Julio Albiansyah 21105047 Metodologi Penelitian
Julio Albiansyah 21105047 Metodologi Penelitian
JULIO ALBIANSYAH
21105047
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pubertas merupakan salah satu tahap perkembangan kritis yang dialami dalam
kehidupan remaja. Masa ini menjadi periode pertumbuhan dan perkembangan pesat
baik secara fisik, psikologis maupun intelektual [1]. Saat pubertas, selalu diawali
dengan perubahan signifikan atau mencolok tetapi jarang disadari oleh orang yang
mengalaminya. Oleh karena itu, diperlukan pemberian informasi tentang pengertian
perubahan fisik masa pubertas [1]. Hal ini supaya remaja lebih mengenal dan
memahami perubahan pada diri mereka.
Terdapat hal yang membedakan terkait perubahan fisik remaja laki-laki dan
perempuan saat pubertas. Perubahan yang terlihat jelas pada keduanya ialah
perubahan suara, tumbuhnya bulu ketiak dan kemaluan, serta keluarnya cairan dari
kemaluan seperti menstruasi ataupun ejakulasi, hal yang membedakan antara
remaja laki-laki dan perempuan terlihat dari perubahan bentuk tubuh seperti
payudara, panggul dan paha pada remaja perempuan terlihat membesar sedangkan
pada remaja laki-laki terlihat dada dan bahu lebih bidang serta tumbuh rambut halus
di wajah seperti kumis dan jenggot [1]. Pubertas menjadi tahap awal remaja dalam
memahami dan menjelajahi identitas seksual pada diri, serta memperoleh kesadaran
tentang aspek-aspek seksualitas yang penting dalam kehidupan mereka.
Pemaparan tentang pubertas sering dikaitkan dengan edukasi seks. Hal ini
menjadi suatu permasalahan yang harus dihadapi oleh remaja saat mengalami
pubertas. Terutama di sekolah, biasanya guru hanya memberikan edukasi terkait
pubertas dan seks hanya sebatas penjelasan biologis tetapi tidak menjelaskan
tanggung jawab setelah pubertas. Kurangnya pengetahuan atau pelatihan edukasi
seks, sehingga para guru hanya mengajarkan fungsi dari organ reproduksi dengan
cara yang kaku dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) [2]. Hal ini menjadi
masalah bahwa masih minimnya edukasi pubertas dan seks yang memadai di
lingkungan sekolah. Pendidikan seks dapat menjadi bekal dan merupakan salah satu
modal utama agar anak dapat menjaga diri dari berbagai penyimpangan dan
kekerasan seksual yang bisa saja terjadi di lingkungan terdekat anak [3]. Edukasi
seks adalah salah satu cara dalam memberikan pemahaman dan menyadarkan
masyarakat mengenai masalah seksual.
Kemudian, masalah kesehatan seksual yang saat ini menjadi global adalah
penyebaran HIV/AIDS, menurut data Kementrian Kesehatan ada sebanyak 50 ribu
kasus HIV pada tahun 2019 di Indonesia sementara yang terdeteksi AIDS pada
tahun itu sekitar 7.000 orang, di tahun 2019 jumlah anak yang menjadi korban
kekerasan seksual mencapai 6.454 dan meningkat menjadi 6.980 di tahun 2020
selanjutnya dari tahun 2020 ke 2021 peningkatan yang terjadi adalah 25,07% yaitu
menjadi 8.730 [4]. Kekerasan merupakan penggunaan kekuatan fisik atau kata-kata
yang disengaja terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok, yang
dapat menyebabkan cedera, kematian, luka psikologis, serta menghambat
pengembangan diri seseorang [5]. Oleh karena itu, edukasi seks bukan hanya
tentang menjelaskan aspek biologis dari seksualitas manusia tetapi juga tentang
mengembangkan pemahaman lebih dalam mengenai kesehatan seksual, hubungan
antar manusia, serta tanggung jawab yang datang bersamanya. Ini erat kaitannya
dengan agama, moral, dan etika yang harus ditanamkan sedini mungkin.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka diperlukan rancangan yang dapat
membantu remaja dalam menghadapi masa pubertas dengan pemahaman lebih
mendalam terkait edukasi seksual. Perancangan ini bertujuan untuk memberikan
solusi terkait permasalahan yang ada, salah satunya ialah dengan merancang buku
edukasi seks 13+ : ‘pubertas dan tanggung jawab setelahnya’ untuk pelajar SMP
karena biasanya masa pubertas atau baru menginjak remaja terjadi saat masa
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ilustrasi membantu untuk menjelaskan sebuah
cerita, tulisan, atau informasi lainnya dengan penyajian visual agar mudah dipahami
[2]. Sehingga, penggunaan media buku ilustrasi dapat menjadi daya tarik bagi anak-
anak dan remaja karena menyenangkan untuk dilihat dan mudah dipahami sebab
basisnya visual.