Anda di halaman 1dari 12

KASUS KORUPSI DI INDONESIA

OLEH
SITI FATIMAH J SORU
A32122079

JURUSAN PPKN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2023
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
D. Metode Penulisan...............................................................................................2
E. Manfaat Penulisan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Pengertian Korupsi.............................................................................................3
B. Dugaan Yang Didakwakan Kepada Dahlan Iskan.............................................4
C. Kronologi Kasus Dahlan Iskan...........................................................................4
D. Analisis Kasus Korupsi Dahlan Iskan................................................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................8
B. Saran...................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Begitu banyaknya kasus pelanggaran atau kecurangan seperti korupsi terjadi di
Indonesia. Bukan hanya melibatkan pegawai biasa, bahkan saat ini pelaku korupsi
merupakan orang – orang yang memiliki jabatan tinggi atau kekuasaan tertentu
bahkan dibagian departemen milik pemerintah. Suatu bentuk tanggung jawab yang
diberikan oleh masyarakat kepada seseorang pemegang jabatan baik pada instansi
milik negara maupun swasta hendaknya dikerjakan dengan baik dan penuh amanah,
bukan dijadikan sebagai sebuah kesempatan untuk mencari keuntungan bagi pihak
yang tidak bertanggung jawab. Korupsi juga menjadi pintu masuk berkembang
suburnya terorisme dan kekerasan oleh sebab itu kesenjangan sosial dan ketidak
adilan masih berlanjut berlangsung sementara sebagian kecil masyarakat dapat hidup
lebih baik, lebih sejahtera, mewah ditengah kemiskinan dan keterbatasan masyarakat
pada umumnya. Munculnya aksi-aksi teror disebabkan oleh menganganya
kesenjangan dan ketidak adilan dalam masyarakat.
Hal yang sering disadari oleh pelaku-pelaku korupsi, tindak pidana korupsi
merupakan kejahatan kompleks dan berimplikasi sosial kepada orang lain karena
menyangkut orang lain untuk memperoleh kesejahteraan yang sama. Bahkan korupsi
bisa disebut sebagai dosa sosial dimana sebuah dosa atau kejahatan yang dilakukan
dan berdampak bagi banyak orang, nilai kedosaan jauh lebih besar ketimbang dosa
yang bersifatnya personal.
Gugatan perdata yang ada dalam Undang-undang pemberatasan tindak pidana
korupsi memberikan beban pembuktian adanya unsur kerugian negara kepada jaksa
pengacara negara. Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Menghilangkan
korupsi bukanlah hal yang gampang, karena itu telah berurat berakar dan menjalar
kemana-mana di negri kita ini. Secara cultural dan structural, memberantas korupsi
adalah mensosialisasikan nilai baru bahwa korupsi merupakan sebuah tindakan yang

1
berisiko tinggi dan bernilai rendah. Secara structural,memberantas korupsi berarti
memberantas KKN dengan memberdayakan komisi pemeriksaan kekayaan pejabat
dan latar belakang kehidupannya.

B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah mengenai :
1. Apakah yang dimaksud dengan korupsi?
2. Dugaan apa saja yang didakwakan kepada Dahlan Iskan?
3. Bagaimana kronologi kasus Dahlan Iskan?
4. Bagaimana analisis kasus korupsi Dahlan Iskan?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk lebih mengetahui pengertian “Korupsi”
2. Untuk mengetahui dan lebih memahami kronologi dari korupsi pembangunan 21
gardu induk di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara pada 2011-2013

D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, saya sebagai penulis menggunakan metode
studi pustaka sebagai sumber utama pengumpulan data. Metode pustaka yang saya
lakukan adalah dengan cara mendengarkan perkembangan berita, membaca berita
pada situs online, serta beberapa sumber lainnya.

E. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang korupsi yang
ada di Indonesia dan dapat mempelajari cara mengatasi kasus korupsi yang ada di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan
pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan
kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam
Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan tindakan
korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya
agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si pemberi hadiah.
Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa juga
termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari
pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada
keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai
hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan
yang demikian, jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah
tingkah laku pejabat yang melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi
dengan kepentingan masyarakat, pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.

3
B. Dugaan Yang Didakwakan Kepada Dahlan Iskan
KPK hingga kini belum dilibatkan dalam penanganan perkara dugaan korupsi
pembangunan 21 Gardu Induk (GI) di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang menyeret
mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan sebagai
tersangka. Kasus itu saat ini ditangani Kejaksaan Agung (Kejagung) dan Polri.
Berdasarkan informasi yang diterima Liputan6.com, terdapat sejumlah perkara
korupsi yang diduga dilakukan Dahlan Iskan dan dilaporkan pihak-pihak tertentu ke
KPK saat lembaga antikorupsi ini masih dipimpin Abraham Samad.
Namun, hingga perkara korupsi ini dinaikkan ke tingkat penyidikan oleh Kejati
DKI Jakarta, KPK belum juga mengusut kasus tersebut. Dahlan Iskan ditetapkan
sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pada pembangun 21 Gardu Induk (GI)
di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara oleh Kejati DKI Jakarta. Diduga hal itu
dilakukannya saat masih menjabat sebagai Direktur Utama PLN. Selaku Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) dalam proyek senilai lebih dari Rp 1 triliun
itu, Dahlan dijerat dengan Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 sebagaimana telah diubah dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Diduga negara mengalami kerugian
hingga Rp 33 miliar.

C. Kronologi Kasus Dahlan Iskan


Kejaksaan Tinggi Jakarta telah menetapkan mantan Menteri BUMN dan
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara, Dahlan Iskan, sebagai tersangka kasus
dugaan korupsi pembangunan 21 gardu induk di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara pada
2011-2013. “Berdasarkan dua alat bukti, tim penyidik menyatakan bahwa saudara
Dahlan Iskan telah memenuhi syarat untuk menjadi tersangka,” kata Kepala
Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta Adi Toegarisman, dalam jumpa pers pada Jumat (5/6)
sore. Menurut Kepala Kejati Jakarta, Dahlan ditetapkan sebagai tersangka dalam
posisi sebagai kuasa pengguna anggaran dalam kasus dugaan korupsi pembangunan
21 gardu induk tersebut.

4
Dahlan Iskan menjabat sebagai Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara
saat kasus dugaan korupsi ini terjadi. Sebelum ditetapkan sebagai tersangka, Dahlan
Iskan telah diperiksa oleh tim penyidik kejaksaan pada Kamis (04/06) dan dilanjutkan
pada Jumat (05/06) ini. Walaupun telah ditetapkan sebagai tersangka, Dahlan Iskan
tidak ditahan. Pekan depan, dia akan kembali diperiksa oleh Kejati.
 Tanggapan Dahlan Iskan
Usai diperiksa, Dahlan tidak bersedia menanggapi pertanyaan wartawan tentang
status tersangka atas dirinya. “Tanya jaksa,” katanya seraya tertawa dan menuju
kendaraan pribadinya. “Berdasarkan dua alat bukti, tim penyidik menyatakan
bahwa saudara Dahlan Iskan telah memenuhi syarat untuk menjadi tersangka.
Kepala Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta, Adi Toegarisman.
Sejauh ini Kejaksaan telah menetapkan 15 tersangka, dan sembilan orang di
antara mereka adalah petinggi PLN cabang Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, serta
para petinggi rekanan. Kejaksaan mengusut kasus ini sejak Juni 2014 setelah
menerima laporan audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) terhadap proyek senilai Rp1,06 triliun ini.
 Akhir dari Kasus “Dahlan Iskan”
BPKP dalam auditnya menyebutkan bahwa proyek tersebut diduga merugikan
negara sebesar Rp 33 miliar. Menurut Kejaksaan, penyimpangan ditemukan
antara lain ketika penandatanganan kontrak pembangunan gardu induk pada
2011, tetapi lahannya belum dibebaskan. Hingga tenggat proyek berakhir pada
2013, hanya lima gardu yang dapat dibangun oleh pihak rekanan PT PLN.
Dahlan Iskan merupakan figur keempat dalam Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II
pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono yang ditetapkan tersangka terkait korupsi.
Sebelumnya ada tiga sosok yang dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) saat mereka masih menjabat menteri, yakni Menpora Andi Alfian
Mallarangeng, Menteri Agama Suryadharma Ali, dan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik.

5
D. Analisis Kasus Korupsi Dahlan Iskan
a. Pengertian Korupsi Berdasarkan Kasus
Henry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai “an act done with an intent to
give some advantage inconsistent with official duty and the rights of others”,
(terjemahan bebasnya: suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memberikan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak –
hak dari pihak lain). menurut Black adalah perbuatan seseorang pejabat yang secara
melanggar hukum menggunakan jabatannya untuk mendapatkan suatu keuntungan
yang berlawanan dengan kewajibannya.
David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam berbagai bidang,
antara lain menyangkut masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi di
bidang ekonomi dan menyangkut bidang kepentingan umum.
Dari analisa saya pada kasus “Dahlan Iskan” ini, pengertiannya sesuai dengan
dua pengertian diatas, yang menyatakan bahwa ia melanggar aturan atau tugas
dengan menggunakan jabatannya yang tinggi untuk suatu keuntungan untuk dirinya
atau ada pihak lainnya mungkin, dan juga tindakan korupsi “Dahlan Iskan” ini
merupakan tindakan yang memanipulasi bidang pembangunan yang menyangkut
kepentingan umum.

b. Jenis dan Tipe Korupsi Berdasarkan Kasus


Benveniste Tipe Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang
dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang
dan kekuasaan.
Analisa dari kasus korupsi “Dahlan Iskan” ialah termasuk dalam jenis dan tipe
“Mercenery Corruption“, dimana ia memang sengaja melakukan tindak pidana
korupsi untuk keuntungan pribadi dengan menggunakan wewenang dan kekuasaan ia
sebagai orang yang memiliki jabatan tinggi.

6
c. Faktor Penyebab Korupsi Berdasarkan Kasus
Gone Theory faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi secara umum:
1. Greeds (Keserakahan), dari kasus “Dahlan Iskan”, juga bisa saja karna faktor
keserakahan yang ada dalam dirinya, sehingga ia melakukan tindak korupsi
tersebut.
2. Opportunities (Kesempatan), dengan jabatannya yang tinggi ini, ia menggunakan
wewenang dan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan, dan itu
merupakan suatu yang bisa menjadi kesempatan atau peluang bagi siapa saja
untuk melakukan tindak pidana korupsi.
3. Needs (Kebutuhan), demi memenuhi kebutuhannya sehingga ia melakukan
tindak korupsi tersebut karena keadaan dan kesempatan yang ada.
4. Exposures (Pengungkapan).

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari banyak kasus korupsi yang terjadi didunia ini khususnya di Indonesia,
maka dapat disimpulkan bahwa tindak korupsi itu adalah bagaimana orang-orang
tersebut memiliki kesadaran, dan sejauh mana mereka mengatasi dan bekerja sesuai
dengan tugasnya. Yang tidak akan merugikan masyarakat luas diluar sana yang masih
membutuhkan kinerja para pejabat tinggi yang jujur, dan dengan ikhlas mengerjakan
tugasnya tanpa mengharap keuntungan lain selain gaji atau bayaran nya yang sesuai
dengan jabatan dan kinerjanya. Dari permasalahan tersebut dapat disimpulkan
penyebabnya yaitu masalah yang kompleks yang ada pada masyarakat dengan
kurangnya pengetahuan pancasila oleh sebagian masyarakat Indonesia pada
umumnya.
Jika ditinjau dari sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila
sesungguhnya merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi karena ada
pertemuan dan kesempatan. Akan tetapi, karena nilai-nilai kearifan semakin
ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalitas, sehingga seseorang terdorong untuk
bertindak korupsi. Saatnya pancasila kembali direvitalisasi sebagai dasar filsafat
negara. Sebagai dasar yang prima, maka nilai-nilai pancasila dan norma-norma
agama merupakan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia untuk berbuat baik.

B. Saran
Korupsi merupakan tindakan yang sangat meresahkan dan bahkan dapat
merugikan orang banyak, dimana para pelaku menggunakan wewenang dan
kekuasaan yang seharusnya mereka laksanakan dengan bijak dn penuh pertimbangan,
walaupun melihat kesempatan yang selalu ada, cobalah untuk tetap bersikap jujur,
dan tingkatkan kinerja juga senantiasa selalu bertakwa kepadaNya, agar dijauhkan
dari tindak pidana korupsi tersebut, serta dimudahkan segala urusannya.

8
Upaya pemberantasan korupsi tetap harus menjadi wajib sebab korupsi
merupakan akar dari segala masalah yang menyebabkan nama baik negeri ini terus
terpuruk di dunia Internasional. Dan sudah saatnya kita sebagai warga kembali pada
nilai-nilai luhur pancasila dan tidak sebatas istilah saja. Untuk itu pancasila harus
menjadi ruh para penegak hukum dalam upaya penegakan korupsi.
Masyarakat juga dapat ikut berperan serta membantu pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Peran masyarakat tersebut dapat diwujudkan
dalam bentuk :
1. Hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah
terjadi tindak pidana korupsi.
2. Hak untukl memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh, dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindakan pidana korupsi
kepada penegak hukum yang menangan perkara tindak pidana korupsi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Darmonodiharjo, Darji; Dekker, Nyoman ,dkk. SANTAJI PANCASILA. Surabaya-


indonesia: Usaha Nasional, 1981.
http://listpdf.com/ka/kasus-korupsi-dalam-pandangan-pancasila-pdf.html diaskes
pada tanggal 03 juli 2016 pukul 11:38
http://news.liputan6.com/read/2250769/kpk-tak-dilibatkan-usut-dugaan-korupsi-
dahlan-iskan diaskes pada tanggal 03 juli 2016 pukul 12:08

10

Anda mungkin juga menyukai