Anda di halaman 1dari 3

TUGAS SOSIOLOGI

OBSERVASI KONFLIK DI LINGKUNGAN


SEKITAR
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
NAMA:RIHANDI MARPAUNG
KELAS:XI IPS 1
Dalam laporan pengamatan ini saya akan menggunakan teori sosiologi modern yaitu teori
konflik. Teori konflik ini dibangun untuk menentang secara langsung terhadap teori
fungsionalisme struktural. Jika menurut teori fungsionalisme struktural masayrakat berada
dalam kondisi statis atau bergerak dalam kondisi keseimbangan maka menurut teori konflik
malah sebaliknya, masyarakat senantiasa berada dalam perubahan yang ditandai oleh
pertentangan yang terus menerus diantara unsur-unsurnya. Jika menurut teori fungsionalisme
struktural setiap elemen atau institusi memberikan dukungan terhadap stabilitas, maka teori
konflik melihat bahwa setiap elemen atau institusi memberikan sumbangan terhadap
disintegrasi sosial.
Teori konflik ini di cetuskan oleh Ralp Dahrendorf. Teori konflik Dahrendorf ini sering disebut
teori konflik dialektik. Menurutnya masyarakat memiliki dua wajah yaitu konflik dan konsensus.
Tidak akan ada konflik apabila sebelumnya tidak ada konsensus. Teori konflik Dahrendorf
adalah mata rantai antara konflik dan perubahan sosial. Dahrendorf melihat masyarakat selalu
dalam kondisi konflik dengan mengabaikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat itu
sendiri.
Konsep utama teori ini adalah wewenang dan posisi. Kekuasaan dan wewenang senantiasa
menempatkan individu pada posisi atas dan bawah dalam setiap struktur. Dahrendorf juga
membedakan golongan yang terlibat konflik atas dua tipe yaitu kelompok semu dan kelompok
kepentingan. Kelompok semu merupakan kumpulan dari para pemegang kekuasaan dengan
kepentingan yang sama yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan. Sedangkan
kelompok kepentingan terbentuk dari kelompok semu yang lebih luas. Kelompok kepentingan
mempunyai struktur organisasi, program, tujuan, dan anggota yang jelas.Kelompok
kepentingan sering menjadi sumber nyata timbulnya konflik dalam masyarakat. Teori konflik
terlalu mengabaikan stabilitas dan keteraturan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat selalu
dalam kondisi konflik.
Dalam teori konflik yaitu mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang ada, bahkan sampai
mengabaikan norma dan nilai yang ada alam masyarakat. Fenomena tersebut mengabaikan
norma dan nilai yang ada itu maksudnya dalam sebuah pemilihan apapun harus domokrasi dan
tanpa tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Namun norma dan nilai tersebut diabaikan
dengan diberikan imbalan bagi yang memilih misalnya calon A, dan ada unsur penekanan yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.
Pada pemilihan tersebut juga telah merubah status masyarakat, yaitu dari calon kades dari
tegaljoho yang gagal awalnya tidak dipandang oleh masyarakat namun setelah ia mencalonkan
diri menjadi kades status dan kedudukannya menjadi naik walaupun ia gagal karena bagi
masyarakat mencalonkan menjadi kades itu bukan hal yang mudah.
Dari perubahan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat senantiasa
mengalami menuju yang lebih baik. Maka timbullah suatu persaingan untuk mendapatkan
status yang diinginkan sehingga akan melakukan segala cara agar dapat menempati status
tersebut. Menurut teori konflik ini masyarakat terlalu mengabaikan keteraturan dan stabilitas yang ada
dalam masyarakat, sehingga yang keteraturan dan stabilitas yang ada dapat berubah. Karenan menurut
Dahrendorf masyarakat selalu dalam kondisi konflik. Serta mengabaikan norma-norma dan nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat tersebut, sehingga masyarakat tidak pernah aman dari pertikaian dan
petentangan.

Dari kasus pemilihan Kepala Desa Mojotengah tersebut terdapat persaingan yang tidak sehat
sehingga dapat menyebabkan konflik. Persaingan tersebut telah mengabaikan norma dan nilai
yang telah tertanam dalam masyarakat, sehingga selalu terjadi konflik.

Anda mungkin juga menyukai