Anda di halaman 1dari 9

TEORI INSTITUSI

Ajaran “gesammtakt” menjadi cikal bakal keberadaan PT


sebagai subyek hukum mandiri, beranjak dari pemikiran bahwa
para pendiri dalam kedudukan yang sejajar, secara bersama-
sama membentuk satu “institusi” baru, terpisah dari diri
mereka

Kedudukan PT oleh hukum dipandang berdiri sendiri terlepas


dari orang (perseorangan/badan hukum) yang ada di dalam PT

PT Sebagai Badan Hukum Merupakan Subyek


Hukum Mandiri

 Memiliki tanggal kelahiran sendiri, yaitu tanggal pengesahan


sebagai badan hukum oleh Menkumham
[Psl 7 ayat (4) UU PT]

 Memiliki nama sendiri, yaitu nama yang sudah diijinkan


untuk digunakan [Psl 5, Psl 9 ayat (2), Psl 16 UU PT]
 Memiliki domisili sendiri, umumnya tidak menyebutkan
alamat lengkap, cukup nama kota
[Psl 5 UU PT]

 Memiliki kegiatan usaha sendiri, tercantum dalam Anggaran


Dasar PT tentang Maksud dan Tujuan didirikannya PT ---
memiliki hak dan kewajiban sendiri

 Melakukan transaksi atas nama PT


[Psl 1 angka 5, Psl 92 ayat (1), Psl 98 UU PT]

 Memiliki Nomor Rekening atas nama PT


[Psl 33, Psl 34 UU PT]

 Sebagai penggugat atau tergugat [Psl 98, Psl 99 UU PT]

Di satu sisi, PT merupakan wadah tempat berhimpunnya subyek


hukum untuk melakukan kerja sama, sedangkan di sisi lain
segala perbuatan yang dilakukan dalam rangka kerja sama
tersebut, oleh hukum dipandang semata-mata sebagai
perbuatan PT itu sendiri
Terpisahnya PT dari Para Pemegang Saham

Pasal 3 UU PT :
(1) Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab
secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama
Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
Perseroan melebihi saham yang dimiliki.

Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara


pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan

Semua tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan PT, bukan


merupakan tindakan pemegang saham sehingga kewajiban dan
tanggung jawab PT bukan merupakan kewajiban dan tanggung
jawab pemegang saham

Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) UU PT


dibentangkan tembok pemisah antara PT dengan pemegang
saham
PT sebagai badan hukum merupakan subyek hukum, dengan
kewenangan dan kapasitas yang terpisah dari pemegang saham,
salah satu konsekuensinya, harta kekayaan merupakan hak milik
PT, sehingga PT wajib memiliki Nomor Rekening atas nama PT
[Psl 33, Psl 34 UU PT]

Pemegang saham tidak bertanggung jawab atas kerugian


PT melebihi saham yang dimiliki
Pemegang saham bertanggung jawab terbatas senilai saham
yang dimiliki

Dana pemegang saham yang disetorkan ke kas PT sebagai


kewajiban yang harus dilakukan terkait dengan pengambilan
saham, akan menjadi milik PT

Konsekuensinya, pemegang saham tidak memiliki hak untuk


mengalihkan kekayaan PT kepada dirinya sendiri maupun
kepada pihak lain

Bagaimana jika pemegang saham tidak hendak meneruskan


penyertaannya? Sahamnya dijual sebab penarikan dana
langsung dari PT masuk kategori penggelapan

Jika pemegang saham menguasai mayoritas saham PT, untuk


tujuan-tujuan tertentu melalui kekuasaan mayoritasnya, maka
secara tidak langsung PT digunakan sebagai alat untuk tujuan
tertentu dari pemegang saham mencapai keuntungan “pribadi”.
Dalam hal demikian inilah, PT dikatakan hanya sebagai alter ego

Tanggung jawab yang sifatnya terbatas, potensi menjadikan PT


sebagai “kendaraan”untuk mecari keuntungan tanpa ada
kekuatiran harus memikul kerugian lebih dari nilai saham yang
dimiliki.

Dalam perkembangannya, berlakunya tanggung jawab terbatas


tidak mutlak atau absolut artinya, pemegang saham tidak lagi
bertanggung jawab sebatas nilai sahamnya, melainkan lebih
dari itu, meliputi aset pemegang saham di luar yang telah
diinvestasikan jika pemegang saham dinilai telah “bersalah”

(Pasal 3 ayat 2 huruf b,c,d UUPT)

b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung


maupun tidak langsung dengan itikad buruk
memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi
c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT

d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung


maupun tidak langsung secara melawan hukum
menggunakan kekayaan PT, yang mengakibatkan
kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk
melunasi utang PT.

Bagian Penjelasan Pasal 3 ayat 2 UUPT


Tanggung jawab pemegang saham sebesar setoran
atas seluruh saham yang dimilikinya kemungkinan
hapus apabila terbukti, antara lain terjadi
pencampuran harta kekayaan pribadi pemegang
saham dan harta kekayaan PT sehingga PT didirikan
semata-mata sebagai alat yang dipergunakan
pemegang saham untuk memenuhi tujuan
pribadinya sebagaimana dimaksud dalam huruf b
dan huruf d
Kekebalan hukum yang dimiliki pemegang saham

melalui prinsip tanggung jawab terbatas, tidak lagi efektif.

Terpisahnya PT dari Direksi dan atau Dewan


Komisaris

Direksi dan dewan komisaris merupakan “organ”.

5. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan


bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili
Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

6. Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang


bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada Direksi.
Sebagai “organ”, UU PT tidak memandang adanya hak dan
kewajiban selaku “pribadi” kepada Direksi dan atau Dewan
Komisaris.

Konsekuensinya, UU PT tidak memberikan “perlindungan”,


misalnya mereka diberhentikan sebelum masa jabatan berakhir
dengan alasan pemberhentian yang dinilai merugikan

Berbeda dengan “perlindungan” yang diberikan kepada


pemegang saham:

 Pemegang saham, baik perorangan ataupun badan hukum


merupakan subyek hukum
 karena adanya hak milik pemegang saham atas saham

Pasal 61 UU PT

(1) Setiap pemegang saham berhak mengajukan


gugatan terhadap Perseroan ke pengadilan negeri
apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang
dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai
akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan
Komisaris.
Pasal 97 UU PT

6 Atas nama Perseroan, pemegang saham yang


mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat
mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri
terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau
kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan.

Anda mungkin juga menyukai