Revisi Bab II
Revisi Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vitamin A
2.1.1 Definisi Vitamin A
Vitamin A merupakan zat gizi penting yang larut dalam lemak,
disimpan dalam hati dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga, harus
dipenuhi kebutuhannya dari luar. (Kemenkes RI, 2016). Vitamin A
merupakan vitamin yang larut dalam lemak pertama yang di temukan.
Secara luas, vitamin A merupakan nama generik umum untuk menyatakan
semua retinoid dan prekursor/vitamin A karotenoid yang mempunyai
aktivitas biologi sebagai retinol (Almatsier, 2009).
2.1.2 Sumber Vitamin A
Berikut ini yang merupakan bahan makanan yang mengandung vitamin
A, yaitu :
1. Air Susu Ibu (ASI)
2. Bahan makanan hewani seperti hati, ikan, daging, ayam, dan bebek
3. Buah-buahan seperti papaya, mangga masak, alvokat, jambu bii merah,
pisang.
4. Sayur-sayuran seperti daun bayam, daun singkong, kangkung, daun
katuk, daun mangkokan, daun kelor, daun beluntas, kecipir, labu
kuning, daun ubi jalar, tomat, wortel.
5. Bahan makanan yang mengalami proses penambahan mikronutrien
(fortifikasi) dengan vitamin A seperti margarin, susu, dan beberapa mie
instan. (Adriani & Wirjatmadi, 2012)
8
9
Klasifikasi Xeropthalmia
Menurut Almatsier 2009, klasifikasi dari Xeropthalmia dibagi menajdi 9
bagian, yaitu :
1. XN = Buta Senja
2. XIA = Xerosis Konjungtiva
3. XIB = Bercak Bitot
4. X2 = Xerosis Kornea
5. X3A = Ulkus kornea atau keratomalasia kurang dari 1/3 permukaan
Kornea
Gambar 5 : Xerosis Kornea Gambar 6 : Ulkus kornea < 1/3 permukaan kornea
2.1.5.3 Infeksi
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh pada
manusia dimana mekanisme nya belum jelas. Retinol tampaknya
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit
yang berperan dalam proses kekebalan tubuh). Kekurangan Vitamin A
menurunkan respon antibodi yang bergantung pada sel T (limfosit yang
berperan pada kekebalan sel) (Azrimaidaliza, 2007).
Pada kekurangan vitamin A terjadi penurunan fungsi kekebalan
tubuh, sehingga mudah terserang infeksi. Disamping itu, lapisan sel yang
menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, mudah dimasuki
oleh mikroorganisme atau bakteri karena tidak mengeluarkan lendir,
sehingga dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi
pada permukaan dinding usus akan menyebabkan diare. Perubahan pada
permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada
ginjal dan kantung kemih serta vagina. Perubahan ini dapat pula
mengakibatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan batu ginjal
dan gangguan kantung kemih. Disamping itu, kekurangan Vitamin A
pada anak-anak dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang dapat
menyebabkan kematian. Vitamin A juga disebut sebagai Vitamin anti-
infeksi (Adriani & Wiratmadi, 2012).
2.1.5.4 Perubahan pada Kulit
Hiperkeratinosisfolikular merupakan suatu kondisi dimana kulit
menjadi kering dan kasar, folikel rambut menjadi kasar, mengeras, dan
mengalami keratinisasi. Awalnya terkena pada lengan dan paha,
kemudian dapat menyebar ke seluruh tubuh. (Adriani & Wiratmadi,
2012).
2.1.5.5 Gangguan Penglihatan
Kekurangan Vitamin A dapat menghambat pertumbuhan sel-sel,
termasuk sel-sel tulang. Pada gigi fungsi sel-sel yang membentuk email
pada gigi terganggu dan terjadi atrofi sel-sel yang membentuk dentin,
sehingga gigi mudah rusak (Adriani & Wiratmadi, 2012).
15
2.2 Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu hasil dari proses pembelajaran yang didapat
seseorang setelah melakukan pengindraan melalui panca indra manusia yakni
indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, indra rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2012).
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkatan :
1. Tahu (know) merupakan suatu kemampuan untuk mengingat kembali
suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat
pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
2. Memahami (Comprehension) merupakan suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang dapat
menjelaskan, menyebutkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari dapat dikategorikan sebagai orang yang telah paham
terhadap suatu objek atau materi.
17
berdasarkan tradisi, adat, dan agama. Didalam norma dan kaidah tersebut
terdapat pengetahuan yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara
rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik dan diubah. Jadi, harus diikuti
tanpa adanya keraguan didalam nya. Pengetahuan yang bersumber dari
kepecayaan cenderung bersifat tetap (mapan) dan subjektif.
2. Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain
Pengetahuan ini biasa didapat dari orang tua, guru, ulama, orang
yang dituakan, dan lain sebagainya, apa yang mereka katakana, baik atau
buruk, benar atau salah, dan bagus atau pun jelek, pada umumnya di ikuti
dan dijalani dengan patuh, karna kebanyakan orang mempercayai mereka
sebagai orang yang berpengalaman dan berpengetahuan luas.
Sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran tetapi,
persoalannya terletak pada sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu
merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji
kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah bohong, hal ini akan
membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.
3. Pengalaman
Bagi manusia, pengalaman merupakan suatu peran penting dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah
dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula
melakukan kegiatan hidup.
4. Akal pikiran
Akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Akal pikiran mampu
menerima hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, seragam
yang bersifat tetap dan cenderung memberikan pengetahuan yang lebih
umum, objektif, dan pasti.
2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah :
1. Pendidikan, pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang
berarti. Dalam proses pendidikan tersebut, terjadi proses pertumbuhan,
19
2. Merespons (responding)
Suatu indikasi dari sikap merupakan suatu tindakan dalam
memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Karena dengan suatu usaha
untuk menjawab pertanyaan atau mengerakan tugas yang
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah
berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Suatu indikasi sikap tingkat tiga adalah dengan mengajak orang
lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Misalnya
seorang ibu yang mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya
dan sebagainya) untuk datang ke posyandu menimbangkan
anaknya atau mendiskusikan tentang gizi merupakan suatu bukti
bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi
anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
suatu sikap yang paling tinggi adalah dengan bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko
adalah. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun
mendapat tentang dari mertua atau orang tuanya sendiri.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2012).
3. Praktik atau tindakan (practice)
Menurut Notoatmodjo (2012), suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (overt behavior). Sikap bisa diwujudkan menjadi suatu
perbuatan nyata yang memerlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif kepada
imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas
imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan foktor
23
pendukung (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua
atau mertua, dan lain-lain.
Teori lain yang telah mencoba untuk mengungkap determinan perilaku
dari analisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu:
1. Teori Lawrence Green
Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyrakat dapat dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar
perilaku (non-behavior causes). Selain itu perilaku itu sendiri
ditentukan oleh tiga faktor yaitu:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), merupakan faktor
yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan
nilai-nilai dan sebagainya.
b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), merupakan faktor
yang terwujud dalam lingkungan fisik, ketersediaan atau tidak
tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban,
dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), merupakan faktor
yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa suatu perilaku seseorang
atau masyarakat tentang kesehatan dapat ditentukan oleh pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat
yang bersangkutan. Terbentuknya perilaku juga didukung dan
diperkuat dengan ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku petugas
kesehatan terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
24
- Pekerjaan dan
Pendapatan