Anda di halaman 1dari 1

Perspektif fungsionalisme

Dikutip dari buku Perspektif Sosiologi (2020) karya Trisni Andayani dkk, perspektif
fungsionalis melihat masyarakat sebagai makhluk hidup. Dalam perspektif sosiologi ini,
manusia dikatakan sehat jika menjadi bagian dari kelompok fungsional, di mana mereka
memiliki kebersamaan. Sebaliknya, mereka dikatakan sakit apabila ada bagian
kelompok yang tidak lagi menyatu secara kolektif. Sebagai makhluk hidup, para
sosiolog memandang bahwa masyarakat merupakan organ tubuh yang bergantung
satu sama lain.

Perspektif konflik sosial

Dilansir dari buku Kesehatan Masyarakat dalam Determinan Sosial Budaya (2018) oleh
Hermien Nugraheni dkk, perspektif konflik didasarkan pada pemikiran Karl Marx. Ia
melihat bahwa pertentangan dan eksploitasi kelas menjadi penggerak utama kekuatan
dalam sejarah. Jenis perspektif sosiologi ini berorientasi pada studi struktur dan
lembaga sosial yang memandang bahwa manusia senantiasa berubah. Tak hanya
berubah, perspektif ini juga memandang bahwa tiap bagian dalam masyarakat mampu
menciptakan perubahan sosial. Perspektif konflik melihat bahwa semua fenomena yang
ada di masyarakat merupakan hasil dari konflik, atau pertentangan kelas atas dan
bawah.

Perspektif interaksionisme simbolik

Menurut Khaerul Umam Noer dalam buku Pengantar Sosiologi untuk Mahasiswa
Tingkat Dasar (2021), interaksionisme simbolik merupakan kerangka teori mikro dalam
sosiologi. Perspektif ini sering digunakan pada tingkat mikro, yakni interaksi
antarindividu dalam kelompok masyarakat. Berdasarkan perspektif interaksionisme
simbolik, masyarakat dan struktur sosial harus dipahami sebagai sebuah interaksi
sosial yang didasarkan pada pemahaman bersama. Jenis perspektif sosiologi ini
bersifat subyektif, karena melihat individu dalam sistem masyarakat. Sementara
perspektif fungsional dan konflik sifatnya obyektif.

Anda mungkin juga menyukai