelah bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu

belakang, tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan

dan siku bayi sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan

pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu dan

jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari

telunjuk)

25) Lakukan Penilaian (selintas) :

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa

kesulitan?

c) Apakah bayibergerak dengan aktif? Bilah salah satu

jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke langkah resusitasi

72
pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bila semua jawaban

adalah “YA”, lanjut ke-26

26) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian

tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan

verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.

Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman diperut bagian

bawah ibu.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang

lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli)

28) Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10

unit (intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi

sebelum menyuntikkan oksitosin)

30) Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan

klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Gunakan jari telunjuk

dan jari tengah tangan yang lain untuk mendorong isi tali

kearah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm dari klem

pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit

(lindungi perut bayi), dan pengguntingan tali pusat di

antara 2 klem tersebut.

73
b) kat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali

pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-

bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di

dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara

ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau areola

mamae ibu.

a) Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang

topi di kepala bayi.

b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

c) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi

menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Bayi cukup

menyusu dari satu payudara.

d) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun

bayi sudah berhasil menyusui.

33) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

34) Letakkan satu tangan diatas kain pada perut bawah ibu (diatas

simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang

klem untuk menegangkan tali pusat.

74
35) Setelah uterus berkontraksi, teganggakan tali pusat kea rah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah

belakang-atas (dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah

inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur diatas.

a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu,suami atau

anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting

susu,untuk mengeluarkan plasenta.

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke

arah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke

arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga

plasenta dapat di lahirkan.

a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan

(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak

berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir ( ke arah

bawah-sejajar lantai-atas)

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta

c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan

tali pusat :

(1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

75
(2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika

kandung kemih penuh.

(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan

(4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali

pusat 15 menit berikutnya.

(5) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir

atau terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan

plasenta manual.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga

selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan

plasenta pada wadah yang telah disediakan. a. Jika selaput

ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk

melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jarijari

tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan

selaput yang tertinggal.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan

masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga

uterus berkontraksi (fundus teraba keras).

a) Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual

internal, kompresi aorta abdominalis, tampon kondom-

76
kateter) jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik

setelah rangsangan taktil/masase

39) Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta

telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantung

plastik atau tempat khusus.

40) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 dan 2 yang

menimbulkan perdarahan

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan

kateterisasi.

43) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5 %, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,

dan bilas di air DTT tanpa melepas sarung tangan, kemudian

keringkan dengan handuk

44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi

45) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

46) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan

baik (40-60 kali atau menit).

77
a) Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, resusitasi

dan segera merujuk ke rumah sakit.

b) Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk

ke Rumah Sakit (RS) Rujukan.

c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan

kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi

dalam satu selimut

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang sesuai

50) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan

darah di ranjang atau di sekitar ibu berbaring. Bantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering.

51) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan

yang diinginkannya

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

53) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam keadaan

78
terbalik, dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit

54) Cuci ke dua tangan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang

bersih dan kering

55) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan

pemeriksaan fisik bayi

56) Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi

bayi baik, pernapasan normal, (40-60 kali/menit) dan

temperatur stubuh normal (36,5-37,50C) setiap 15 menit

57) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan

hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di

dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan

kering.

60) Lengkapi partograf

i. Partograf

Menurut Kemenkes RI (2013) observasi persalinan dengan

menggunkan partograf dimulai pada pembukaan 4 cm. kenudian,

petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :

79
1) Denyut Jantung Janin

2) Air Ketuban

a) U : Selaput ketuban utuh

b) J : Air ketuban jernih

c) M : Bercampur Meconium

d) D : Bercampur Darah

e) K : Kering

3) Perubahan bentuk kepala janin (molase)

a) 0 : sutura masih terpisah

b) 1 : sutura masih menempel

c) 2 : sutura tumpang tindih tapi masih bisa diperbaiki

d) 3 : sutura tumpang tindih dan tidak bisa diperbaiki

4) Pembukaan serviks, dinilai tiap 4 jam dan ditandai dengan

tanda silang

5) Penurunan kepala bayi, menggunakan sistem perlimaan, catat

dengan tanda lingkaran (0). Pada posisi 0/5, sinsiput (S), atau

paruh atas kepala berada di simfisis pubis.

6) Waktu, menyatakan berapa lama penanganan sejak pasien

diterima

7) Jam, catat jam sesungguhnya

8) Kontraksi, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam

lakukan palpasi untuk hitung banyaknya kontraksi dalam 10

80
menit dan lamanya. Lama kontraksi dibagi dalam hityungan

detik : 40 detik.

9) Oksitosin, catat jumlah oksitosin pervolume cairan infus serta

jumlah tetes permenit.

10) Obat yang diberikan

11) Nadi, setiap ½ jam sekali tandai dengan titik besar.

12) Tekanan darah, setiap 4 jam sekali tandai dengan anak panah

13) Suhu tubuh, setiap 4 jam sekali

14) Protein, aseton, volume urin, catat setiap ibu berkemih

j. Upaya Pencegahan Bagi Ibu Bersalin dimasa Pandemi.

Menurut Kemenkes Tahun 2020 upaya pencegahan pada ibu

bersalin yaitu :

1) Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke

fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan

2) Rujukan terencana untuk ibu hamil berisiko.

3) Tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan

a) Kondisi ibu sesuai dengan level fasyankes penyelenggara

pertolongan persalinan.

b) Status ibu ODP, PDP, terkonfirmasi COVID-19 atau bukan

ODP/PDP/COVID-19.

4) Ibu dengan status ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19

bersalin di rumah sakit rujukan COVID-19.

81
5) Ibu dengan status BUKAN ODP, PDP atau terkonfirmasi

COVID-19 bersalin di fasyankes sesuai kondisi kebidanan (bisa

di FKTP atau FKTRL).

6) Saat merujuk pasien ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19

sesuai dengan prosedur pencegahan COVID-19.

7) Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur,

diutamakan menggunakan MKJP.

k. Rekomendasi Bagi Tenaga Kesehatan Terkait Pertolongan

Persalinan

Menurut Kemenkes Tahun 2020 Rekomendasi Tenaga

Kesehatan Pertolongan Persalinan yaitu :

1) Jika seorang wanita dengan COVID-19 dirawat di ruang isolasi

di ruang bersalin, dilakukan penanganan tim multi-disiplin yang

terkait yang meliputi dokter paru / penyakit dalam, dokter

kandungan, anestesi, bidan, dokter neonatologis dan perawat

neonatal.

2) Upaya harus dilakukan untuk meminimalkan jumlah anggota

staf yang memasuki ruangan dan unit, harus ada kebijakan lokal

yang menetapkan personil yang ikut dalam perawatan. Hanya

satu orang (pasangan/anggota keluarga) yang dapat menemani

pasien. Orang yang menemani harus diinformasikan mengenai

risiko penularan dan mereka harus memakai APD yang sesuai

saat menemani pasien.

82
3) Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik

standar, dengan penambahan saturasi oksigen yang bertujuan

untuk menjaga saturasi oksigen > 94%, titrasi terapi oksigen

sesuai kondisi.

4) Menimbang kejadian penurunan kondisi janin pada beberapa

laporan kasus di Cina, apabila sarana memungkinkan dilakukan

pemantauan janin secara kontinyu selama persalinan.

5) Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP

atau konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya,

dan apabila memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi

risiko penularan sampai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut

sudah teratasi. Apabila operasi tidak dapat ditunda maka

operasi sesuai prosedur standar dengan pencegahan infeksi

sesuai standar APD level 3.

6) Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar.

7) Seksio sesarea dapat dilaksanakan di dalam ruangan bertekanan

negatif atau dapat melakukan modifikasi kamar bedah menjadi

bertekanan negatif (seperti mematikan AC atau modifikasi

lainnya yang memungkinkan).

8) Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan gejala,

dipertimbangkan keadaan secara individual untuk melanjutkan

observasi persalinan atau dilakukan seksio sesaria darurat

apabila hal ini akan memperbaiki usaha resusitasi ibu.

83
9) Ruang operasi kebidanan :

a) Operasi elektif pada pasien COVID-19 harus dijadwalkan

terakhir.

b) Pasca operasi ruang operasi harus dilakukan pembersihan

penuh ruang operasi sesuai standar.

c) Jumlah petugas di kamar operasi seminimal mungkin dan

menggunakan alat perlindungan diri sesuai standar.

10) Antibiotik intrapartum harus diberikan sesuai protokol.

11) Plasenta harus dilakukan penanganan sesuai praktik normal.

Jika diperlukan histologi, jaringan harus diserahkan ke

laboratorium, dan laboratorium harus diberitahu bahwa sampel

berasal dari pasien suspek atau terkonfirmasi COVID-19.

12) Berikan anestesi epidural atau spinal sesuai indikasi dan

menghindari anestesi umum kecuali benar-benar diperlukan

13) Tim neonatal harus diberitahu tentang rencana untuk

melahirkan bayi dari ibu yang terkena COVID-19 jauh

sebelumnya.

l. Penerapan asuhan komprehensif pertolongan persalinan di

masa pandemic

Penerapan asuhan komprehensif pertolongan persalinan di masa

pandemic : Jika ada tanda-tanda bersalin, segera hubungi Bidan

melalui telepon/WA. Bidan melakukan skrining faktor resiko

termasuk resiko infeksi covid-19. Apabila ada faktor resiko, segera

84
rujuk ke PKM / RS sesuai standar, Lakukan pengkajian

komprehensif sesuai standar dengan kewaspadaan Covid-1, Bidan

dapat berkoordinasi dengan RT/RW/Kades tentang status ibu

apakah sedang isolasi mandiri (ODP/PDP/Covid +), Pertolongan

persalinan dilakukan sesuai standar APN, lakukan IMD &

Pemasangan IUD paska persalinan dengan APD level 2, dan

menerapkan protokol pencegahan penularan covid-19 - pada ibu

bukan PDP, Covid+ (Pasien dan pendamping maks 1 org

menggunakan masker), Jika tidak dapat melakukan pertolongan

persalinan, segera berkolaborasi dan rujuk ke PKM / RS sesuai

standar, Keluarga/pendamping dan semua tim yang bertugas

menerapkan protokol pencegahan penularan COVID19,

Melaksanakan rujukan persalinan terencana untuk Ibu bersalin

dengan risiko, termasuk risiko ODP/PDP/Covid + sesuai standar.

3. Penyusunan Konsep Dasar Teori Nifas Dan Menyusui

a. Pengertian Nifas

Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan

rentang waktu kira-kira selama 6 mingguyang dimulai setelah

plasenta keluar sampai alat-alat kandungan kembali normal seperti

sebelum hamil (Asih & Risneni, 2016).

Masa nifas atau puerperium adalah setelah kala IV sampai dengan

enam minggu berikutnya (pulihnya alat–alat kandungan kembali

seperti keadaan sebelum hamil).Akan tetapi seluruh otot genetalia

85
baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3

bulan.Masa ini merupakan periode kritis baik bagi ibu maupun

bayinya maka perlu diperhatikan (Nurjasmi, 2016).

b. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Masa Nifas

1) Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna

berangsur-angsur kembali keadaan sebelum hamil.Perubahan

keseluruhan alat genetalia inidisebut involusi.(Wahida

Yuliana, 2020)

a) Uterus

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil

dengan berat sekitar 30 gram. Proses ini dimulai segera

setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot polos

uterus.

b) Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti

corong berwarna merah kehitaman.Konsistensinya lunak,

kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.

Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim,

setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya

dapat dilalui 1 jari. 3.

c) Lochea

86
Lochea adalaah ekskresi cairan rahim selama masa

nifas.Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua

yang nekrotik dari dalam uterus. Pemeriksaan lochea

meliputi perubahan warna dan bau karena lochea memiliki

ciri khas : bau amis atau khas darah dan adanya bau busuk

menandakan adanya infeksi. Jumlah total pengeluaran

seluruh periode lochea rata – rata ± 240-270 ml.

d) Vulva, vagina dan perenium

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta

peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan

bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses

tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan

kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali

kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina

secara berangsur – angsur akan muncul kembali sementara

labia menjadi lebih menonjol. Himen tampak sebagai

tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah

menjadi kurunkulae motiformis yang khas bagi wanita

multipara. Perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

maju.Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi

pada saat perineum mengalami robekan.Robekan jalan

lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan

87
episiotomy dengan indikasi tertentu.Pada postnatal hari

ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada

keadaan sebelum melahirkan. Ukuran vagina akan selalu

lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan

pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat

mengembalikan tonus otot tersebut dan dapat

mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu.Hal ini

dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan

harian.

e) Sistem Perencanaan

Pasca melahirkan, kadar progesterone juga mulai

menurun. Namun demikian fungsi usus memerlukan

waktu 3-4 hari untuk kembali normal.Buang air besar

secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu

melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot

usus menurun selama proses persalinan dan pada awal

masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema

sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Pada

ibu yang mengalami episiotomi, laserasi dan hemoroid

sering menduga nyeri saat defekasi sehingga ibu sering

menunda untuk defekasi.Faktor tersebut mendukung

konstipasi pada ibu nifas dalam minggu

88
pertama.Suppositoria dibutuhkan untuk membantu

eliminasi pada ibu nifas. Akan tetapi proses konstipasi

juga dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu

dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air

besar

f) Sistem Perkemihan

Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar

tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa

nyaman. Namun demikian, paska melahirkan ibu sulit

merasa buang air kecil dikarena trauma yang terjadi pada

uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan,

yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung

kemih dapat mengalami oedema.Kombinasi trauma akibat

kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah

bayi lahir, dan efek konduksi anestesi menyebab keinginan

untuk berkemih menurun.Selain itu, rasa nyeri pada

panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan,

laserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau

mengubah reflex berkemih.Penurunan berkemih, seiring

diuresis pascapartum bisa menyebabkan distensi kandung

kemih.Distensi kandung kemih yang muncul segera

setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan

berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus

89
berkontraksi dengan baik. Pada masa pasca partum tahap

lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan

kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga

menggangu proses berkemih normal. Apabila terjadi

distensi berlebih pada kandung kemih dalam mengalami

kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan

kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih

biasanya akan pulih kembali dalam 5-7 hari setelah bayi

lahir.

g) Tanda-tanda Vital

(1) Suhu Tubuh

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari

37,20C.Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik

kurang lebih 0,50C dari keadaan normal.Kenaikan

suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu

melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.

Kurang lebih pada hari ke-4 postpartum, suhu badan

akan naik lagi. Apabila kenaikan suhu tubuh diatas

380C, waspada terhadap infeksi postpartum.

(2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa

60-80x/menit.Pasca melahirkan, denyut nadi dapat

mejadi bradikardi maupun lebih cepat.Denyut nadi

90
yang melebihi 100x/menit, harus waspada

kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

(3) Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah

pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh

jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.Tekanan

darah normal manusia adalah sistolik antara 90- 120

mmHg dan diastolic 60-80 mmHg.Pasca melahirkan

pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak

berubah.Perubahan tekanan darah menjadi lebih

rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh

perdarahan.Sedangkan tekanan darah tinggi pada

postpartum merupakan tanda terjadinya preeklampsia

postpartum.

(4) Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa

adalah 16- 24x/menit.pada ibu postpartum umumnya

pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan

ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi

istirahat.Keadaan pernafsan selalu berhubungan

dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan

nadi tidak normal, pernafasan juga akanmengikutinya,

kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran

91
nafas. Bila pernafasan pada masa postpartum menjadi

lebih cepat, kemungkinan ada tanda – tanda syok.

(5) Proses Laktasi

Selama masa nifas payudara bagian alveolus

mulai optimal memproduksi air susu (ASI). Dari

alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil

(duktulus), dimana beberapa saluran kecil bergabung

membentuk saluran yang lebih besar (duktus).Di

bawah areola, saluran yang besar ini mengalami

pelebaran yang disebut sinus.Akhirnya semua saluran

yang besar ini memusat ke dalam puting dan

bermuara ke luar.Di dalam dinding alveolus maupun

saluran, terdapat otot yang apabila berkontraksi dapat

memompa ASI keluar.

2) Perubahan Psikologis pada Masa Nifas

Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat

penting pada ibu dalam masa nifas.Ibu nifas menjadi sangat

sensitif, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga

terdekat.Peran bidan sangat penting pada masa nifas untuk

memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta

pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas

agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis (Asih &

Risneni, 2016).

92
Menurut Asih dan Risneni (2016), adaptasi psikologis yang

perlu dilakukan sesuai dengan fase di bawah ini:

a) Fase Taking In

Fase ini merupakan periode ketergantungan yang

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan.Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada

dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering

berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup

istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah

tersinggung.Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif

terhadap lingkungannya.Oleh karena itu, kondisi ibu perlu

dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase

ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk

proses pemulihannya.

b) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3–10 hari setelah melahirkan.

Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam

merawat bayi. Selain itu perasaannya sangat sensitif

sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang

hati-hati.Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan karena

saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima

93
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya

sehingga tumbuh rasa percaya diri.

c) Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan

peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya

meningkat pada fase ini.

c. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Menurut (Sukma Febi,dkk 2017), kebutuhan dasar masa nifas

adalah sebagai berikut :

1) Nutrisi dan Cairan

Nutrisi dan cairan sangat penting karena berpengaruh pada

proses laktasi dan involusi. Makan dengan diet seimbang,

tambahan kalori 500-800 kal/ hari.Makan dengan diet

seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin

yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter/ hari, pil zat besi (Fe)

diminum untuk menambah zat besi setidaknya selama 40 hari

selama persalinan, Kapsul vitamin A (200.000 IU ) agar dapat

memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

2) Mobilisasi

Segera mungkin membimbing klien keluar dan turun dari

tempat tidur, tergantung kepada keadaan klien, namun

94
dianjurkan pada persalinan normal klien dapat melakukan

mobilisasi 2 jam pp . Pada persalinan dengan anestesi miring

kanan dan kiri setelah 12 jam, lalu tidur ½ duduk, turun dari

tempat tidur setelah 24 jam Mobilisasi pada ibu berdampak

positif bagi, ibu merasa lebih sehat dan kuat, Faal usus dan

kandung kemih lebih baik, Ibu juga dapat merawat anaknya

3) Eliminasi

Pengisian kandung kemih sering terjadi dan pengosongan

spontan terhambat→retensi urin → distensi berlebihan

→fungsi kandung kemih terganggu, Infeksi. Miksi normal

dalam 2-6 jam PP dan setiap 3-4 jam Jika belum berkemih OK

penekanan sfingter, spasme karena iritasi m. Spincter ani,

edema KK, hematoma traktus genetalis →ambulasi ke 17

kandung kemih. Tidak BAK dalam 24 jam → kateterisasi

( resiko ISK (Infeksi Saluran Kencing) >> Bakteriuri 40 %)

BAB harus dilakukan 3-4 hari PP Jika tidak →laksan atau

parafin atau suppositoria.Ambulasi dini dan diet dapat

mencegah konstipasi. Agar BAB teratur : diet teratur,

pemberian cairan yang banyak, latihan dan olahraga.

4) Personal Hygiene

Ibu nifas rentan terhadap infeksi, unttuk itu personal

hygiene harus dijaga, yaitu dengan :

95
a) Mencuci tangan setiap habis genital hygiene, kebersihan

tubuh, pakaian, lingkungan dan tempat tidur harus slalu di

jaga

b) Membersihkan daerah genital dengan sabun dan air bersih

c) Menghindari menyentuh luka perineum

d) Mengganti pembalut setiap 6 jam minimal 2 kali sehari

Tidak menyentuh luka perineum

e) Menjaga kebersihan vulva perineum dan anus

f) Memberikan salep, betadine pada luka

5) Seksual

Hanya separuh wanita yang tidak kembali tingkat energi yang

biasa pada 6 minggu PP, secara fisik, aman, setelah darah dan

dapat memasukkan 2-3 jari kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

Penelitian pada 199 ibu multipara hanya 35 % ibu melakukan

hubungan seks pada 6 minggu dan 3 bln, 40% nya rasa nyeri

dan sakit.

6) Senam Nifas

Tujuan dari Senam Nifas adalah untuk :

a) Rehabilisasi jaringan yang mengalami penguluran akibat

kehamilan dan persalinan.

b) Mengembalikan ukuran rahim kebentuk semula.

c) Melancarkan Peredaran Darah

d) Melancarkan BAB dan BAK

96
e) Melancarkan produksi ASI.

f) Memperbaiki sikap baik.

d. Tujuan Asuhan Pada Masa Nifas

Menurut (Tonasih,dkk 2020), tujuan asuhan masa nifas adalah

sebagai berikut :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun

psikologis.

2) Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayi.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui,

pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari – hari.

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.

5) Mendapatkan kesehatan emosi.

e. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut Walyani (2015) menjadi 3 yaitu :

1) Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah di

perbolehkan berdiri dan berjalan, serta beraktifitas layaknya

wanita normal.

2) Puerperium Intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat

yang lamanya sekitar 6 -8 minggu.

97
3) Remote Puerperium, yaitu waktu yang di perlukan untuk pulih

dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi.

f. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Masa Nifas

Bidan memiliki peran yang sangat penting dalam pemberian

asuhan postpartum. Menurut (Aritonang Juneris,dkk 2021), adapun

peran dan tanggung jawab bidan masa nifas antara lain :

1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa

nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi

ketegangan fisik dan psikologis selama nifas.

2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

4) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang

berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan

administrasi.

5) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

6) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai

cara mencegah pendarahan, mengenali tanda – tanda bahaya,

menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang

aman.

7) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan

data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan serta

98
melaksanakanya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan

bayi selama periode nifas.

8) Memberikan asuhan secara professional.

g. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Selama ibu berada dalam masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan

harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu

dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi. Kebijakan mengenai

pelayanan nifas (puerperium) yaitu paling sedikit ada 4 kali

kunjungan pada masa nifas dengan tujuan untuk : (Walyani &

Purwoastuti, 2017)

1) Menilai kondisi ibu dan bayi

2) Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan

adanya gangguan-gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.

3) Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pasa

masa nifas.

4) Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan

menganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

h. Proses Laktasi dan Menyusui

Menurut Anik puji Rahayu (2016)

1) Anatommi dan Fisiologi payudara

99
Anatomi Payudara Payudara adalah kelenjar yang terletak

dibawah kulit dan di atas otot dada, tepatnya pada hemithoraks

kanan dan kiri, payudara manusia berbentuk kerucut tapi

seringkali berukuran tidak sama, payudara dewasa beratnya

kira-kira 200 gram, yang umumnya lebih besar dari yang

kanan. Pada waktu hamil payudara membesar mencapai 600

gram pada waktu menyusui mencapai 800 gram.

a) Korpus Mammae Badan payudara seutuhnya, didalamnya

berisi jaringan ikat, kelenjar lemak, saraf, pembuluh darah,

kelenjar getah bening, kelenjar payudara yang berisi sel-

sel dan kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.

b) Areola Area yang gelap yang mengelilingi puting susu,

warnanya ini disebabkan oleh penipisan dan penimbunan

pigmen pada kulit. Parubahan warna pada aerola

tergantung pada warna kulit dan adanya kehamilan.

Selama kehamilan warna aerola akan menjadi lebih gelap

dan menetap. Pada daerah ini didapatkan kelenjar

keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang akan

membesar selama kehamilan, kelenjar ini akan

mengeluarkan suatu bahan yang dapat melicinkan areola

selama menyusui. Pada areola terdapat duktus laktiferus

yang merupakan tempat penampungan air susu.

100
c) Papilla Mammae atau Puting Susu Letaknya bervariasi

sesuai ukuran payudara, terdapat lubang-lubang kecil di

puting yang merupakan muara dari duktus laktiferus

(tempat penampungan ASI). Pada puting juga didapatkan

ujung-ujung saraf dan pembuluh darah.

d) Diantara areola dan puting terdapat serat-serat otot polos

yang tersusun melingkar, sehingga apabila ada kontraksi

ketika bayi menghisap, maka duktus laktiferus akan

memadat dan menyebebkan puting susu yang merupakan

muara ASI bekerja, serta-serat otot polos yang tersusun

sejajar akan menarik kembali puting susu

e) Fisiologi Payudara Payudara mengalami 3 macam

perubahan yang dipengaruhi hormon yaitu:

(1) Mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,

masa fertilitas sampai ke klimakterium dan

menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan

progesteron yang dipengaruhi ovarium dan juga

hormon hipofise, telah menyebabkan duktus

berkembang dan timbulnya asinus.

(2) Perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari

kedelapan menstruasi, payudara jadi lebih besar dan

pada beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya

terjadi pembesaran maksimal, kadang-kadang timbul

101
benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa

hari menjelang menstruasi, payudara menjadi tegang

dan nyeri, begitu menstruasi mulai semuanya

berkurang.

(3) Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel

duktus lobul, duktus alveolus berploliferasi dan

hipofise anterior memicu laktasi. Air susu di produksi

oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian

dikeluarkan melalui duktus ke puting susu (Anik Puji

Rahayu, 2016).

2) Manfaat Pemberian ASI

Manfaat pemberian ASI Menurut Asih dan Risneni (2016),

beberapa manfaat pemberian ASI bagi bayi, dan ibu yaitu :

a) Manfaat bagi Bayi

(1) Komposisi sesuai kebutuhan

(2) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi

(3) ASI megandung zat pelindung

(4) Perkembangan psikomotorik lebih cepat

(5) Menunjang perkembangan kognitif

(6) Menunjang perkembangan penglihatan

(7) Memperkuat ikatan batin antar ibu dan anak

(8) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat

102
(9) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya

diri

b) Manfaat bagi ibu

(1) Mencegah perdarahan paska persalinan dan

mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula.

(2) Mencegah anemia defisiensi zat besi

(3) Mempercepat ibu kembali ke berat badan semula

(4) Menunda kesuburan

(5) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan kanker

ovarium

3) Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut Mustika Nintyasari, dkk, 2018 tanda bayi cukup

ASI adalah sebagai berikut :

a) Bayi kencing setidaknya 6 kali dlm 24 jam dan warnanya

jernih sampai kuning muda.

b) Bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”.

c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun

dan tidur cukup.

d) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.

e) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai

menyusui.

f) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap

kali bayi mulai menyusui

103
g) Bayi bertambah berat badannya

4) ASI Eksklusif

ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan

makanan atau minuman lain selama umur 0-6 bulan, bayi harus

diberi kesempatan menyusu tanpa dibatasi frekuensi dan

durasinya (Asih & Risneni, 2016). Menurut Purwoastuti dan

Walyani (2015), ada beberapa jenis ASI yaitu :

a) Kolostrum: cairan pertama yang dikeluarkan oleh kelenjar

payudara pada hari pertama sampai dengan hari ke-3,

berwarna kuning keemasan, mengandung protein tinggi

rendah laktosa.

b) ASI Transisi: keluar pada hari ke 4 sampai hari ke 10

jumlah ASI meningkat tetapi protein rendah dan lemak,

hidrat arang tinggi.

c) ASI Mature: ASI yang keluar hari ke 10 dan seterusnya,

nutrisi terus berubah sampai bayi 6 bulan

5) Cara Menyusui Yang Baik dan Benar

a) Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian

dioleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya. Cara ini

mempunyai manfaat sebagai disinfektan dan menjaga

kelembaban puting susu

b) Bayi diletakkan menghadap perut ibu

104
(1) Ibu duduk dikursi yang rendah atau berbaring dengan

santai, bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang

rendah (kaki ibu tidak bergantung) dan punggung ibu

bersandar pada sandaran kursi.

(2) Bayi dipegang pada bahu dengan satu lengan, kepala

bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak

boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan dengan

telapak tangan).

(3) Satu tangan bayi diletakkan pada badan ibu dan satu

didepan.

(4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi

menghadap payudara.

(5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

(6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

c) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang

lain menopang dibawah.

d) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan

cara:

(1) Menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau

(2) Menyentuh sisi mulut bayi

e) Setelah bayi membuka mulut dengan cepat kepala bayi

diletakkan ke payudara ibu dengan puting serta aerolanya

dimasukkan ke mulut bayi.

105
(1) usahakan sebagian besar aerola dapat masuk kedalam

mulut bayi sehingga puting berada dibawah langit-

langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar

(2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tidak perlu

dipegang atau disanggah.

f) Melepas isapan bayi Setelah selesai menyusui, ASI

dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu

dan aerola sekitar dan biarkan kering dengan sendirinya

untuk mengurangi rasa sakit. Selanjutnya sendawakan

bayi tujuannya untuk mengeluarkan udara dari lambung

supaya bayi tidak muntah (gumoh) setelah menyusui

(Walyani & Purwoastuti, 2017).

g) Cara menyedawakan Bayi

Menurut Walyani & Purwoastuti (2017) ada 2 cara yaitu :

(1) Bayi dipegang tegak dengan bersandar pada bahu ibu

kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

(2) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian

punggungnya ditepuk perlahan-lahan.

i. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Kemenkes 2018 tujuan masa nifas yaitu :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun

pisikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan

106
keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi, dukungan

psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga

2) Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh)

dimana bidan harus melakukan manajemen asuhan kebidanan

pada ibu masa nifas secara sistematis yaitu mulai pengkajian,

interpretasi data dan analisa masalah, perencanaan,

penatalaksanaan dan evaluasi. Sehingga dengan asuhan

kebidanan masa nifas dan menyusui dapat mendeteksi secara

dini penyulit maupun komplikasi yang terjadi pada ibu dan

bayi.

3) Melakukan rujukan secara aman dan tepat waktu bila terjadi

penyulit atau komplikasi pada ibu dan bayinya, ke fasilitas

pelayanan rujukan.

4) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan nifas dan menyusui, kebutuhan nutrisi, perencanaan

pengaturan jarak kelahiran, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya, perawatan bayi sehat serta memberikan

pelayanan keluarga berencana, sesuai dengan pilihan ibu.

j. Upaya Pencegahan Bagi Ibu Nifas di Masa Pandemi

Menurut Kemenkes RI (2020) upaya pencegahan bagi ibu nifas

di masa pandemic yaitu :

107
1) Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa

nifas (lihat Buku KIA). Jika terdapat resiko / tanda bahaya,

maka periksakan diri ke tenaga kesehatan

2) Kunjungan nifas (KF) di lakukan sesuai jadwal kunjungan

nifas yaitu :

a) KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua)

hari pasca persalinan;

b) KF2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh)

hari pasca persalinan;

c) KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28

(dua puluh delapan) hari pasca persalinan;

d) KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai

dengan 42 (empat puluh dua) hari pasca persalinan.

3) Pelaksanaan kunjungan nifas dapat di lakukan dengan metode

kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan atau pemantauan

menggunakan media online (di sesuaikan dengan kondisi

daerah terdampak COVID-19), dengan melakukan upaya –

upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu

dan keluarga.

4) Pelayanan KB tetap di laksanakan sesuai jadwal dengan

membuat perjanjian dengan petuga.

108
k. Rekomendasi Bagi Tenaga Kesehatan Terkait Pelayanan Pasca

Persalinan Untuk Ibu Dan Bayi Baru Lahir

Menurut Kemenkes RI (2020) rekomendasi bagi tenaga

kesehatan terkait pelayanan pasca persalinan untuk ibu dan bayi baru

lahir yaitu :

1) Semua bayi baru lahir di layani sesuai dengan protocol

perawatan bayi baru lahir. Alat perlindungan diri di terapkan

sesuai protocol. Kunjungan neonatal dapat di lakukan melalui

kunjungan rumah sesuai prosedur. Perawatan bayi baru lahir

termasuk Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) dan imunisasi

tetap di lakukan. Berikan informasi kepada ibu dan keluarga

mengenai perawatan bayi baru lahir dan tanda bahaya. Lakukan

komunikasi dan pemantauan kesehatan ibu dan bayi baru lahir

secara online atau digital.

2) Untuk pelayanan Skrining Hipotiroid Kongenital, pengambilan

specimen tetap di lakukan sesuai prosedur. Tata cara

penyimpanan dan pengiriman spesimen sesuai dengan Pedoman

Skrining Hipotiroid Kongenital. Apabila terkendala dalam

pengiriman specimen di karenakan situasi pandemic COVID-19,

specimen dapat di simpan selama maksimal 1 bulan pada suhu

kamar.

3) Untuk bayi baru lahir dari ibu terkonfirmasi COVID-19 atau

masuk dalam criteria Pasien Dalam Pengawasan (PDP), di

109
karenakan informasi mengenai virus baru ini terbatas dan tidak

ada profilaksis atau pengobatan yang tersedia, pilihan untuk

perawatan bayi harus di diskusikan dengan keluarga pasien dan

tim kesehatan yang terkait.

4) Ibu di berikan konseling tentang adanya referensi dari Cina yang

menyarankan isolasi terpisah dari ibu yang terinfeksi dan

bayinya selama 14 hari. Pemisahan sementara bertujuan untuk

mengurangi kontak antara ibu dan bayi.

5) Bila seorang ibu menunjukan bahwa ia ingin merawat bayi

sendiri, maka segala upaya harus di lakukan untuk memastikan

bahwa ia telah menerima informasi lengkap dan memahami

potensi resiko terhadap bayi.

6) Sampai saat ini data terbatas untuk memandu manajemen

postnatal bayi dari ibu yang di tes positif COVID-19 pada

trimester ke tiga kehamilan. Sampai saat ini tidak ada bukti

transmisi vertical (antenatal).

7) Semua bayi yang lahir dari ibu dengan PDP atau di konfirmasi

COVID-19 juga perlu di periksa untuk COVID-19.

8) Bila ibu memutuskan untuk merawat bayi sendiri, baik ibu dan

bayi harus di isolasi dalam satu kamar dengan fasilitas en-suite

selama di rawat di rumah sakit. Tindakan pencegahan tambahan

yang di sarankan adalah sebagai berikut :

110
a) Bayi harus di tempatkan di incubator tertutup dalam

ruangan.

b) Ketika bayi berada di luar incubator dan ibu menyusui,

mandi, merawat, memeluk atau berada dalam jarak 1

meter dari bayi, ibu di sarankan untuk mengenakan APD

yang sesuai dengan pedoman PPI dan di ajarkan mengenai

etiket batuk.

c) Bayi harus di keluarkan sementara dari ruangan jika ada

prosedur yang menghasilkan aerosol yang harus di

lakukan di dalam ruangan

9) Pemulangan untuk Ibu Postpartum harus mengikuti rekomendasi

pemulangan pasien COVID-19.

4. Penyusunan Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir dan Neonatus

a. Pengertian Bayi Baru Lahir dan Neonatus

Bayi baru lahir normal adalah berat bayi lahir antara 2500-

4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak ada

kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi dan

Rahardjo, 2015).

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir

2500 gram sampai dengan 4000 gram dan tanpa tanda – tanda

asfiksia dan penyakit penyerta lainnya (Noordiati, 2018).

111
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi ovum dan spermatozoon

dengan masa gestasi memungkinkan hidup di luar kandungan.

Tahapan bayi baru lahir yaitu umur 0 sampai 7 hari disebut

neonatal dini dan umur 8 sampai 28 hari disebut neonatal lanut

(Maternity, Anjany & Evrianasari, 2018).

b. Adaptasi Bayi Baru Lahir

1) Perubahan pada sistem Pernafasan

Perkembangan sistem pulmonar pada bayi yaitu pada umur 24

hari bakal paru-paru sudah terbentuk, 26 sampai 28 hari bakal

bronchi membesar, 6 minggu dibentuk segmen bronchus, 12

minggu diferensiasi lobus, 24 minggu dibentuk alveolus, 28

minggu dibentuk surfaktan, 34 sapai 36 minggu surfaktan

matang. Struktur matang ranting paru-paru sudah bisa

mengembangkan sistem alveoli.Selama dalam uterus janin

mendapat oksigen dari 53 pertukaran gas melalui

plasenta.Setelah lahir pertukaran gasmelalui paru–paru bayi

(Armini, Sriasih, Marhaeni, 2017).

2) Rangsangan Untuk Gerak Pernafasan

Menurut Legawati (2018) Rangsangan gerakan pertama

terjadi karena beberapa hal berikut:

a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir

(stimulasi mekanik).

112
b) Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCo2 merangsang

kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi

kimiawi).

c) Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di

dalam uterus (stimulasi sensorik).

d) Reflek deflasi hering

3) Upaya Pernafasan Pertama

Upaya nafas pertama bayi berfungsi untuk megeluarkan

cairan dalam paru dan mengembangkan jaringan alveoli paru

untuk pertama kali.Untuk mendapatkan fungsi alveol harus

terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah melalui

paru.Surfaktan megurangi tekanan permukaan dan membantu

menstabilkan dinding alveoli pada akhir persalinan sehingga

tidak kolaps (Noordiati, 2018).

4) Perubahan Pada Sistem Kardiovaskuler

Setelah bayi lahir paru akan berkembang menyebabkan

tekanan arteriol dalam paru berkurang. Tekanan dalam

jantung kanan turun sehingga tekanan jantung kiri lebih besar

yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara

fungsional.Oleh karena itu tekanan dala paru turun dan

tekanan dalam aorta desenden naik dan karena rangsangan

biokimia duktus arterious berobliterasi ini terjadi pada hari

pertama (Armini, Sriasih, Marhaeni, 2017).

113
5) Perubahan pada sistem Termoregulasi

Noordiati (2018) menjelaskan ketika bayi baru lahir, bayi

berasa pada suhu lingkungan yang >rendah dari suhu di dalam

rahim. Noordiati menjelaskan empat kemungkinan

mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir

kehilangan panas tubuhnya :

a) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya

yang kontak langsung dengan tubuh bayi.Contohnya

menimbang bayi tanpa alas timbanga, tangan penolong

yang dingin langsung memegang BBL, meggunakan

stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

b) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang

bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara

(perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi

uap). Contohnya tidak segera mengeringkan bayi setelah

lahir, tidak mengeringkan bayi setelah mandi.

c) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang

sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung

pada kecepatan dan suhu udara).Contohnya membiarkan

114
bayi dekat jendela, membiarkan BBL di ruangan yang

terpasang kipas angin.

d) Radiasi

Panas dipncarkan dari BBL keluar tubuhnya ke

lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas antara 2

objek yang mempunyai suhu berbeda).Contohnya

membiarkan bayi di ruangan yang memiliki AC.

e) Perubahan pada Sistem Renal

Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, kapasitasya

kecil hingga setelah lahir.Urine bayi encer, berwarna

kekuningkuningan dan tidak berbau. Warna cokelat

disebabkan oleh lendir bekas membrane mukusa dan udara

asam akan hilang setelah bayi banyak minum. Urine

pertama kali di buang saat lahir dan dalam 24 jam dan

akan semakin sering dengan banyak cairan.

f) Perubahan pada sistem Gastrointestinal

Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan

makanan terbatas, hubungan esofagus bawah dan lambung

belum sempurna, sehingga mudah gumoh tertama bayi

baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung terbatas

kurang dari 30 cc untuk bayi cukup bulan. Usus masih

belum matang sehingga tidak mampu melindungi diri dari

zat berbahaya, kolon bayi baru lahir kurang efisien dalam

115
mempertahankan air sehingga bahaya diare menjadi serius

pada bayi baru lahir (Noordiati, 2018).

g) Perubahan pada sistem imunitas

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang

sehingga rentan terhadap berbagai infeksi dan

alergi.Sistem imunitas matang meyebabkan kekebalan

alami dan buatan.Kekebalan alami terdiri dari struktur

tubuh yang mencegah dan meminimalkan infeksi misalnya

perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi saringan

saluran gas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan

usus dan perlindungan kimia oleh asam lambung

(Noordiati, 2018).

h) Perubahan sistem Integumen

Lailiyana dkk (2016) menjelaskan bahwa semua struktur

kulit bayi sudah terbentuk saaat lahir, tetapi masih belum

matang.Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik

dan sangat tipis.Verniks kaseosa juga berfungsi dengan

epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung.Kulit

bayi sangat sensitif dan mudah mengalami kerusakan.Bayi

cukup bulan mempunyai kulit kemerahan (merah daging)

beberapa setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat

menjadi warna normal.Kulit sering terlihat berbecak,

terutama didaerah sekitar ekstremitas.Tangan dan kaki

116
terlihat sedikit sianotik. Warna kebiruan ini, akrosianois,

disebabkan ketidakstabilan vasomotor, stasis kapiler, dan

kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini normal,

bersifat sementara, dan bertahan selama 7 sampai 10 hari,

terutama bila terpajan udara dingin.

c. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

1) Nutrisi

Menganjurkan berikan ASI sesering mungkin sesuai

keinginan ibu (jika payudara penuh) dan tentu saja ini lebih

berarti pada menyusui sesuai kehendak bayi atau kebutuhan

bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian

antara payudara kiri dan kanan. Seorang bayi yang menyusu

sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali

dalam 24 jam. (Legawati 2018)

2) Cairan dan Elektrolit

Menurut Legawati (2018) air merupakan nutrien yang

berfungsi menjadi medium untuk nutrien yang lainnya.Air

merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting mengingat

kebutuhan air pada bayi relatif tinggi 75-80 % dari berat

badan dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60

%.Bayi baru lahir memenuhi kebutuhan cairannya melalui

ASI.Segala kebutuhan nutrisi dan cairan didapat dari ASI.

3) Personal Hygiene

117
Menurut Legawati (2018) menjelaskan memandikan bayi baru

lahir merupakan tantangan tersendiri bagi ibu baru.Ajari ibu,

jika ibu 60 masih ragu untuk memandikan bayi di bak mandi

karena tali pusatnya belum pupus, maka bisa memandikan

bayi dengan melap seluruh badan dengan menggunakan

waslap saja.Yang penting siapkan air hangat-hangat kuku dan

tempatkan bayi didalam ruangan yang hangat tidak

berangin.Lap wajah, terutama area mata dan sekujur tubuh

dengan lembut.Jika mau menggunakan sabun sebaiknya pilih

sabun yang 2 in 1, bisa untuk keramas sekaligus sabun mandi.

Keringkan bayi dengan cara membungkusnya dengan handuk

kering.

d. Waktu pemeriksaan BBL

Pemeriksaan Bayi Baru Lahir bertujuan untuk mengetahui sedini

mungkin kelainan pada bayi. Bayi yang lahir difasilitas kesehatan

dianjurkan tetap berada difasilitas tersebut selama 2 jam karena

resiko kematian terbesar adalah BBL terjadi 24 jam pertama

kehidupan. Saat kunjungan tidak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada

umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4 – 7 hari, dan 1 kali pada umur

28 hari (Kementrian Kesehatan RI, 2010)

118
e. APGAR SCORE

1) Pengertian Apgar Score

Apgar score atau penilaian skor Apgar dilakuan oleh dokter

atau bidan pada setiap bayi yang baru lahir. Pemeriksaan ini

dilakukan untuk memastikan kondisi bayi sehat dan bugar

untuk dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungan baru di

luar rahim ibu.(Kemenkes RI 2019)

2) Tujuan dilakukannya APGAR

Hal yang penting diketahui bahwa penilaian skor ini dibuat

untuk menolong tenaga kesehatandalam mengkaji kondisi

bayi baru lahir secara umum dan memutuskan untuk

melakukan tindakandarurat atau tidak.Penilaian ini dilakukan

sebagai prediksi terhadap kesehatan bayi atau intelegensi bayi

dimasa mendatang.beberapa bayi dapat mencapai angka 10,

dan tidak jarang bayi yang sehat mempunyai skor yang lebih

rendah dari biasanya, terutama pada menit pertama saat baru

lahir.

Sampai saat ini, skor apgar masih tetap digunakan,

karenaselainketepatannya, juga karena cara penerapannya

yang sederhana. Cepat, dan ringkas. Yang terpenting dalam

penentuan skor apgar ini adalah untuk menetukan bayi

tersebut asfiksia atau tidak( Sujiyatini, 2011 ).

119
3) Kriteria APGAR SCORE

Aspek Pengamatan Skor


Bayi Baru Lahir
0 1 2

Appearance/warna Seluruh tubuh Warna kulit Warna kulit


kulit bayi berwarna tubuh normal, seluruh tubuh
kebiruan tetapi tangan normal
dan kaki
berwarna
kebiruan

Pulse/denyut nadi Denyut nadi Denyut nadi , Denyut nadi >


tidak ada 100 kali/menit 100 kali/menit

Grimace/ respon Tidak ada Wajah meringis Meringis,


reflex respon saat distimulasi menarik, batuk
terhadap atau bersin saat
stimulasi distimulasi

Activity/ tonus otot Lemah, tidak Lengan dan Bergerak aktif


ada gerakan kaki dalam dan spontan
posisi fleksi
dengan sedikit
gerakan

Respiratory/pernafas Tidak bernafas, Menangis Menangis kuat,


an pernafasan lemah, pernafasan baik
lambat dan terdengar dan teratur
tidak teratur seperti merintih

Tabel. 2.2. APGAR SKOR

Sumber : Tandon, N.M. 2016

f. Pencegahan Bagi Bayi Baru Lahir dalam Masa Pandemi

Covid-19

120
Menurut Kemenkes RI (2020) pencegahan bagi bayi baru

lahir di masa pandemic :

1) Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal

esensial saat lahir ( 0 – 6 jam ) seperti pemotongan dan

perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini, injeksivitamin K1,

pemberian salep / tetes mata antibiotik dan pemberian

imunisasi hepatitis B.

2) Setelah 24 jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas

kesehatan, pengambilan sampel Skrining Hipotoroid

Kongenital (SHK) dapat di lakukan oleh tenaga kesehatan.

3) Pelayanan neonatal esensial setelah lahir atau Kunjungan

Neonatal (KN) tetap di lakukan sesuai jadwal dengan

kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan dengan melakukan

upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari petugas

ataupun ibu dan keluarga. Waktu kunjungan neonatal yaitu :

a) KN 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 48

(empat puluh delapan) jam setelah lahir

b) KN 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh)

hari setelah lahir;

c) KN 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan

28(dua puluh delapan) hari setelah lahir.

4) Ibu di berikan KIE terhadap perawatan bayi baru lahir

termasuk ASI Ekslusif dan tanda – tanda bahaya pada bayi

121
baru lahir (sesuai yang tercantum pada buku KIA). Apabila di

temukan tanda bahaya bayi baru lahir, segera bawa ke fasilitas

pelayanan kesehatan. Khusus untuk bayi dengan berat badan

lahir rendah (BBLR), apabila di temukan tanda bahaya atau

permasalahan segera di bawa ke Rumah Sakit.

g. Rekomendasi Terkait Menyusui Bagi Tenaga Kesehatan dan

Ibu Menyusui Di Masa Pandemi Covid 19

Menurut Kemenkes RI (2020) Rekomendasi Terkait

Menyusui Bagi Tenaga Kesehatan Dan Ibu Menyusui Di Masa

Pandemi Covid 19 :

1) Ibu sebaiknya di berikan konseling tentang pemberian ASI.

Sebuah penelitian terbatas pada dalam enam kasus persalinan

di Cina yang di lakukan pemeriksaan ASI di dapatkan negstif

untuk COVID-19. Namun mengingat jumlah kasus yang

sedikit, bukti ini harus di tafsirkan dengan hati – hati.

2) Resiko utama untuk bayi menyusui adalah kontak dekat

dengan ibu, yang cenderung terjadi penularan melalui droplet

infeksius di udara.

3) Petugas kesehatan sebaiknya menyarankan bahwa manfaat

menyusui melebihi potensi resiko penularan virus melalui

ASI. Resiko dan manfaat menyusui, termasuk resiko

menggendong bayi dalam jarak dekat dengan ibu, harus di

diskusikan. Ibu sebaiknya juga di berikan konseling bahwa

122
panduan ini dapat berubah sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan.

4) Keputusan untuk menyusui atau kapan akan menyusui

kembali (bagi yang tidak menyusui) sebaiknya di lakukan

komunikasi tentang resiko kontak dan manfaat menyusui oleh

dokter yang merawatnya.

5) Untuk wanita yang ingin menyusui, tindakan pencegahan

harus di ambil untuk membatasi penyebaran virus ke bayi :

a) Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi, pompa udara

atau botol.

b) Mengenakan masker untuk menyusui.

c) Lakukan pembersihan pompa ASI segera setelah

penggunaan.

d) Pertimbangkan untuk meminta bantuan seseorang dengan

kondisi yang sehat untuk member ASI.

e) Ibu harus di dorong untuk memerah ASI (manual atau

elektrik), sehingga bayi dapat menerima manfaat ASI dan

untuk menjaga persediaan ASI agar proses menyusui

dapat berlanjut setelah ibu dan bayi di satukan kembali.

Jika memerah ASI menggunakan pompa ASI, pompa

harus di bersihkan dan di desinfaksikan.

f) Pada saat transportasi kantong ASI dari kamar ibu ke

lokasi penyimpanan harus menggunakan kantong

123
specimen plastic. Kondisi penyimpanan harus sesuai

dengan kebijakan dan kantong ASI harus di tandai

dengan jelas dan di simpan dalam kotak wadah khusus,

terpisah dengan kantong ASI dari pasien lainnya.

h. Pemijatan Bayi

Baby Care dalam bahasa Indonesia memiliki arti perawatan bayi.

Bayi merupakan anak usia 0 -12 bulan yang harus diberikan

perawatan khusus untuk menjaga kesehatan dalam pertumbuhan

dan pekembangan. Perawatan bayi di dalam ilmu

kesehatanterutama kebidanan ada berbagai macam untuk menjaga

kesehatan bayi mulai dari bayi baru lahir sampai usia 12 bulan.

Salah satu bagian dari baby care adalah pijat bayi.(Septiana

Juwita, 2019)

1) Manfaat Pijat Bayi

Pijatanpada bayi memberikan manfaat yang luar biasa. Hal

tersebut sudah dibuktikan dengan penelitian ilmiah untuk

mengembangkan metode pijat bayi sebagai perawatan

kesehatan pada bayi. Berikut manfaat pijat pada bayi secara

fisik maupun psikologinya:

a) Efek biokimia dan positif yang positif

124
Field dan Scanberghmenunjukkan bahwa bayi yang

diberikan pijat, maka akan meningkatkan tonus otot

nervus vagus(saraf otak yang kesepuluh). Pemijatan pada

bayi juga akan meningkatkan daya tahan tubuh karena

aktifitas neutransmiter neurotin akan meningkat sehingga

kapasitas sel reseptor yang memiliki fungsi mengikat

glucocorticoid meningkat.

i. Penerapan asuhan komprehensif BBL dimasa Pandemic

Tidak ada keluhan agar menerapkan isi buku KIA, lakukan

pemantauan mandiri, jika ada keluhan/tanda bahaya pada ibu/BBL

segera ke faskes, Pelayanan nifas dan BBL dengan membuat janji

melalui Telepon/WA, Lakukan pengkajian komprehensif sesuai

standar dengan kewaspadaan Covid-19, Bidan dapat berkoordinasi

dengan RT/RW/Kades tentang status ibu apakah sedang isolasi

mandiri (ODP/PDP/Covid+), Pelayanan nifas & BBL dilakukan

sesuai standar menggunakan APD level 1 dan menerapkan protokol

pencegahan Covid-19, Jika tidak dapat memberikan pelayanan,

Bidan segera berkolaborasi dan rujuk ke PKM/RS, Lakukan

Asuhan esensial Bayi Baru Lahir, Imunisasi tetap diberikan sesuai

rekomendasi PP IDAI, Tunda kelas Ibu Balita atau dilakukan

secara online, Konsultasi nifas & BBL, KIE, Konseling Laktasi,

pemantauan Tumbang dilaksanakan secara on-line, Ibu nifas,

125
pendamping & semua tim yang bertugas menggunakan masker dan

menerapkan protokol pencegahan Covid-19.

5. Konsep Dasar BBLR

a. Pengertian BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi beratnya kurang dari

2500 gram saat dilahirkan.BBLR diketahui dengan menimbang

bayi sebelum 30 menit setelah lahir. Bila penimbangan bayi tidak

mungkin dilakukan, masih ada cara lain mengenal BBLR,yaitu

dengan mengukur lingkar lengan atas bayi. Lengan atas bayi

normal minimal 9,5 cm. Jika tubuhnya kurang berisi, ototnya

lembek dan kulitnyamungkin keriput atau tipis serta lebih kecil

dari bayi normal,bayi termasuk kategori BBLR. (M.T Indiarti,

2015)

b. Klasifikasi BBLR

Menurut Pudiastuti (2011) mengatakan klasifikasi BBLR

berdasarkan :

1) Umur kehamilan

b) Bayi premature atau kurang bulan (usia kehamilan < 37

minggu) sebagian bayi kurang bulan belumsiap hidup

diluar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk mulai

bernapas, menghisap melawan infeksi dan menjaga

tubuhnya tetap hangat.

c) Bayicukup bulan (usia kehamilan 38-42 minggu)

126
d) Bayi lebih bulan (usia kehamilan > 42 minggu)

2) Klasifikasi BBLR berdasarkan Berat Badan

Menurut (Septiani Juwita, 2020)

a) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan berat

badan lahir antara 15000 -2500 gram.

b) Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan

berat badan lahir antara 1000-1500 gram.

c) Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER) dengan berat

lahir kurang dari 1000 gram.

3) Klasifikasi berdasarkan berat badan dan usia kehamilan.

Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan (KMK) small for

gestasional age (SGA). Bayi lahir dengan keterlambatan

pertumbuhan intrauterine dengan BB terletak dibawah

presentil ke 10 dalam grafik pertumbuhan intrauterine.

a) Bayi sesuai masa kehamilan (SMK) Appropriate for

Gestasionel Age (AGA). Bayi yang lahir sesuai masa

kehamilan yang terletak diantara presentil 10-90 dalam

grafik pertumbuhan intrauterine.

b) Bayi besar masa kehamilan atau large For gestasional Aga

(LGA). Bayi yang lahir sesuai dengan berat badan lebih

12 besar untuk masa kehamilan yaitu terletak diatas 90

dalam grafik pertumbuhan intrauterine.

127
c. Faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR

Menurut Pudiastuti (2011) faktor-faktor meliputi :

1) Umur ibu <20 tahun atau >35 tahun

2) Jarak kehamilan <1 tahun

3) Paritas >4

4) Ibu dengan keadaan

a) Mempunyai BBLR sebelumnya

b) Melakukan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat

c) Ekonomi

d) Perkawinan tidak sah

e) Kurang gizi

f) Perokok

5) Ibu hamil dengan

a) Anemia berat

b) Pre eklampsi atau hipertensi

c) Infeksi selama kehamilan

d) Kehamilan ganda

e) Perdarahan antepartum

f) Trauma fisik dan psikologis

g) Ketuban pecah dini

6) Bayi dengan

a) Cacat bawaan

b) Infeksi selama dalam kandungan

128
7) Faktor obstetri

a) Kehamilan Gemeli

Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar bergantung

pada faktor plasenta apakah menjadi satu (sebagian besar

hamil kembar monozigotik) atau bagaimana lokalisasi

implantasi plasentanya.Dari kedua faktor tersebut,

mungkin janin yang mempunyai jantung salah satu janin

lebih kuat dari yang lain, sehingga janin yang memiliki

jantung lemah mendapat nutrisi yang kurang yang

menyebabkan pertumbuhan terhambat sampai kematian

janin dalam rahim. Selain itu kebutuhan zat-zat akan

makanan pada kehamilan ganda bertambah yang dkorban

hp. Koran menyebabkan anemia sehingga berisiko

mengalami BBLR. Pada kehamilan ganda distensi uterus

berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan sering

terjadi partus prematurus.

b) Hipertensi dalam kehamilan

Hipertensi diagnosis secara empiris bila pengukuran

tekanan darah ≥ 140/ 90 mmHg.Hipertensi merupakan

penyakit yang sering dihubungkan dengan IUGR dan

kelahiran prematur.Hipertensi kronik adalah hipertensi

yang telah ada sebelum kehamilan.Hipertensi Gestasional

ditegakan 14 memiliki tekanan darah ≥ 140/ 90 mmHg

129
untuk pertama kalinya setelah pertengahan kehamilan

tanpa proteinuria.Hampir separuh perempuan tersebut

selanjutnya mengalami Preeklampsia yang di tandai

dengan Proteinuria Hipertensi diagnosis secara empiris

bila pengukuran tekanan darah ≥ 140/ 90

mmHg.Hipertensi merupakan penyakit yang sering

dihubungkan dengan IUGR dan kelahiran

prematur.Hipertensi kronik adalah hipertensi yang telah

ada sebelum kehamilan.Hipertensi Gestasional ditegakan

memiliki tekanan darah ≥ 140/ 90 mmHg untuk pertama

kalinya setelah pertengahan kehamilan tanpa

proteinuria.Hampir separuh perempuan tersebut

selanjutnya mengalami Preeklampsia yang di tandai

dengan Proteinuria.

c) Preeklampsia

Preeklampsia merupakan suatu kondisi dimana tekanan

darah ≥140 /90 mmHg terjadi setelah umur kehamilan 20

minggu dan disertai dengan proteinuria.Preeklampsia

merupakan penyulit kehamilan. Diagnosisis preeklampsia

didasarkan adanya hipertensi disertai dengan proteinuria

≥300 mg/ 24 jam. Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa preeklampasia adalah suatu kelainan

sistem vaskular pada kehamilan yang muncul pada usia

130
kehamilan 20 minggu. Proteinuria adalah suatu keadaan

konsentrasi protein didalam urine sebesar 300 mg/24 jam

atau lebih sedikit 2 spesimen urine yang diambil secara

midstream pada selang waktu 6 jam atau lebih. Edema

adalah suatu akumulasi cairan vaskuler, biasanya terjadi

pada bagian ekstrimitas seperti pada bagian ekstrimitas

tubuh yaitu kaki, tungkai dan tangan.Terdapat juga edema

pada bagian wajah, kelopak mata, daerah abdomen dan

vulva.Edema dapat terjadi pada kehamilan normal,

sehingga edema bukan merupakan tanda pasti dari gejala

preeklampsia jika tidak disertai dengan tanda-tanda

lain.23 Pada preeklampsia terjadi vasokonstriksi

pembuluh darah dalam uterus yang menyebabkan

peningkatan resistensi perifer sehingga terjadi peningkatan

tekanan darah.Vasokonstriksi pembuluh darah dalam

uterus dapat mengakibatkan 15 penurunan aliran darah

sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke janin berkurang.

Ketika hal ini terjadi, dapat menyebabkan Intrauterine

Growth Retardation (IUGR) dan melahirkan BBLR

d) Pendarahan Antepartum

Pendarahan anterpartum adalah pendarahan pervaginam

pada kehamilan diatas 28 minggu atau lebih.Pendarahan

pada kehamilan merupakan penyabab utama kematian

131
maternatal dan perinatal, berkisar 35 %.Penyebab

pendarahan selama kehamilan meskipun demikian, banyak

keadaan penyebab spesifikasi tidak diketahui. Pada

kehamilan lanjut, pendarahan pervaginam yang cukup

banyak dapat terjadi akibat terlepasnya plasenta dari

dinding rahim (Solusio Plasenta), dan robeknya implantasi

plasenta yang menutupi sebagian jalan lahir (plasenta

previa).15.25 Berdasarkan penelitian Sheiner (2011)

adanya pendarahan Anterpartum ketika kehamilan

menunjukan bahwa 2,86 kali berpeluang terhadap

kejadian berat badan lahir rendah

e) Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban

sebelum tanda persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi

sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah

dini pada kehamilan prematur. KPD merupakan

komplikasi langsung dalam kehamilan yang menggangu

kesehatan ibu dan juga pertumbuhan janin dalam

kandungan sehingga meningkatkan kelahiran BBLR. KPD

juga menyebabkan oligohidramnnion yang akan menekan

tali pusat sehingga terjadi asfiksia dan hipoksia pada janin

dan membuat nutrisi ke janin berkurang serta

pertumbuhan janin terganggu. Ketuban pecah dini terjadi

132
karena ketidakseimbangan antara sintesis dan degradasi

ekstraseluler matriks, perubahan struktur, jumlah sel, dan

katabolisme kolagen.Salah satu komplikasi dari ketuban

pecah dini adalah meningkatkan risiko persalinan

prematur dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

8) Faktor Bayi dan Plasenta

a) Kelainan kongenital

Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan

struktur organ janin sejak saat pembuahan. Bayi dengan

kelainan kongenital yang berat mengalami retardasi

pertumbuhan sehingga berat lahirnya rendah

b) Infark plasenta

Infark Plasenta adalah terjadinya pemadatan plasenta,

nodular dan keras, sehingga tidak berfungsi dalam

pertukaran nutrisi.Infark plasenta disebabkan oleh infeksi

pada pembuluh darah arteri dalam bentuk pariartritis atau

enartritis yang menimbulkan nekrosis jaringan dan disertai

bekuan darah. Pada gangguan yang besar dapat

menimbulkan kurangnya pertukaran nutrisi, sehingga

menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,

keguguran, lahir prematur, lahir dengan berat badan

rendah, dan kematian dalam rahim

c) Disfungsi Plasenta

133
Disfungsi plasenta adalah gangguan plasenta untuk dapat

melakukan pertukaran O2 dan CO2 dan menyalurkan sisa

metabolism menuju sirkulasi ibu untuk dibuang melalui

alat ekskresi.Akibat gangguan fungsi plasenta,

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim

mengalami kelainan seperti persalinan prematuritas, bayi

berat lahir rendah, dan sampai kematian janin dalam

rahim.

d. Kecil Masa Kehamilan (KMK) Dismaturitas dan gambaran

klinis BBLR – Kurang Bulan

1) Bayi kecil masa kehamilan (KMK) / dismaturitas

Dismaturitas adalah bayi yang tidak tumbuh dengan baik

dalam kandungan selama kehamilan.

a) Tiga kelompok Bayi KMK

(1) Neonatus Lebih Bulan (NLB – KMK)

(2) Neonatus Cukup Bulan ( NCB – KMK)

(3) Neonatus Kurang Bulan (NKB – KMK)

b) Bayi KMK cukup bulan kebanyakan mampu bernafas

menghisap dengan baik.

Gambaran klinis BBLR –Kurang Bulan

a) BB < 25000 gram, PB < 45 cm, LD < 30 cm

b) Kulit tipis mengkilat, tulang rawan telinga sangat lunak,

lanugo banyak. Jaringan payudara belum terlihat jelas,

134
pada perempuan labia mayora belum menutupi labia

minora, dan pada lakilaki testis belum turun

c) Garis telapak kaki

d) Pernapasan tidak teratur, aktifitas dan tangisan lemah,

menghisap dan menelan tidak efektif, lemak sub kutan

kurang, ubun-ubun dan sutura melebar

e. Masalah-masalah BBLR

Menurut Pudiastuti 2011 masalah-masalah BBLR adalah

sebagai berikut :

1) Asfiksia

2) Gangguan napas

3) Hipotermi

4) Hipoglikemia

5) Masalah pemberian ASI

6) Infeksi g. Ikterus

7) Masalah perdarahan

f. Penatalaksanaan BBLR

Perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut

Nurafif & Hardi (2016)

1) Pengaturan Suhu

Untuk mencegah hipotermi,diperlukan lingkungan yang

cukup hangat dan istirahat kosumsi O2 yang cukup.bila

dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan BB

135
2 kg adalah 35 dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34.

Bila tidak ada inkubator,pemanasan dapat dilakukan dengan

membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hanyat yang

dibungkus dengan handuk atau lampu petromak didekat tidur

bayi.bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk

memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,warna

kulit,pernafasan,kejang dan sebagainya sehingga penyakit

dapat dikenali sedini mungkin.

2) Pengaturan Makanan atau Nutrisi

Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur

adalah sedikit demi sedikit secara perlahan-lahan dan hati-

hati.pemberian makanan dini berupa glukosa,ASI atau PASI

mengurangi resiko hipoglikemia,dehidrasi atau

hiperbilirubinia.bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit

berat dapat dicoba minum melalui mulut.umumnya bayi

dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum

pertama dengan pipa lambung karena belum adanya

koordinasi antara gerakan menghisap dengan menelan.

Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan

steril untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram,2-4 ml

untuk bayi dengan berat antara 1000-1500 gram dan 5-10 ml

untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 gram. Apabila dengan

pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami

136
kesukaran,pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam

waktu 12-48 jam.

3) Mencegah Infeksi

Bayi premature mudah terserang infeksi.hal ini

disebabkan karena daya tubuh bayi terhadap infeks kurang

antibody relatif belum terbentuk dan day fagositosis serta

reaksi terhadap peradangan belum baik.prosedur pencegahan

infeksi adalah sebagai berikut :

1) Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air

mengalir selama 2 menit sebelum masuk keruangan rawat

bayi.

2) Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan

sesudah memegang seorang bayi

3) Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua

benda yang berhubungan dengan bayi

4) Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan

5) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang

bayi

6. Konsep Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga

yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan untuk

mewujudkan hak – hak reproduksi serta penyelenggaraan

137
pelayanan, pengaturan, dan dukungan yang di perlukan untuk

membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur

jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan

dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2015).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat

permanen dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan

cara, alat atau obat-obatan (Proverawati, Islaely dan Aspuah,

2015).

Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk

mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.Usaha yang

dimaksud termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan

perencanaan keluarga.Prisip dasar metode kontrasepsi adalah

mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita

(fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk

berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim

(Purwoastuti, 2015).

2) Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan keluarga berencana menurut BKKBN (2012) adalah

meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak

serta keluarga dan bangsa pada umumnya, meningkatkan martabat

11 kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran

138
sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk

meningkatkan reproduksi.

3) Sasaran Keluarga Berencana

Menurut BKKBN (2015), sasaranstrategis BKKBN 2015 - 2019

yang tertera pada Renstra BKKBN 2015-2019 dalam upaya untuk

mencapai tujuan utama, sebagai berikut :

1) Menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)

2) Menurunnya Angka kelahiran total (TFR) per WUS (Wanita

Usia Subur) (15 - 49 tahun)

3) Meningkatnya pemakaian kontrasepsi Angka Pemakaian

Kontrasepsi (CPR)

4) Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet

need)

5) Menurunnya Angka kelahiran pada remaja usia 15-19 tahun

(ASFR (Age Specific Fertility Rate) 15– 19 tahun)

6) Menurunnya kehamilan yang tidak diinginkan dari Wanita

Usia Subur (15–49 tahun)

4) Jeni-jenis Alat Kontrasepsi

Alat kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk mengurangi

kemungkinan terbentuknya atau mencegah kehamilan dengan secara

fisik mencegah spermatozoa memasuki kavum endrometrium dan

tuba fallopi (Kamus Saku Kedokteran Dorlan, 2014).

Jenis-jenis alat kontrasepsi yakni sebagai berikut :

139
1) Metode Kontrasepsi hormonal

a) Pil KB kombinasi

(1) Jenis

Monofasik 21 tablet, mengandung hormone

esterogen dan progesteron dalam dosis yang sama

dan 7 tablet tanpa hormone aktif, bifasik 21 tablet

mengandung hormon esterogen dan progesteron

dengan dua dosis berbeda dan 7 tablet tanpa hormone

aktif, dan trifasik tablet mengandung hormon

esterogen dan progesteron dengan tiga dosis berbeda

dan 7 tablet tanpa hormone aktif.

(2) Cara kerja

Menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir

serviks mengental sehingga sulit di lalui oleh sperma,

dan pergerakan tuba tergantung sehingga

mengganggu transportasi ovum.

(3) Manfaat

Efektivitas tinggi jika diminum setiap hari, tidak

mengganggu hubungan seksual, dapat digunakan

jangka panjang, dapat digunakan sejak remaja hingga

menopause, mudah dihentikan setiap saat dan

kesuburan segera kembali ketika pil dihentikan, dapat

menjadi kontrasepsi darurat, membantu mencegah

140
kelamilan ektopik, karsinoma ovarium, karsinoma

endrometrium, kista ovarium, penyakit radang

panggul, kelainan jinak pada payudara, dan

disminore.

(4) Keterbatasan

Mahal dan membosankan karena diminum tiap

hari, mual terutama pada 3 bulan pertama,

perdarahan bercak pada 3 bulan pertama, pusing,

nyeri payudara, berat badan naik,berhenti haid atau

amenore, tidak boleh pada pasien menyusui, pada

sebagian dapat menimbulkan depresi, dapat

meningkatkan tekanan darah, dan tidak mencegah

IMS.

(5) Instruksi penggunaan

Pil diminum setiap ari lebih baik saat yang sama,

pil pertama dimulai hari pertama hari ke tujuh saat

siklus haid, setelah melahirkan pil dapat diberikan

saat setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif atau

setelah 3 bulan dan tidak menyusui, bila lupa minum

1 pil (hari 1-21) sebaiknya minum pil tersebut

segerah setelah ingat walau harus minum 2 pil, bila

lupa 2 pil atau lebih sebaiknya minum 2 pil setiap

hari sampai sesuai jadwal yang belum ditetapkan atau

141
sebainya menggunakan alat kontrasepsi tambahan

seperti kondom, dan bila tidak haid bisa segera

lakukan tes kehamilan (Obstetric, 2014)

b) Suntikan kombinasi

(1) Jenis

25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg

estradiol sipionat injeksi secara IM sebulan sekali

(cyclofem) dan 50 mg noretindron enatal dan 5 mg

estradiol valerat injeksi IM sebulan sekali.

(2) Cara kerja

Menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks, atrofi

endrometrium sehingga implantasi tergangganggu,

dan hambat transportasi gamet oleh tuba.

(3) Keuntungan

Kontrasepsi resiko terhadap kesehatan kecil,

tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak di

perlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, efek

samping kecil, dan pasien tidak perlu menyimpan

obat suntik sedangkan non kontrasepsi mengurangi

jumlah perdarahan nyeri haid, mencegah kehamilan

ektopik, ca ovarium serta ca endometrium dan

mengurangi penyakit payudara jinak serta kista

ovarium.

142
(4) Keterbatasan

Terjadi perubahan pola haid, perdarahan bercak,

mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan,

ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan, dapat

terjadi efek samping serangan jantung, stroke,

bekuan darah pada paru, berat badan bertambah, dan

kemungkinan terhambatnya pemulihan kesuburan

setelah berhenti.

(5) Intruksi penggunaan

Suntikan diberikan setiap bulan injeksi IM dalam,

suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus

haid, jika pasien tidak haid suntikan pertama dapat

diberikan setiap saat asal dapat dipastikan pasien tidk

hamil, jangan berikan suntikan pada pasien

menyusui, bila tidak haid lebih dari 2 bulan pasien

harus tes kehamilan, pasien yang lagi mengonsumsi

obat paket tidk disarankan menggunakan alat

kontrasepsi ini (Obstetric, 2014).

c) Suntikan progestin

(1) Jenis

Depo medroksi progesteron asetet (DMPA),

mengandung 150 mg DMPA yang diberikan secara

injeksi IM setiap 3 bulan (daerah bokong) dan Depo

143
noretisteron (Depo Noristerat), mengandung 200 mg

noretindron anantat,

diberikan tiap bulan dengan injeksi IM.

(2) Cara kerja

Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks

sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma,

membuat selaput lendir rahim tipis dan atrofi, serta

menghambat transportasi gamet oleh tuba.

(3) Keuntungan

Sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka

panjang, tidak mengandung esterogen sehingga tidak

berdampak serius terhadap penyakit jantung dan

gangguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh

terhadap ASI, sedikit efek samping, dapat digunakan

wanita di atas 35 tahun, membantu mencegah Ca

endrometrium dan kehamilan ektopik, serta

menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

(4) Keterbatasan

Sering ditemukan gangguan haid (siklus haid

memanjang/memendek, perdarahan banyak atau

sedikit, perdarahan tidak teratur atau bercak, dan tidak

haid sama

144
sekali), pasien sangat bergantung pada pelayanan

kesehatan, tidak dapat dijentikan sewaktu-waktu

sebelum suntik berikut, kesuburan terlambat kembali

(karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari

depo), dan penggunaan jangka panjang menurunkan

kepadatan tulang; kekeringan pada vagina; libido

menurun; dan sakit kepala serta jerawat.

(5) Instruksi penggunaan

Suntikan diberikan setiap saat selama siklus haid,

kontrasepsi DMPA diberika tiap 3 bulan dengan

injeksi IM dalam pada bokong, dan pemberian

kontrasepsi suntikan noristerat untuk 3 injeksi

berikutnya diberikan setiap 8 minggu (Obstetric,

2014).

d) Pil progesterin (mini pil)

(1) Jenis

Kemasan isi 35 pil (300 μg levonorgestrel atau 350 μg

noretindron) dan kemasan isi 28 pil (75 μg norgestrel).

(2) Cara kerja

Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid

seks di ovarium tetapi tidak begitu kuat, endrometrium

mengalami transformasi lebih awal sehingga

implantasi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks

145
sehingga menghambat penetrasi sperma, dan

mengubah motilitas tuba sehingga

transportasi sperma terganggu.

(3) Keuntungan

Kontrasepsi sangat efektif bila digunakan secara

benar, tidak mengganggu hubungan seksual, tidak

mempengaruhi ASI, kesuburan cepat kembali, nyaman

dan mudah digunakan, sedikit efak samping, dapat di

hentikan setiap saat, dan tidak mengandung esterogen

sedangkan pada non kontrasepsi mengurangi nyeri

haid dan jumlah darah haid, mencegah kanker

endrometrium, dapat diberikan pada penderita

endrometriosis, kurang menyebabakan (peningkatan

tekanan darah, nyeri kepala, dan depresi), dapat

menguragi keluhan premesnstrual, dan relative aman

diberikan pada pasien diabetes.

(4) Keterbatasan

Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid, berat

badan naik, harus digunakan setiap hari pada waktu

yang sama, bila lupa 1 pil kegagalan lebih besar,

payudara tegang, mual, pusing, dermatitis, jerawat

atau hirsutisme, resiko kehamilan ektopik meningkat,

146
dan efaktivasi menurun jika digunakan bersamaan

dengan obat TB atau obat epilepsy.

(5) Instruksi penggunaan

Dikonsumsi mulai hari pertama sampai hari ke 5

siklus haid, dapat digunakan setiap saat asal tidak

terjadi kehamilan, bila menggunakan setiap hari ke 5

siklus haid tidak dianjurkan melakukan hubungan

seksual selama 2 hari atau menggunaka kontrasepsi

lain selama 2 hari, agar efektif jangan sampai ada

tablet yang di lupa minum, tablet di gunakan pada jam

yang sama (malam hari), senggama sebaiknya 3-20

jam sesudah penggunaan mini pil, bila pasien

mengguanakan pil terlambat lebih dari 3 jam minum

pil tersebut begitu ingat dan gunakan kontrasepsi lain

selama 48 jam, bila lupa 1 atau 2 pil minumlah segera

pil yang terlupa dan gunakan kontrasepsi pelindung

saat melakukan hubungan seksual sampai akhir bulan,

dan walaupun pasien belum haid mulailah dari paket

baru sehari setelah paket

terakhir (Obstetric, 2014).

e) Implant

(1) Jenis

147
Jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang yang

mengandung 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja

3 tahun, dan implanon terdiri dari 1 batang yang

mngandung 68 mg 3 keto desogestrel dan lama

kerjanya 3 tahun.

(2) Cara kerja

Lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses

pembentukan endrometrium sehingga sulit terjadi

implantasi, menggurangi transportasi sperma, dan

menekan ovulasi.

(3) Keuntungan

Kontrasepsi daya guna tinggi, perlindungan jangka

panjang, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat

setelah pencabutan, bebas dari pengaruh esterogen,

tidak mengganggu senggama, tidak menganggu

produksi ASI dan dapat dicabut setiap saat sesuai

kebutuhan, sedangkan non kontrasepsi mengurangi

nyeri haid, jumlah darah haid, membantu mengurangi

anemia, melindungi terjadinya kanker endrometrium,

dan menurunkan angka kejadian capayudara jinak.

(4) Keterbatasan

Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan

perubahan pada haid berupa perdarahan bercak,

148
spooting, hipermenora atau meningkatkan jumlah

darah haid serta amenore, timbul keluhan (nyeri

kepala, berat badan meningkat atau menurun, nyeri

payudara, perasaan mual, kepala pusing, dan

perubahan mood), membutuhkan tindak pembedahan

minor atau insersi dan pencabutan, dan efektivitas

menurun jika menggunakan obat tuberculosis atau

epilepsi.

(5) Instruksi penggunaan

Di gunakan setiap saat selama siklus haid hari ke 2

sampai hari ke 7, insersi dapat dilakukan setiap saat

asal diyakini tidak terjadi kehamilan, bila diinsersi

setelah 7 hari silkus haid pasien jangan melakukan

hubungan seksual atau mengguanakan metode

kontrasepsi lain saja selama 7 hari,

daerah insersi harus tetap di biarkan kering dan bersih

selama 48 jam pertama agar tidak terjad infeksi,

balutan penekan jangan di buka selama 48 jam

sedangkan plester di pertahankan hingga luka sembuh,

bila ditemukan tanda

infeksi (demam, radang, atau bila rasa sakit menetap

selama beberapa hari maka harus memeriksa diri ke

klinik, dan efek kontrasepsi timbul beberapa jam

149
setelah insersi serta berlangsung 3 tahun dan berakhir

sesaat setelah pengagkatan (Obstetric, 2014).

f) Kontrasepsi darurat

(1) Pengertian

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat

mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah

hubungan seksual.

(2) Jenis kontrasepsi darurat :

Cara Merek Dagan Dosis Waktu Pemberian

Mekanik

AKDR Copper T Dalam waktu 7


1x pemasangan hari
pasca senggama

Medik

Pil kombinasi Microgynon 50 2x2 tablet Dalam waktu 3 hari


dosis tinggi Ovral pasca senggama,
Neogynon dosis kedua 12 jam
Nordiol Eugynon kemudian

Pil kombinasi Micogynon 30 2x4 tablet Dalam waktu 3 hari


dosis rendah Mikrodiol pasca senggama,
Nordette dosis kedua 12 jam
kemudian

Progestin 2x1 tablet Postinor-2 2x1 tablet


Dalam waktu 3 hari
pasca senggama,
dosis kedua 12 jam
kemudian

Esterogen Lynoral 2,5 mg/dosis Dalam waktu 3 hari


Premarin 10 mg/dosis pasca senggama, 2x1

150
Progynova 10mg/dosis dosis selama 5 hari

Mitepristone RU-486 1x600 mg Dalam waktu 3 hari


Danazol Danocrine 2x4 tablet pasca senggama
Azol Dalam waktu 3 hari
pasca senggama,
dosis kedua 12 jam
kemudian

Tabel 2.3 Jenis Kontrasepsi Darurat

b. Metode Kontrasepsi

1) Kontrasepsi non hormonal

a) Metode senggama terputus

(1) Pengertian

Metode KB tradisional dimana pria mengeluarkan alat

kelaminnya dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.

(2) Keuntungan

Efektif bila dilakukan dengan benar, dapat digunakan

sebagai pendukung metode KB lain, dan tidak ada efek

samping serta tidak butuh biaya.

b) Metode lendir serviks

(1) Pengertian

Metode KB dengan cara menghindari senggama pada

masa subur.

(2) Keuntungan

Digunakan untuk menghindari kehamilan, tidak ada

efek samping sistemik, dan murah.

151
(3) Keterbatasan

Efektif tergantung kemauan dan disiplin pasangan,

dibutuhkan pelatih untuk membuat ibu mengenali

masa suburnya, dan tidak boleh di gunakan untuk

pasien siklus haid tidak teratur (obstetric, 2014).

c) Kondom pria

(1) Pengertian

Merupakan sarung karet yang dipasang pada penis

saat hubungan seksual

(2) Keuntungan

Efektifitas bila digunakan dengan benar, tidak

mengganggu produksi ASI, tidak ada efek samping

sistemik, murah dan dapat dibeli umum, mencegah

penularan IMS, dan mencegah ejakulasi dini

(3) Keterbatasan

Efektivitas tidak terlalu tinggi, agak mengganggu

hubungan seksual, pada beberapa pasien bisa

menyebabkan kesulitan mempertahankan ereksi, dan

tidak sesuai untuk pria yang alergi terhadap bahan

dasar kondom (Obstetric, 2014)

d) Metode diagfragma

(1) Pengertian

152
Adalah cap berbentuk bulat cembung yang terbuat

dari lateks (karet) yang diinsersikan kedalam vagina

sebelum berhubunngan seksual dan menutup servik.

(2) Keuntungan

Efektif bila digunkan dengan benar, tidak

mengganggu produksi ASI, tidak da efek samping

sistemik, murah dan dapat mencegah penularan IMS,

dan mencegah ejakulasi dini.

(3) Keterbatasan

Efektifitas tidak terllu tinggi, pada beberapa klien

bisa menyebabkan kesulitan mempertahankan ereksi,

dan tidak sesuai untuk pria yang alergi terhadap bahan

dasar kondom (Obstetric, 2014)

e) Spermisida

1) Pengertian

Adalah bahan kimia yang digunakan untuk

mrnonaktifkan atau membunuh sperma.Dikemas

dalam bentuk aerosol, tablet vagina, serta krim.

2) Cara kerja

Menyebabkan sel membran sperma terpecah,

memperlambat gerakan sperma, menurunkan

kemampuan pembuhan sel telur.

3) Keuntungan

153
Efektif seketika, tidak ada efek samping sistemik,

meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual,

mudah digunakan, dan perlindungan terhadap IMS.

4) Keterbatasan

Efektivitas kurang dan efektivitas aplikasi hanya 1-2

jam (Obstettic, 2014).

f) Metode amenore laktasi (MAL)

1) Pengertian

Adalah kontrasepsi yang menggunakan pemberian ASI.

2) Cara kerja MAL merupakan kontrasepsi bila menyusu

secara penuh, belum haid, dan umur bayi kurang dari 6

bulan. Agar MAL dapat efaktif maka ibu harus

menyusui secara penuh dan hampir penuh, pedarahan

sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan

(belum dianggap haid), bayi mengisap secara langsung,

menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam

setelah bayi lahir, kolostrum diberikan pada bayi, pola

menyusui on demand dan dri kedua payudara, sering

menyusui selama 24 jam termasuk malam hari, dn

hindri jarak menyusui lebih dari 24 jam.

3) Keuntungan

(a) Kontrasepsi

154
Efektifitas tinggi, segera efektif, tdak

mengganggu senggama, tidak ada efek samping

sistemik, tidak perlu pengawasan medis, dan tidak

perlu obat atau alat serta tanpa biaya.

(b) Non kontrasepsi

Untuk bayi mendapat kekebalan pasif dari ASI,

sumber asupan gizi yang baik untuk tumbuh

kembang optimal, terhindar dari keterpaparan

terhadap kontaminasi dari air, susu formula, atau

alat minum yang dipakai sedangkan untuk

4) Anjuran

Ibu dianjurkan untuk memilih metode kontrasepsi lain

dan tetap dianjurkan untuk melanjutkan ASI jika;

ketika mulai memberikan makanan pendamping bayi

secara teratur (menggantikan satu kali menyusu), ketika

hid sudah kembali, bayi menyusu tidak sering, dan bayi

berumur 6 bulan atau lebih.

g) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

1) Pengertian

Yaitu alat kontrasepsi yang dipasang didalam rahim.

2) Cara kerja

Menghambat sperma masuk ke tuba falopi,

mempengaruhi fertiliasi sebelum ovum mencapai

155
kavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu, dan

memungkinkan mencegah implantasi telur dalam

uterus

3) Keuntungan

Efektivitas tinggi, dapat efektif segerah setelah

pemasangan, metode jangka panjang, tidak

mempengaruhi hubunngan seksual, tidak ada efek

samping hormonal, tidak mempengaruhi kualitas dan

volume ASI, dapat dipasing segera setelah melahirkan

atau sesudah abortus, dantidak ada interaksi engan

obat-obatan.

4) Kerugiaan

Efek samping (perubahan siklus haid, haid lama serta

banyak, perdarahan diantara siklus menstruasi, saat

haid terasa nyeri), komplikasi lain (nyeri sampai 5 hari

setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid,

dan perforasi dinding uterus), tidak dapat digunakan

pada pasien dengan IMS atau yang sering berganti

pasangan, penyakit radang panggul dapat terjadi pada

perempuan IMS yang memakai AKDR, seringkali

pasien takut selama pemasangan, sedikit nyeri dan

perdarahan segera setelah pemasangan AKDR

(biasanya hilang dalam 1-2 hari), pasien tidak dapat

156
melepas AKDR sendiri harus dibantu oleh petugas

kesehatan terlatih, AKDR mungkin keluardari uterus

dengan sendirinya, tidak mencegah kehamilan ektopik,

dn perempuan harus memriksa posisi benang AKDR

(Obstetric, 2014)

5) Ketentuan tidak dapat memakai AKDR

Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan

hamil), perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai

dapat dievaluasi), sedang menderita infeksi alat genital,

tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering

menderita panyakit radang panggul atau abortus septik,

kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor

jinak rahim yamg dapat mempengaruhi kavum uteri,

penyakit troboblast ganas, diketahui menderita TBC

pelvik, kanker alat genetalia, dn ukuran rongga rahim

kurang dari 5 cm.

6) Instruksi penggunaan

Waktu pemasangan AKDR (setiap waktu dalam siklus

haid, yang dapat di pastikan pasien tidak hamil, segera

setelah melahirkan, setelah abortus apabila tidak ada

gejala infeksi, selama 1 sampai 5 hari setelah senggama

yang tidak dilindungi), pasien kembali memeriksa diri

setelah 4-6 minggu pemasangan AKDR, pemeriksaan

157
keberadaan benang, AKDR harus dilepas setelah 10

tahun pemasangan, tetapi dapat dilakukan lebih awal

bila diinginkan, kembali memeriksa (jika tidak dapat

meraba benang AKDR, mersakan bagian yang keras

dari AKDR, AKDR terlepas dengan sendirinya, terjadi

pengeluaran cairan vagina yang mencurigakan, dan

adanya infeksi (obstetric, 2014).

h) Kontrasepsi mantap

1) Tubektomi

(a) Pengertian

Adalah prosedur bedah sukarela untuk

menghentikann fertilitas seorang perempuan

secara permanen. Tubektomi dilakukan dengan

mengikat dan memotong tuba sehingga sperma

tidak dapat bertemu dengan ovum

(1) Manfaat

Kontrasepsi sangat efektif, permanen, baik bagi

pasien apabila kehamilan menjadi resiko kesehatan

yang serius, pembedahan sederhana, dan tidak ada

perubahan dalam fungsi seksual dan non kontrasepsi

berkurangnya resiko kanker ovarium.

(2) Keterbatasan

158
Pasien dapat menyesal di kemudian hari, rasa tidak

nyaman dalam jangka pendek setelah tindakan, dan

harus dilakukan oleh dokter terlatih.

(3) Syarat pasien yang dapat menjadi tubektomi

Usia diatas 26 tahun, paritas lebih dari 2, yakin telah

mempunyai jumlah anggota keluarga yang sesuai

dengan kehendaknya, kehamilan akan menimbulkan

resiko kesehatan yang serius, pasca persalinan atau

pasca keguguran, dan paham secara sukarela setuju

dengan prosedur ini (Obstetric, 2014)

i) Vasektomi

1) Pengerrtian

Adalah prosedur klinis untuk menghentikan kapasitas

reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vas

deferens sehingga alur transportasi sperma terlambat

dan proses fertilisasi tidak terjadi

2) Instruksi

Pertahankan perban selama 3 hari, luka yang sedang

dalam penyenbuhan jangan ditarik, hindari mengankat

barang dan kerja keras selama 3 hari, boleh

bersengganma setelah 3 hari namun untuk mencehag

kehamilan gunakan kondom atau kontrasepsi lain

159
selama 3 bulan, dan periksa semen 3 bulan pasca

vasektomi atau sesudah 15-20 kali ejakulasi.

(a) Kondisi yang memerlukan perhatian khusus

Infeksi kulit pada daerah operasi, infeksi

sitemik yang sangat mengganggu, hidrokel atau

varikel yang membesar, hernia inguinaris,

filariasis, undesensus testikularis, massa

intraskrotalis, dan anemia berat.

3) Konseling

Pasien harus diberi informasi bahwa vasektomi tidak

mengganggu hormon pria atau menyebabkan

perubahan kemampuan atau kepuasan seksual dan

setelah prosedur vasektomi pasien harus menggunakan

salah satu kontrasepsi terpilih hingga spermatozoa

yang tersisa dlam esikula seminaris telah keluar

seluruhnya (Obstetric, 2014).

B. Standar Asuhan Kebidanan

Laporan Tugas Akhir ini merupakan dokumentasi dari asuhan kebidanan

yang di lakukan yang mengacu kepada KEPMENKES NOMOR

938/MENKES/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan pada

masing – masing lingkup asuhan kebidanan.

1. Standar I : Pengkajian

Kriteria Pengkajian

160
a. Data tepat, akurat dan lengkap.

b. Terdiri dari Data subjektif (hasil Anamnesa; biodata, keluhan

utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang

sosial budaya).

c. Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang).

2. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau

a. Pernyataan standar

Menganalisis data yang telah di peroleh pada pengkajian,

menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnose, dan masalah kebidanan yang tepat.

b. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan

1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan

2) Masalah di rumuskan sesuai dengan kondisi klien

3) Dapat di selesaikan dengan Asuhan Kebidanan secara

mandiri, kolaborasi dan rujukan.

3. Standar III :Perencanaan

a. Pernyataan Standar

Merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnose dan

masalah yang di tegakkan

b. Kriteria Perencanaan

161
1) Rencana tindakan di susun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

secara komprehensif.

2) Melibatkan klien, pasien atau keluarga

3) Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial / budaya klien /

keluarga

4) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan

klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa

asuhan yang di berikan bermanfaat untuk klien

5) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku

sumber daya serta fasilitas yang ada

4. Standar IV : Implementasi

a. Pernyataan Standar

Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efesien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien /

pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitative. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan

rujukan.

b. Kriteria Implementasi

1) Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-

sosial spiritual kultur

2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuaan dari

klien dan atau keluarga (inform consen)

162
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based

4) Melibatkan klien / pasien dalam setiap tindakan

5) Menjaga privasi klien / pasien

6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi

7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara

berkesinambungan

8) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai

9) Melakukan tindakan sesuai standar

10) Mencatat semua tindakan yang telah di lakukan

5. Standar V : Evaluasi

a. Peryataan Standar

Melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah di berikan

sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

b. Kriteria Evaluasi

1) Penilaian di lakukan segera setelah melaksanakan asuhan

sesuai kondisi klien

2) Hasil evaluasi segera di catat dan di komunikasikan pada klien

dan atau keluarga

3) Evaluasi di lakukan sesuai dengan standar

4) Hasil evaluasi di tindak lanjuti sesuai dengan kondisi klien /

pasien

163
6. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

a. Peryataan Standar

Melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan jelas

mengenai keadaan / kejadian yang di temukan dan di lakukan

dalam memberikan asuhan kebidanan.

b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan

1) Pencatatan di lakukan segera setelah melaksanakan asuhan

pada formolir yang tersedia (rekam medis / KMS / status

pasien / buku KIA)

2) Di tulis dalm bentuk catatan perkembangan SOAP

3) S adalah data subjektif, mencatat hasil di anamnesa

4) O adalah hasil objektif, mencatat hasil pemeriksaan

5) A adalah hasil analisis, mencatat diagnose dan masalah

kebidanan

6) P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksaan yang sudah di lakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan komperhensif,

penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan

rujukan sesuai yang di lakukan

164
C. Kerangka Teori

Ibu Hamil 1. Pengkajian 1. Kesehatan


2. Perumusan Laporan Kebidanan Ibu
36 – 38 masalah Kebidanan 2. Kesehatan
Minggu 3. Perencanaan Sesuai dengan teori Janin
Implementasi
4. Evaluasi
5. Laporan pelaksanaan Asuhan

Ibu 1. Pengkajian 1. Kesehatan


Bersalin 2. Perumusan Ibu
dan BBL Diagnosa dan/atau 2. Kesehatan
Masalah Kebidanan Bayi Baru
3. Perencanaan Sesuai Lahir
dengan teori

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa
dan/atau Masalah 1. Kesehatan
Ibu
Kebidanan Ibu
Nifas
3. Perencanaan Sesuai 2. Kesehatan
dengan teori Bayi
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian
2. Perumusan Diagnosa
dan/atau Masalah 1. Kesehatan
Ibu KB Kebidanan Ibu
3. Perencanaan Sesuai 2. Kesehatan
dengan teori Bayi
4. Implementasi
5. Evaluasi
6. Laporan Pelaksanaan
Asuhan Kebidanan

165
D. Kerangka Konsep

Ibu hamil Trimester III

Fisiologis Patologis

Penerapan asuhan kebidanan pada Rujuk


kehamilan fisiologis trimester III 2x
kunjungan = uk 36 mgg, uk 40 mgg
Bersalin

Fisiologis Patologis

Pemantauan Rujuk
kemajuan persalinan
kala I-IV dengan

Bayi baru lahir Nifas

Patologis
Fisiologis Fisiologis
patologis

Rujuk

Penerapan asuhan kebidanan pada Rujuk


Penerapan askeb pada ibu nifas
BBL neonates fosiologis fosiologis
kunjungan I (6jam-3hr) kunjungan I (6jam-3hr pp)
kunjungan II (4-7hr) kunjungan II (4-7hr pp) KB
kunjungan III (8-14hr) kunjungan III (8-14hr pp)

Fisiologis Patologis

Kunjungan I (4-7hr pp) = konseling KB Rujuk


Keterangan : Kunjungan III (8=14hr pp)= eval.konseling KB
variabel yang ditelit

variabel yang tidak diteliti


BAB III

METODE LAPORAN KASUS

A. Desain Laporan Tugas Akhir

Studi kasus asuhan kebidanan di pustu yasa mulya tanah miring,

kabupaten merauke, di lakukan dengan metode studi penelaahan kasus

yang terdiri dari unit tunggal, yang berarti penelitian ini dilakukan kepada

seorang ibu dalam menjalani masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru

lahi dan KB penulisan tentang studi kasus asuhan kebidanan

komperehnshif Ny.S dilakukan dengan metode penelitian dengan cara

meneliti satu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit

tunggal (notoatmodjo, 2017).

B. Tempat Dan Waktu Laporan Tugas Akhir

1. Tempat Studi Kasus

Menurut Susilo Raharjo & Gudnanto (2011), menyatakan bahwa

studi kasus yaitu metode yang diterapkan untuk memahami individu

lebih mendalam dengan dipraktekkan secara integratif dan

komprehensif. Hal ini dilakukan supaya peniliti bisa mengumpulkan

dan mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai individu

yang diteliti.

2. Waktu

Pelaksaan studi kasus ini pada bulan april sampai juni 2021.

167
C. Subjek Laporan Tugas Akhir

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang ibu hamil

yang usia kehamilannya 32 minggu, kemudian di ikuti sampai masa nifas

selesai. Teknik pengambilan sampel atau subjek penelitian yang akan di

gunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara

purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah

diketahui sebelimnya ( Notoatmodjo, 2017).Subjek yang digunakan dalam

studi kasus dengan manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

Ny.S Di Pustu Yasa Mulya Tanah Miring

D. Instrumen Laporan Tugas Akhir

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi,

wawancara dan studi dokumentasi dalam bentuk format asuhan kebidanan

pada ibu hamil sesuai dengan KEPMENKES Nomor

938/Menkes/SK/VIII/2007.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dilakukan dengan menggunakan :

1. Data Primer

a. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang

untuk bertukar informasi maupun suatu ide dengan cara tanya

168
jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan

atau makna dalam topik tertentu. (Sugiyono, 2015)

b. Observasi

Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan

cara mengamati atau meninjau secara cermat dan langsung di

lokasi penelitian untuk mengetahui kondisi yang terjadi atau

membuktikan kebenaran dari sebuah desain penelitian yang sedang

dilakukan. (Universitas Raharja, 2020)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Hal tersebut

berarti bahwa peneliti berperan sebagai pihak kedua, karena tidak

didapatkan secara langsung. (Universitas Raharja, 2020)

F. Triangulasi Data

Triangulasi Data ( menurut Sugiyono 2017) merupakan metode untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang

sama. Langkah-langkah Triangulasi data :

1. Triangulasi sumber data

Dilakukan dengan cara mencari data dari banyak sumber informan,

yaitu orang yang terlibat langsung dengan objek kajian.

2. Triangulasi pengumpulan data

Dilakukan dengan cara mencari data dari banyak sumber data

dokumentasi.

169
3. Triangulasi metode

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan beemacam-

macam metode pengumpulan data ( observasi, interview, studi

dokumentasi).

4. Triangulasi teori

Dilakukan dengan cara mengkaji berbagai teori relevan sehingga

dalam hal ini tidak digunakan teori tunggal tapi dengan teori jamak

atau banyak teori.

G. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah :

1. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan observasi dan

pemeriksaan fisik tensimeter, stetoskop, dopler, timbangan berat

badan, termometer, jam tangan, handscoon.partus set yang terdiri dari :

klem arteri, gunting, gunting episiotomi, gunting tali pusat, klem tali

pusat, spekulum, forsep.Sarung tangan yang terdiri dari sarung tangan

bersih, sarung tangan steril, dan sarung tangan panjang steril untuk

manual plasenta, apron panjang dan sepatu boot, kateter urin, spuit,

intravenous catheter, benang jahit, kain bersih untuk bayi.

2. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan wawancara : format

asuhan kebidanan pada ibu hamil,bersalin, dan nifas, KB.

170
3. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan studi dokumentasi :

catatan medik atau status pasien, buku KIA.

171
DAFTAR PUSTAKA

Ade S, E., Wahyuningsih, & Haryani, K. (2016). Pendidikan Kesehatan dengan


Media Slide Efektif dalam Meningkatkan Pengetahuan tentang Perawatan
Vulva Hygiene pada Siswi Kelas VIII SMP 2 Sedayu Bantul. Jurnal Ners
dan Kebidanan Indonesia, 4(1), 6-10.

Angka Kematian Ibu dan Anak di provinsi papua


https://dinkes.papua.go.id/wp-content/uploads/2021/03/LKJ-Dinkes-
Papua2020.pdf

Ajeng, N. 2012. Perubahan Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil Trimester III.


Yogyakarta: Nuha Medika

Alfira Novitasari, Mila Syehira Hutami, Terry Y.R. Pristya. (2020).


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN BBLR DI INDONESIA:
SYSTEMATIC REVIEW. Indonesian Journal of Health Development
Vol.2 No.3, September 2020 Edisi Khusus Pandemi COVID-19 .

Annisa UI Mutmainnah, S., Hj.Herni Johan, S. S., & Stephanie Sorta Llyod, S. M.
(2017). ASUHAN PERSALINAN NORMAL & BAYI BARU LAHIR.
Yogyakarta: Penerbit Andi.

Asih Yusari & Risneni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Alfira Novitasari, Mila Syehira Hutami, Terry Y.R. Pristya. (2020).


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN BBLR DI INDONESIA:
SYSTEMATIC REVIEW. Indonesian Journal of Health Development
Vol.2 No.3, September 2020 Edisi Khusus Pandemi COVID-19 .

Anik Puji Rahayu (2017). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: Selemba
Medika

BKKBN. 2011. Alat Kontrasepsi. http://jatim.bkkbn.go.id/category/alkon/.


(Diakses 15 November 2017).
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:
EG

Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat , 2017. Statistik Indonesia Tahun 2017.
Provinsi Papua: Badan Pusat Statis
https://papua.bps.go.id/indicator/30/582/1/jumlah-bayi-lahir-bayi-berat-

172
badan-lahir-rendah-bblr-dan-bergizi-kurang-menurut-kabupaten-kota-di-
provinsi-papua.html

Badan Pusat Statistik (2020)

Dainty Maternity, Putri Ratna Dewi, Yantina Yuli. (2016). Asuhan Kebbidanan
Persalinan. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher , 8.

Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke, (2020)

Dinas Kesehatan Bojonegoro, (2016). Profil Kesehatan Kabupaten


Bojonegoro.Bojonegoro.

Dinas Kesehatan Bojonegoro, (2017). Profil Kesehatan Kabupaten


Bojonegoro.Bojonegoro.

Diana, Sulis dkk (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Surakarta: CV Oase Group

Diki Retno Yuliani, E. S. (2021). ASUHAN KEHAMILAN. (A. Karim, Penyunt.)


Medan: Yayasan Kita Menulis.

Dinkes Merauke Prioritaskan Kesehatan Ibu Dan


Anakhttps://portal.merauke.go.id/news/1726/dinkes-merauke-prioritaskan-
kesehatan-ibu-dan-anak.html. diakses pada tanggal 23 juni 2021

Emy Suryani, S. P. (2021). MODUL ASKEB KEHAMILAN. Ikatan Bidan


Indonesia .

Eni Purwanti, S. M. (2012). ASUHAN KEBIDANAN untuk IBU NIFAS (1 ed.).


Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.

Ferdiyus. (2019). PROFIL KESEHATAN ACEH 2018. In M. M. Yusuf, ST, M.


Henny Maulida, ST, S. Henny Maryanti, S. Ori Vertika, S. Suhaimi, & A.
Safrizal (Eds.), DINAS KESEHATAN. Aceh

Hutahaean, Serry. 2013. “Perawatan Antenatal”. Jakarta: Salemba Medika

Indrayani, Djami M.E.U. 2016. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
CV. Trans Info Media

Infodatin pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI Diakses pada tanggal
27 mei 2021: file:///C:/Users/User/Downloads/infodatin-ibu.pdf

Jannah, Nurul. (2017). Konsep Dokumentasi Kebidanan. Jogjakarta : Ar-Ruz


Media

173
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan.Yogyakarta:
ANDY

Kementerian Kesehatan RI, (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI, (2018). Profil Kesehatan Indonesia 201

Kemenkes, R.I. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Jakarta: Kemenkes
RI.

Kemenkes RI. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Tahun 2020. Jakarta
: Direktorat Kesehatan Keluarga Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2020.
https://dinkes.jatimprov.go.id/userimage/dokumen/bumil%20dan
%20nifas_1.pdf.

Kementrian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta:


Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 27 mei 2021
dari :https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:


Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 27 mei 2021 dari
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/PROFIL_KESEHATAN_2018_1.pdf

Kumalasari I. 2015. Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir


dan Konsepsi. Salemba Medika. Jakarta Selatan

Lokadata angka kematian ibu diindonesia. Diakses pada tanggal 26 mei 2021
dari :https://lokadata.id/artikel/angka-kematian-ibu-di-indonesia-masih-
jauh-dari-target-sdgs

Lusiana Gultom, S. J. (2020). ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. Siduarjo:


Zifatama Jawara.

Legawati., S. M. (2018). Asuhan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka
Media

M.T Indiarti. (2015). Panduan Terbaik Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan


Bayi (1 ed.). (N. Iswarso, Penyunt.) Yogyakarta: PENERBIT
INDOLITERASI.

174
Maharani, Vivin, et. al. 2013. Organizational Citizenship Behavior Role in
Mediating the Effect of Transformational Leadership, Job Satisfaction on
Employee Performance: Studies in PT Bank Syariah Mandiri Malang East
Java. International Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 17;
2013.

Manurung, S. (2011). Buku ajar keperawatan maternitas asuham keperawatan


intranatal. Jakarta : Trans Info Media

Marmi K, R,. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar; 2015.

Maryunani, A. 2014. Asuhan Neonates, Bayi, Balita & Anak Pra – Sekolah.
Tajurhalang : IN MEDIA

Miftahul khairoh, S. M. (2019). ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. Surabaya:


CV. Jakad Publishing.

Miftahul khairoh, S. M. (2019). ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. Surabaya:


CV. Jakad Publishing.

Mi’raj, Mhd. Wahyudin. (2017). “Implementasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) di


Desa Tasik Seminai Kecamatan Koto Gasib Tahun 2015”. JOM FISIP,
Vol. 4, No. 1. “Pedoman Penyelenggaraan Peringatan Hari Ibu Ke-91
Tahun
2019”https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/84/2422/pedoma
npenyelenggaraan-peringatanhari-ibu-ke-91-tahun-2019 , diakses 23 juni
2021

Mochtar R. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo . 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho, T., dkk. (2014). Buku ajar asuhan kebidanan nifas (askeb 3).
Yogyakarta : Nuha Medika

Nurjasmi, Dr. Emi. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Cetakan Pertama.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta.

Padila. (2014). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta:


Nuha Medika.

175
Rahardjo, Susilo dan Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Tekhnik Non Tes.
Kudus: Nora Media Enterprise.

Rahmi, Fifien Luthfia. (2016). “Implementasi Program EMAS (Expanding


Maternal and Neonatal Survival) sebagai Upaya Penurunan Angka
Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Tegal”. Semarang:
Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Diponegoro.

Rohani. Et Al. (2011). Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.

RI, K. K. (2020). PEDOMAN PELAYANAN ANTENATAL,PERSALINAN,NIFAS,


DAN BAYI BARU LAHIR. Diakses pada tanggal 27 mei 2021 dari :
https://covid19.go.id/storage/app/media/Materi%20Edukasi/2020/Oktober-
pedoman-pelayanan-antenatal-persalinan-nifas-dan-bbl-d-era-adaptasi-
kebiasaan-baru.pdf.

Romauli, Suryati. 2011. Asuhan Kebidanan I Konsep Dasar Asuhan Kehamilan


Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. (2015). Konsep Kebidanan. Jakarta: CV.
Trans Info Media

Rukiyah, Yulianti. 2014. Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans Info
Media

Sani, Achmad & Vivin Maharani. 2013. Metodologi Penelitian Manajemen


Sumber Daya Manusia (Teori, Kuisioner dan Analisis Data). Malang :UIN
MALIKI Press. Cetakan Ke-2.

SDKI. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. (Internet). Termuat


dalam: https://www.google.co.id/search?
q=SDKI+2012&client=ucwebb&channel=sb. (Diakses pada tanggal 20
mei 2021).

Septiani Juwita, S. M. (2020). ASUHAN NEONATUS. Pasuruan, Jawa Timur: CV.


Penerbit Qiara Media.

Siti Tyastuti, S. K., & Heni Puji Wahyuningsih, S. M. (2016). ASUHAN


KEBIDANAN KEHAMILAN. Jakarta Selatan: KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Alfabeta

176
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukarni, I dan Margareth, Z.H. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas,


Yogyakarta: Nuha Medika

Sukarni, I dan Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas,


Yogyakarta: Nuha Medika

Sukma, Febi dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiah Jakarta.

Sulis Diana,Erfiani Mail. (2019). Buku Ajar Asuhan Kebidanan , persalinan, dan
Bayi Baru Lahir. CV Oase Group (Gerakan Menulis Buku Indonesia).

Universitas Raharja (2020) jendral sudirman, cikokol Tanggerang,


https://raharja.ac.id/2020/01/03/metode-penelitian/

Wagiyo, Ns, Putranto.2016. asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & bayi


baru lahir fisiologis dan patologis. Yogyakata :CV.Andi

Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Wahida Yuliana, Bawon Nul Hakim. (2020). Emodemo dalam Asuhan Kebidanan
Masa Nifas (1 ed.). Takalar Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia
Indonesia.

Walyani, Elisabeth siwi & Purwoastuti E. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas &
Menyusui. Yogyakarta : PUSTAKABARUPRESS

World Health Organization. 2015. Maternal Mortality. Geneva: WHO Prees


Diakses http://www.who.Int/Media centre/factsheets/f5 348/en/

177

Anda mungkin juga menyukai