Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL PENELITIAN

PERANCANGAN BUKU EDUKASI SEKS 13+ : ‘PUBERTAS DAN


TANGGUNG JAWAB SETELAHNYA’ UNTUK PELAJAR SMP DI
BANYUMAS

JULIO ALBIANSYAH
21105047

FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI DAN DESAIN


PRODI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pubertas merupakan salah satu tahap perkembangan kritis yang dialami dalam
kehidupan remaja. Masa ini menjadi periode pertumbuhan dan perkembangan pesat
baik secara fisik, psikologis maupun intelektual [1]. Saat pubertas, selalu diawali
dengan perubahan signifikan atau mencolok tetapi jarang disadari oleh orang yang
mengalaminya. Oleh karena itu, diperlukan pemberian informasi tentang pengertian
perubahan fisik masa pubertas [1]. Hal ini supaya remaja lebih mengenal dan
memahami perubahan pada diri mereka.

Terdapat hal yang membedakan terkait perubahan fisik remaja laki-laki dan
perempuan saat pubertas. Perubahan yang terlihat jelas pada keduanya ialah
perubahan suara, tumbuhnya bulu ketiak dan kemaluan, serta keluarnya cairan dari
kemaluan seperti menstruasi ataupun ejakulasi, hal yang membedakan antara
remaja laki-laki dan perempuan terlihat dari perubahan bentuk tubuh seperti
payudara, panggul dan paha pada remaja perempuan terlihat membesar sedangkan
pada remaja laki-laki terlihat dada dan bahu lebih bidang serta tumbuh rambut halus
di wajah seperti kumis dan jenggot [1]. Pubertas menjadi tahap awal remaja dalam
memahami dan menjelajahi identitas seksual pada diri, serta memperoleh kesadaran
tentang aspek-aspek seksualitas yang penting dalam kehidupan mereka.

Pemaparan tentang pubertas sering dikaitkan dengan edukasi seks. Hal ini
menjadi suatu permasalahan yang harus dihadapi oleh remaja saat mengalami
pubertas. Terutama di sekolah, biasanya guru hanya memberikan edukasi terkait
pubertas dan seks hanya sebatas penjelasan biologis tetapi tidak menjelaskan
tanggung jawab setelah pubertas. Kurangnya pengetahuan atau pelatihan edukasi
seks, sehingga para guru hanya mengajarkan fungsi dari organ reproduksi dengan
cara yang kaku dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) [2]. Hal ini menjadi
masalah bahwa masih minimnya edukasi pubertas dan seks yang memadai di
lingkungan sekolah. Pendidikan seks dapat menjadi bekal dan merupakan salah satu
modal utama agar anak dapat menjaga diri dari berbagai penyimpangan dan
kekerasan seksual yang bisa saja terjadi di lingkungan terdekat anak [3]. Edukasi
seks adalah salah satu cara dalam memberikan pemahaman dan menyadarkan
masyarakat mengenai masalah seksual.

Di seluruh dunia, masalah terkait seksualitas seperti kehamilan remaja,


penyebaran penyakit menular seksual, dan masalah hubungan tentang seks masih
menjadi isu serius yang perlu dihadapi saat ini. Sebab di masa pubertas, remaja
sangat dipengaruhi oleh sifat penasaran dan keingintahuan yang tinggi sehingga
mereka perlu memilah dengan baik antara edukasi sesuai dan tidak sesuai agar tidak
terjerumus kepada tindakan yang salah. Pada tahun 2019, World Health
Organization memperkirakan sebanyak 60% dari 15 juta remaja setiap tahunnya
mengalami kehamilan di luar nikah dan hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat mengakibatkan kehamilan [4].
Kasus ini menjadi penting bagi masyarakat untuk lebih memahami dan mempelajari
terkait perilaku seksual dan dampaknya kepada banyak orang.

Kemudian, masalah kesehatan seksual yang saat ini menjadi global adalah
penyebaran HIV/AIDS, menurut data Kementrian Kesehatan ada sebanyak 50 ribu
kasus HIV pada tahun 2019 di Indonesia sementara yang terdeteksi AIDS pada
tahun itu sekitar 7.000 orang, di tahun 2019 jumlah anak yang menjadi korban
kekerasan seksual mencapai 6.454 dan meningkat menjadi 6.980 di tahun 2020
selanjutnya dari tahun 2020 ke 2021 peningkatan yang terjadi adalah 25,07% yaitu
menjadi 8.730 [4]. Kekerasan merupakan penggunaan kekuatan fisik atau kata-kata
yang disengaja terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok, yang
dapat menyebabkan cedera, kematian, luka psikologis, serta menghambat
pengembangan diri seseorang [5]. Oleh karena itu, edukasi seks bukan hanya
tentang menjelaskan aspek biologis dari seksualitas manusia tetapi juga tentang
mengembangkan pemahaman lebih dalam mengenai kesehatan seksual, hubungan
antar manusia, serta tanggung jawab yang datang bersamanya. Ini erat kaitannya
dengan agama, moral, dan etika yang harus ditanamkan sedini mungkin.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka diperlukan rancangan yang dapat
membantu remaja dalam menghadapi masa pubertas dengan pemahaman lebih
mendalam terkait edukasi seksual. Perancangan ini bertujuan untuk memberikan
solusi terkait permasalahan yang ada, salah satunya ialah dengan merancang buku
edukasi seks 13+ : ‘pubertas dan tanggung jawab setelahnya’ untuk pelajar SMP
karena biasanya masa pubertas atau baru menginjak remaja terjadi saat masa
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ilustrasi membantu untuk menjelaskan sebuah
cerita, tulisan, atau informasi lainnya dengan penyajian visual agar mudah dipahami
[2]. Sehingga, penggunaan media buku ilustrasi dapat menjadi daya tarik bagi anak-
anak dan remaja karena menyenangkan untuk dilihat dan mudah dipahami sebab
basisnya visual.

Pembuatan buku ilustrasi dinilai cukup efektif untuk diterapkan menurut


penulis karena dapat memberikan pemahaman yang didukung dengan bentuk visual
serta pemaparan materi terkait edukasi seks dapat dijelaskan dengan lebih luas,
rinci, dan detail melalui media buku. Kreativitas sering diidentikan dengan seni [6].
Media ini menjadi upaya dalam memberikan paduan yang jelas dan informatif
kepada remaja dalam menjalani pubertas mereka. Buku bergambar adalah salah
satu hal unik dalam hidup anak kecil dan juga anak anak muda seperti remaja.
Penampilan atau rupa tidak terlepas kaitannya dari seni dengan kekreatifannya [6].
Dengan bertujuan untuk memperkenalkan sebuah teks dengan gambar agar dapat
lebih dipahami oleh anak kecil, bahkan ada beberapa buku yang tidak memiliki
sepatah katapun dan hanya ditampilkan dengan gambar [2]. Sehingga, luaran yang
diharapkan dari perancangan buku ini adalah agar membuat remaja semakin
bertanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka setelah pubertas dengan cara
membuat keputusan yang lebih bijak.

Pada perancangan buku ilustrasi ini nantinya akan disebarluaskan ke Sekolah


Menengah Pertama (SMP) di Banyumas dari pihak sekolah kepada para siswa
melalui guru, karena ruang lingkup perancangan yang masih terbatas. Selain
merancang media utama berupa buku ilustrasi, penulis juga akan merancang
beberapa media pendukung untuk membantu promosi dari media utama.
1.2. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang beserta studi kasus yang didapati, ditetapkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1. Bagaimana merancang buku edukasi seks 13+ : ‘pubertas dan tanggung jawab
setelahnya’ untuk pelajar SMP di Banyumas?
1.2.2. Bagaimana memposisikan buku ini sebagai media edukasi seks 13+ dan media
komunikasi visual kepada pelajar SMP di Banyumas?

1.3. Tujuan Penelitian


Setelah mempertimbangkan rumusan masalah yang ditetapkan, ditentukan
tujuan penelitian sebagai berikut:
1.3.1. Membuat rancangan buku edukasi seks 13+ : ‘pubertas dan tanggung jawab
setelahnya’ untuk pelajar SMP di Banyumas.
1.3.2. Menentukan posisi buku ini sebagai media edukasi seks 13+ dan media
komunikasi visual kepada pelajar SMP di Banyumas.

1.4. Manfaat Penelitian


Perancangan ini diharapkan tidak hanya menjadi sarana penulisan semata,
tetapi juga bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama:
1.4.1. Bagi keilmuan DKV, dapat menjadi referensi kajian dalam merancang buku
bergambar pada ruang kreatif di Indonesia melalui pendekatan desain ilustrasi.
1.4.2. Bagi institusi, dapat mewujudkan visi perguruan tinggi dalam meningkatkan
aktivitas healthcare pada pelajar SMP di Banyumas melalui perancangan buku
edukasi seks 13+ : ‘pubertas dan tanggung jawab setelahnya’.
1.4.3. Bagi masyarakat, dapat memperluas pemahaman dan memberikan pengarahan
terkait edukasi seks atau gejala pubertas pada remaja melalui perancangan
buku edukasi seks 13+ : ‘pubertas dan tanggung jawab setelahnya’.
DAFTAR PUSTAKA

[1] B. H. Nasution1, J. E. Samosir, P. Sekolah, T. Ilmu, K. Flora, dan I. Sekolah,


“Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Perubahan Fisik Pada Masa
Pubertas,” J. Keperawatan Flora, vol. 14, no. 1, hal. 9–15, 2021.

[2] D. S. Revaldi, R. A. Siswanto, F. I. Kreatif, dan U. Telkom, “Illustration


Book Design About Sex Education for Children,” vol. 7, no. 2, hal. 1295,
2020.

[3] F. Ismiulya, R. R. Diana, N. Na’imah, S. Nurhayati, N. Sari, dan N. Nurma,


“Analisis Pengenalan Edukasi Seks pada Anak Usia Dini,” J. Obs. J.
Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 6, no. 5, hal. 4276–4286, 2022, doi:
10.31004/obsesi.v6i5.2582.

[4] Mohammad Shihab, “Strategi Kampanye Public Relations Dalam


Membangun Kesadaran Tentang Kesehatan Seksual (Studi Kasus: ‘Hotel
For Play’),” J. Sos. Terap., vol. 1, no. 1, hal. 27–38, 2023, doi:
10.29244/jstr.1.1.27-38.

[5] B. Hermawan, Modul Guru: Pendidikan Kesehatan Reproduksi dan


Seksualitas bagi Remaja dengan Disabilitas Intelektual. 2020. [Daring].
Tersedia pada: https://pmpk.kemdikbud.go.id/bukudigital/products/...%0A

[6] P. Dasar, Pengetahuan Dasar Seni Rupa 2020 lengkap.pdf.

Anda mungkin juga menyukai