Anda di halaman 1dari 190

BAB III

PELAKSANAAN
A.Bentuk Kegiatan Praktek
1.Bagian Rekam Medik
Bentuk kegiatan praktek perkantoran medik yaitu pada bagian instalasi

rekam medis yaitu diawali dengan pembekalan materi, melakukan wawancara

dan observasi, adapun kegiatan praktek pada instalasi rekam medis dimulai

pada tanggal 07 Februari- 05 Maret 2022. Adapun kegiatan yang saya lakukan

ketika di instalasi rekam medis :

a. Pembekalan materi

1) Secara umum

Apa saja hal hal penting dalam perkantoran medik yang ada dalam

instansi yang telah di berikan kepada masing masing mahasiswa oleh

pembimbing, hal ini untuk mengevaluasi dan mengingatkan kembali

pembelajaran atau materi perkuliahan yng telah di pelajari di kampus dan

dapat dierapkan pada praktek perkantoran medik, selain itu pembimbing

membantu dan membimbing mahasiswa praktek lapangan (PL) agar

memahami apasaja yang penting dalam praktek tersebut

2) Secara khusus

a) Mengetahui alur kerja di instalasi rekam medis

b) Mengetahui kegiatan manajerial di intsalasi rekam medis ,Seperti:

1.Pendaftaran Pasien IGD, Rawat Jalan,Rawat Inap


2.Filling (Pencarian Arsip Rekam Medis dan Pengantaran berkas

ke instalasi – instalasi lain)

3.Pendistributoran Rekam Medis

b. Observasi

Menurut prof. Heru observasi merupakan pengamatan yang

sebuah studi kasus atau pembelajaran yang dilakukan dengan sengaja,

terarah, urut, dan sesuai pada tujuan. Pencatatan pada kegiatan

pengamatan disebut dengan hasil observasi. Hasil observasi tersebut

dijelaskan dengan rinci, tepat, akurat, teliti, objektif, dan

bermanfaat.Adapun yang diamati didalam ruangan Rekam Medis yaitu

banyaknya Pasien atau keluarga pasien yang datang untuk keperluan di

bagian administrasi ataupun pendaftaran, mengamati karyawan dalam

ruangan Rekam Medis untuk mengetahui bagaimana cara pendaftaran,

filling dan pendistributoran dan bagaimana staf/ karyawan didalamnya

memberikan pelayanan terhadap pasien maupun keluarga pasien.

Tujuan observasi yaitu mendapatkan dan menghasilkan suatu

kesimpulan tentang objek yang telah diteliti dan diamati, yang mana

kesimpulan tersebut disusun secara sitematis dan diatur di dalam sebuah

laporan yang relavan dan memiliki manfaat untuk bahan pembelajaran

selanjutnya, untuk mendapatkan dan menghasilkan suatu data atau

informasi yang bisa dibagikan kepihak lainya yang disusun dalam bentuk

karya ilmiah atau non ilmiah, (zhuhroh nilakandi, 2019).


Berdasarkan pemaparan diatas bahwa di instalasi rekam medis

Rumah Sakit Umum Madina penulis melihat mengamati serta mencatat

secara langsung pada tempat yang diamati dan sekaligus membantu

kegiatan yang dilakukan oleh staf atau petugas yang bekerja di instalasi

rekam medis Rumah Sakit Umum Madina

c. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang terjadi secara

langsung antara dua orang atau lebih. Selain itu, ada juga yang

mendefinisikan wawancara yaitu ialah suatu bentuk komunikasi lisan

yang dilakukan secara terstruktur oleh dua orang atau lebih, maupun

secara tidak langsuang atau wawancara jarak jauh. (mughnifar ilham,

2019)

Secara umum tujuan wawancara adalah untuk memperoleh

informasi yang akurat dari narasumber dengan menyampaikan beberapa

pertanyaan tergantung pada narasumber.Penulis melakukan wawancara

untuk mendapatkan penjelasan secara langsung bagaimana proses dan

alur kegiatan yang dilakukan di instalasi rekam medis agar mendapatkan

data yang lebih jelas.Berdasarkan wawancara yang di lakukan di

instalasi rekam medis tentang retensi status rekam medis di dapat bahwa

di Rumah sakit madina telah terjadi beberapa kegian retensi untuk

mengurangi statun in aktif dan berdasarkan wawancara di dapat bahwa

selama Rumah Sakit Umum Madina beroperasi Belum pernah terjadi


pemusnahan status sekalipun, kegiatan yang dilakukan baru sebatas

meretensi dan setelah itu dimasukan kekarung yang sekarang di simpan

di gudang Rumah sakit madina yang berada di Gaduik .

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu bentuk aktivitas khusus berbentuk

pengolahan, pengumpulan, penemuan kembali, penyimpanan, dan penyebaran

dokumen. (Paul Marie Ghislain Otlet).Dokumentasi merupakan aktivitas atau

proses sistematis dalam melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan,

pemakaian,penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan, penerangan

pengetahuan dan bukti serta menyebarkanya pada pengguna. (mughnifar

ilham 2019).

Tujuan kegiatan dokumentasi adalah untuk mendapatkan keterangan,

penerangan pengetahuan dan bukti. (mughnifar ilham 2019).Di instalasi

Rekam Medis RS Madina BukitTinggi penulis mendokumentasikan beberapa

kegiatan yang berada di instalasi rekam medis sebagai bukti dari kegiatan

yang dilaksanakan.

e. Praktek

Praktek adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam

teori. Mahasiswa turun ke pelayanan sebagai penyaluran hasil dari

perbekalan dan dapat diterapkan dalam masyarakat maupun instansi, hal ini

membuat mahasiswa tidak hanya baik di dalam materi, tetapi juga baik di

dalam pelaksaan terhadap masyarakat ataupun instansi dan juga dapat


mengetahui bagai mana system kerja yang sebenarnya, selain tindakan

tindakan yang tidak dapat ditemukan pada materi dapat menjadi pengalaman

bagi mahasiswa untuk menangani sebuah permasalahan.


2. Bagian instalasi Gizi
a.Pembekalan Materi

1. Penyelenggaraan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Umum Madina

Bukittinggi

Pelayanan gizi di Rumah Sakit Umum Madina, memerlukan

adanya sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu.

Pedoman tersebut sebagaimana yang dimaksud dalam surat keputusan

Direktur Rumah Sakit Umum Madina yang terdiri atas standar

ketenaga, standar fasilitas, tata laksanan pelayanan, logistic,

keselamatan pasien, keselamatan kerja dan penegendalian mutu.

Pelayanan gizi yang bermutu di rumah sakit akan membantu

mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula

memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya

pengobatan.

Instalasi gizi sendiri adalah wadah pelayanan gizi rumah sakit,

bertujuan untuk memberikan makanan yang bermutu, bergizi, higiene

dan sanitasi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi pasien,

sekaligus untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk

mencapai tujuan tersebut, makan penting diterapkan manajemen

dalam penyelenggaraan makanan sehingga menghasilkan makanan


yang bermutu dan kebersihan makanan yang memenuhi syarat

kesehatan.

2.Visi dan Misi Penyelenggaraan Gizi di Rumah Sakit Umum Madina

Bukittinggi

a. Visi Penyelenggaraan Gizi di Rumah Sakit Umum Madina

“Penyelenggaraan pelayanan gizi yang bermutu dan paripurna”

b. Misi Penyelenggaraan Gizi di Rumah Sakit Umum Madina

1. Menyelenggarakan pelayanan gzi yang berorientasi

kebutuahan dan kepuasan pasien dalam aspek promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif.

2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya kesehatan.

c. Mengembangkan penelitian sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

b.Observasi

Tujuan Penyelenggaraan Gizi di Rumah Sakit Umum Madina Bukittinggi

1. Tujuan umum

Pelayanan gizi rumah sakit adalah terciptanya sistem pelayanan

gizi yang dapat memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit, serta

merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk


meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi di rumah

sakit.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan

pelayanan gizi yang mencakup:

a) Penegakan diagnosis gangguan gizi dan metabolism zat gizi

berdasarkan anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokimia

tubuh.

b) Penyelenggaraan pengkajian dietetik dan pola makan berdasarkan

anamnesis diet dan pola makan.

c) Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.

d) Penentuan bentuk pembelian bahan makanan, pemilihan bahan

makanan, jumlah pemberian serta cara pengelolaan bahan

makanan.

e) Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan

sesuai perubahan keadaan klinis, status gizi dan status

laboratorium.

f) Penerjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai

dengan kebutuhan dan keadaan penyakit.

g) Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang dapat membantu penyembuhan

penyakit.
h) Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya

diet pada klien/ pasien dan keluarga.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan gizi yang

mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:

a) Menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi

berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.

b) Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta

pemberian makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan

metabolisme pasien.

c) Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara

anamnesa diet.

d) Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai

perencanaan menu sampai menyajikan makanan sesuai dengan

keadaan pasien.

e) Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi pada pasien dan

keluarganya.

c. Wawancara

Dalam hasil wawan cara mendapatkan bahwa ruang lingkup

penyelenggaraan pelayanan gizi di Rumah Sakit Umum Madina

Bukittinggi terdiri dari:

1. Asuhan gizi pasien rawat inap


Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang

dimulai dari proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, interverensi

gizi, perencanaan penyediaan makanan, penyuluhan atau

edukasi, konseling, dan monitoring juga evaluasi gizi.

2. Penyelenggaraan makanan

Pelayanan makanan rumah sakit merupakan serangkaan

kegiatan yang terdiri atas perencanaan menu, perencanaan

kebutuhanan bahan makanan, penerimaan, penyimpanan,

pemasakan bahan makanan distribusi dan pencatatan pelaporan dan

evaluasi.
3. Bagian Logistik Umum
a. Landasan Teori

1. Definisi Manajemen Logistik

Istilah manajemen logistik rumah sakit didefinisikan oleh

Aditama (2003) yaitu ilmu pengetahuan serta proses mengenai

perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan,

penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat.

Pengertian manajemen logistic menurut Bowersox (2004), adalah

proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan

penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para

supplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para

pelanggan

2. Tujuan Manajemen Logistik

a) Tujuan manajemen logistik adalah menyampaikan barang

jadi dan bermacam-macam material dalam jumlah yang

tepat pada waktu dibutuhkan, keadaan yang dapat dipakai,

ke lokasi dimana ia dibutuhkan, dan dengan total biaya yang

terendah. Penyelenggaraan logistic memberikan kegunaan

(utility)waktu dan tempat. Kegunaan tersebut merupakan

aspek penting dari operasi perusahaan dan juga pemerintah


(Bowersox,2004 ) Sejalan dengan pengertian manajemen

logistik menurut Aditama (2003) maka tujuan manajemen

logistik mempunyai tiga tujuan, yaitu: Tujuan operasional,

agar tersedianya barang serta bahan dalam jumlah yang

tepat dan mutu yang memadai.

b) Tujuan keuangan meliputi pengertian bahawa upaya tujuan

operasional dapat terlaksana dengan biaya yang serendah-

rendahnya.

c) Tujuan pengamanan bermaksud agar persediaan tidak

terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa

hak, pencurian, dan penyusutan yang tidakwajar lainnya. 9

Ciri- ciri utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi

dan tuntutan terhadap perpindahan (movement) dan

penyimpanan (storage) yang strategis (Bowersox,2004).

d) Fungsi Manajemen Logistik dalam mengelola logistik

terdapat beberapa fungsi-fungsi manajemen yang

membentuk suatu siklus kegiatan logistik. Keberhasilan

dalam mengelola logistic ditentukan oleh kegiatan dalam

manajemen fungsi logistik. Fungsi manajemen logistik

menurut Aditama (2003) yaitu fungsi perencanaan dan

penentuan kebutuhan, fungsi penganggaran, fungsi


pengadaan, fungsi penyimpanan, fungsi pemeliharaan,

fungsi penghapusan, fungsi pengendalian.

Berikut siklus manajemen logistik yaitu:

1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan

Menurut PMK no.58 tahun 2014, perencanaan kebutuhan

merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan

persediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai

dengan hasil kegaitan pemilihan untuk mencapai terpenuhinya kriteria

tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan obat

dilakukan untuk menghindari kekosongan dengan menggunakan metode

dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,

epidemiologi/morbiditas, pemeliharaan peramalan dan penentuan

Perencanaan Penerimaan dan penyimpanan Penyaluran Pengawasan

Pengadaan Penghapusan Penganggaran kombinasi metode konsumsi dan

epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran. Perencanaan biasanya

dilakukan bulanan atau mingguan untuk mengendalikan persediaan dan

tempat distribusi.

2. Fungsi penganggaran

Merupakan usaha untuk merumuskan perincian penentuan

kebutuhuan dalam suatu skala standar, yakni skala mata uang serta jumlah

biaya dengan memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku

terhadapnya (Aditama, 2003). Anggaran biasanya dipakai dalam periode


satu tahun yang berisi ramalan pendapatan yang akan diterima dan

engeluaran yang terjadi pada tahun mendatang.

3. Fungsi Pengadaan

Merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan

operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan,

penentuan kepada instansiinstansi pelaksana (Aditama, 2003). Menurut

PMK tahun 2004 pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan

kebutuhan yang telah direncanakan. Proses pengadaan yang baik

adalah:

a. Mendapatkan obat dengan benar dengan jumlah yang benar

b. Harga pembelian yang serendah mungkin

c. Kualitas sesuai standar yang dipersyaratkan

d. Pelayanan dan kualitas supplier dapat dipercaya

e. Pengaturan waktu pengiriman (mencegah kekosongan stok)

4. Fungsi Penerimaan dan Penyimpanan

Fungsi penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima

perbekalan logistik yang telah diadakan sesuai dengan aturan yang

berlaku, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau

sumbangan.

5. Fungsi Penyaluran Kegiatan distribusi


Merupakan lanjutan dari proses penyimpanan. Pendistribusian

merupakan pemindahan barang dari tempat penyimpanan ke tempat

pemakai.

6. Fungsi Pemeliharaan

Merupakan usaha atau proses kegiatan untuk mempertahankan

kondisi teknis, daya guna, dan daya hasil barang inventaris

(Aditama,2003). Pemeliharaan terdiri dari dua katagori yaitu

pemeliharaan korektif dan pemeliharaan preventif.

7. Fungsi Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan kegiatan penyelesaian

terhadap perbekalan logistik yang tidak terpakai dikarenakan

kedaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat

usulan penghapusan perbekalan logistik kepada pihak yang terkait

sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan penghapusan adalah

untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi

syarat dikelola sesuai standar yang berlaku.

8. Fungsi Pengawasan

Fungsi ini merupakan fungsi inti dari pengelolaan

perlengkapan yang mliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan

keseluruhan pengelolaan logistic (Aditama, 2003). Semua kegiatan

dalam siklus logistik harus dilakukan pengawasan mulai dari fungsi

perencanaan dan penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan,


penerimaan dan penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan, dan

penghapusan.
4. Bagian Logistik Farmasi
a. Observasi

Menurut Arikunto (2006:124) Observasi adalah mengumpulkan data

atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha

pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki. Sedangkan

menurut kamus ilmiah Populer (dalam Suardeyasari, 2010:9) kata

observasi berarti suatu pengamatan yang teliti dan sistematis, dilakukan

secara berulang-ulang. Metode Observasi seperti yang dikatakan Hadi dan

Nurkancana (dalam Suardeyasari, 2010:9) adalah suatu metode

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan

dan pencatatan secara sistematis baik secara langsung maupun secara tidak

langsung pada tempat yang diamati.

Tujuan observasi, yaitu: untuk mendapatkan dan menghasilkan suatu

kesimpulan tentang objek yang telah diteliti dan diamati, yang mana

kesimpulan tersebut disusun secara sistematis dan diatur didalam sebuah

laporan yang relevan dan memiliki manfaat untuk bahan pembelajaran

selanjutnya, dan untuk mendapatkan dan menghasilkan suatu

data atau informasi yang bisa dibagikan kepada pihak – pihak lainnya

yang disusun dalam bentuk karya ilmiah atau non-ilmiah. (Zuhroh

Nilakandi, 2019)
Berdasarkan pemaparan diatas bahwa di instalasi Logistik Farmasi

Rumah Sakit Madina Bukittinggi penulis melihat, mengamati serta

mecatat secara langsung pada tempat yang diamati dan sekaligus

membantu kegiatan yang dilakukan oleh staff/ petugas yang bekerja di

Isntalasi Rumah Sakit Madina Bukittinggi

b. Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang terjadi secara

langsung antara dua orang atau lebih. Selain itu, ada juga yang

mendefinisikan wawancara yaitu ialah suatu bentuk komunikasi lisan yang

dilakukan secara terstruktur oleh dua orang atau lebih, baik secara

langsung maupun secara tidak langsung atau wawancara jarak jauh.

(Mughnifar Ilham, 2019). Secara umum, tujuan wawancara adalah untuk

memperoleh informasi yang akurat dari narasumber dengan

menyampaikan beberapa pertanyaan tertentu kepada narasumber.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan aktivitas atau proses sistematis dalam

melakukan pengumpulan, pencarian, penyelidikan, pemakaian, dan

penyediaan dokumen untuk mendapatkan keterangan, penerangan

pengetahuan dan bukti serta menyebarkannya kepada pengguna.

(Mughnifar Ilham, 2019)

Tujuan kegiatan dokumentasi adalah untuk mendapatkan keterangan,

penerangan pengetahuan, serta bukti. (Mughnifar Ilham, 2019)


d. Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah kegiatan untuk menghimpun informasi yang

relevan dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian.

Informasi tersebut dapat diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, tesis,

disertasi, ensiklopedia, internet, dan sumber-sumber lain. Dengan

melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua

informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.

(Unknown, 2016)

e. Konsep Penyelenggaraan Logistik Farmasi Di RS MADINA Bukittinggi

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang

berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau

bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk

mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat.

Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan

Kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang

berorientasi kepada produk (drug oriented )menjadi paradigma baru yang

berorientasi pada pasien (patien toriented) dengan filosofi Pelayanan

Kefarmasian (pharmaceutical care).


Dalam Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,

bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian,dan peralatan.

Persyaratan kefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi,

Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat,

aman, dan terjangkau. Selanjutnya dinyatakan bahwa pelayanan Sediaan

Farmasi di Rumah Sakit harus mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian

yang selanjutnya diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri

Kesehatan.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek

kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus

menerapkan Satandar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk

diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.

Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk

merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi

produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker perlu

ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma tersebut

dapat diimplementasikan. Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien

agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan termasuk tuntutan

hukum.
Pelayanan kefarmasian yang menyeluruh meliputi aktivitas promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif kepada masyarakat. Untuk memperoleh

manfaat terapi obat yang maksimal dan mencegah efek yang tidak

diinginkan, maka diperlukan penjaminan mutu proses penggunaan obat.

Hal ini menjadikan apoteker harus ikut bertanggung jawab bersama-sama

dengan profesi kesehatan lainnya dan pasien, untuk tercapainya tujuan

terapi yaitu penggunaan obat yang rasional.

Dalam rangka mencapai tujuan pelayanan kefarmasian tersebut maka

diperlukan pedoman bagi apoteker dan pihak lain yang terkait. Pedoman

tersebut dituliskan dalam bentuk Pedoman Pelayanan Unit Farmasi

Rumah Sakit Madina Bukittinggi untuk memastikan pelayanan yang

diberikan pada pasien telah memenuhi standar mutu dan cara untuk

menerapkan Pharmaceutical Care.


5. Bagian Manajemen Lingkungan
a) Perbekalan Materi

1). Secara umum

Yaitu apa saja hal hal penting dalam perkantoran medik yang

ada dalam instansi yang telah di berikan kepada masing masing

mahasiswa oleh pembimbing, hal ini untuk mengevaluasi dan

mengingatkan kembali pembelajaran atau materi perkuliahan yng telah

di pelajari di kampus dan dapat dierapkan pada praktek perkantoran

medik, selain itu pembimbing membantu dan membimbing mahasiswa

praktek lapangan (PL) agar memahami apasaja yang penting dalam

praktek tersebut.

2). Secara Khusus

Adapun hal yang penting dalam perkantoran medik bagian

kesehatan lingkungan yaitu :

1) Mengetahui perencanaan pengolahan limbah di Rumah Sakit.

2) Mengetahui kegiatan manajerial di intsalasi kesehatan

lingkungan, seperti:

a. Penanganan limbah rumah sakit

b. Pemusnahan limbah medis

c. Pengolahan air bersih

d. Pengelolaan limbah domestik / limbah non medis


b) Observasi

Observasi adalah suatu aktivitas atau kegiatan penelitian dan pengamatan

terhadap suatu objek secara teliti dan langsung di lokasi penelitian yang sudah

ditentukan, serta mencatat semua informasi secara sistematis tentang gejala-

gejala atau kondisi yang sedang diteliti. (Zuhroh Nilakandi, 2019)

Tujuan observasi yaitu : untuk mendapatkan dan menghasilkan suatu

kesimpulan tentang objek yang telah diteliti dan diamati, yang mana

kesimpulan tersebut disusun secara sistematis dan diatur dalam sebuah

laporan yang relevan dan memiliki manfaat untuk bahan pembelajaran

selanjutnya dan untuk mendapatkan dan menghasilkan suatu data atau

informasi yang bisa dibagikan kepada pihak-pihak lainnya yang disusun

dalam bentuk karya ilmiah atau non ilmiah. (Zuhroh Nilakandi, 2019).

c) Wawancara

Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang terjadi secara langsung

antara dua orang atau lebih. Selain itu, ada juga yang mendefinisikan

wawancara ialah suatu bentuk komunikasi lisan yang dilakukan secara

terstruktuk oleh dua orang atau lebih, baik secara langsung maupun secara

tidak langsung atau wawancara jarak jauh. (Mughnifar Ilham, 2019). Secara

umum tujuan wawancara adalah untuk memperoleh informasi yang akurat

dari narasumber dengan menyampaikan beberapa pertanyaan tertentu kepada

narasumber.
d) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan aktivitas atau proses sistematis dalam melakukan

pengumpulan, pencarian, penyelidikan, pemakaian dan penyediaan dokumen

untuk mendapatkan keterangan, penerangan pengetahuan dan bukti serta

menyebarkan kepada pengguna. (Mughnifar Ilham, 2019).

Tujuan dokumentasi adalah untuk mendapatkan keterangan penerangan

pengetahuan serta bukti. (Mughnifar Ilham, 2019)

e) Praktek

Praktek adalah pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori.

Mahasiswa turun ke pelayanan sebagai penyaluran hasil dari perbekalan dan

dapat diterapkan dalam masyarakat maupun instansi, hal ini membuat

mahasiswa tidak hanya baik di dalam materi, tetapi juga baik di dalam

pelaksaan terhadap masyarakat ataupun instansi dan juga dapat mengetahui

bagai mana system kerja yang sebenarnya, selain tindakan tindakan yang tidak

dapat ditemukan pada materi dapat menjadi pengalaman bagi mahasiswa

untuk menangani sebuah permasalahan.


6. Bagian Manajemen Keperawatan
1.Pembekalan materi

a. Secara umum

Mengenai hal-hal penting dalam perkantoran medik

yang ada dalam instalasi yang telah diberikan kepada masing-

masing mahasiswa oleh pembimbing,hal ini untuk mengevaluasi

dan mengingat kembali pembelajaran atau materi perkuliahan

yang telah dipelajari di kampus dan dapat diterapkan pada paktek

perkantoran medik,selain itu pembimbing membantu dan

membimbing mahasiswa praktek lapangan (LP) agar memahami

apa saja yang penting dalam praktek tersebut.

b. Secara khusus

Adapun hal yang penting dalam perkantoran medik bagian

keperawatan yaitu:

1. Perhitungan standar tenaga keperawatan mengacu pada PPNI

dengan menggunakan rumus depkes dan pembandingannya rumus

dougles dan gilis.

a) Perhitungan tenaga secara manual.

b) Perhitungan tenaga dengan menggunakan aplikasi ke

Excel.
2. Koordinasi dengan rekam medis tentang pelayanan pasien

mencakup kelengkapan status pasien,laporan pasien,penyimpanan

status dengan memahami beberapa istilah antara lain:

a) BOR : angka penggunaan tempat tidur

b) AVLOS : rata-rata lamanya dirawat

c) TOI : tenggang perputaran tempat tidur

d) BTO : angka perputaran tempat tidur

e) NDR : angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk 100

penderita keluar

f) GDR : angka kematian umu untuk 100 penderita keluar

2. Diskusi

Yaitu pembahasan ulang mengenai perhitungan tenaga

keperawatan dengan rumus depkes dan dougles secara manual serta

memindahkan ke aplikasi rumus Excel.

3. Praktek

Mahasiswa turun kepelayanan sebagai penyaluran hasil dari

pembekalan dan dapet diterapkan dalam masyarakat maupun

instalasi,hal ini embuat mahasiswa tidak hanya baik di dalam

materi,tetapi juga baik dalam pelaksanaan terhadap masyarakat

maupun instansi dan juga dapat mengetahui bagaimana sytem kerja

yang sebenarnya,selain tindakan-tindakan yang tidak dapat ditemukan


pada materi dapat menjadi pengalaman bagi mahasiswa untuk

menangani sebuah permasalahan

4. Observasi

Menurut prof. Heru observasi merupakan pengamatan sebuah

studi kasus atau pembelajaran yang dilakukan dengan

sengaja,terarah,urut,dan sesuai pada tujuan. Pencatatan pada kegiatan

pengamatan disebut dengan hasil observasi. Hasil observasi tersebut

dijelaskan dengan rinci,tepat,akurat,teliti,objektif,dan bermanfaat.

Adapun yang diamati didalam ruangan keperawatan yaitu

jumlah tenaga perawat di ruangan rawat inap berjumlah 30 orang,di

OK 8 orang,IGD 11 orang,poli 12 orang,dan RR sebanyak 1 orang

perawat dan libur perawat masing-masing ruangan setelah dinas

malam,perawat akan libur selama 2 hari dan kami juga melihat

perawat dengan kabid keperawatan dan kapala ruangan melakukan pre

conference. banyaknya karyawan yang masuk untuk berkeperluan

dengan tenag yang ada didalamnya,mengamati karyawan dalam

ruangan keperawatan untuk mengetahui cara menghitung tenaga

keperawatan dan bagaiman staf/karyawan didalamnya merakap rencan

cuti perawat dibagian ruangan.


B.Bidang Kerja
1.Bagian Rekam Medik
Struktur Organisasi dan uraian tugas Rekam Medik

KEPALA BIDANG
PELAYANAN MEDIK

KEPALA UNIT REKAM MEDIS

PENERIMAAN FILLING DISTRIBUSI

1) Kepala Unit Rekam Medis

a. Tugas pokok :

Mengelola dan melaksanakan peraturan maupun kebijakan manajemen

bidang administrasi pasien dan rekam medis untuk mendukung

terselenggaranya pelayanan yang cepat, tepat, akurat, bermutu, dan terpadu

b. Urain tugas :

1. Melaksanakan kebijakan manajemen bidang pengelolaan rekam medik


2. Menyusun pedoman pelaksanaan (petunjuk pelaksana dan petunjuk klinis)

pengelolaan rekam medik pasien rawat jalan dan pasien rawat inap

termasuk tindakan dan rujukan

3. Mensosialisasikan kebijakan manajemen rekam medik dan sistem

informasi manajemen pasien kepada staf dan petugas terkait

4. Memberikan pembinaan bimbingan dan pengarahan teknis pelaksanaan

rekam medik

5. Mengawasi dan mengendalikan serta mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

rekam medik secara terus menerus dan berkesinambungan

6. Membuat laporan kegiatan pelayanan rumah sakit secara rutin dan berkala

dengan benar, akurat, termasuk pembuatan data-data pelayanan rumah

sakit

7. Mengadakan kerjasama dan koordinasi dengan staf dan petugas lain dalam

meningkatkan mutu rekam medik

8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Direktur

c. Tanggung Jawab :

1. Terselenggaranya pengelolaan pelayanan rekam medik yang tertib, benar, teratur,

aman dan sesuai dengan pedoman yang berlaku

2. Terciptanya suasana kerja yang baik, sejuk dan harmonis khususnya dibagian

rekam medis dan umumnya di rumah sakit

3. Terwujudnya pengelolaan rekam medik yang semakin efisien dan efektif serta

sebagai pusat informasi data pasien rumah sakit


4. Optimalisasi penerapan petunjuk pelaksana / teknis rekam medik baik pasien

rawat jalan, rawat inap, kegiatan tindakan dan rujukan

5. Kebenaran, keamanan & kerahasiaan data rekam medik pasien

6. Terpeliharanya fungsi dan kebersihan prasarana dan sarana pelayanan rekam

medik

d. Wewenang:

1. Meminta laporan kegiatan pelayanan medis / keperawatan dan penunjang

medis Melakukan Pencatatan data dasar pasien ke dalam Dokumen Rekam

Medis Meneliti dan mengoreksi laporan-laporan yang disampaikan oleh

petugas-petugas lainnya

2. Mengusulkan dan melaporkan kebutuhan atau masalah yang timbul

dibagian rekam medik kepada direktur melalui Wadir Pelayanan

3. Memberikan penilaian staf dibawahnya dengan benar dan objektif

4. Memberi teguran dan sanksi lisan kepada bawahan yang melakukan

kesalahan

2) Penerimaan

a. Tugas pokok :

1. Melakukan Pencatatan data dasar pasien ke dalam Dokumen Rekam

Medis

2. Melakukan Entrian data dasar pasien ke dalam computer

b. Uraian tugas :
1. Melaksanakan Pencatatan Data dasar pasien Rawat Inap dan rawat

Jalan ke dalam computer

2. Melaksanakan pembuatan Surat Eligibilitas Peserta (SEP)

3. Melaporkan kepada kepala rekam medis apabila ada sarana dan

prasarana yang kurang memadai

4. Melaporkan kepada kepala rekam medis apabila ada kerusakan sarana

dan prasarana

5. Menginventarisir kebutuhan sarana dan prasarana di unit pendaftaran

6. Melaksanakan pencatatan data dasar pasien Baru sesuai dengan

identitas KTP / KK ke dalam Dokumen Rekam Medis Pasien

7. Melaksanakan pembuatan Kartu Identitas berobat ( KIB) setiap pasien

baru rawat inap maupun rawat jalan

8. Melaporkan Kebutuhan Formulir Rawat Inap maupun rawat jalan

kepada kepala rekam medik setiap bulannya

9. Melaporkan Setiap complain yang terjadi di Unit Pendaftaran kepada

kepala rekam medis

c. Tangung jawab :

Bertanggung jawab kepada kepala bagian rekam medik

d. Wewenang :
1. Meminta Fotocopy KTP atau meminjam KTP Pasien untuk melakukan

Pencatatan ke dalam dokumen rekam medis dan entri data ke dalam

komputer

2. Menerima Persyaratan pasien asuransi / Tagihan Rumah Sakit

maupun BPJS

3). Filling

a. Tugas pokok :

1. Melaksanakan penyimpanan dokumen rekam medis dengan tertib,

cepat, tepat

b. Uraian tugas :

1. Bertanggung Jawab atas pengelolaan penyimpanan dokumen rekam

medis

2. Mencari kembali dokumen rekam medik bila ada kunjungan ulang

pada rak penyimpanan sesuai dengan nomor rekam medisnya

3. Menyimpan kembali dokumen yang telah digunakan ditempat

penyimpanan

4. Menerima dan menandatangani Buku penyerahan (Buku Ekspedisi

5. Melakukan pemilihan dokumen rekam medik yang masa berlakunya

sudah tergolong In- Aktif

6. Menyusutkan ( merentensi ) dokumen rekam medis sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan oleh sarana pelayanan kesehatan


7. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan

c. Tangung jawab :

1. Penyediaan dokumen pasien lama dan penyimpanan kembali dokumen

rekam medis dari poliklinik maupun dari ruang perawatan/ bangsal

2. Terciptanya suasana kerja yang baik, sejuk dan harmonis khususnya di

unit rekam medis.

d. Wewenang :

1. Meneliti dan mengoreksi dokumen rekam medis

2. Memberikan masukan pada petugas agar bekerja teliti, tertib dan

teratur

3. Mengusulkan diadakannya pemusnahan dokumen yang telah diretensi.

4). Distribusi

a. Uraian tugas :

1. Menerima permintaan berkas rekam medis yang dibutuhkan pasien

berobat

2. Mencarikan berkas rekam medis yang dibutuhkan

3. Mendistribusikan berkas rekam medis untuk pasien berobat

4. Memeriksa pemulangan berkas rekam medis pasien berobat

5. Menyusun dan merapikan berkas rekam medis pada rak rekam medis

kerja menjelaskan secara spesifikasi tentang bentuk , jenis bidang kerja,

termasuk tempat , unit bagian kerja ,dan peratura kerja yang berlaku di bagian
rekam medik .bidang kerja di bagian rekam medik rumah sakit madina di bagi

menjadi 3 bagian.

a. Bagian filling

bagian failing ini mencakup , yang pertama mencek dan melihat

status pasien yang datang berobat di komputer ,mencari status dan

mengambilnya di rak penyimpanan , mengantarkan status tersebut ke

ruangan rekam medik untuk mengambil kertas regis pasien dan dimasukan

ke dalam status rekam medik pasien masing masing, setelah itu

mengantarkan status ke poli masing masing.

b. Bagian Penerimaan

Kerja dibagian penerimaan ini mencakup, melakukan Pencatatan

data dasar pasien ke dalam Dokumen Rekam Medis, Melaksanakan

pencatatan data dasar pasien Baru sesuai dengan identitas KTP / KK ke

dalam Dokumen Rekam Medis Pasien BPJS,ASURANSI maupun Pasien

UMUM, Melakukan Entrian data dasar pasien ke dalam computer,

Melaksanakan pembuatan Surat Eligibilitas Peserta (SEP),Melaksanakan

pembuatan Kartu Identitas berobat ( KIB) setiap pasien baru rawat inap

maupun rawat jalan.

c. Bagian Distribusi

Kerja dibagian distribusi ini mencakup, Menerima permintaan berkas

rekam medis yang dibutuhkan pasien berobat,Mendistribusikan berkas rekam


medis untuk pasien berobat,Menyusun dan merapikan berkas rekam medis

pada rak rekam medis.


2.Bidang Instalasi Gizi
Struktur Organisasi Unit Gizi di Rumah Sakit Umum Madina

Direktur

Wakil Direktur

Kepala Bidang Pelayanan


medis

Kepala Gizi

Ahli Gizi

Proses Gizi Distribusi Gizi

a. Sumber Daya Tenaga Keja Penyelenggaraan Pelayanan Gizi di Rumah

Sakit Umum Madina Bukittinggi

1) Kepala Unit Pelayanan Gizi

Kepala unit pelayanan gizi adalah penganggung jawab umum

organisasi unit pelayanan gizi disebuah rumah sakit, yang ditetapkan oleh

pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan yang


berlaku.Kepala unit pelayanan gizi rumah sakit bertugas memimpin

penyelenggaraan pelayanan gizi di rumah sakit, yang terdiri atas

penyusunanan perencanaaan pelayanan gizi, penyusunan rencana evaluasi

pelayanan gizi, pelakasanaan pengawasan dan pengendalian, pengkajian data

kasus dan pelaksanaan penelitian dan pengembangan pelayanan gizi rumah

sakit.

Rumah Sakit Umum Madina saat ini berada pada kelas Tipe D,

untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka seorang kepala unit

pelayanan gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :

a. Lulusan S1 – Gizi/ Kesehatan dengan pendidikan dasar D3- Gizi.

b. Lulusan D4 – Gizi dengan pendidikan dasar D3- Gizi

c. Serendah – rendahnya lulusan D3 Gizi dengan pengalaman kerja

tertentu.

2) Ahli Gizi

Ahli gizi adalah seorang profesinal medis yang mengkhususkan diri

dalam studi tenaga gizi dan pedoman diet khusus untuk mencegahan dan

mengobati penyakit.Seorang ahli gizi bertugas dalam koordinasi segala

bentuk penyelenggaraan pelayanan gizi.Untuk melaksanakan tugas – tugas

tersebut, maka pendidikan tenaga koordinator unit di rumah sakit Umum

Madina Bukittinggi yang mempunyai kelas Tipe D harus mempunyai

kriteria tertentu:

a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan pendidikan dasar D3-

Gizi.
b. Lulusan D4 – Gizi dengan pendidikan dasar D3- Gizi

c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi.

3) Pelaksana

Pelaksana adalah petugas gizi yang bertugas sebagai proses gizi dan

distribusi gizi. Proses gizi yaitu tenaga pengolahan bahan makanan yang

bertugas mulai dari persiapan bahan makanan hingga makanan siap untuk

didistribusikan. Sedangkan distribusi gizi adalah tenaga yang bertugas

sebagai pengantar atau mendistribusikan makanan kepada masing – masing

pasien.Proses gizi dan distribusi gizi mempunyai kriteria pendidikan

SMA/SMK tata boga.

Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil.

No Nama Jabatan Pendidikan Masa Jumlah

Formal Kerja Tersedia

1 Kepala Unit Min.D3 2 Tahun 1

2 Ahli Gizi Min.D3 2 Tahun 2

3 Proses Gizi Min.SMA/SMK 1 Tahun 5

Tata Boga

4 Distribusi Gizi Min. SMA/SMK 1 Tahun 5

Tata Boga

b. Pembiayaan Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Gizi Rumah Sakit Umum

Madina Bukittinggi

1. Konsep Perhitungan Biaya


Konsep perhitungan biaya dalam penyelenggaran pelayanan gizi di

rumah sakit terdiri atas biaya bahan baku, biayaa tanaga kerja dan biaya

overhead.Biaya bahan baku adalah biaya yang telah dikeluarkan atau pasti

akan dikeluarkan secara langsuang dan digunakan dalam rangka

menghasilakan barang dan jasa.Biaya tenaga kerja adalah biaya yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja yang terlibat dalam proses kegiatan, baik

tenaga kerja langsung maupun tenaga kerja tidak langsung.Sedangkan biaya

overhead adalan biaya yang dikeluarkana untuk menunjang operasional

produk dan jasa yang dihasilkan.

2. Biaya Asuhan Gizi

Biaya asuhan gisi meliputi biaya pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan

biaya jasa konseling.Biaya asuhan gizi diperhitungkan berdasarkan kelas

perawatan dan proses asuhan gizi terstandar.Biaya tersebut dapat berupa paket

yang telah diperhitungkan untuk beberapa pertemuan.Frekuensi pertemuan dapat

didasarkan pada lengkap tidaknya pelayanan yang diterima oleh pasien.

3. Biaya Makan

Biaya makan disini ialah biaya makan perorang perhari, diperoleh

berdasarkan total biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan makanan

dibagi dengan jumlah out put.Jumlah out put adalah porsi makan atau jumlah

konsumen yang dilayani.Apabila belum ada data dan informasi biaya untuk

setiap kelas maka dapat dilakukan pembobotan yang besarnya tergantung dari

macam makan yang diberikan pada setiap kelas rawat.

4. Unit Cost
Unit cost atau biaya satuan adalah biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan suatu produk dan biaya rata - rata hasil perhitungan dari biaya total

dibagi sejumlah biaya prduksi.Unit cost terdiri atas biaya satuan aktual yaitu

biaya berdasarkan atas pengeluaran nyata untuk menghasilkan produk pada kurun

waktu tertentu, dan biaya satuan normative yaitu menghitung prediksi seluruh

biaya yang melekat pada unit produksi berupa biaya tetap dan biaya variable,

dibagi jumlah out put yang akan di produksi.

c. Peraturan dalam Penyelenggaraan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Umum

Madina Bukittinggi

Pada dasarnya penyelenggaraan pelayanan gizi di Rumah Sakit Umum

Madina terdiri atas dua bagian , yaitu :

1. Penyelenggaraan Asuhaa Gizi Pasien di Rumah Sakit Umum Madina

Asuhan gizi merupakan proses pendekatan sistematik dalam

memberikan pelayanan asuham gizi yang berkualitas, dilakukan oleh tenaga gizi

melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir mulai dari identifikasi kebutuhan

gizi sampai pemberian pelayanan untuk memenuhi kebutuhan gizi.Pedoman

pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 78 tahun

2013 tentang “Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit”, Pedoman Proses Asuhan

Gizi Terstandar (PAGT) , Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 dan

berdasarkan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS).

2. Peratauran penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakait Umum

Madina
Penyelenggaraan makanan pada pasien rawat inap adalah suatu

rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian

makanan kepada pasien. Dalam hal ini termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan

dan evaluasi. Tujuannya untuk memberikan makanan yang berkualitas dengan

jumlah yang sesuai kebutuhan dan pelayanan yang layak serta memadai bagi

pasien yang membutuhkannya.

f. Sarana, Prasarana dan Fasilitas Penyelenggaraan Pelayanan Gizi di Rumah

Sakit Umum Madina

1.Sarana dan Prasarana

a. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Gizi Rawat Jalan

Sarana dan prasarananya terdiri atas ruang konseling, peralatan

kantor meja, peralatan penunjang konseling, peralatan penunjang penyuluhan

dan peralatan antropometri.

b. Bidang Penyelenggaraan Pelayanan Gizi Rawat Inap

Sarana yang digunakan terdiri atas pantry yang disesuaikan dengan

model system distribusi makan dan ruang konseling diet.Peralatan yang

digunakan terdiri atas peralatan penyajian makan dan peralatan konseling gizi.

c. Bidang Penyelenggaraan Makanan

Dalam penyelenggaraan makanan harus ada perencanaan

bagunan, perlatan dan perlengkapan yang ditanggung jawabkan oleh

pihak manajemen. Pihak manajemen ini terdiri atas konsultan instalator,

ahli gizi, pemilik rumah sakit, direktur rumah sakit dan instalansi

prasarana rumah sakit


Standar sarana dan prasarana di unit instalasi gizi di Rumah

Sakit Umum Madina

NO Nama Alat Jumlah

1 Meja dan kursi 2

2 Lemari buku 4

3 Lemari kaca 3

4 Telepon 1

5 Komputer 1

6 Wastafel 3

7 Food model 3

8 Alat ukur tinggi dan 1

berat badan orang

dewasa

2. Fasilitas

a.Ruang Penerimaan

kegiatan pada ruang penerimaan meliputi memeriksa atau meneliti,

mencatat, melaporkan macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang

diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan.Aktivitas

yang dilakukan di ruang penerimaaan Rumah Sakit Umum Madina terdiri atas

penerimaan bahan makanan dari pasar apabila barang langsung dibeli ke pasar,

tempat penimbangan barang, tempat transaksi dengan kurir pengantar barang

pesanan, tempat pencucian barang dimana terdapat satu westafel.Ruang


penerimaan dilengkapi dengan lemari tempat menyimpan barang seperti kelapa,

karton dan plastik dan juga hand sanitizer.

b. Ruang penyimpanan

Fasilitas ruang penyimpanan terdiri dari lemari sebagai tempat

penyimpanan bahan makanan kering seperti garam ,gula, dan tepung, juga terdapt

tiga lemari es sebagai tempat penyimpanan bahan makanan basah, bahan sayur

sayuran di simpan di dalam kulkas sedangkan bahan hewani berupa daging dan

ikan disimpan di chiller atau freezer.

c. Ruang Persiapan Bahan

Pada ruang persiapan bahan dapat kita temui satu meja stainless steel,

dua westafel, tempat rak alat- alat masak dan beberapa rak sayur juga tempat

sampah.Diruangan inilah bahan diracik, dipotong, dibersihakan, di blander,dan

tempat pencucian sayur.

d.Ruang pengolahan

Disini bahan makanan masuk kedalam tahap pengolahan mulai dari

menggoreng, merebus hingga menumis.Sedangkan untuk bahan yang

dipanggang tempatnya terpisah.Di ruang pengolahan terdapat empat kompor gas

besar satu tungku, satu kompor gas satu tungku, satu kompor gas dua tungku,

lemari penyimpanan makanan sudah matang, papan diet pasien, meja dan kipas

angin.

e.Ruang Distribusi

Makanan yang telah masak akan diletakan kedalam rantang makanan atau teromos sesuai

jumlah pasien atau kebutuhan hari ini, kemudian dimasukan kedalam keranjang.Menjelang
distributor makanan datang, makanan yang sudah dikemas tadi akan diletakan di ruang

distribusi.Di ruang distribusi juga terdapat meja dan kursi.


3.Bidang Logistik Umum
Struktur Organisasi Logistik Umum Rumah Sakit Madina

DIREKTUR

WADIR UMUM DAN


KEUANGAN

KABID KEUANGAN

KEPALA UNIT
RUMAH TANGGA

Bentuk kegiatan dalam pelaksanaan praktek perkantoran medik di

bagian logistik umum barang ATK (Alat Tulis Kantor), barang kebersihan dan

buku status serta perencanaan logistic umum Rumah Sakit Umum Madina yaitu

dilakukan berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka yang

dilaksanakan pada tanggal 07 februari sampai dengan 05 maret 2022.

a. Observasi

Langsung turun ke lapangan untuk mengamati proses manajemen

logistik umum di Rumah Sakit Umum Madina Bukittinggi, disini penulis


diarahkan untuk melihat dan mengamati sekaligus membantu beberapa

kegiatan yang dilakukan staff dan instruktur yang bekerja di manajemen

logistik umum (gudang rumah tangga).

Hasil observasi di unit logistik umum:

a) Setiap pengamprahan akan dicatat ke dalam buku amprah barang

perunit.

b) Setiap barang masuk akan dicatat ke dalam buku penerimaan barang.

c) Penginputan barang keluar dan masuk dilakukan secara berkala.

Proses logistic umum yang ada di rumah sakit madina antara lain

perencanaan, pengadaan, penganggaran, penyimpanan,

pendistribusian, pemeliharaan, penghapusan dan evaluasi

b. Wawancara

Melakukan dialog langsung dan bertanya kepada selaku kepala bagian

logistik umum ( gudang rumah tangga) yang bertanggung jawab atas semua

logistik umum di Rumah Sakit Madina Bukittinggi.

c. Dokumentasi

Selama melakukan kegiatan di lapangan , penulis menggunakan foto

atau gambar untuk memperkuat isi laporan yang disusun.

d. Studi Pustaka

Menggunakan berbagai literatur yang dapat memperkuat isi

laporan, seperti buku, informasi dari media elektro laporan, seperti buku,
informasi dari media elektronik (internet) dan nik (internet) dan berbagai

literatur lainnya.
4. Bagian Logistik Farmasi

Struktur Organisasi Logistik Farmasi Rumah Sakit Umum Madina

DIREKTUR

WAKIL DIREKTUR
PELAYANAN MEDIS

KEPALA BIDANG
PELAYANAN MEDIK

KEPALA UNIT FARMASI

PENANGGUNG JAWAB KOORDINATOR


KOORDINATOR TEKNIS
GUDANG PELAYANAN

Menurut Permenkes no 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Rumah Sakit, Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang

menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.

Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab

kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil

yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasienPengelolaan sediaan farmasi


dan alat kesehatan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang dimulai dari

pemilihan, perencanaan, penganggaran, pengadaan, penerimaan, produksi,

penyimpanan, distribusi, peracikan, pengendalian, pengembalian, pemusnahan,

pencatatan dan pelaporan, jaminan mutu serta monitoring dan evaluasi, yang

didukung oleh kebijakan, SDM, pembiayaan dan sistem informasi manajemen

yang efisien dan efektif.

1. Perencanaan

a. Perencanaan obat dan Alkes BHP yang dicatat dalam Daftar Kebutuhan

Obat dalam satu minggu, mempertimbangkan pola konsumsi, pola

morbiditas dan perbekalan farmasi yang masih tersedia serta dana yang

disetujui

b. Kepala Instalasi farmasi berkoordinasi dengan Kepala Bagian

Perencanaan dalam rangka membuat usulan anggaran dan perencanaan

kebutuhan satu tahun.

c. Perencanaan yang terkait dengan Instalasi/unit lain berkoordinasi dengan

unit yang bersangkutan, sebagai berikut :

1) Reagensia dan bahan laboratorium lainnya berkoordinasi dengan

instalasi laboratorium.

2) Bahan radiofarmasi berkoordinasi dengan instalasi radiologi.

3) Gas medik berkoordinasi dengan bagian IPSRS dalam hal distribusi.

4) Bahan dan alat kesehatan untuk proses sterilisasi berkoordinasi dengan

Central Supply Sterile Departemen (CSSD) dan laundry.


2. Pengadaan Perbekalan Farmasi

a. Petugas Gudang farmasi membuat usulan kebutuhan perbekalan farmasi

sesuai penggunaan dan permintaan perbekalan farmasi dari depo, bangsal,

poli dan unit lain yang ada dan dicatat dalam Buku Permintaan

Perbekalan Farmasi / Defecta.

b. Usulan disusun menjadi prediksi kebutuhan bulanan, mingguan dan

harian

c. Petugas Gudang farmasi menyampaikan usulan kebutuhan perbekalan

farmasi kepada Ka. Instalasi farmasi setiap awal minggu untuk dikoreksi.

d. Petugas gudang farmasi melakukan pengadaan melakukan pengadaaan

barang sesuai dengan rencana atau permintaan.

3. Penerimaan Perbekalan Farmasi

a. Petugas Gudang farmasi menerima perbekalan farmasi dari supplier dan

melakukan pemeriksaan kecocokan barang, jika barang sesuai spesifikasi

maka akan disimpan di area penyimpanan

b. Area/Gudang penyimpanan dibedakan terdiri dari beberapa kelompok

sesuai dengan jenis penjamin dan sifat stabilitas barang.

c. Perbekalan farmasi yang diterima/datang harus berasal dari

distributor/rekanan yang resmi.

d. Kepala Instalasi farmasi atau Petugas Gudang farmasi yang ditunjuk

sebagai tim penerima dan pemeriksa barang menerima dan memeriksa

perbekalan farmasi di gudang farmasi.


4. Penyimpanan Perbekalan Farmasi

a. Petugas Gudang farmasi menyimpan perbekalan farmasi yang sudah di

periksa, jika barang sesuai spesifikasi maka akan disimpan di area

penyimpanan

b. Area/Gudang penyimpanan dibedakan terdiri dari beberapa kelompok

sesuai dengan jenis penjamin dan sifat stabilitas barang.

Tatacara penyimpanan perbekalan farmasi :

1) Penyimpanan menggunakan sistem fix position/location artinya letak

perbekalan farmasi menetap selama masih dilakukan pengadaan dan tidak

boleh digeser/dipindah pada saat kondisi barang tersebut sedang kosong.

2) Pengelompokkan perbekalan farmasi berdasarkan jenis jaminan, jenis

barang, bentuk sediaan, sifat barang, suhu penyimpanan

3) Penyusunan letak perbekalan farmasi urut alphabetis dan mengatur

penyimpanan untuk memudahkan pengambilan dengan sistem First In

First Out (FIFO) dan/atau First Expired First Out (FEFO).

4) Jika obat yang terlihat mirip atau memiliki nama yg mirip (LASA – Look

a like, Sound a like) letaknya dipisah dan diberi logo lasa.

5) Untuk obat High Alert penyimpanan terlokalisir dan diberi logo penanda

high alert

6) Pencatatan dilakukan setiap transaksi (pemasukan dan pengeluaran) pada

kartu stok dan dilakukan juga pada sistem komputer

7) Setiap terjadi mutasi dilakukan pencatatan di kartu stock


8) Peletakkan kartu stock yang masih berlaku di samping barang dan

dilakukan pengarsipan kartu stok yang sudah tidak terpakai.

9) Pelaksanakan stock opname setiap 6 bulan sekali

10) Pemantauan kondisi suhu dan kelembaban penyimpanan dilakukan secara

periodik

11) Penyimpanan perbekalan farmasi yang bersifat khusus sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku untuk masing-masing,

diantaranya narkotika dan psikotropika, serta B3.

5. Distribusi Perbekalan Farmasi.

a. Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan dari gudang farmasi ke

depo farmasi dan unit-unit lain di rumah sakit (poliklinik, instalasi rawat

inap, IGD, Instalasi kamar bedah, radiologi, laboratorium, dan lain-lain

yang terkait dengan pelayanan farmasi).

b. Perbekalan farmasi dari depo farmasi dan unit-unit di rumah sakit di

distribusikan untuk pelayanan /kebutuhan pasien.

d. Sistem distribusi yang berlaku diantaranya

1) Peresepan individu sesuai kebutuhan kondisi pasien (Individual

prescription).

2) Unit dose dispensing (UDD)

3) One daily dose dispensing (ODDD)

4) Persediaan obat dan Alkes di bangsal dan poli (floor stock).

5) Kombinasi dari sistem tersebut di atas


1. Pelayanan Perbekalan Farmasi

a. Pelayanan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan kondisi pasien

berdasarkan permintaan dokter yang ditulis dalam lembar resep untuk

pasien rawat jalan dan di tulis pada Kartu obat untuk pasien yang dirawat

inap.

b. Pelayanan untuk pasien dibedakan berdasarkan jenis penjamin, yaitu :

1) Pasien umum/bayar berpedoman pada formularium RS

2) Pasien asuransi BPJS berpedoman pada Daftar Plafon dan Harga Obat

(DPHO).

3) Pasien asuransi Add Medica berpedoman pada Daftar Obat yang

sudah di tetapkan.

c. Tatacara pelayanan perbekalan farmasi (obat dan Alkes Bahan habis

pakai) pasien mengacu pada Protap pelayanan pasien rawat jalan, rawat

inap

2. Penghapusan dan Pemusnahan

Sediaan Farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat sesuai standar

yang ditetapkan harus dimusnahkan. Penghapusan dan Pemusnahan

sediaan farmasi yang tidak dapat/boleh digunakan dilaksanakan dengan

cara yang baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang

berlaku. Prosedur pemusnahan obat dibuat yang mencakup pencegahan

pencemaran di lingkungan dan mencegah jatuhnya obat tersebut di

kalangan orang yang tidak berwenang. Sediaan farmasi yang akan


dimusnahkan disimpan terpisah dan dibuat daftar yang mencakup jumlah dan

identitas produk. Penghapusan dan pemusnahan obat dilakukan sendiri

maupun oleh pihak lain serta didokumentasikan sesuai dengan ketentuan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Pengendalian Perbekalan Farmasi

Pengendalian dimaksudkan menjaga kontinuitas ketersediaan serta mutu

perbekalan farmasi

4. Penarikan Obat, Pengelolaan Obat Kadaluarsa dan Obat Rusak

a. Petugas farmasi di semua depo dan unit dilakukan setiap 1 (satu) bulan

sekali melakukan cek barang yang kemungkinan rusak atau kadaluwarsa

untuk dikembalikan ke gudang farmasi.

b. Petugas gudang farmasi melokalisir, menyimpan barang yang tidak

memenuhi standar tersebut di gudang khusus.

c. Petugas gudang farmasi membuat laporan perbekalan farmasi yang tidak

memenuhi standar (rusak dan melewati tanggal kadaluarsa) dengan

persetujuan kepala Instalasi farmasi membuat usulan kepada direktur

rumah sakit untuk dilakukan penghapusan perbekalan farmasi

d. Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas permintaan produsen

atau instruksi instansi Pemerintah yang berwenang. Tindakan

penarikan kembali dilakukan segera setelah diterima permintaan atau

instruksi untuk penarikan kembali. Untuk penarikan kembali sediaan


farmasi yang mengandung risiko besar terhadap kesehatan, hendaklah

dilakukan penarikan sampai tingkat konsumen

5. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Secara manual dicatat pada buku, Kartu stock atau pada lembar/form-form

tertentu.

b. Secara komputer dengan menggunakan aplikasi program /Sistem

Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM-RS).

c. Pencatatan dalam SIM-RS dilakukan dengan berkoordinasi dengan

Instalasi Pengolahan Data Elektronik (PDE).

6. Monitoring dan Evaluasi

Untuk evaluasi mutu proses pengelolaan sediaan farmasi dan alat

kesehatan, dapat diukur dengan indikator kepuasan dan keselamatan

pasien/pelanggan pemangku kepentingan (stakeholders), dimensi waktu

(time delivery), Standar Prosedur Operasional serta keberhasilan

pengendalian perbekalan kesehatan dan sediaan farmasi.


5. Bagian Manajemen Lingkungan
Struktur Organisasi di Rumah Sakit Umum Madina

K.A Kesehatan
Lingkungan

OFB

Bidang kerja menjelaskan secara spesifikasi tentang bentuk , jenis

bidang kerja, termasuk tempat, unit bagian kerja dan peraturan kerja yang

berlaku di bagian kesehatan lingkungan, sebagai berikut:

a) Pengelolaan dan penyediaan air bersih

Pengolahan air bersih adalah suatu usaha teknis yang dilakukan untuk

memberikan perlindungan pada sumber air dengan perbaikan mutu asal air sampai

menjadi mutu sesuai dari persyaratan air bersih dengan tujuan agar aman

dipergunakan. Bagian ini mecakup, yang pertama pemeriksaan air bersih

secara berkala, pengambilan sampel air yang akan diperiksa di laboratorium,

pemeriksaan kualitas air dan kekeruhan air.

b) Pengelolaan limbah B3

Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang

mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan

pengelolaan limbah B3. Bagian ini mencakup limbah B3 disimpan ditempat


yang telah ditentukan dan menggunakan APD yang lengkap pada saat

menangani limbah.

c) Pengelolaan limbah domestik

Air Limbah domestik (rumah tangga) merupakan limbah cair hasil buangan

dari perumahan (rumah tangga), bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana

sejenis. Sumber limbah cair rumah tangga bersifat organic yaitu dari sisa-sia makanan

dan deterjen yang mengandung fosfor. Bagian ini mencakup, yang pertama limbah

domestik dibuang sesuai pemilahan apabila sudah terisi diangkut menggunakan

troli tertutup kemudian dibuang ke TPA yang dikelola oleh Pemda.

d) Pengelolaan IPAL

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merujuk pada seperangkat struktur,

teknik, dan peralatan yang dibuat untuk memproses serta mengelola limbah cair

sehingga limbah cair tersebut bisa dibuang ke lingkungan tanpa dampak merugikan.

Bagian ini mencakup, yang pertama pembuangan limbah harus kedap air dan

terpisah dengan saluran air hujan, pemeriksaan kualitas limbah cair setiap

bulan.
6.Bidang Manajemen Keperawatan
a. Pengertian bidang kerja

Bidang kerja adalah bagian-bagian keperawatan rumah sakit yang

membutuhkan tenaga kerja dan apa saja yang dikerjakan. Adapun bidang

kerja dalam keperawatan berdasarkan PERMENKES NO.26 TAHUN 2019

tentang peraturan pelaksanaan undang-undang no.38 tahun 2014 tentang

keperawatan.Adapun bidang kerja di bagian keperawatan sebagai berikut:

1) Buat jadwal kerja dan setujui permintaan cuti

2) Mengawasi dan menilai pekerjaan staf secara langsung

3) Lakukan perjanjian kinerja

4) Kelola anggaran,pesan peralatan medis,dan setujui pengeluaran

5) Melacak layanan fasilitas dan sumber daya yang digunakan

6) Melakukan tugas untuk memastikan efisiensi dan penghematan

biaya

7) Lakukan langkah-langkah peningkatan kualitas

8) Berkomunikasi dengan kepala departemen lain

9) Pastikan kepatuhan dengan hukum dan peraturan

10) Adapun bagian kerjanya seperti jam dinas perwat,pagi jam 08.30-

14.30 dan siang jam 14.30-20.00,malam jam 20.00-08.30 dan cuti

akhir tahunnya yaitu 13 hari dalam 1 tahun.


b. Penyelenggaraan praktik keperawatan

Perawat bertugas sebagai:

1) Pemberi asuhan keperawatan

2) Penyuluh dan konselor bagi klien

3) Pengelola pelayanan keperawatan

4) Peneliti keperawatan

5) Pelaksan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang

6) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

c. Perencanaan sumber daya manusia (SDM)

Pengertian perencanaan SDM yanitu perencanaan SDM

bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya yang dibutuhkan,baik

kuantitas maupun kualitas telah tersedia pada saat di

perlukan.perencanaan SDM harus dilakukan secara sistematis dan

strategis yang berkaitan dengan peramalan kebutuhan tenaga kerja.

1. Tahapan perencanaan SDM

a) Análisis ketersediaan SDM

SDM dapat dianalisis secara periodik sesuai dengan

periode perencanaan sehingga dapat menggambarkan

ketersediaan dan profil kompetensi SDM saat ini yang akan

dibutuhkan dimasa yang akan datang.

b) Analisi permintaan SDM


Berbagai model análisis dapat digunakan untuk

memperkirakan jumlah kebutuhan SDM diantaranya dengan

melakukan análisis pekerjaan.

c) Analisi kesenjangan

Kesenjangan ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu

kesenjangan kualitas dan aspek kesenjangan jumlah.

2. Tahapan perencanaan SDM dalam keperawatan yaitu:

a) Projeksi untuk pertumbuhan masa depan, perubahan dalam

pemasaran karyawan,demografik eksternal,keseimbangan

SDM terhadap keuangan dan keterbatasan lain

b) Pengembangan,pendekatan,perencanaan SDM yang

menggambarkan tindakan,peran,autoritas,dan tanggung

jawab terhadap departemen SDM,manajemen peringkat dan

karyawan individual.

c) Inventaris keterampilan perencanaan SDM yang mencakup

isu masa depan,sistem untuk menerjemahkan rencana bisnis

ke dalam kebutuhan SDM dan program,pengembangan

karir,dan wawancara keluar.

3. Sasaran dan objektif

Manajer perawat akan mengembangkan sasaran dan objektif yaitu:

a) Memberikan peningkatan automatisasi dari sistema

informasi keperawatan
b) Perubahan projek yang akan terjadi dalam produk dan

pelayanan keperawatan
C. Prosedur Kerja
1. Bidang Rekam Medik

Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun

yang akan dirawat adalah sebagian dari sistem prosedur pelayanan RS MADINA

Bukittinggi

Dilihat dari segi pelayanan di rumah sakit, pasien yang datang dapat

dibedakan menjadi :

1. Pasien yang dapat menunggu

a. Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian.

b. Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat.

2. Pasien yang harus segera ditolong (pasien gawat darurat).

Sedang menurut jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi :

1. Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang ke RS untuk

keperluan berobat.

2. Pasien lama : adalah pasien yang pernah datang sebelumnya ke RS untuk

keperluan berobat.

Kedatangan pasien ke RS dapat terjadi karena :

1. Dikirim oleh dokter praktek di luar RS

2. Dikirim oleh Rumah Sakit lain, Puskesmas, atau jenis pelayanan

kesehatan lainnya.(seperti,Pasien Rujukan BPJS)

3. Datang atas kemauan sendiri.(Pasien Umum ataupun Asuransi)


a.Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan ( Registrasi )

1. Pasien baru

Setiap pasien baru diterima di registrasi dan akan diwawancarai oleh

petugas guna mendapatkan data identitas yang akan ditulis diberkas rekam

medis dan di entry pada komputer. Pasien baru dengan berkas rekam

medisnya akan dikirim ke poliklinik sesuai dengan yang dikehendaki pasien.

Setelah mendapat pelayanan yang cukup dari poliklinik, ada beberapa

kemungkinan dari setiap pasien :

a. Pasien boleh langsung pulang.

b. Pasien diberi kartu perjanjian atau surat kontrol oleh petugas poliklinik

untuk datang kembali pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan.

c. Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain.

d. Pasien harus dirawat.

2. Pasien lama

Pasien lama datang ke MR dan akan diwawancarai oleh petugas, guna

mendapatkan informasi nomor rekam medis, dan tujuan berobat. Pasien ini

dapat dibedakan :

a. Pasien yang datang dengan perjanjian atau surat kontrol

b. Pasien yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan sendiri)

3. Pasien Darurat Gawat


Berbeda dengan prosedur pelayanan pasien baru dan pasien lama yang

biasa, disini pasien ditolong terlebih dahulu baru penyelesaian

administrasinya, meliputi pendaftaran pasien baik baru maupun ulang seperti

pasien datang tidak dengan perjanjian. Di RS. MADINA pendaftaran pasien

darurat gawat dilakukan di registrasi untuk pasien baru maupun pasien lama.

Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari

setiap pasien :

a. Pasien bisa langsung pulang.

b. Pasien dirujuk/dikirim ke rumah sakit lain.

c. Pasien harus dirawat.

1) Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk

dirawat dapat langsung dibawa ke ruangan perawatan atau ke ruang

penampungan sementara sambil menunggu tempat tidur kosong dari

ruang perawatan.

2) Jika pasien sudah sadar dan dapat diwawancarai, petugas rekam

medis mendatangi pasien/keluarga untuk mendapatkan identitas

selengkapnya.

3) Petugas rekam medis mengecek data identitas di komputer untuk

mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat di RS. MADINA.

4) Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya

segera dikirim ke ruang perawatan yang bersangkutan dan tetap

memakai nomor yang telah dimilikinya.


5) Bagi pasien yang belum pernah dirawat atau berobat di RS.

MADINA maka diberikan nomor rekam medis baru.

b.Pelayanan Pendaftaran Rawat Inap ( Admission )

Penerimaan pasien rawat inap dilakukan di Admission. Tata cara

penerimaan pasien rawat inap harus wajar sesuai dengan keperluannya. Pasien

yang memerlukan perawatan, dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :

1. Pasien yang tidak urgen, penundaan perawatan pasien tersebut tidak akan

menambah penyakitnya.

2. Pasien yang urgen, tetapi tidak darurat gawat, dapat dimasukkan ke dalam

daftar tunggu.

3. Pasien gawat darurat (emergency), langsung dirawat.

Pembinaan dan pelaksanaan pekerjaan penerimaan pasien dengan baik

menciptakan tanggapan yang baik dari pasien-pasien yang baru masuk, menjamin

kelancaran dan kelengkapan catatan-catatan serta menghemat waktu dan tenaga.

Untuk lancarnya proses penerimaan pasien 4 hal berikut ini perlu diperhatikan,

yaitu :

1. Petugas yang kompeten.

2. Cara penerimaan pasien yang tegas dan jelas (clear cut ).

3. Ruang kerja yang menyenangkan.

4. Lokasi yang tepat dari bagian penerimaan pasien.


Untuk memperlancar tugas-tugas bagian lain yang erat hubungannya dengan

proses penerimaan pasien, aturan penerimaan pasien perlu ditetapkan.

Aturan yang baik harus memenuhi hal-hal berikut :

1. Bagian penerimaan pasien bertanggung jawab sepenuhnya mengenai

pencatatan seluruh informasi yang berkenaan dengan diterimanya seorang

pasien di RS. MADINA.

2. Bagian penerimaan pasien harus segera memberitahukan bagian-bagian lain

terutama bagian yang berkepentingan langsung, setelah diterimanya seorang

pasien untuk dirawat.

3. Semua bagian harus memberitahukan bagian penerimaan pasien, apabila

seorang pasien diijinkan meninggalkan rumah sakit.

4. Membuat catatan yang lengkap, terbaca dan seragam harus disimpan oleh

semua bagian selama pasien dirawat.

5. Instruksi yang jelas harus diketahui oleh setiap petugas yang bekerja dalam

proses penerimaan dan pemulangan pasien.

Ketentuan Umum Penerimaan Pasien Rawat inap :

1. Semua pasien yang menderita segala macam penyakit, selama ruangan dan

fasilitas yang memadai tersedia dapat diterima di RS. MADINA.

2. Sedapat mungkin pasien diterima di Admission pada waktu yang telah

ditetapkan, kecuali untuk kasus gawat darurat dapat diterima setiap saat.
3. Tanpa diagnosa yang tercantum dalam surat permintaan dirawat, pasien tidak

dapat diterima.

4. Sedapat mungkin tanda tangan persetujuan untuk tindakan operasi dan

sebagainya (apabila dilakukan ) dilaksanakan sebelum pasien dirawat.

5. Pasien dapat diterima, apabila :

a. Ada surat rekomendasi dari dokter yang mempunyai wewenang untuk

merawat pasien di rumah sakit.

b. Dikirim oleh dokter poliklinik.

c. Dikirim oleh dokter Instalasi Gawat Darurat.

d. Pasien darurat gawat perlu diprioritaskan.

Prosedur pasien untuk masuk untuk dirawat

1. Pasien yang sudah memenuhi syarat atau peraturan untuk dirawat, setiap saat

dapat menanyakan pada petugas Admission apakah ruangan yang diperlukan

sudah tersedia.

2. Apabila ruangan sudah tersedia :

a. Pasien segera mendaftar di Admission.

b. Pada saat mendaftar dia akan mendapat penerangan tentang :

1) Kapan dapat masuk

2) Bagaimana cara pembayaran serta tarif-tarifnya.

3) Peraturan selama pasien dirawat.

c. Dibuatkan kartu identitas penderita dirawat yang minimal berisi :


1) Nama lengkap pasien

2) Jenis kelamin pasien

3) Nomor rekam medis

4) Nama ruangan dan kelas

5) Diagnosa awal (diagnosa kerja)

6) Nama dokter yang mengirim

d. Jika pasien pernah berobat ke poliklinik atau pernah dirawat sebelumnya

maka petugas Admission menghubungi ruang penyimpanan rekam medis

untuk meminta nomor berkas rekam medis.

e. Petugas Admission Rawat Inap segera menghubungi petugas keuangan

untuk menyelesaikan pembayaran uang muka.

f. Selesai pembayaran, pasien diantar petugas keruangan.

Prosedur selama pasien di ruang perawatan yang berkaitan dengan rekam medis

antara lain :

1. Pada waktu pasien tiba di ruang perawatan dan diterima oleh perawat pasien

diberi tanda pengenal.

2. Perawat menambah formulir-formulir yang diperlukan oleh dokter maupun

perawat sendiri

3. Selama perawatan, perawat mencatat semua data perawatan yang diberikan

dari mulai saat pasien tiba di ruang sampai pasien tersebut pulang,

dipindahkan atau meninggal.


4. Sistem Identifikasi Dan Penomoran

1. Sistem Penamaan

c. Pencatuman titel selalu Sistem Identifikasi Dan Penomoran

1. Sistem Penamaan

a. Sistem penamaan pada dasarnya untuk memberikan identitas kepada

seorang pasien serta untuk membedakan antara pasien yang satu dangan

pasien yang lainnya, sehingga mempermudah/memperlancar didalam

memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang datang berobat.

Perkataan Tuan, Saudara, Bapak, dicantumkan dalam penulisan nama

pasien.

2. Sistem Penomoran

Rekam medis pada RS disimpan menurut nomor, yaitu menggunakan “

Unit Numbering System “ sistem ini memberikan satu unit rekam medis baik

kepada pasien berobat jalan maupun pasien untuk dirawat inap. Pada saat

seorang penderita berkunjung pertama kali ke RS MADINA apakah sebagai

penderita berobat jalan ataupun untuk dirawat inap, kepadanya diberikan satu

nomor (admitting number) yang akan dipakai selamanya untuk kunjungan

seterusnya, sehingga rekam medis penderita tersebut hanya tersimpan di

dalam satu berkas di bawah satu nomor.

d. Simbol Dan Tanda Khusus

Pada berkas rekam medis pasien tercantum simbol-simbol sebagai berikut:

1. Nomor Rekam Medis


Pada map sudah dicetak kotak untuk menuliskan nomor rekam medis yang

akan diisi oleh petugas rekam medis. Penulisan nomor harus dengan tulisan

yang jelas dan mudah dibaca, dapat dicetak atau ditulis tangan menggunakan

spidol jangan hanya menggunakan pulpen.

2. Tulisan Alergi

Diisi dengan alergi yang diderita oleh pasien.

3. Tempat Menuliskan Nama pasien

Terdapat tempat untuk menuliskan nama pasien pada map rekam medis

e. Penyelesaian Dan Pengembalian Rekam Medis

1. Pengendalian Rekam Medis

Petugas dari bagian lain yang meminjam rekam medis harus datang

sendiri untuk mengambil rekam medis yang dipinjam ke bagian rekam medis.

2. Penyimpanan Rekam Medis

a. Sistem Sentralisasi

Sistem penyimpanan yang digunakan di RS. MADINA adalah sistem

sentralisasi. Dengan cara sentralisasi terjadi penggabungan antara berkas

rekam medis rawat jalan dan rawat inap dalam satu tempat. Karena

semua pasien baik rawat jalan maupun rawat inap hanya memiliki satu

nomor rekam medis. Kebaikan dari system sentralisasi adalah :

1) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan

penyimpanan rekam medis , sehingga pasien dapat dilayani lebih


cepat.

2) Mengurangi jumlah biaya yang digunakan untuk peralatan dan

ruangan.

3) Tata kerja Dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah

distandarisasikan.

4) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan.

5) Mudah menerapkan sistem unit record.

Kekurangan dari system sentralisasi adalah :

1) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat

jalan Dan unit rawat inap.

2) Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam.

3. Fasilitas Fisik Ruang Penyimpanan

Alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu

ruangan, pemeliharaan ruangan, perhatian terhadap faktor keselamatan, bagi

suatu kamar penyimpanan rekam medis sangat membantu memelihara dan

mendorong kegairahan kerja dan produktivitas karyawan – karyawan yang

bekerja di situ.

4. Penunjuk Penyimpanan
Pada deretan berkas rekam medis yang disimpan di rak harus diberi tanda

penunjuk guna mempercepat pekerjaan menyimpan dan menemukan rekam

medis. Jumlah penunjuk tergantung dari rata-rata tebalnya sebagian besar

map-map rekam medis tersebut. Untuk berkas rekam medis yang tebalnya

sedang diberi penunjuk setiap 50 map. Makin tebal map-map rekam medis

makin banyak penunjuk harus dibuat. Rekam medis yang aktif lebih banyak

memerlukan penunjuk dari pada rekam medis-rekam medis yang kurang aktif.

kelihatan rapi. Nomor harus jelas tertulis pada setiap map.

f. Penghapusan Rekam Medis

1. Perencanaan Terhadap Rekam Medis Yang Tidak Aktif

Satu rencana yang pasti tentang pengelolaan rekam medis yang tidak aktif

(in active records) harus ditetapkan sehingga selalu tersedia tempat

penyimpanan untuk rekam medis yang baru.

Rekam medis dinyatakan tidak aktif apabila selama 5 tahun terakhir

rekam medis tersebut sudah tidak dipergunakan lagi. Apabila ternyata sudah

tidak tersedia lagi tempat penyimpanan rekam medis aktif, harus dilaksanakan

kegiatan menyisihkan rekam medis yang tidak aktif secara sistematik seirama

dengan pertambahan jumlah rekam medis baru.

Rumah sakit wajib tetap memelihara indeks, register dan kartu lintasan

yang berisi data-data dasar seperti : tanggal masuk/keluar rumah sakit, nama

dokter yang bertanggung jawab, diagnosa dan operasi.


2. Penyusutan

Penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan arsip dari

rak penyimpanan dengan cara memindahkan arsip rekam medis in aktif dari

rak aktif ke rak in aktif dengan cara memilah pada rak penyimpanan sesuai

dengan tahun kunjungan.

Tujuan :

a. Mengurangi jumlah arsip rekam medis yang semakin bertambah.

b. Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat penyimpanan

berkas rekam medis yang baru.

c. Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyiapan rekam

medis jika sewaktu-waktu diperlukan.

d. Menyelamatkan arsip yang bernilai guna tinggi serta mengurangi yang

tidak bernilai guna/nilai guna rendah atau nilai gunanya telah menurun.

3. Pemusnahan Arsip

Adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip rekam

medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran harus

dilakukan secara total dengan cara membakar habis, mencacah atau daur

ulang sehingga tidak dapat lagi dikenal isi maupun bentuknya.

Tata cara pemusnahan rekam medis:

1. Rekam medis yang telah memenuhi syarat untuk dimusnahkan dilaporkan

kepada Direktur RS. MADINA Bukittinggi.


2. Tim pemusnah melaksanakan dan membuat Berita Acara Pemusnahan

yang disahkan Direktur RS. MADINA.

Dirumah sakit madina sendiri telah terjadi 2 kali retensi atau pemilihan status

rekam medik in aktif dan satu kali pemusnahan status , namun karna beberapa

hal pemusnahan status tersebut belom jadi dilakukan ,dan sekarang status

tersebut masih di simpan di gudang runah sakit madina yang berada di

GADUIK,

g. Perekam Kegiatan Pelayanan Medis

1. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis

RS. MADINA sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam

medis.sesuai dengan PERMENKES No.749a/MENKES/XII/1989, tentang

Rekam Medis serta keputusan Ditjen Yan Med Nomor 78/Yan Med/RS

UMDIK/YMU/1/91 maka tenaga yang berhak mengisi rekam medis di RS.

MADINA adalah:

a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis yang

melayani pasien di RS. MADINA Bukittinggi.

b. Dokter tamu yang merawat pasien di RS. MADINA Bukittinggi

c. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat langsung

dalam pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga

Laboratorium Klinik, Gizi, Anastesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medis,


Rekam Medis dan lain sebagainya. Dalam hal dokter ke luar negeri maka

yang melakukan tindakan/konsultasi kepada pasien yang mengisi rekam

medis adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur RS. MADINA

Bukittinggi.

2. Pencatatan (Recording)

h. Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar

kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem

penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri

hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medi

Perekam Kegiatan Pelayanan Medis

3. Penanggung Jawab Pengisian Rekam Medis

RS. MADINA sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang

melakukan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap wajib membuat rekam

medis.sesuai dengan PERMENKES No.749a/MENKES/XII/1989, tentang

Rekam Medis serta keputusan Ditjen Yan Med Nomor 78/Yan Med/RS

UMDIK/YMU/1/91 maka tenaga yang berhak mengisi rekam medis di RS.

MADINA adalah:

d. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter spesialis yang

melayani pasien di RS. MADINA Bukittinggi.

e. Dokter tamu yang merawat pasien di RS. MADINA Bukittinggi


f. Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat langsung

dalam pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga

Laboratorium Klinik, Gizi, Anastesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medis,

Rekam Medis dan lain sebagainya. Dalam hal dokter ke luar negeri maka

yang melakukan tindakan/konsultasi kepada pasien yang mengisi rekam

medis adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur RS. MADINA

Bukittinggi.

4. Pencatatan (Recording)

Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya

sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu

sistem penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya

sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan

rekam medis.

Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang

dimulai pada saat diterimanya pasien di RS. MADINA , diteruskan kegiatan

pencatatan data medik pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medis

di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang

meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat

penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk

melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau untuk keperluan

lainnya.
Pencatatan disini dimaksudkan pendokumentasian segala informasi medis

seorang pasien ke dalam Rekam Medis. Pada dasarnya pendokumentasian

memuat data, yang akan menjadi bahan informasi. Data pasien dapat

dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu data sosial dan data medis. Data

sosial didapatkan pada saat pasien mendaftarkan diri ke tempat penerimaan

pasien. Data medis baru diperoleh dari pasien, apabila pasien telah memasuki

unit pelayanan kesehatan. Petugas di unit pelayanan adalah dokter dan ahli-

ahli profesi kesehatan lainnya (termasuk penunjangnya, seperti radiologi,

laboratorium, dan lain-lain) serta unit perawatan.

Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di bidang kesehatan lainnya,

yaitu:

a. Mencatat secara tepat waktu;

b. Up to date;

c. Cermat dan lengkap

d. Dapat dipercaya dan menurut kenyataan

e. Berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga tidak

bertele-tele;

f. Bersifat obyektif sehingga menimbulkan kesan jelas.

Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah sakit

yang memberikan pelayanan ataupun tindakan kepada pasien.


Bentuk catatan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu catatan yang

bersifat kolektif dan catatan yang bersifat individual.

1) Catatan yang Bersifat Kolektif

Ini merupakan kumpulan catatan pasien-pasien yang datang ke unit

pelayanan. Catatan ini dalam bentuk buku yang sering disebut “Buku

Register”. Buku Register ini merupakan sumber utama data kegiatan

rumah sakit. Pemakaian buku register ini perlu dipertimbangkan

secermat mungkin dan tetap memperhatikan efisiensi di bidang

pengelolaan data medis.

Buku register yang biasa diperlukan, diantaranya: Buku Register

Penerimaan Pasien Rawat Inap. Buku-buku register tersebut dikerjakan

oleh petugas-petugas di masing-masing unit pelayanannya. Setiap hari

petugas di unit pelayanan menyiapkan rekapitulasi yang seiring disebut

sensus harian. Sensus ini sangat berguna di dalam pengolahan data medis

selanjutnya yang digunakan sebagai bahan laporan rumah sakit

2) Catatan yang Bersifat Individual

Catatan ini mendokumentasikan segala tindakan medik yang

diberikan kepada seorang pasien. Bentuk catatan ini berupa lembaran-

lembaran yang dinamakan rekam medis.

Pencatatan data medis ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang

memberikan pelayanan/tindakan kepada pasien, yaitu Dokter


Perawat/Bidan, Tenaga Kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan

medis kepada pasien, serta petugas pencatatan medik sendiri.

Formulir rekam medis ini meliputi formulir untuk pasien rawat jalan

dan formulir untuk pasien yang dirawat inap. Sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 749a/MENKES/PER/XII/1989, tentang rekam

medis/medicalrecord maka :

a. Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Jalan

Isi berkas rekam medis untuk pasien rawat jalan memuat

identitas pasien, anamnese, diagnosis dan tindakan/pengobatan.

Berkas yang digunakan dapat dalam bentuk kartu yaitu Kartu

Pemeriksaan Pasien dimana informasi mengenai identitas pasien,

diagnosis dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien seperti

anamnese, terapi dicatat didalam formulir anamnes.

Data-data tertentu harus ditulis pada saat penderita masuk yang

akan dientry di komputer, dimasukkan pada saat pasien registrasi.

Penyimpanan identitas pasien ini mutlak karena adalah salah satu

cara untuk menunjang kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena

apabila seorang pasien lupa membawa kartu berobat maka dengan

sistem komputerisasi akan membantu untuk mencarikan data pasien

yang diperlukan dengan cepat. Karena identitas pasien ini

merupakan sumber data yang selamanya harus disimpan, maka harus


dibuat selengkap dan sejelas mungkin. Data yang disimpan harus

dibuat secara terperinci dan lengkap, yaitu:

a) Nama lengkap pasien

b) Nomor rekam medis

c) Alamat

d) Agama

e) Jenis Kelamin

f) Umur

g) Status Perkawinan

h) Tempat/tanggal lahir

i) Pekerjaan

j) Orang yang dihubungi, bila terjadi sesuatu

k) Tanggal kunjungan poliklinik yang pertama

Bila setelah menikah pasien pindah alamat, maka alamat lama dicoret

dan dicantumkan alamat baru pada tempat yang kosong dan tanggal

perubahan diberkas rekam medis tersebut untuk memudahkan

pencarian alamat terakhir.

Berkas rekam medis rawat jalan berisi :

1. Tanggal Kunjungan

2. Poliklinik yang melayani

3. Diagnosis

4. Tindakan yang diberikan


5. Dokter yang menangani

b. Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap

Isi rekam medis untuk pasien rawat inap memuat identitas

pasien, anamnese, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan laboratorium,

diagnosis, persetujuan tindakan medis, tindakan/pengobatan, catatan

perawat, catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir

dan evaluasi pengobatan.

Berkas Rekam Medis pasien rawat inap terdiri dari lembaran-

lembaran umum dan lembaran-lembaran khusus, serta lembaran-

lembaran diagnostik/terapi.

Lembaran-lembaran Umum, misalnya:

1) Ringkasan Masuk dan Keluar;

2) Anamnese dan Pemeriksaan Fisik;

3) Lembaran Grafik;

4) Perjalanan Penyakit/Perkembangan Perintah Dokter dan

Pengobatan;

5) Catatan Perawat/Bidan;

6) Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Rontgen;

7) Resume Keluar.

Lembaran-lembaran Khusus, misalnya;

1) Laporan Operasi;
2) Laporan Anestesi;

3) Riwayat Kehamilan;

4) Catatan/Laporan Persalinan;

5) Identifikasi Bayi;

1. Ringkasan Masuk dan Keluar

Lembaran Ringkasan Masuk dan Keluar ini sering disebut

ringkasan atau lembaran muka, selalu menjadi lembaran paling depan

pada suatu berkas rekam medis. Lembaran ini berisi informasi tentang

identitas pasien, cara penerimaan melalui cara masuk dikirim oleh

serta berisi ringkasan data pada saat pasien keluar. Lembaran ini

merupakan sumber informasi untuk mengindeks rekam medis, serta

menyiapkan laporan rumah sakit. Informasi tentang identitas pasien

sekurang-kurangnya mencari hal-hal sebagai berikut:

a. Nama Pasien e. Jenis Kelamin

b. Nomor Rekam f. Agama

Medis g. Alamat

c. Tanggal Lahir h. Pekerjaan

d. Pendidikan

Informasi lain yang perlu dicatat, diantaranya

a. Status perkawinan;

b. Cara penerimaan pasien, melalui;

c. Cara masuk, dikirim oleh;


d. Nama penangung jawab pembayaran dan alamatnya.

e. Nama keluarga terdekat dan alamatnya;

f. Tanggal dan jam masuk ruang rawat inap;

g. Tanggal dan jam keluar ruang rawat inap

h. Bagian/Spesialisasi, Ruang Rawat, Kelas;

i. Lama dirawat;

j. Diagnosis akhir (utama, lain-lain dan komplikasi);

k. Operasi/Tindakan (jika ada):

l. Infeksi Nosokomial dan penyebabnya (jika ada);

m. Immunisasi yang pernah didapat;

n. Immunisasi yang diperoleh selama dirawat;

o. Transfusi darah (jika ada);

p. Keadaan keluar;

q. Nama dan tanda tangan dokter yang merawat.

2. Anamnese dan Pemeriksaan Fisik

Tujuan pokok data anamnese dan pemeriksaan fisik adalah untuk

memberikan bahan pelengkap bagi dokter untuk menetapkan diagnosis

yang menjadi dasar tindakan pertolongan dan perawatan/pengobatan

terhadap seorang pasien. Sebagai tambahan terhadap anamnese dan

pemeriksaan fisik ini mungkin diperlukan berbagai hasil pemeriksaan

laboratorium, rontgen, sebelum sampai pada satu kesimpulan mengenai

diagnosis. Untuk lembaran anamnese dan pemeriksaan fisik dapat


dipergunakan formulir kosong atau formulir dengan catatan penunjuk.

Pokok-pokok pengisian anamnese, meliputi:

a. Keluhan utama : pernyataan singkat tentang keadaan dan lamanya

gejala yang timbul yang menyebabkan pasien meminta pertolongan

medis, berdasarkan laporan yang diucapkan oleh pasien sendiri

maupun yang mengantarkan ke dokter.

b. Riwayat penyakit sekarang : penjelasan detail secara kronologis

tentang perkembangan penyakit pasien : sejak timbulnya gejala

pertama sampai saat ini.

c. Riwayat penyakit yang pernah diderita : satu ringkasan tentang

penyakit-penyakit, seperti infeksi akut, kecelakaan, operasi, laergi,

infeksi, mental, metabolik, dsb.

d. Keadaan sosial : Catatan tentang status perkawinan, kebiasaan,

hubungan sosial, pekerjaan dan lingkungannya.

e. Pengamatan ulang sistematik : untuk mengungkapkan gejala-gejala

pokok, yang mungkin terlupakan oleh si pasien atau kelihatannya

tidak perlu, ini untuk menentukan seberpa jauh dan teliti pemeriksaan

fisik harus dilakukan.

Pemeriksaan fisik mencakup 4 langkah dasar yaitu:

a. Inspeksi : melihat ke seluruh bagian tubuh.

b. Palpasi : meraba berbagai bagian tubuh.


c. Perkusi : mengetok daerah tertentu pada tubuh dengan jari

tangan/alat , mendengar suaranya dan meneliti tingkat

resistensinya.

d. Auskultasi : Mendengar bunyi yang terjadi karena proses fisiologis

atau patologis didalam tubuh.

3. Lembar Grafik

grafik memberikan gambaran kepada dokter tentang suhu, nadi, dan

pernafasan seorang pasien. Pengisiannya dilakukan oleh petugas perawat, dimulai

saat pasien mulai dirawat. Dalam lembaran grafik ini juga dicatat data-data

tekanan darah, pemasukan dan pengeluaran cairan, defikasi. Dapat juga diisi

informasi tentang kunjungan dokter, spesimen untuk laboratorium, diet, dll

4. Perjalanan Penyakit, Instruksi Dokter, Dan Pengobatan

Perintah medis tertulis adalah petunjuk dokter kepada bagian perawatan dan staf

medis /paramedis mengenai semua medikasi dan pengobatan yang diberikan kepada

pasien.Petugas rekam medis dalam meneliti kelengkapan lembaran perintah dokter,

harus mengamati :

a. Semua perintah harus telah ditandatangani oleh pemberi perintah. Perintah yang

diberikan secara lisan atau lewat telepon harus ditandatangani oleh si pemberi

perintah pada kunjungan berikutnya, yang menunjukkan dia benar-benar

bertanggungjawab atas perintah tersebut. Untuk menghindari kekeliruan,

diusahakan agar perintah lisan maupun telepon ini tidak sering terjadi.
b. Perintah keluar harus ditulis sebelum pasien meninggalkan rumah

sakit. Jika perintah keluar belum ditulis, petugas rekam medis harus

meneliti apakah ada pernyataan yang ditandatangani pasien keluar atas

tanggung jawab sendiri. Pernyataan ini harus disimpan di dalam rekam

medisnya. Dalam hal ini harus ada catatan dari dokternya yang

menyatakan bahwa pasien telah keluar tanpa persetujuan.

c. Hasil-hasil pemeriksaan diagnosis yang diperintahkan/dimintakan oleh

dokter harus ada di dalam rekam medis. Petugas rekam medis harus

berusaha memperolehnya, untuk secepatnya disatukan dengan berkas

rekam medis yang bersangkutan.

d. Catatan medik harus diisi laporan-laporan tindakan/pengobatan yang

diperintahkan kepada paramedis, seperti terapi inhalasi,occupational

therapy, physical therapy, dan sebagainya.

1. Koding (coding)

Kegiatan dan tindakan serta diagnosis yang ada di dalam rekam medis

harus diberi kode dan selanjutnya diindeks agar memudahkan pelayanan

pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan, managemen,

dan riset bidang kesehatan.

Kode klasifikasi penyakit oleh WHO (World Health Organization)

bertujuan untuk menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala

dan factor yang mempengaruhi kesehatan.


Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan negara anggotanya termasuk

Indonesia menggunakan klasifikasi penyakit revisi-10, International Statical

Clasification Deseasses and Health Problem 10 Revice. ICD 10

menggunakan kode kombinasi yaitu menggunakan abjad dan angka (alpha

numeric).

Kecepatan dan ketepatan Koding dari suatu diagnosis sangat tergantung

kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu:

a. Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis

b. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode

c. Tenaga kesehatan lainnya.

Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban hak dan

tanggung jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh

karenanya diagnosis yang ada dalam rekam medis harus diisi dengan

lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD 10.

Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas

keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga

medis. Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau yang tidak lengkap,

sebelum koding ditetapkan, komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang

membuat diagnosis tersebut.

Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis, petugas rekam

medis harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang tepat.


Disamping kode penyakit, berbagai tindakan lain juga harus dikoding sesuai

klasifikasi masing-masing.

a. Koding Penyakit (ICD-10)

b. Pembedahan/Tindakan (ICDPIM)

c. Koding Obat-obatan

d. Laboratorium

e. Radiologi

f. Dokter (pemberi pelayanan)

g. Alat-alat

h. Dan lain-lain

Cara Penggunaan ICD - 10

a. Menggunakan buku ICD - 10 Volume I berisi tentang :

1) Intruduction ( pendahuluan )

2) Kelompok daftar tabulasi

3) Kode kondisi tertentu.

4) Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi

5) Kategori karakteristik perintah

b. Menggunakan buku ICD - 10 Volume III berisi tentang :

1) Penggunaan Index Alfabetic

2) Susunan

3) Kode angka
4) Tanda perintah yang ada dalam buku ICD - 10 Volume I

c. Petunjuk dasar koding

1) Indentifikasi tipe panyakit/luka atau kondisi lain di dalam buku ICD-10

Vol. I.

2) Cari kata dasar ( Lead term )

3) Baca dan catat petunjuk kata dasar (di garis bawahi).

4) Rujuk di buku ICD - 10 Volume III

5) Rujuk di buku ICD - 10 Volume I

6) Tentukan kode penyakit tersebut

2. Indeksing

Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah

dibuat kedalam indeks-indeks menggunakan kartu indeks. Didalam kartu

indeks tidak boleh mencantumkan nama pasien .

Jenis indeks yang dibuat:

a. Indeks Pasien

Pengertian : Adalah data base komputer yang berisi nama semua pasien

yang pernah berobat di RS. Royal Progress. Informasi yang ada di dalam

data base ini adalah:

1) Nama lengkap, jenis kelamin, umur, alamat, tempat dan tgl lahir,

pekerjaan.
2) Tanggal berobat jalan maupun rawat inap.

Kegunaan: Data base ini adalah kunci untuk menemukan berkas

rekam medis pasien.

Cara Penyampaian :

1) Data base tersusun secara alphabet seperti susunan kata-kata dalam

kamus.

2) Data base ini digunakan untuk mencari berkas rekam medis pasien

yang tidak membawa kartu berobat sehingga dapat dicari berdasarkan

nama pasien.

3) Data base di kontrol setiap hari oleh Petugas di Unit Rekam Medis

sehingga data selalu up to date

b.Indeks Penyakit (Diagnosis) dan Operasi

Pengertian : Indeks penyakit dan indeks operasi adalah suatu data base

yang menyimpan kode diagnosa penyakit maupun tindakan operasi setiap

pasien yang berobat di RS. MADINA.

Informasi yang ada didalam data base ini adalah:

1) Nomor Kode Diagnosa penyakit atau tindakan operasi.

2) Judul, Bulan, Tahun

3) Nomor Penderita

4) Jenis Kelamin

5) Umur.
Kegunaan : Data base ini dapat untuk mengindeks penyakit maupun

tindakan operasi sesuai dengan informasi yang diinginkan untuk

keperluan sbb:

1) Mempelajari kasus-kasus terdahulu dari satu penyakit untuk

memperoleh pengertian tentang penanggulangan terhadap penyakit-

penyakit/masalah-masalah kesehatan pada saat ini.

2) Untuk menguji teori-teori membandingkan data-data tentang

penyakit/pengobatan dalam rangka penyuguhan tulisan-tulisan ilmiah

3) Menyuguhkan data untuk menyusun keperluan alat-alat baru, tempat

tidur dan lain-lain.

4) Menilai kualitas pelayanan di RS. MADINA.

5) Menyuguhkan data pelayanan yang diperlukan dalam survey

kemampuan RS. MADINA.

6) Menemukan rekam medis dimana dokternya hanya ingat diagnosa

atau operasinya, sedangkan nama pasien yangn bersangkutan lupa.

7) Menyediakan materi pendidikan untuk mahasiswa kedokteran,

perawat, dll.

Cara penyimpanan: Dengan sistem komputerisasi yang diback up setiap

waktu tertentu secara periodik sehingga data rusak atau hilang dapat

dicegah.
b. Indeks Dokter

Adalah data base yang berisi nama dokter yang memberikan pelayanan

medik kepada pasien.

Kegunaan :

1) Untuk menilai pekerjaan dokter.

2) Bank data dokter bagi RS. MADINA.

c. Indeks Kematian

Informasi yang tetap dalam indeks kematian:

1) Nama penderita

2) Nomor RekMed

3) Jenis Kelamin

4) Umur

5) Kematian : kurang dari sejam post operasi

6) Dokter yang merawat

7) Hari Perawatan

8) Wilayah.

Kegunaan : Statistik menilai mutu pelayanan dasar menambah dan

meningkatkan peralatan/tenaga.

Cara penyimpanan indeks kematian : Dalam sistem komputerisasi.

I. Tata Cara Pengambilan Kembali Rekam Medis

1. Pengeluaran Rekam Medis


Ketentuan pokok yang harus ditaati ditempat penyimpanan adalah :

a. Tidak satupun rekam medis boleh keluar dari ruang Rekam Medis, tanpa

tanda keluar/kartu permintaan. Peraturan ini tidak hanya berlaku bagi

orang-orang diluar rekam medis, tetapi juga bagi petugas-petugas rekam

medis sendiri.

b. Seseorang yang menerima/meminjam rekam medis, berkewajiban untuk

mengembalikan dalam keadaan baik dan tepat waktunya. Harus dibuat

ketentuan berapa lama jangka waktu satu rekam medis diperbolehkan

tidak berada di rak penyimpanan. Seharusnya setiap rekam medis

kembali lagi ke raknya pada setiap akhir hari kerja, sehingga dalam

keadaan darurat staf rumah sakit dapat mencari informasi yang

diperlukan.

c. Rekam medis tidak dibenarkan diambil dari rumah sakit, kecuali atas

perintah pengadilan. Dokter-dokter atau karyawan rumah sakit yang

berkepentingan dapat meminjam rekam medis, untuk dibawa ke ruang

kerjanya selama jam kerja, tetapi semua rekam medis harus

dikembalikan ke ruang rekam medis pada akhir jam kerja. Jika

beberapa rekam medis akan digunakan selama beberapa hari, rekam

medis tersebut disimpan dalam tempat sementara di ruang rekam medis.

Kemungkinan rekam medis dipergunakan oleh beberapa orang

perpindahan dari orang satu ke lain orang ini, harus dilakukan dengan

mengisi “Kartu Pindah Tangan” karena dengan cara ini rekam medis
tidak perlu bolak-balik dikirim ke bagian rekam medis. Kartu pindah

tangan ini dikirimkan ke bagian rekam medis, untuk diletakkan sebagai

penunjuk keluarnya rekam medis, Kartu pindah tangan tersebut berisi:

tanggal, pindah tangan dari siapa, kepada siapa, untuk keperluan apa dan

digunakan oleh dokter siapa.

2. Petunjuk Keluar (Outguide)

Petunjuk keluar adalah suatu alat yang penting untuk mengawasi

penggunaan rekam medis. Dalam penggunaannya “Petunjuk Keluar” ini

diletakkan sebagai pengganti pada tempat map-map rekam medis yang

diambil (dikeluarkan) dari rak penyimpanan. Petunjuk keluar tetap berada di

rak tersebut, sampai map rekam medis yang diambil (dipinjam) kembali.

Petunjuk keluar yang dipakai berbentuk kartu yang dilengkapi dengan

kantong tempel tempat menyimpan surat pinjam. Petunjuk keluar ini dapat

diberi warna, yang maksudnya untuk mempercepat petugas melihat tempat-

tempat penyimpanan kembali map-map rekam medis yang bersangkutan.

Petunjuk keluar ini haruslah dibuat dari bahan (kertas) yang keras dan kuat.

3. Ketentuan dan Prosedur Penyimpanan Lainnya

Ketentuan dasar yang membantu memperlancar pekerjaan pengelolaan

rekam medis:

a. Pada saat rekam medis dikembalikan ke sub bagian rekam medis, harus

disortir menurut nomor, sebelum disimpan. Hal ini membantu


menemukan rekam medis yang diperlukan tetapi tidak ada dalam tempat

penyimpanan dan memudahkan pekerjaan penyimpanan.

b. Hanya petugas-petugas rekam medis yang dibenarkan menangani rekam

medis, pengecualian diberikan kepada pegawai Rumah Sakit yang

bertugas pada sore hari dan malam hari. Dokter-dokter, staf rumah

sakit, pegawai-pegawai dari bagian lain tidak diperkenankan mengambil

rekam medis dari tempat penyimpanannya. Pada waktu sore hari

petugas-petugas kamar darurat atau pengawas perawatan, harus

menyimpan rekam medis yang telah dikembalikan pada tempat yang

telah ditentukan (di Instalasi Rekam Medis atau bagian lain).

c. Rekam medis yang sampulnya rusak atau lembarannya lepas, harus

segera diperbaiki, untuk mencegah makin rusak/hilangnya lembaran-

lembaran yang diperlukan.

d. Pengamatan terhadap penyimpanan harus dilakukan secara periodik,

untuk menemukan salah simpan dan melihat kartu pinjaman yang rekam

medisnya masih belum dikembalikan.

e. Rekam medis dari pegawai-pegawai sub bagian rekam medis itu sendiri

atau rekam medis yang berkenaan dengan proses hukum, jangan

disimpan ditempat penyimpanan biasa, harus disimpan ditempat khusus

diruangan pimpinan bagian rekam medis, sedang ditempat penyimpanan

biasa diberi petunjuk.


f. Petugas penyimpanan harus memelihara kerapian dan teraturnya rak-rak

penyimpanan yang menjadi tanggung jawabnya.

g. Rekam medis yang sedang diproses/dipakai oleh petugas sub bagian

rekam medis harus diletakkan diatas meja/rak tertentu dengan maksud

bahwa rekam medis tersebut setiap saat dapat dipergunakan.

h. Rekam medis yang sangat tebal harus dijadikan 2 atau 3 jilid.

i. Petugas yang mengepalai kegiatan penyimpanan harus membuat laporan

rutin kegiatan yang meliputi :

1) Jumlah rekam medis yang dikeluarkan setiap hari dari rak

penyimpanan untuk memenuhi permintaan.

2) Jumlah permintaan darurat

3) Jumlah salah simpan

4) Jumlah rekam medis yang tidak dapat ditemukan

Data tersebut berguna untuk rencana pengelolaan dan pengawasann

penyimpanan rekam medis

4. Distribusi Rekam Medis

Ada berbagai cara untuk mengangkut rekam medis. Di RS. MADINA

pengangkutan dilakukan dangan tangan dari satu tempat ke tempat lainnya,

oleh karena itu Instalasi Rekam Medis harus membuat satu jadwal

pengiriman dan pengambilan untuk berbagai bagian yang ada di RS.


MADINA. Frekuensi pengiriman dan pengambilan ini ditentukan oleh

jumlah pemakaian rekam medis.

Petugas Instalasi Rekam Medis tidak dapat mengirim satu-satu rekam

medis secara rutin pada saat-saat diminta mendadak. Untuk ini bagian-

bagian lain yang memerlukan (untuk darurat ) harus mengirim petugasnya

untuk mengambil sendiri ke Instalasi Rekam Medis.

D. Kendala Kerja Dan Upaya Pemecahan Yang Dilakukan

1. Kendala Di Ruang Rekam Medis

a. Pegawai kesulitan dalam melakukan pelayanan pasien BPJS yang

terkendala oleh jaringan.

b. Terjadinya mis komunikasi antara pegawai dengan pasien maupun

keluarga pasien.

c. Jarak antara ruang rekam medis dengan tempat penyimpanan rekam

medis yang jauh

d. Kurangnya tenaga SDM di ruang rekam medis dibagian distributor

2. Solusi dari kendala

a. sebaiknya bagian IT melaksanakan peningkatan jaringan agar tidak

terjadi permasalahan jaringan

b. dengan melakukan komunikasi yang mudah di mengerti oleh pasien

ataupun keluarga pasien.


c. Meletakan ruang rekam medis dan ruang arsip yang berdampingan

untuk memudahkan kinerja pegawai

d. Menambah tenanga SDM yang kompeten didalam bidang tersebut.


99

2.Bagian Intalasi Gizi

Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit ini meliputi asuhan gizi rawat

jalan, asuhan gizi rawat inap, penyelenggaraan makanan, serta penelitian dan

pengembangan. Pada ruang rawat inap, pelayanan bertujuan untuk

memperoleh asupan makan yang sesuai kondisi Kesehatan dalam upaya

mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan dan meningkatkan

status gizi. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit bertujuan untuk

menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman,

dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai status gizi yang optimal.

Gambar 3. 3 Prosedur pelayanan gizi rumah sakit


100

Prosedur penyelenggaraan pelayanan asuhan gizi di Rumah Sakit Umum

Madina yaitu sesuai PGRS, dengan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Skrining Gizi

Skrining gizi adalah penapisan gizi oleh perawat ruangan dan

penetapan order diet awal oleh dokter. Skrining bertujuan untuk

mengidentifikasi pasien yang beresiko, tidak beresiko malnutrisi atau kondisi

khusus. Idealnya skrining dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam setelah pasien

masuk rumah sakit. Bila hasil skrining menunjukan pasien beresiko malnutrisi

maka dilakukan pengkajian atau assesmen gizi dan diberikan prosedur asuhan

gizi terstandarkan. Pasien dengan status gizi baik atau tidak beresiko malnutisi,

dianjurkan skrining ulang setelah satu minggu. Sedangkan untuk pasien kasus

sulit atau sakit kritis yang beresiko gangguan gizi berat akan ditangani oleh tim

asuahan gizi rumah sakit.

b. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)

Proses ini dilakkan pada pasien yang beresiko kurang gizi, sudah

mengalami kekurangan gizi atau mengalami penyakit khusus. Berikut

prosedur asuhan gizi di Rumah Sakit Umum Madina Bukittinggi

1Gambar3.3. b Proses asuhan gizi di Rumah Sakit Umum Madin


101

1. Assesmen/Pengkajian Gizi

Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu

a. Anamnesis riwayat gizi

Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan makanan

termasuk komposisi, pola makan, diet saat ini dan data lain yang terkait.

Anamnesis riwayat gizi secara kualitatif dilakukan untuk memperoleh

gambaran kebiasaan makan/ pola makan sehari berdasarkan frekuensi

penggunaan bahan makanan. Anamnesis secara kuantitatif dilakukan

untuk mendapatkan gambaran asupan zat gizi sehari. Kemudian dilakukan

analisis zat gizi yang merujuk kepada daftar makanan.

b. Biokimia

Data biokimia meliputi hasil pemeriksaan laboratorium,

pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status metabolik dan

gambaran fungsi organ yang berpengaruh terhadap timbulnya masalah

gizi. Pengambilan kesimpulan dari data laboratorium terkait masalah gizi

harus selaras dengan data assesmen gizi lainnya seperti riwayat gizi yang

lengkap, termasuk penggunaan suplemen, pemeriksaan fisik dan

sebagainya

c. Antropometri

Antropometri merupakan pengukuran fisik pada individu.

Antropometri dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain

pengukuran tinggi badan (TB), berat badan (BB). Pada kondisi tinggi
102

badan tidak dapat diukur dapat digunakan Panjang badan, Tinggi Lutut

(TL), rentang lengan atau separuh rentang lengan. Pengukuran lain seperti

Lingkar Lengan Atas (LILA), Tebal lipatan kulit (skinfold), Lingkar

kepala, Lingkar dada, lingkar pinggang dan lingkar pinggul dapat

dilakukan sesuai kebutuhan. Penilaian status gizi dilakukan dengan

membandingkan beberapa ukuran tersebut diatas misalnya Indeks Massa

Tubuh (IMT) yaitu ratio BB terhadap TB.

d. Pemeriksaan Fisik/ Klinis

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan

klinis yang berkaitan dengan gangguan gizi atau dapat menimbulkan

masalah gizi. Pemeriksaan fisik terkait gizi merupakan kombinasi dan,

tanda tanda vital dan antropometri yang dapat dikumpulkan dari

catatan medik pasien serta wawancara.

e. Riwayat Personal

Data riwayat personal meliputi 4 area yaitu riwayat obat-

obatan yang digunakan dan suplemen yang dikonsumsi, sosial budaya,

riwayat penyakit dan data umum pasien

2. Diagnosis Gizi

Pada tahap ini melakukan pengkajian hubungan antar data yang

terkumpul dan kemungkinan penyebabnya Kemudian memilah masalah gizi

yang spesifik dan menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas

menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan


103

konsep PES atau Problem Etiologi dan Signs/ Symptoms. Diagnosis gizi

dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu:

a. Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan asupan

energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik yang melalui

oral maupun parenteral dan enteral.

b. Domain klinis adalah maslah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis atau

fisik atau fungsi organ.

c. Domain perilaku/ lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan

pengetahuan, perilaku/ kepercayaan, lingkungan fisik dan akses dan

keamanan makanan.

3. Intervensi Gizi

Intervensi gizi dibuat merujuk pada diagnosis gizi yang ditegakkan.

Tetapkan tujuan dan prioritas intervensi berdasarkan masalah gizinya (Problem),

rancang strategi intervensi berdasarkan penyebab masalahnya (Etiologi) atau bila

penyebab tidak dapat diintervensi maka strategi intervensi ditujukan untuk

mengurangi Gejala/ Tanda (Sign & Symptom).

4. Implementasi Intervensi

Implementasi adalah bagian kegiatan intervensi gizi dimana dietisien

melaksanakan dan mengkomunikasikan rencana asuhan kepada pasien dan tenaga

kesehatan atau tenaga lain yang terkait. Suatu intervensi gizi harus

menggambarkan dengan jelas intervensi itu apa, dimana, kapan, dan bagaimana

dilakukan. Kegiatan ini juga termasuk pengumpulan data kembali, dimana data
104

tersebut menunjukkan respons pasien dan perlu atau tidaknya modifikasi

intervensi gizi.

5. Monitoring dan Evaluasi Gizi

Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon

pasien/ klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya. Tiga langkah

kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu:

a. Monitor perkembangan yaitu kegiatan mengamati perkembangan kondisi

pasien/ klien yang bertujuan untuk melihat hasil yang terjadi sesuai yang

diharapkan oleh klien maupun tim.

b. Mengukur hasil yaitu mengukur perkembangan/ perubahan yang terjadi

sebagai respori terhadap intervensi gizi. Parameter yang harus diukur

berdasarkan tanda dan gejala dari diagnosis gizi.

Evaluasi hasil, berdasarkan ketiga tahapan kegiatan di atas akan didapatkan

5 jenis hasil, yaitu:

a. Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat pemahaman,

perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin mempunyai pengaruh

pada asupan makanan dan zat gizi.

b. Dampak asupan makanan dan zat gizi merupakan asupan

c. makanan dan atau zat gizi dari berbagai sumber, misalnya makanan,

minuman, suplemen, dan melalui rute enteral maupun parenteral.


105

d. Dampak terhadap tanda dan gejala fisik yang terkait gizi yaitu pengukuran

yang terkait dengan antropometri, biokimia dan parameter pemeriksaan

fisik /klinis.

e. Dampak terhadap pasien/ klien terhadap intervensi gizi yang diberikan

pada kualitas hidupnya.

1 Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit Umum Madina Bukittinggi

a. Perencanaaan Menu Makanan di Rumah Sakit Umum Madina

Bukitttinggi

Perencanaan menu merupakan plaining serangkaian hidangan untuk

setiap kali makan, macam menu yang digunakan di Rumah Sakit Umum

Madina adalah menu standar. Unit gizi menyediakan menu yang terdiri dari

makanan biasa, makanan lunak atau diet dan makanan saring serta menu

makanan keluarga. Siklus menu yang digunakanan disini adalah siklus 10 hari

ditambahan 11 hari pada tanggal 31. Menu selama 10 hari tersebut berbeda

dan tersusun, penggunaannya mulai dari menu 1 sampai kemenu 10 untuk

tanggal 1 sampai tanggal 30. Menu ke 11 hari untuk tanggal 31. Sehingga

dalam satu bulan terjadi 3 kali putaran siklus menu. Untuk pasien diet khusus

rumah sakit menggunkan siklus menu 7 hari. Tujuan perencanaan agar menu

terencana dengan baik, sehingga petugas gizi dapat memvariasikan hidangan

menjadi menarik mulai dari rasa, warna, bentuk, konsistensi, bahan, dan cara

pengolahan dan juga dapat membantu dalam proses pemulihan pasien.


106

Perencanaan menu rumah sakit ini disusun sesuai langkah langkah

penyusunanan perencanaan menu standar pada PGRS. Langkah langkah

dalam perencanaan menu di unit gizi madina sesuai PGRS yaitu menetapkan

pola makan sehari, menetapkan pola menu, menetapkan siklus menu dan

menetapkan daftar bahan makanan yang akan dimasukan dalam menu serta

frekuensi pemakaian dalam satu siklus.

2. Pengadaan Bahan Makanan di Rumah Sakit Umum Madina Bukitttinggi

Kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi penetapan spesifikasi

pemesanan, pembelian, dan penerimaan bahan makanan.

a. Pemesanan Bahan Makanan di Rumah Sakit Umum Madina Bukitttinggi

Pemesanan bahan makanan adalah penyusunan permintaan bahan

makanan berdasarkaan pedoman menu dan rata-rata jumlah pasien yang

dilayani, sesuai prode pemesanan yang ditetapkan. Tujuanya agar tersedia

daftar pesanan bahan makanan sesuai menu, waktu pemesanan, standar

porsi bahan makanan dan spesifikasi yang ditetapkan. Pemesanan makanan

di Rumah Sakit Umum Madina terdiri atas bahan kering dan bahan basah

Bahan makanan kering umumnya tidak dipesan dahulu tetapi

langsung dibeli kepasar ada beberapa dipesan tetapi langsung diambil

karena tempatnya bersamaan denga tempat pembelian bahan makana

kering lainnya di pasar. Sedangkan bahan makana basah kebanyakan


107

dipesan kepada langganan lalu diantar ketempat pengolahan seperti telur,

ikan kolam, daging sapi dan daging ayam.

b. Pembelian Bahan Makanan di Rumah Sakit Umum Madina Bukitttinggi

Pembelian bahan makanan adalah kegiatan dalam penyedian

macam, jumlah dan spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan

pasien sesuai ketentuan yang berlaku. Pembelian bahan makan di Rumah

Sakit Umum Madina dibeli langsung ke pasar. Anggaran umum yang

dikeluarkan satu kali belanja sekita Rp.4.000.000 – Rp.5.000.000 dalam

satu kali belanja. Bahan makanan yang dibeli sudah direncanakan kapan

dan sampai kapan bisa digunakan, seperti apabila bahan tersebut di beli

pada hari rabu makan bahan makanan tersebut digunakan untuk produksi

makanan hari rabu sampai hari jumat dan sabtu paginya.

c. Penerimaan Bahan Makanan Bahan Makanan di Rumah Sakit Umum

Madina Bukitttinggi

Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang

meliputi memeriksa, meneliti, mencatat, merumuskan dan melaporkan

tentang macam dan jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan

spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu penerimaannya. Tujuannya

agar penerimaan bahan makanan sesuai dengan daftar pesanan, waktu

pesanan dan spesifikasi yang ditetapkan. Prosedur yang dilakukan ketika

menerima adalah bahan makanan diperiksa sesuai dengan pesanan dan


108

ketentuan kemudian ditimbang. Serah terima bahan makanan dilakukan di

ruang penerimaan bahan makanan.

a. Penyimpanan Bahan Makanan di Rumah Sakit Umum Madina Bukitttinggi

Penyimpanan bahan makanan dilakukan untuk menyelenggarakan

pengurusan bahan makanan agar setiap waktu diperlukan dapat dilayani

dengan tepat, cepat dan efisien. Bertujuan untuk mempertahankan kondisi

bahan makanan yang disimpan, mencegah kerusakan/ gangguan di

lingkungannya, agar waktu kebutuhannya sesuai untuk unit yang sakit ini

menggunakan prinsip FIFO dan FEFO. FIFO atau first in first out adalah

metode pengolahan produk untuk menjual barang yang pertama masuk

sebagai barang yang keluar pertama kali, artinya dalam pengadaan bahan

makanan bahan yang baru dibeli yang harus digunakan dahulu. Sedangkan

FEFO atau first expired first out adalah metode pengolahan barang dengan

memerlukan dan tersediamya bahan makanan dalam jumlah dan kualitas

yang cukup. Penyimpanan bahan makanan di rumah masa kadalursa paling

awal untuk dijual artinya bahan makanan yang paling cepat atau paling

awal kadaluarsa yang digunakan terlebih dahulu. Penggunaan suhu juga

berperan penting, berikut suhu penyimpanan makanan

a) Bahan makanan basah

Ketentuannya yaitu apabila tidak digunakan langsung disimpan

dalam tempat penyimpanan bahan makanan basah. Untuk susu cair, telur,

tahu dan tempe disimpan dalam kulkas dengan suhu berkisar antara 1-4°C
109

dan untuk sayuran segar berkisar antara 10 – 15°C, penyimpanan segar

fresh cooling atau dikulkas. Untuk daging, ikan atau unggas disimpan

dengan suhu antara (- 5) - 0°C suhu ini dibutuhkan untuk menyimpan

daging ikan atau unggas tidak lebih dari tiga hari penyimpanan di Chilly.

Untuk penyimpanan daging dalam waktu yang lama disimpan dalam suhu

sekitar (-10) °C, penyimpanan suhu beku / di Freezer)

b) Bahan makanan kering

Bahan makanan yang sifatnya kering seperti beras, gula, tepung-

tepungan, minyak, kecap dan bumbu dapur instan penempatan dipisah atau

dibedakan. Ketentuannya bahan makanan harus disusun beraturan atau

dikelompokan. Suhu ruangan yang dianjurkan adalah 19-20°C, yang harus

sering dikontrol untuk menjaga kestabilan.

b. Persiapan dan Pengolahan Bahan Makanan di Rumah Sakit Umum Madina

Bukitttinggi

Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam

penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses antara lain

membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, merendam, dan

sebagainya. Tujuannya agar tersedia racikan yang tepat dari berbagai macam

bahan makanan untuk berbagai hidangan dalam jumlah yang sesuai dengan

menu yang berlaku, standar porsi, dan jumlah pasien.

a) Persiapan makanan kering


110

Makanan pokok berupa nasi, nasi tim, bubur nasi dan bubur saring.

Persiapannya dilakukan dengan melihat jumlah stok yang ada atau

tersedia.

b) Persiapan lauk

Lauk hewani seperti daging, ikan dan ayam dipotong-potong

sesuai dengan standar porsi, pemotongan dilakukan secara manual

menggunakan pisau. Untuk pengolahan lauk hewani ayam, dari mulai

pemesanan sudah dalam keadaan bentuk potongan sesuai dengan standar

porsi. Untuk telur tergantung dari pengolahannya, direbus atau diceplok.

Sedangkan untuk lauk nabati seperti tempe dan tahu dipotong-potong

sesuai standar porsi dan standar resep menu harian.

c) Persiapan sayur

Tahapanya yaitu sayuran di sortasi terlebih dahulu, dikupas

kemudian dipotong-potong sesuai menu yang akan dimasak dan kemudian

sayuran dicuci dengan air mengalir, apabila akan digunakan besok sayur

tersebut dimasukan kedalam plastik dan disimpan di kulkas.

d) Persiapan buah

Untuk buah pasien apabila buahnya seperti semangka, papaya dan

buah naga akan dipotong potong dahulu lalu dikemas kedalam cup buah,

sedangkan jika buahnya seperti pisang dan jeruk langsung diberi utuh

kepada pasien.
111

e) Persiapan bumbu

Bumbu dibuat sesuai standar bumbu yang telah ditetapkan,

pembuatan bumbu dilakukan dengan cara mengiris-iris bumbu

menggunakan pisau atau menggunakan mesin penghalus bumbu seperti

blender, jika bumbunya dalam jumlah banyak dihaluskan dengan mesin

penghalus di pasar. Pembuatan bumbu dilakukan sebelum pengolahan

bahan makanan dan penyimpanannya bila digunakan untuk hari

berikutnya disimpan dalam wadah tertutup dan kemudian disimpan di

lemari es.

Pengolahan adalah Kegiatan mengubah atau memasak bahan

makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan

aman untuk dikonsumsi, atau dapat dikatakan sebagai kegiatan mengubah

atau memasak bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap

dimakan. Tujuannya agar mengurangi resiko kehilangan zat gizi bahan

makanan meningkatkan nilai cerna, meningkatkan dan mempertahankan

warna, rasa, tekstur, dan penampilan makanan dan bebas dari bahan

potensial dan zat yang berbahaya bagi tubuh.

c. Distribusi Makanan di Rumah Sakit Umum Madina Bukitttinggi

Pendistribusian makanan dilakukan dua tahap yang pertama yaitu

penyaluran makanan dari dapur pengolah ke rumah sakit yaitu dari belakang

balok ke dapur distribusi makan di rumah sakit. Pada tahap pertama ini
112

penyaluran dilakukan menggunakan mobil khusus oleh bagian distribusi,

makanan pun sudah dikemas kedalam rantang atau teromos dan dimasukan ke

dalam keranjang. Tahap kedua penyaluran makanan pasien dari dapur penyaji

ke pasien langsung rawat inap langsung. Sistem pendistribusian makanan

pada tahap dua ini menggunakan system sentralisasi, dimana makanan

dibagi dan disajikan dalam alat makan dapur distribusi makan.

6. Penyajian Makanan Pasien di Rumah Sakit Umum Madina Bukittinggi

Penyajian makanan dan minuman di ruang produksi adalah serangkaian

kegiatan membagi makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan

pasien yang dilayani. Tujuannya Pasien mendapatkan makanan sesuai dengan

kebutuhan. Ketentuan penyajian makanan yaitu:

1. Untuk VIP

Makanan pokok (nasi /nasi tim/ bubur/ bubur saring) di kemas

didalam termos ukuran kecil, sayur dan lauk pauk didalam mangkok yang

ditutup cling wrap, snack (kripik kentang/ tahu/ tempe) dan juga rantang

makan keluarga di jam makan siang.

2. Untuk Kelas II

Peyajiannya sama dengan VIP tetapi tidak diberi rantang keuarga

3. Untuk Kelas III


113

Penyajiannya dalam kotak makanan, setiap kelas mendapatkan

makanan yang sesuai dengan menu diet masiang pasien, hanya penempatan

makanan yang di bedakan

Waktu pendistribusian makanan kepada pasien

Makan pagi : pukul 07.00 WIB

Makan siang : pukul 12.00 WIB

Makan malam : pukul 17.00 – 18.00 WIB

Snack pagi : pukul 09.00 WIB

Snack sore : pukul 15.00 WIB

3. Sistem pencatata dan pelaporan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Umum

Madina

Untuk memantau dan menilai pencapaian indikator yang telah

ditetapkan, diperlukan data atau informasi yang diperoleh dari catatan dan

laporan terkait dengan aspek yang akan dinilai. Pencatatan dan pelaporan

merupakan bentuk pengawasan dan pengendalian. Pencatatan dilakukan pada

setiap langkah kegiatan sedangkan pelaporan dilakukan berkala sesuai dengan

kebutuhan Rumah Sakit biasanya kurun waktu satu bulan. Beberapa

pencatatan dan pelaporan dalam pelayanan gizi rumah sakit:

a) Pencatatan dan pelaporan pengadaan makanan

b) Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan makanan


114

c) Pencatatan dan pelaporan perlengkapan & peralatan instalasi gizi

d) Pencatatan dan pelaporan anggaran belanja bahan makanan

4. Sistem Pengawasan Mutu Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Umum

Madina Bukittinggi

Indikator pengawasan mutu penyelenggaraan gizi di Rumah Sakit

Umum Madina sebagian besar sudah sesuai dengan pedoman penyelenggaran

pelayanan gizi di rumah sakit (PGRS). Namun sebagian kecil lainnya belum

sesuai dan perlu perubahan atau pembaruan lagi.

Tabel indikator pengawan makanan Rumah Sakit Umum Madina

Berdasarkan In Indikator mutu Spesifikasi Indikator

Mekanisme Asuhan gizi pasien Sesuai PGRS, lengkap

pelayanan gizi mulai dari assesmen,

diagnosis, interverensi,

monitoring dan evaluasi

gizi.

Mutu bahan Pemesanan bahan Pemesanan bahan makan

makanan makanan basah dan kering sesuai

spesifikasi.

Pembelian makanan Sesuai spesifikasi dan

daftra belanja bahan

makanan yang sudah di


115

rencanakan.

Penerimaan bahan Diawasi oleh seorang

makan penanggung jawab, harus

sesuai dengan spesifikasi

dan sesuai jumlahnya.

Suhu Penyimpanan bahan Sesuai spesifikasi

makanan

Pengawasan proses Persiapan Sesuai spesifikasi menu

produksi yang digunakan.

Pengolahan Sesuai spesifikasi dan

menu makanan.

Distribusi Distribusi bahan makan Sesuai jam makan pasien

5. Evaluasi Penyelenggaraan Makanan di Rumah Sakit Umum Madina

Dalam membuat perencanaan menu, disusun secara tim berdasarkan

jumlah dan jenis bahan makanan yang tersedia, standar gizi makanan

yang akan diberikan dan ketersediaan bahan makanan di pasaran, selain itu

juga diperhatikan tingkatan kelasnya serta waktu pemberian makanan.

Ketika pembelian bahan makanan pun disesuaikan dengan menu hari ini dan

jumlah barang yang dibutuhkan. Kemudian dalam penerimaan bahan


116

makanan yang dilakukan oleh pihak langganan yang telah bekerjasama

dengan pihak rumah sakit melalui sebuah kerja sama harus diperhatikan

juga jumlah dan spesifikasi barang. Proses penyimpanan bahan makanan di

rumah sakit ini dapat dikatakan sudah memenuhi standar PGRS dan

pengolahan pasien makanan pasien juga sesuai kebutuhan seperti

mengetim, menumis, menggoreng, mengukus, memanggang, dan

merebusan serta pendistrbusian makanan kepada pasien pun dilakukan tepat

waktu.

6. Masalah dan Upaya Penyelesaian Pelayanan Gizi di Rumah Sakit Umum

Madina

1. Saat melakukan snack pasien seperti pemotongan buah yang telah di

potong selanjutkan di kotakan dengan menggunakan klep, sebaik nya

tidak boleh menggunakan klep gunakan cup makanan atau tutup

dengan plastic tutup makanan.

2. Di saat pemasakan bahan makanan tidak menggunakan APD yang

lengkap, seperti tidak menggunakan sarung tangan, tidak menggunakan

masker, penutup kepala, hanya menggunakan celemek. Seharusnya

menggunakan APD yang lengkap.


117

3. Bagian Logitik Farmasi


1. Prosedur kerja yang dipraktekkan:

a. Penerimaan

Obat dingin (bersuhu 2-8oC) di antar menggunakan cold bag

oleh distributor obat, yang diisi dengan obat dan ice pack. Saat obat

sampai, cold bag harus terlebih dahulu dibuka, lalu dilakukan

pengecekan form serah terima barang. Jika sudah sama, petugas

penerima menandatangani form serah terima barang. Dan obat

langsung disimpan di lemari pendingin yang bersuhu 2-8 oC.

Pada proses penerimaan obat dan alkes kegiatan yang dilakukan,

yaitu saat barang sampai dilakukan pengecekkan faktur yang

disesuaikan dengan barang. Adapun pengecekkan yang dilakukan,

yaitu pencocokan nama barang di faktur dengan nama barang yang

datang. Jika sudah sama, selanjutnya mengecek nomor batch yang ada

di faktur dengan nomor batch yang tertera pada barang. Kemudian


118

dilakukan penghitungan jumlah barang yang datang dan mencocokan

dengan jumlah barang yang tertera pada faktur jika jumlah barang

yang datang tidak sesuai dengan yang tertera pada faktur, maka faktur

belum ditanda tangani hingga jumlah barang telah sesuai dengan yang

ada di faktur. Selanjutnya dilakukan pengecekan tanggal kadaluarsa

(expired date) barang dan disesuaikan dengan yang tertera di faktur.

Jika barang yang datang telah sesuai dengan faktur, maka faktur bisa

ditanda tangani dan di beri stempel. Apabila saat penerimaan barang

terjadi ketidak cocokan atau pembelian dibatalkan bisa di kembalikan

lagi kepada distributor apabila faktur belum di tanda tangani.

b. Penyimpanan

1) Penyimpanan Obat

a) Penyimpanan obat secara umum

Penyimpanan adalah proses jeda sementara antara penerimaan

dan distribusi berikutnya, dimana penyimpanan sebenarnya adalah

pengaman kebutuhan distribusi, dalam proses penyimpanan harus

dipastikan dulu keberadaan tempat penyimpanan, setelah ada tempat

penyimpanan barulah kemudian tempat itu dibuat memenuhi syarat

yang ada sehingga tempat itu dapat menjamin kualitas, mutu dan

keamanan obat sesuai dengan syarat farmasi maupun masing-masing

perbekalan farmasi. Setelah obat diterima maka obat disimpan sesuai

dengan jenis obat. Adapun alur dari penyimpanan obat yaitu :


119

Pada proses penyimpanan obat-obatan harus dipastikan bahwa

semua obat-obatan memenuhi prosedur penerimaan. Obat-obatan

disimpan dan ditempatkan berdasarkan kelompok obat. Penyimpanan

obat berrdasarkan sistem alfabetis yaitu disusun berdasarkan urutan

abjad dan berdasarkan sistem FEFO dan FIFO. Dan juga obat

disimpan berdasarkan bentuk sediaannya. Untuk obat-obat yang

membutuhkan suhu dingin disimpan dilemari pendingin dengan suhu

2-8oC. Ruangan penyimpanan obat memilki suhu ruangan antara 15-

25oC.

b) Penyimpanan obat Psikotropika

Obat psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun

sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh

selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas

pada aktifitas mental dan perilaku. Pada penyimpanan obat

psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang dikunci. Kunci

lemari dipegang oleh petugas yang ditunjuk dan juga pengambilan

obat psikotropika hanya boleh dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.


120

Pada lemari obat psikitropika juga terdapat bagian khusus untuk

penyimpanan khusus obat psikotropika high alert yang diberi tanda

garis merah dan simbol high alert.

Pada proses penyimpanan obat psikotropika pertama kepala

gudang farmasi memeriksa jumlah obat psikotropika yang diterima,

setelah itu obat ditempatkan dilemari khusus untuk obat psikotropika,

kemudian dilakukan pencatatan obat yang masuk pada kartu stok,

setelah obat dimasukkan lemari harus ditutup dan dikunci, Obat-obat

psikotropik yang masuk dilakukan pengentrian faktur penerimaan ke

aplikasi SIMRS jika ada permintaan obat psikotropika maka

pengambilan dan pengeluaran obat psikotropika hanya boleh

dilakukan oleh petugas yang ditunjuk.

c) Penyimpanan Obat Narkotika

Obat narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman

atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat

menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa,

mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat


121

menimbulkan ketergantungan. Pada penyimpanan obat narkotika

disimpan dilemari khusus untuk obat narkotika yang memiliki 2 pintu

dan 2 kunci. Kunci lemari obat narkotika harus dipegang oleh petugas

yang ditunjuk.

Pada proses penyimpanan obat narkotika obat yang diterima

diperiksa jumlah terlebih dahulu, setelah dilakukan pemeriksaan obat

disimpan dilemari khusus obat narkotika. Kemudian petugas mencatat

pemasukan obat narkotika di kartu stok. Setelah obat dimasukkan

kedalam lemari kemudian ditutup dan dikunci dengan kunci yang telah

diatur, lemari narkotika memiliki 2 pintu dengan 2 kunci.

d) Obat LASA (Look Alike Sound Alike)

Merupakan obat yang memiliki kemasan yang terlihat mirip

atau obat yang memiliki nama yang terdengar mirip dan nama yang

sama dengan dosis yang berbeda. Salah satu contoh obat LASA yaitu

Captopril tablet 25 mg dengan Captopril tablet 12,5 mg maka obat

diberi label LASA dan penyimpanan pada rak obat tidak boleh
122

berdampingan dan harus diselingi oleh 2 item obat lainnya. Adapun

alur penyimpanan obat LASA yaitu :

Pada proses penyimpanan obat LASA sebelum disimpan

dipastikan bahwa semua obat telah memenuhi prosedur penerimaan

perbekalan farmasi. Setelah itu obat LASA disimpan di rak

penyimpanan obat. Obat LASA tidak boleh ditempatkan secara

berdampingan pada rak penyimpanan tetapi harus diselingi oleh 2 item

obat lainnya. Petugas memastikan bahwa semua obat LASA telah

disimpan dengan benar. Setelah itu petugas mencek ulang penempatan

seluruh obat LASA.

e) Penyimpanan Obat High alert

Obat high alert adalah obat yang harus diwaspadai karna

sering menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan serius dan obat

beresiko tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak diinginkan.

Contoh obat high alert yaitu glimepiride, ketamine-hameln, halothane

liquid dan lain-lain. Penyimpanan obat high alert harus ditempatkan di

rak penyimpanan khusus obat high alert yang diberi label high alert
123

dan diberi garis berwarna merah. Berikut alur dari penyimpan obat

high alert :

Adapun tata susunan obat high alert sama seperti obat lain

dengan menggunakan urutan alphabet dan sistem FEFO. Obat-obat

high alert yang disimpan pada suhu dingin(2-8oC), ditempatkan diarea

penyimpanan khusus obat high alert dilemari pendingin.

2) Penyimpanan Alat Kesehatan

Penyimpanan adalah proses jeda sementara antara penerimaan

dan distribusi berikutnya, dimana penyimpanan sebenarnya adalah

pengaman kebutuhan distribusi, dalam proses penyimpanan harus

dipastikan dulu keberadaan tempat penyimpanan, setelah ada tempat

penyimpanan barulah kemudian tempat itu dibuat sedemikian rupa

sehingga tempat itu dapat menjamin kualitas, mutu dan keamanan alat

kesehatan sesuai dengan syarat farmasi maupun masing-masing

perbekalan farmasi
124

Pada proses penyimpanan alat kesehatan, harus dipastikan

bahwa semua alat kesehatan telah memenuhi prosedur penerimaan.

Ketika barang datang terlebih dahulu di periksa faktur pembeliaannya,

dengan mencocokkan nama barang yang datang, nomor batch,

menghitung jumlah barang dan melihat tanggal kadaluarsa. Setelah itu

faktur disimpan berdasarkan tanggal faktur. Kemudian barang

disimpan dan disusun berdasarkan kelompok barang. Barang yang

datang kemudian dicatat pada kartu stok dan dientri ke dalam aplikasi

SIMRS.

c. Distribusi

Distribusi adalah proses penyaluran perbekalan farmasi dari

tempat penyimpanan ke pasien atau melalui penyimpanan di unit

terlebih dahulu. Merupakan penyaluran perbekalan farmasi dari

gudang farmasi ke apotik farmasi dan unit / departemen-departemen

obat yang ada dirumah sakit. Adapun depo-depo yang ada di RS

Madina yaitu depo farmasi rawat jalan, depo IGD dan depo rawat inap.

Adapun alur dari pendistribusian obat yaitu :


125

Pada proses pendistribusian obat dan alat kesehatan, pertama

masing-masing depo mengajukan permintaan dengan menggunakan

aplikasi SIMRS. Lalu petugas gudang melakukan verifikasi terhadap

terhadap permintaan dengan memperhatikan jumlah stok barang yang

ada, setelah di verifikasi kepala gudang mencetak bukti distribusi

permintaan sebanyak 2 lembar. Kemudian menyiapkan sediaan

farmasi sesuai dengan permintaan, setelah barang disiapkan,

selanjutnya bukti distibusi ditanda tangani (2 rangkap) oleh kepala

gudang. Selanjutnya petugas pengantar mendistribusikan barang ke

depo yang mengajukan permintaan lalu menandatangani bukti

distribusi sebanyak 2 rangkap. Ketika barang sampai di depo

dilakukan pengecekkan barang yang diminta sesuai dengan bukti

distribusi, apabila barang yang diterima sudah sama dan lengkap,

maka petugas yang melakukan permintaan menandatangani bukti


126

distribusi sebanyak 2 rangkap, satu rangkap disimpan oleh petugas

farmasi depo dan satu rangkap lagi disimpan oleh kepala gudang.

2. Fungsi-Fungsi Logistik Farmasi

a. Fungsi Perencanaan

Perencanaan dan kebutuhan obat merupakan proses pemilihan untuk

merumuskan sasaran dan langkah yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Tujuan perencanaan kebutuhan obat adalah

untuk mendapatkan jenis dan jumlah yang tepaat sesuai dengan kebutuhan,

menghindari terjadinya kekosongan obat, meningkatkan penggunaan obat

secara rasional dan meningkatkan efesiensi penggunaan obat (Badaruddin,

2015).

b. Fungsi Penganggaran

Penganggaran (budgeting) adalah semua jenis kegiatan dan usaha

untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala

standar tertentu, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya, dengan

memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku baginya

(Palupiningtyas, 2014).

c. Fungsi Pengadaan

Fungsi pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan

dimulai dari pemilihan , penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian

antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan


127

pemasok, penentuan spesifik kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan

pembayaran.

d. Fungsi Penyimpanan

Menurut Kemenkes RI (2010), tujuan penyimpanan adalah

memelihara mutu dari sediaan farmasi, menghindari penggunaan yang tidak

bertanggung jawab, menjaga ketersediaan dan memudahkan pencarian dan

pengawasan.

e. Fungsi Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan merupakan usaha atau proses kegiatan untuk

mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris

(Aditama, 2007).

f. Fungsi Pendistribusian

Menurut Subagya (1995), Pendistribusian atau penyaluran adalah

kegiatan menyalurkan barang sesuai permintaan, tepat waktu, tepat jumlah

dan sesuai dengan spesifikasi. Distribusi adalah suatu kegiatan

mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan

individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta

untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian adalah agar


128

tersedianya perbekalan farmasi di unt-unit pelayanan kesehatan secara tepat

waktu, tepat jenis dan jumlah (Depkes, 2008).

g. Fungsi Penghapusan

Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan

farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, mutu tidak memenuhi

estándar dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi

kepada pihak terkai sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan

penghapusan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak

memenuhi syarat dikelola sesuai dengan estándar yang berlaku. Adanya

penghapusan akan mengurangi resiko terjadi pengguanaan obat yang sub

standar.

h. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan

persediaan bahan-bahan agar dapat menjamin kelancaran proses produksi

atau persediaan obat di apotek dan farmasi rumah sakit agar menjamin

kelancaran pelayanan pasiennya secara efektif dan efesien. (Seti, 2004).

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan

tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program

yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan obat di unit-unit pelayanan. Pengendalian


129

persediaan bertujuan menciptakan keseimbangan antara persediaan dan

permintaan.

Kendala Kerja dan Upaya Pemecahan yang dilakukan

1. Kendala yang dihadapi selama kerja yaitu:

 Ruangan yang sempit sehingga barang tidak muat di dalam gudang

farmasi sehingga ada barang-barang yang berada di luar gudang

 Kurangnya rak obat-obatan serta adanya beberapa rak yang sudah rusak

sehingga membuat penyusunan obat tidak rapi.

 Belum adanya APAR (Alat Pemadam Api Ringan) di gudang farmasi.

2. Upaya pemecahan yang dilakukan:

 Sebaiknya pihak rumah sakit dapat mengupayakan ruangan gudang yang

lebih luas agar semua obat dan alat kesehatan dapat tersimpan di gudang.

 Sebaiknya pihak rumah sakit menambah rak obat-obatan agar obat yang

datang dapat disusun semuanya pada rak yang telah disediakan.

 Sebaiknya pihak rumah sakit menyediakan APAR di gudang farmasi

karena barang-barang yang ada di gudang termasuk barang yang mudah

terbakar.
130

4. Logistik Umum

Prosedur Kerja Praktek

PROSES OUTPUT
INPUT

-PERENCANAAN
-PENGANGGARAN PEMENUHAN
-SDM -PENGADAAN KEBUTUHAN
-PENYIMPANAN
-PROSEDUR BARANG
-PENDISTRIBUSIAN
-PENCATATAN -PEMELIHARAAN LOGISTIK
-PENGHAPUSAN UMUM

1. Input

a. SDM ( Sumber Daya Manusia)

Berdasarkan observasi ditemukan bahwa sumber daya manusia

di unit logistik umum atau gudang rumah tangga yang berada di Rumah

Sakit Umum Madina Bukittinggi berjumlah satu orang yaitu kepala

bagian logistic umum atau penanggung jawab gudang rumah tangga.


131

b. Prosedur

Berdasarkan observasi penulis menemukan bahwa prosedur yang

ada di unit logistik umum sudah berjalan dengan baik, implementasi dari

prosedur tersebut sudah dilaksanakan dengan baik oleh karyawan

logistik ,prosedur yang ada sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari

masing-masing karyawan logistik. Namun untuk saat ini belum ada

prosedur secara tertulis yang ada hanya di uraian tugas mengenai

pelaporan dan evaluasi dan sudah dijalankan dengan baik sesuai dengan

uraian tugas masing-masing. Serta melalui penyampaian langsung dari

kepala bagian logistik umum

Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan

kepala bagian logistik umum kutipan wawancara sebagai berikut:

"Selama ini yang uni jalani sih belum ada prosedur atau sop secara

tertulis nya Yang ada hanya ada di uraian tugas mengenai pelaporan dan

evaluasi dan itu sudah dijalankan dengan baik sesuai dengan uraian

tugas yang uni jalani sekarang, permasalahannya ya paling itu ,nggak

ada prosedur tertulisnya, nggak ada di sop ,namun ada di uraian tugas

uni ".

Berdasarkan hasil wawancara terkait permasalahan dan upaya

mengantisipasi nya didapatkan hasil bahwa dalam mengatasi

permasalahan yang ada unit logistik melakukan upaya dengan

mengingatkan unit lain akan tanggung jawab mereka yang berhubungan


132

dengan kegiatan unit logistik Selain itu koordinasi unit logistik dengan

unit lain.

c. Pencatatan

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis mengenai

pencatatan kegiatan logistik didapatkan hasil bahwa terdapat pencatatan

yang dilakukan antara lain pencatatan barang masuk pencatatan barang

keluar atau pencatatan setelah dilakukan amprah. Pencatatan yang

dilakukan sudah cukup efektif Hal ini terlihat dari pencatatan yang

dilakukan langsung setelah melakukan kegiatan namun terdapat juga

permasalahan terkait pencatatan yang dilakukan.

Adapun permasalahan tersebut yaitu seperti dalam pencatatan

amprah pengeluaran barang per unit pada pencatatan amprah pengeluaran

barang per unit terkadang unit lain lupa mencatat jenis barang secara detail

seperti pencatatan barang alat tulis kantor yaitu pena yang lupa mencatat

warna dari pena tersebut dan barang lainnya seperti yang biasa sering

yaitu dalam pencatatan tisu yang sering tidak lengkap pencatatannya

upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan terkait pencatatan

adalah upaya dari kepala unit untuk mengingatkan kepada staf supaya

memperlihatkan nama barang serta petugas logistik untuk mengingatkan

kepada unit lain agar pencatatan dilakukan secara benar.

d. Pelaporan
133

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, ditemui adanya

laporan barang masuk dan laporan barang keluar. Prosedur dari

pelaporan yang ada di unit logistik berjalan dengan baik dan dibuat secara

berkala. Dengan adanya pelaporan tersebut unit logistik dapat melakukan

kontrol pemakaian barang umum logistik dan unit-unit pengguna Selain itu

pelaporan dapat digunakan untuk membuat perencanaan pembelian

barang bulan berikutnya.

2. Proses

a. Perencanaan kebutuhan barang

Dalam merencanakan pembelian barang terdapat beberapa tahap

yang harus dilakukan, pertama setiap unit harus mengajukan surat

permohonan pengadaan barang. Setelah itu PJ rumah tangga membuat surat

permohonan pembelian barang yang nantinya akan diserahkan ke bagian

keuangan. diserahkan ke kepala umum dan keuangan untuk mendapatkan

persetujuan, setelah mendapatkan persetujuan PJ rumah tangga

menindaklanjutinya dengan melakukan pengadaan atau pembelian.

Sebelum melakukan pemesanan logistik umum, petugas logistik membuat

perencanaan dan menentukan kebutuhan logistik umum, perencanaan ini

dimaksud untuk menentukan jenis logistik umum yang dibutuhkan dan

akan dipesan, berapa jumlah pemesanan, kemana akan dipesan, harga dan

potongan harga yang diberikan.


134

Dalam hal ini keahlian dan ketelitian sangat dibutuhkan untuk

mencegah terjadinya kesalahan dalam perencanaan baik berkaitan dengan

jenis, jumlah dan harga. Untuk merencanakan dan menentukan kebutuhan

logistik umum dapat dilihat dari tingkat kebutuhan masing-masing bagian

yang ditentukan dengan banyaknya kunjungan pengguna jasa layanan di

rumah sakit.Semakin besar jumlah pengguna jasa layanan kesehatan maka

semakin besar kebutuhan logistik umum yang diperlukan. Disamping itu

dalam menentukan perencanaan dan tingkat kebutuhan logistik umum,

petugas logistik juga melihat jumlah stock akhir dari masing-masing jenis

logistik umum di gudang. Jika stock logistik umum sudah mencapai batas

minimal, maka petugas sudah mulai merencanakan untuk melakukan

pengadaan dengan jumlah order untuk tiap jenis logistik non medis yang

telah ditetapkan sebelumnya. Penetapan perencanaan pengadaan dan order

dimaksud agar stock yang tersedia juga tidak terlalu banyak sehingga dapat

meningkatkan efisiensi.

Dalam membuat perencaan pengadaan, petugas mencatat nama-

nama logistik umum yang sudah mencapai batas minimal yang dibutuhkan

oleh masing-masing unit kelembar permohonan pengadaan barang logistik

umum sesuai jumlah batasan order yang telah ditetapkan, kemudian

diajukan kepada direktur melalui bagian gudang rumah tangga. Setelah

disetujui barulah dibuatkan SOP (Surat Order Pembelian)untuk melakukan

pembelian logistik umum


135

b. Penganggaran

Penganggaran dilakukan dengan mencari persentase dari anggaran

nominal yang disediakan oleh unit dan mengacu pada anggaran tahun

sebelumnya serta melihat jumlah pasien yang ada. Berdasarkan observasi

didapatkan hasil bahwa, dalam perencanaan anggaran kebutuhan barang

umum logistic, unit keuangan ikut berperan dalam menentukan nominal

anggaran logistik selanjutnya kepala unit logistik membuat perencanaan

anggaran dengan melakukan perhitungan kebutuhan masing-masing unit

dan membaginya ke dalam beberapa kebutuhan barang seperti anggaran

barang ATK anggaran barang cetakan dan lain-lain.

Penganggaran logistik dapat disimpulkan bahwa fungsi

penganggaran logistik dipengaruhi oleh nominal anggaran yang

disediakan oleh keuangan yang disesuaikan dengan pendapatan Rumah

Sakit. Penganggaran dilakukan oleh Kepala unit logistik dalam mengacu

pada nominal yang telah disediakan tersebut proses penganggaran di

Rumah Sakit Umum Madina sendiri sudah berjalan dengan baik dan

dilakukan dengan seefisien mungkin.

c. Pengadaan

Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa permasalahan-

permasalahan yang terjadi dalam proses pengadaan barang umum logistik

antara lain, barang yang dipesan tidak ada di supplier dan terlambatnya

pengiriman barang yang dilakukan oleh supplier.


136

Berikut kutipan wawancaranya

“untuk kebutuhan barang rutin seperti ATK nggak ada si masalah tetapi

untuk kebutuhan barang yang susah untuk dicari seperti alat medis kita

harus menyiapkan jauh-jauh hari di karenakan terkadang barang tidak

ada dari supplier nya dan terkadang pengirimannya terlambat “..(ibuk

yosnimar).

Pengendalian yang dilakukan dalam proses pengadaan adalah

koordinasi dengan unit pengguna dalam pengajuan permohonan barang

agar pengadaan barang tidak dilakukan dengan terburu-buru . Sehingga

unit logistik dapat melakukan persiapan ,apabila terjadi hal yang tidak

diinginkan.

d. Penyimpanan

Berdasarkan observasi didapatkan hasil bahwa dalam proses

penyimpanan telah dilakukan upaya pencatatan barang yang keluar dan

barang masuk ke gudang . Selain itu gudang logistik selalu dalam

keadaan terkunci apabila tidak ada aktivitas logistik.. Saat ini gudang

logistik tidak terdapat ketentuan tertulis dilarang masuk kecuali petugas,

namun dengan adanya kunci yang hanya dipegang oleh unit logistik

menandakan bahwa terdapat ketentuan dilarang masuk kecuali petugas.

Sedangkan untuk kondisi gudang sendiri saat ini sudah cukup rapi tetapi

dalam proses penyimpanan tidak terdapat prosedur tertulis yang


137

menjelaskan alur atau langkah-langkah dalam penyimpanan barang

umum logistic, namun kepala bagian logistik umum selalu

menyampaikan prosedur tersebut kepada unit setiap adanya kegiatan di

logistik umum.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

penyimpanan logistik sudah cukup baik namun masih perlu diperhatikan

karena belum adanya prosedur kerja mengenai penyimpanan dan juga

masih terdapatnya beberapa masalah seperti penumpukan barang.

e. Pendistribusian

Kegiataan pendistribusian barang ke masing-masing ruangan

sesuai permintaan yang telah disiapkan sebelumnnya harus dilakukan

dengan teliti, agar tidak terjadi kesalahan pada saat pemberian,

pendistribusiain ini dilakukan dengan cara masing-masing unit

menjemput sendiri permintaan ke bagian gudang rumah tangga .

Adapun prosedur barang keluar yaitu:

Keterangan :
138

a. Barang diamprah oleh petugas ruangan dengan mengisi buku

amprahan barang , dan disetujui oleh penanggung jawab gudang

rumah tangga.

b. Setelah barang diamprah, barang di keluarkan oleh petugas

penyimpanan barang.

c. Barang yang telah di keluarkan oleh penyimpan barang, baru bisa di

bawa ke ruangan masing-masing.

Berdasarkan observasi didapat bahwa proses pendistribusian

barang umum sudah dijalankan oleh unit logistik di mana proses tersebut

sudah dijalankan sesuai dengan prosedur. Selain itu proses pendistribusian

yang dilakukan oleh unit logistik sudah sesuai dengan permintaan

kebutuhan barang unik pengguna.

f. Pemeliharaan

Berdasarkan observasi ditemukan bahwa pemeliharaan barang

yang dilakukan oleh unit logistik adalah dengan menjaga kerapian data

stok barang di gudang penyusunan. Hal ini dilakukan agar gudang

terlihat rapi dan juga memudahkan pegawai logistik ketika memasukkan

atau mengeluarkan barang dari gudang.

g. Penghapusan

Berdasarkan observasi mengenai penghapusan barang umum

logistic, didapatkan hasil bahwa proses penghapusan barang jarang sekali


139

dilakukan baik untuk kategori barang umum maupun kategori elektronik

dan alat medis, dalam penghapusan barang sudah ada pengawasan dari

pimpinan atau direktur namun pimpinan tidak terlibat langsung dalam

penghapusan barang. peran pimpinan dalam penghapusan barang yaitu

dengan penghapusan barang yang hanya boleh dilakukan jika ada izin

dari direktur, di dalam proses penghapusan unit logistik membentuk tim

pemusnahan barang pembuatan berita acara penghapusan barang.

Jika sudah dilakukan unt logistik akan melakukan proses

penghapusan pemusnahan barang ,penghapusan barang dilakukan oleh

unit logistik dan tim penghapusan barang apabila barang yang akan

dimusnahkan adalah barang yang tidak memiliki nilai jual Sedangkan

untuk barang yang masih memiliki nilai jual penghapusan dilakukan oleh

logistik Pusat. penumpukan barang tidak layak pakai masih terjadi di

gudang logistik akibat jarang dan tidak dilakukannya proses penghapusan

barang.

E.Kendala Kerja Dan Upaya Pemecahan

1. Kendala

a. Kendala pada pencatatan, di mana terjadi kesalahan dalam pencatatan

data dalam buku amprahan .


140

b. Kendala dalam proses pengadaan Dimana terjadinya keterlambatan

pengiriman barang oleh supplier sehingga mengganggu proses pengadaan

barang.

c. Kendala dalam proses pendistribusian hal ini terjadi karena kurang

koordinasi dan kerjasama dengan unit pengguna yang membuat unit

pengguna kurang mematuhi jadwal pengamprahan barang.

d. Kendala pada proses penghapusan dimana penghapusan jarang dilakukan.

2. Upaya pemecahan

a. Permasalahan pada pencatatan ditangani dengan memperbaiki atau

membuat prosedur pencatatan yang baik terhadap pengamprahan barang

sehingga mengurangi kesalahan dalam pencatatan pengamprahan barang

b. Permasalahan yang terjadi pada pengadaan ditangani dengan

memperbaiki input yaitu prosedur dimana dapat dilakukan pembuatan

prosedur mengenai pengadaan barang yang berupa surat perjanjian

kerjasama dengan supplier agar barang sampai dengan tepat waktu.

c. Permasalahan yang terjadi pada pendistribusian dengan memperbaiki

koordinasi dengan unit pengguna yaitu pembuatan prosedur juga dapat

dilakukan untuk menangani permasalahan tersebut.

Untuk penghapusan ditangani dalam pemeriksaan intern di mana pengecekan dan

pengambilan keputusan mengenai penghapusan barang dapat segera dilakukan. Selain


141

itu pembentukan tim penghapusan barang dapat dikoordinasikan dengan mengadakan

rapat.
142

5.Bagian Manajemen Limbah


1. Tata laksana pelayanan

a. Penyehatan bangunan dan ruangan

1. Aspek lingkungan dan bangunan rumah sakit yang secara langsung

terkait kepuasan pasien digambarkan sebagai berikut :

a. Pemeliharaan Ruang Bangunan

b. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore.

c. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah

merapikan tempat ridur pasien, jam makan, jam kunjungan

dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu–waktu merapikan

tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter,

kunjungan keluarga, dan sewaktu–waktu bilamana diperlukan.

d. Cara–cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus

dihindari, dan harus menggunakan pel yang memenuhi syarat dan

bahan antiseptik yang tepat.

e. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel

tersendiri.

f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua)

kali setahun dan di cat ulang apabila sudah kotor atau wama cat

memudar.

g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat pada dinding harus

segera dibersihkan dengan mengguakan antiseptik.


143

2. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit

a. Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.

b. Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat tidur/hari.

c. Distribusi air minum dan air bersih di setiap ruangan/kamar harus

menggunakan jaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan

positif.

d. Fasilitas toilet dan kamar mandi harus tersedia dan selalu terpelihara,

serta dalam keadaan bersih.

e. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet dan tempat cuci tangan

tersendiri, khususnya unit rawat inap dan kamar karyawan harus

tersedia kamar mandi.

f. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit

rawat inap dan karyawan, serta toilet karyawan dan pengunjung.

b. Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan minuman

Sanitasi makanan dan minuman penting di rumah sakit, karena rumah

sakit harus mencegah adanya penularan penyakit lewat makanan secara

nyata. Pelayanan gizi rumah sakit hendaknya menyediakan makanan dan

minuman yang tidak menimbulkan bahaya serta pengolahan makanan dan

minuman harus berjalan tanpa menimbulkan infeksi nosokomial.

c. Penyehatan air, pengelolaan limbah dan tempat pencucian linen, dekontaminasi

penyehatan air, pengelolaan limbah dan tempat pencucian linen, serta desinfeksi

dan sterilisasi terkait secara langsung dengan pengendalian infeksi nosokomial


144

yang merupakan aspek penting dan keselamatan pasien. Sanitasi air, limbah,

maupun linen yang buruk akan berakibat buruk pada rentetan kegiatan lainnya.

1. Sanitasi Air

a. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih minimal 1

tahun sekali.

b. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2

kali setahun. Pemeriksaan mikrobiologi minimal 1 bulan sekali.

c. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri oleh

pihak rumah sakit dan diperiksakan pada laboratorium yang

berwenang, atau dilaksanakan oleh pihak ketiga yang

direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan.

d. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan

kualitas air untuk pengukuran sisa klor, pH, dan kekeruhan air minum

dan atau air bersih pada titik yang dicurigai rawan pencemaran.

e. Petugas sanitasi melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan

pemeriksaan laboratorium, apabila terdapat parameter yang

menyimpang maka harus dilakukan pengolahan, apabila tingkat

resiko pencemaran amat tinggi maka harus dilakukan perbaikan

sarana.

2. Sanitasi Limbah

a. Limbah medis padat

1) Melaksanakan minimalisasi limbah medis padat dengan :


145

a) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah

sebelum membelinya

b) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia, termasuk

dalam pembersihan

c) Mencegah bahan – bahan yang dapat menjadi limbah

d) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan

e) Memesan bahan – bahan sesuai kebutuhan

f) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku

sampai menjadi LB3

g) Menggunakan bahan – bahan yang diproduksi lebih awal

untuk menghindari kadaluwarsa dan mengecek tanggal

kadaluwarsa saat diantar oleh distributor.

2) Melakukan pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali, daur

ulang :

a) Pemilahan jenis limbah medis dimulai dari sumber

b) Pewadahan limbah medis terbuat dari bahan semisal

fiberglass, untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung

pada safety box

c) Kantong plastik yang kontak langsung dengan limbah

infeksius dan sitotoksik tidak boleh digunakan lagi,

sedangkan tempat sampah yang tidak langsung kontak harus


146

segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila

dipergunakan kembali.

d) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus

pencemaran Spongiform encephalopathies

3) Membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam menggunakan

insenerator sendiri maupun kerja sama dengan rumah sakit lain

atau pihak lain.

4) Mengangkut limbah medis yang sudah terkemas dalam kantong

yang aman dan harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan

tertutup, petugas yang menangani limbah harus menggunakan

APD.

5) Melakukan pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir

limbah medis padat :

a) Limbah infeksius dan benda tajam: harus diolah dengan

insenerator, residunya dapat dibuang ke tempat pembuangan

B3 atau dibuang ke landfill jika sudah aman. Dalam Hal ini

RS menggunakan pihak ke-3 untuk memusnahkan.

b) Limbah farmasi : dalam jumlah besar harus dikembalikan

kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit

supaya dimusnahkan melalui insenerator pada suhu >1000°C.

Dalam Hal ini RS menggunakan pihak ke-3 untuk

memusnahkan.
147

c) Limbah sitotoksik sangat berbahaya: pembuangan yang

dianjurkan adalah dikembalikan ke distributornya atau

insenerator pada suhu tinggi sekitar 1200°C yang dilengkapi

dengan penyaring debu dan peralatan pembersih gas. Dalam

Hal ini RS menggunakan pihak ke-3 untuk memusnahkan.

d) Limbah bahan kimiawi: pembuangannya lebih ditentukan

kepada sifat bahaya yang dikandung limbah tersebut, limbah

tertentu bisa diinsenerasi dikembalikan ke distributornya, atau

dikirim ke Negara lain yang mempunyai peralatan. Dalam Hal

ini RS menggunakan pihak ke-3 untuk memusnahkan.

e) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi : limbah

yang mengandung Hg atau Cd tidak boleh diinsenerasi

melainkan dibuang ke tempat penyimpanan yang aman

sebagai pembuangan akhir untuk limbah industri yang

berbahaya, bila hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang

dengan limbah biasa.

f) Limbah radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis

PP nomor 27 tahun 2002 dan kemudian diserahkan ke

BATAN untuk penanganan lebih lanjut. Dalam Hal ini RS

menggunakan pihak ke-3 untuk memusnahkan.

b. Limbah padat non medis/ domestik

1) Pemilahan limbah nonmedis antara limbah medis dan non medis


148

dimulai dari sumber.

2) Tempat pewadahan terbuat dari bahan semisal fiberglass,

mempunyai tutup yang mudah dibuka-tutup tanpa mengotori

tangan, harus diangkut apabila bagian kantong sudah terisi oleh

limbah.

3) Pengangkutan dari setiap ruangan ke TPS menggunakan troli

tertutup.

4) TPS limbah tidak merupakan sumber bau dan lalat bagi

lingkungan sekitarnya dan dilengkapi saluran untuk cairan lindi,

TPS selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi, TPS

dikosongkan dan dibersihkan sekurangnya-kurangnya 3 x dalam

seminggu.

5) Limbah non medis/domestik dibuang ke TPA yang dikelola

oleh Pemda.

c. Limbah cair

1) Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran

tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta

terpisah dengan saluran air hujan.

2) Rumah sakit harus memiliki IPAL sendiri atau bersama-sama

secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi

persyaratan teknis.

3) Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengukur debit
149

harian limbah yang dihasilkan.

4) Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair effluent dilakukan

setiap bulan sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Limbah gas

1) Monitoring limbah gas berupa NO2, logam berat, dan dioksin

dilakukan 6 bulan sekali

2) Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak

memproduksi gas oksigen dan dapat menyerap debu.

3. Sanitasi Linen

a. Perencanaan, Permintaan , dan Pengadaan Linen RS :

1) Perencanaan dan Permintaan :

Perencanaan kebutuhan linen dibuat oleh masing-masing unit

pelayanan berdasarkan ratio kebutuhan unit dibandingkan dengan

persediaan linen yang masih layak pakai yang ada di unitnya

masing-masing. Perencanaan ini diajukan oleh kepala ruang

dalam Rencana Anggaran Tahunan, atau dapat diajukan sewaktu-

waktu dalam keadaan mendesak, sesuai prosedur yang telah

ditetapkan. Setiap unit pelayanan wajib menyerahkan laporan

inventaris linen dan melampirkannya dalam perencanaan

kebutuhan linen yang diajukan untuk tahun berikutnya.

2) Pengadaan linen baru / pengganti :


150

Pengadaan linen dilakukan berdasarkan pengajuan perencanaan

dari tiap-tiap unit yang telah mendapat persetujuan.

b. Pengelolaan Linen Kotor

1) Pengelolaan linen kotor di rumah sakit dimulai dari unit

perawatan, yaitu sejak proses pengumpulan linen kotor,

pemisahan linen kotor berdasarkan infeksius tidaknya, proses

dekontaminasi / spooling, dilanjutkan proses pencucian di bagian

pencucian, sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

2) Petugas yang bertanggungjawab dalam proses ini adalah petugas

laundry.

3) Penggunaan APD yang sesuai harus dipenuhi dalam hal mengelola

linen kotor. Wadah untuk membawa linen kotor non infeksius,

linen kotor infeksius, maupun linen bersih harus terpisah dan

merupakan wadah yang tertutup.

c. Distribusi Dan Penyimpanan Linen Bersih

Distribusi linen kotor / linen bersih dari ruang perawatan ke pencucian

atau sebaliknya dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan,

dengan menggunakan buku register / ekspedisi.

d. Penyediaan Linen Siap Pakai

1) Linen siap pakai disimpan di tiap unit pelayanan, dengan tetap

memperhatikan standar penyimpanan, yaitu :


151

2) Lemari penyimpan selalu bersih, kering, tidak lembab, dan

tertutup rapat

3) Lemari penyimpanan jauh dari pelayanan pasien / terhindar dri

kontaminasi

4) Inventarisasi linen menjadi tanggung jawab unit pelayanan yang

menyimpan, dan harus selalu dilakukan cross check antara jumlah

linen yang terpakai dengan linen kotor dan stok linen bersih.

e. Penggunaan Linen Bersih

1) Linen bersih digunakan dengan prinsip FIFO (First In First Out),

yaitu linen yang lebih dahulu disimpan, dipakai terlebih dahulu.

2) Sebelum memegang linen bersih, petugas harus mencuci tangan

terlebih dahulu.

4. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi

a. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan

desinfeksi dan sterilisasi sampai aman untuk dipakai pada operasi

berikutnya.

b. Semua benda atau alat yang akan disteril/didesinfeksi harus terlebih

dahulu dibersihkan secara seksama untuk menghilangkan semua bahan

organik dan sisa bahan linennya.

c. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya karena dibersihkan,

disterilkan, atau didesinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi.


152

d. Jangan menggunakan bahan seperti linen dan lainnya yang tidak tahan

terhadap sterilisasi karena akan mengakibatkan kerusakan.

e. Sterilisasi dan desinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan

medis dilakukan sesuai permintaan dan kesatuan kerja pelayanan medis

dan penunjang medis.

D. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya

Dalam hal ini dibatasi pada surveillance vektor adalah pengamatan vektor

secara sistematis dan terus menerus dalam hal kemampuannya sebagai penular

penyakit untuk upaya pengendalian.

1. Surveilans nyamuk, kecoa, tikus, lalat dart binatang pengganggu lainnya

a. Pengamatan jentik Aedes sp. setiap minggu, pengamatan lubang

dengan kawat kasa, konstruksi pintu harus membuka ke arah hear.

b. Pengamatan kecoa secara visual setiap 2 minggu

c. Pengamatan tikus setiap 2 bulan di daerah bangunan tertutup

(core) rumah sakit

d. Mengamati secara berkala kucing

2. Pencegahan nyamuk, kecoa, tikus, lalat dan binatang pengganggu lainnya

a. Nyamuk: melakukan PSN, menutup saluran air limbah,

membersihkan tanaman, memasang kawat kasa, dan

menggunakan kelambu di ruang perawatan anak.

b. Kecoa : menyimpan makanan pada tempat tertutup, mengelola


153

sampah yang memenuhi syarat kesehatan, menutup lubang dan celah

dalam ruangan.

c. Tikus : menutup saluran terbuka dan lubang dalam ruangan,

mengelola sampah.

d. Lalat : mengelola sampah/limbah sesuai syarat kesehatan.

e. Binatang pengganggu lainnya : mengelola makanan dan limbah sesuai

syarat kesehatan.

3. Pemberantasan nyamuk, kecoa, tikus, lalat dan binatang pengganggu

lainnya.

E. Pengamanan dampak radiasi

Aspek penting dalam pelayanan di instalasi radiologi yang terkait penangangan

radiasi diantaranya :

1. Setiap rumah sakit yang menggunakan zat radioaktif harus memperoleh

ijin dari Bapeten sesuai PP nomor 64 tahun 2000.

2. Penerimaan dosis radiasi terhadap pekerja atau masyarakat tidak boleh

melebihi NBD.

3. SMK3 terhadap pemanfaatan radiasi pengion

a. Organisasi dan peralatan proteksi radiasi

b. Pemantauan dosisi perorangan

c. pemeriksaan kesehatan awal dan berkala sekurang-kurangnya 1

tahun sekali
154

d. penyimpanan dokumentasi catatan dosis

e. program jaminan kualitas bagi instalasi yang mempunyai potensi

dampak radiasi tinggi

f. Diklat tentang K3 terhadap radiasi

4. Pengelolaan rumah sakit wajib melakukan kalibrasi terhadap alat ukur

radiasi sekurang-kurangnya 1 tahun sekali dan output peralatan radioterapi

secara berkala sekurang-kurangnya 2 tahun sekali.

5. Pengelola rumah sakit harus melakukan upaya pencegahan terjadinya

kecelakaan radiasi, jika terjadi kecelakaan harus melakukan upaya

penanggulangan yang diutamakan pada keselamatan manusia dan harus

segera melaporkannya kepada badan pengawas dan instansi terkait

lainnya.

6. Penghasil limbah radioaktif tingkat rendah dan tingkat sedang wajib

mengumpulkan, mengelompokkan, atau mengolah dan menyimpan

sementara limbah radioaktif sebelum diserahkan kepada badan

pelaksana.

3. Keselamatan pasien

Keterkaitan sanitasi rumah sakit dengan keselamatan pasien secara langsung

adalah pembuangan limbah, pencegahan penularan bakteri, dan prosedur

pencegahan infeksi nosokomial. Ketiga indikator tersebut merupakan bagian dari

dari 25 indikator keselamatan pasien, kelompok fasilitas dan prosedur.

A. Pembuangan Limbah yang Aman


155

Pembuangan limbah terkontaminasi yang benar meliputi menuangkan limbah

cair ke sistem pembuangan kotoran tertutup dan incenerasi (pembakaran) limbah

padat. Cara penanganan limbah terkontaminasi :

1. Gunakan kantong-kantong plastik yang berwarna untuk membedakan

limbah infeksius dan non infeksius, pakailah wadah plastik atau disepuh

logam dengan tutup yang rapat.

2. Gunakan wadah tahan tusukan untuk pembuangan semua benda-benda

tajam.

3. Tempatkan wadah limbah dekat dengan lokasi terjadinya limbah itu dan

mudah dicapai oleh pemakai.

4. Peralatan yang dipakai untuk mengumpulkan dan mengangkut limbah tidak

dipakai untuk keperluan lain di rumah sakit.

5. Cuci semua wadah limbah dengan larutan pembersih desinfektan dan bilas

teratur dengan air.

6. Gunakan wadah terpisah untuk limbah yang akan dibakar dan yang tidak

akan dibakar sebelum dibuang.

7. Gunakan APD (missal sarung tangan utilitas dan sepatu tertutup) ketika

menangani limbah.

8. Cuci tangan setelah melepaskan sarung tangan apabila menangani

limbah.

B. Pencegahan Penularan Mikroorganisme


156

Mikroorganisme ditularkan di rumah sakit melalui beberapa cara dan

mikroorganisme yang sama dapat ditularkan dengan lebih dari satu cara.

Untuk mencegah penularan mikroorganisme di rumah sakit dirancang melalui

Kewaspadaan Isolasi, yang lebih diarahkan pada pemutusan rantai

penularan/transmisi dari reservoir (tempat agen hidup) ke host/pejamu rentan

melalui limbah, linen, air bersih, makanan-minuman, dan melalui vektor

1. Menghambat atau membunuh agen, misalnya dengan mengaplikasikan

antiseptik ke kulit sebelum tindakan bekerja.

2. Memblokir cara agen berpindah dari orang yang terinfeksi ke orang yang

rentan, misalnya dengan mencuci tangan pada saat bersentuhan dengan

pasien terinfeksi atau permukaan tercemar (limbah dan linen infeksius).

3. Mengupayakan bahwa petugas sanitasi telah diimunisasi atau

divaksinasi.

4. Menyediakan APD yang memadai bagi petugas sanitasi dalam upaya

mencegah kontak dengan agen terinfeksi.

C. Pencegahan infeksi nosokomial

Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara daya tahan tubuh

tahan tubuh host/pejamu, patogenitas agen infeksi, serta cara penularan.

Identifikasi faktor resiko (HAIs) pada host/pejamu dan pencegahan terhadap

infeksi dapat mengurangi infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada

petugas kesehatan. Demi kesemalatan pasien, maka harus dihindari transfer

mikroba pathogen antar pasien dan petugas sanitasi.


157

1. Kebersihan Tangan dan APD

a. Kebersihan tangan

Praktek membersihkan tangan adalah untuk mencegah infeksi yang

ditularkan melalui tangan, hal-hal yang perlu diingat saat membersihkan

tangan :

1) Tangan harus dicuci dengan sabun dan air mengalir, bila jelas

terlihat kotor/terkontaminasi oleh bahan yang mengandung protein

(darah, urine, feces).

2) Bila tangan tidak jelas terlihat kotor/terkontaminasi, harus

digunakan antiseptik berbasis alkohol untuk dekontaminasi tangan

rutin.

3) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan.

b. Alat Pelindung Diri

1) Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD.

2) Lepas dan ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat

digunakan kembali yang sudah rusak atau sobek segera setelah

mengetahui APD tersebut tidak berfungsi optimal.

3) Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai bekerja dan

hindari kontaminasi : lingkungan di luar ruang isolasi, para pasien

atau pekerja lain, dan diri sendiri.

4) Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera

membersihkan tangan.
158

2. Pengelolaan Limbah

Melakukan identifikasi limbah berdasarkan bentuk dan tingkat infeksinya

yaitu : limbah padat, cair, tajarn, botol kaca, infeksius dan non infeksius.

Memisahkan limbah mulai dari awal penghasil limbah dan menempatkan

sesuai jenis limbah. Limbah cair segera dibuang ke wastafel spoelhoek.

Memberi label dan kantong sesuai jenis limbah

a. Limbah padat infeksius ditempatkan dalam kantong plastik wama

kuning

b. Limbah padat non infeksius ditempatkan dalam plastik kantong warna

hitam

c. Limbah benda tajam ditempatkan dalam safety box yang tahan tusuk dan

tahan air

d. Limbah botol kaca ditempatkan tersendiri dalam kantong plastik

warna kuning.

Mengemas limbah

a. Tempatkan dalam wadah limbah tertutup

b. Tutup mudah dibuka, sebaiknya bisa dengan menggunakan kaki

c. Kontainer dalam keadaan bersih dan harus dicuci setiap hari

d. Kontainer terbuat dan bahan yang kuat, ringan, tidak berkarat

e. Tempatkan setiap kontainer limbah pada jarak 10 — 20 meter

f. Ikat limbah jika sudah terisi % penuh


159

Menyimpan limbah

a. Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat dan

beri label

b. Setiap hari limbah diangkut dari spoelhoek ke TPS khusus medis

c. Gunakan APD ketika menangani limbah

d. TPS limbah non infeksius harus di area terbuka, terjangkau (oleh

trek sampah), aman, selalu dijaga kebersihannya dan kondisi kering.

Mengangkut limbah

a. Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong/troli khusus

dan tidak boleh ada yang tercecer

b. Kereta dorong/troli harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup

c. Gunakan APD ketika menangani limbah

Mengolah limbah

a. Limbah infeksius dimasukkan dalam incinerator

b. Limbah benda tajam dimasukkan dalam incinerator

c. Limbah botol kaca digrinding terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam

incinerator

d. Limbah non infeksius dibawa ke TPA

e. Limbah cair infeksius dimasukkan ke IPAL

f. Limbah feces, urine dimasukkan kedalam Septictank.

3. Pengendalian Lingkungan Rumah Sakit


160

Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan

dengan melakukan pembersihan lingkungan, desinfeksi permukaan

lingkungan yang terkontaminasi, melakukan pemeliharaan peralatan

medik dengan tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan

ventilasi udara yang baik. Ruang lingkup pengendalian lingkungan seperti

ruang bangunan, penghawaan, kebersihan, saluran limbah, dan sebagainya.

a. Air

1) Pertahankan temperature air, papas 51°C dan dingin 20°C.

2) Anjurkan pasien, keluarga, pengunjung menggunakan air kran.

b. Ventilasi ruangan

Ventilasi yang memadai dan aliran udara satu arah yang terkontrol

harus diupayakan untuk mengurangi penularan pathogen melalui

airborne, ventilasi memadai yang dapat mencegah transmisi infeksi

mempunyai pertukaran udara > 12 kali/jam serta saluran udara kesatu

arah. Ada tiga jenis ventilasi utama :

1) Ventilasi mekanis, menggunakan fan untuk mendorong aliran udara

melalui suatu gedung, jenis ini dapat dikombinasikan dengan

pengkodisian dan penyaringan udara.

2) Ventilasi alami, menggunakan cara alami untuk mendorong aliran

udara melalui suatu gedung, adalah tekanan angin dan tekanan

yang dihasilkan oleh perbedaan kepadatan antara udara didalam

dan diluar gedung.


161

3) Ventilasi gabungan, memadukan penggunaan ventilasi mekanis

dan alami.

4. Keselamatan kerja

Salah satu syarat keselamatan kerja adalah memperoleh keserasian antara

lingkungan dengan tenaga kerja, alat kerja, cara dan proses kerja. Keselamatan

lingkungan di rumah sakit berdampak terhadap pencemaran lingkungan. Program K3

terkait kesehatan lingkungan di rumah sakit yang harus diterapkan :

1. Pengelolaan penyehatan lingkungan rumah sakit

Program penyehatan lingkungan rumah sakit meliputi : penyehatan ruangan,

bangunan dan fasilitas sanitasi termasuk pencahayaan, penghawaan dan

kebisingan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penanganan

limbah, penyehatan tempat pencucian umum termasuk laundry,

pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lain, pemantauan

sterilisasi dan desinfeksi, pengawasan perlindungan radiasi, dan promosi

kesehatan lingkungan.

2. Pengelolaan faktor resiko dan pengelolaan limbah rumah sakit

a. Limbah cair : tersedianya IPAL dan perizinannya.

b. Pengelohan limbah padat :

1) Tersedianya tempat/kontainer penampungan limbah sesuai dengan

kriteria limbah.

2) Tersedia incinerator atau yang sejenisnya, terpelihara dan berfungsi


162

dengan baik.

3) Tersedia tempat pembuangan limbah padat sementara, tertutup dan

berfungsi denga baik.

3. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja

a. Mapping lingkungan tempat kerja/area yang dianggap beresiko dan

berbahaya, area yang berlum melaksanakan program K3RS, area yang

sudah melaksanakan K3RS, area yang sudah melaksanakan dan

mendokumentasikan pelaksanaan program K3RS.

b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (observasi, wawancara SDM rumah sakit,

survey dan kuesioner, checklist dan evaluasi lingkungan tempat kerja

secara rinci).

c. Kebersihan Tangan dan APD

Kebersihan tangan

Praktek membersihkan tangan adalah untuk mencegah infeksi yang

ditularkan melalui tangan, hal-hal yang perlu diingat saat membersihkan

tangan :

1) Tangan harus dicuci dengan sabun dan air mengalir, bila jelas terlihat

kotor/terkontaminasi oleh bahan yang mengandung protein (darah,

urine, feces).

2) Bila tangan tidak jelas terlihat kotor/terkontaminasi, harus

digunakan antiseptik berbasis alkohol untuk dekontaminasi tangan

rutin.
163

3) Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan.

Alat Pelindung Diri

1) Tangan harus selalu dibersihkan meskipun menggunakan APD.

2) Lepas dan ganti bila perlu segala perlengkapan APD yang dapat

digunakan kembali yang sudah rusak atau sobek segera setelah

mengetahui APD tersebut tidak berfungsi optimal.

3) Lepaskan semua APD sesegera mungkin setelah selesai bekerja dan

hindari kontaminasi : lingkungan di luar ruang isolasi, para pasien atau

pekerja lain, dan diri sendiri.

4) Buang semua perlengkapan APD dengan hati-hati dan segera

membersihkan tangan.

D. Kendala Kerja dan Upaya Pencegahan

1. Limbah B3 terlalu dekat dengan ruangan IGD yang ramai orang

lewati.

Adapun solusinya yaitu sebaiknya tempat limbah B3 dipindahkan ke

tempat yang jauh dari kerumunan orang banyak.


164

6.Bidang Mnajemen Keperawatanan


Prosedur kerja dalam keperawatan yaitu mengenai perhitungan tenaga

perawat yang ada di RUMAH SAKIT UMUM MADINA BUKITTINGGI

dengan menggunakan rumus DEPKES yaitu:

1. Perhutungan tenaga keperawatan dirumah sakit

a) Cara need

Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja

yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi estándar profesi. Untuk

menghitung seluruh kebutuhan tenaga,diperlukan terlebih dahulu

gambaran tentang jenis pelayanan yang diberikan kepada klien selama

di rumah sakit. Mesalnya saja untuk klien yang berobat jalan,ia akan

melalui/mendapatkan pelayanan,antara pembeli karcis,pemeriksaan

perawat/dokter,penyuluhan,pemeriksaan laboratoruim,apotek dan

sebagainya. Kemudian dihitung stándar waktu yang diperlukan agar

pelayanan itu berjalan dengan baik.

Hundgins (1992) menggunakan stándar waktu pelayanan pasien sebgai berikut:

Lama waktu(menit) untuk

Tugas pasien

Baru Lama
165

Pendaftaran 3 4

Pemerikasaan dokter 15 11

Pemeriksaan asisten 18 11

dokter 5 0

Penyuluhan 5 7

Laboratorium

b) Metode douglas

Standar waktu pelayanan rawat inap sbb:

1. Perawatan minimal memerlukan waktu : 1-2 jam/24 jam

2. Perawatan intermediet memerlukan waktu : 3-4 jam/24 jam

3. Perawatan maksimal/total memerlukan waktu : 5-6 jam/24 jam

Dalam penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori tersebut di

atas adalah sebagai berikut :

a. Kategori I : Self care/perawatan mandiri

Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri,penampilan secara

umum baik,tidak ada reaksi emosional,pasien memerlukan

orientasi waktu,tempat dan pergantian shift,tindakan pengobatan

biasanya ringan dan simple.

b. Kategori II : intermediet care/perawatan sedang


166

Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu,mengatur pisisi

waktu makan.meberi dorogan agar mau makan,eliminasi dan

kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar

mandi.Penampilan pasien sakit sedang.Tindakan perawatan pada

pasien ini monitor tanda-tanda vital,periksa urine reduksi,fungsi

fisiologis,status emosinal,kelancaran drainage atau infus.Pasien

memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk support emosi 5-

10 menit/shift atau 30-60 menit/shiftdengan mengobservasi side

efek obat atau reaksi alergi.

d) Kategori III : Intensive care/perawatan total

Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilaksanakan sendiri,semua

dibantu oleh perawat penampian sakit berat.pasien memerlukan

observasi terus-menerus.

Petunjuk Penetapan jumlah Klien Berdasarkan Derajad Ketergantungan:

a. dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya

dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari

b. Setiap klien dinilai berdasarkan criteria klasifikasi klien (minimal

mmemenuhi tiga kriteria)

c. Kelompok klien sesuai dengan klasifikasi dengan memberi tanda

tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari

dapat diketahui berapa jumlah klien yang ada dalam klasifikasi

minimal, parsial dan total


167

d. Bila klien hanya mempunyai satu criteria dari klasifikasi tersebut

maka klien dikelompokkan pada klasifikasi di atasnya.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan praktek

kerja lapangan sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Selain itu kegiatan praktek

kerja lapangan juga menjadi salah satu sarana untuk mengasah keterampilan

khususnya di bidang sanitasi dan limbah rumah sakit, manajemen logistik

umum, logistik instalasi farmasi, dan instalasi rekam medik. Dan mahasiswa

juga bisa belajar dan melakukan berbagai kegiatan mengenai manajemen dan

bagaimana prosedur kerja di perkantoran rumah sakit. Kegiatan praktek kerja

lapangan ini menjadi acuan bagi mahasiswa setelah lulus kuliah untuk dapat

belajar lebih luas dalam dunia kerja serta sebagai ajang untuk melatih

mahasiswa menjadi generasi muda yang bertanggung jawab.

1.Bidamg rekap medik, mahasiswa bisa belajar dan melakukan berbagai

kegiatan mengenai prosedur penerimaan , prosedur filing, dan prosedur

pendistribusian rekam medis.


168

2. Pelayanan gizi di Rumah Sakit Umum Madina sudah sesuai dengan

pelayanan gizi rumah sakit (PGRS) dimana pelayanan gizinya memfokuskan kepada

pelayanan gizi rawat inap dan penyelenggaraan makanan.

3. Di gudang logistik umum rumah sakit madina Bukittinggi penulis

bisa belajar dan melakukan berbagai kegiatan mengenai prosedur

pengamprahan barang, penerimaan barang, penyimpanan barang, pengisian

buku tanda terima barang, pengisian buku stok barang, dan prosedur

memeriksa barang dan prosedur penyimpanan barang di rak penyimpanan.

4. RS Madina Bukittinggi kami dapat mengetahui bahwa

ketersediaan logistik farmasi adalah bagian yang tidak dapat terpisahkan

dari pelayanan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien.

Agar pelayanan terlaksana dengan baik ketersediaan logistik farmasi yang

bermutu dan berkualitas harus bisa dilaksanakan sebaik mungkin.

5. Kesehatan lingkungan merupakan bentuk usaha atau tindakan untuk

mencegah penyebaran infeksi setiap pelayanan yang dilakukan sebagai

sarana tempat pelayanan kesehatan terutama yang erat hubungannya dengan

timbul dan menularnya suatu penyakit, yang nantinya bisa menyebabkan

pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan, ataupun sumber penularan

penyakit.
169

6Bidang manajemen keperawatan medik ini pada Rumah Sakit umum Madina

bukittinggi yaitu kita dituntut untuk mengetahui bagaimana cara penghitungan tenaga

keperawatan, perencanaan cuti, rekap daftar dinas,dan lainnya yang dibutuhkan

dalam melayani dan merawat pasien di rumah sakit.

SARAN

1.Bidang Rekam Medik

saran untuk rumah sakit agar meningkatkan pelayanan guna tercapainya kepuasan

pasien dan Bagi pihak Badan Pelayanan Jaminan Sosial Badan Pelayanan Jaminan

Sosial (BPJS) harus lebih aktif dan mendalam dalam memberikan sosialisasi tentang

program BPJS Kesehatan kepada masyarakat, agar masyarakat dapat mengetahui

secara jelas tentangprogram-program BPJS Kesehatan sehingga tidak terjadi kendala

pengobatan bagi pasien yang kurang memahami tentang program BPJS tersebut.

2.Bidang instalasi Gizi

Dalam bentuk pelayanan dan penyelenggaraan memang sudah sesuai

standar pelayanan gizi di rumah sakit baik bahan makanan maupun fasilitas dan

tenaga kerja yang digunakan, namun kekurangannya saat ini adalah dimana pihak

Rumah sakit Umum Madina Bukittinggi perlu mengadakan seminar, seperti

seminar memotivasi guna meningkatkan kerja sama antar karyawan dan sesama

karyawan dan perlu peninjauan ualang mengenai jumlah tenaga pelaksana


170

pegolahan dan penyajian makanan,terutama meningat fasilitas dan sarana Rumah

Sakit Umum Madina yang saat ini bertambah banyak.

3.Bagian Logistik Umum

Dari praktek kerja lapangan penulis dapat memberikan saran untuk

rumah sakit agar setiap bulannya barang yang baru hendaknya datang tepat

waktu supaya stok barang selalu tersedia ketika pengamprahan dilakukan dan

perlunya alat penghitung barang dan aplikasi untuk memudahkan staff gudang

dalam menyelesaikan pekerjaan

4.Bagian Logisti Farmasi

Dalam melakukan kegiatan penyelenggaraan logistik farmasi harus

dilaksanakan sesuai SOP agar tidak terjadi kesalahan dalam

penyelenggaraan logistik farmasi. Sebaiknya Rumah Sakit dapat mengatasi

permasalahan atau kekurangan yang ada pada Instalasi Farmasi agar

pengelolaan logistik farmasi bisa berjalan sesuai standar yang berlaku.

5.Bagian Manajemen Keperawatan

Adapun perhitungan tenaga perawat dilakukan tiap bulan berdasarkan

data dari rekam medis tentang BOR,AV LOS, TOI, BTO, NDR, GDR.

Tetapi yang kami bahas disini adalah jumlah tenaga keperawatan

dengan mendapatkan data BOR dari Rekam Medis yaitu bagian ( rawat Inap,

Rawat jalan, OK, dan IGD )


171

Adapun sarannya yaitu :

1. Untuk Rumah Sakit

Semua administrasi yang dibuat manual sedapat mungkin dibuat dengan

menggunakan sistem komputer dan administrasi dapat tertata dengan rapi .

LAMPIRAN
A.Bagian Rekam Medik

1. Item yang ada diruan rekam medis

a) Surat Bukti Pelayanan


Kesehatan (SBPK)
172

b) Surat Rujukan Balik d) Surat Eligibilitas


Peserta (SEP)

e) . Penomoran Rekam
Medis

c) .Surat Kontrol
f) Rak Arsip
173

B.Gambar Alur Penyelenggaraan Gizi di Rumah Sakit

1.Konsul Gizi Pasien 4.Siklus Menu 10 Hari

2.Food Model 5. Penerimaan Bahan Makanan

3.Papan Diet Pasien 6. Tempat Penyimpanan Bahan


Kering
174

7. Tempat Penyimpanan Bahan Basah 10.Pencucian Bahan Basah

8.Ruang Pengadaan Bahan Makanan 11.Pencucian Bahan Kering

9. Pengadaan Bahan makanan 12.Ruang Pengolahan


175
176

13.Pengolahan Bahan Makanan 16.Dapur Distribusi

14.Ruang Penyimpanan dan Pencucian alat 17.Penyajian Makanan

15.RuangDistribusi Makanan 18. Distribusi Makanan


PasienVVIP / VIP
177

19. Distribusi Makanan Kepasien Kelas I, II,& III

20.Pemberian Snack Pasien

21.Pencucian Alat Makan Pasien


178

C.Bagian Logistik Farmasi

1. SP Obat Secara Umum 4 .Gambar SP Obat


Psikotropika

2 .Gambar SP Obat Prekursor 5.Gambar Membuat PO


179

3.Gambar Mengentri Data 6.Gambar Pengarsipan Faktur


Berdasarkan Tanggal

Obat Yang Sudah Diterima ke SIMRS


180

7.Gambar Penyimpanan Obat Generik 10.Gambar Penyimpana Obat Patent


181

8.Gambar Penyimpanan Obat Injection 11.Gambar Obat High Alert


182

9.Gambar Penyimpanan Obat Dingin 12.Penyimpanan Obat Tetes Mata Dan Salep
183

13.Gambar Penyimpanan Obat Sirup 14.Gambar Pengamprahan Obat


184

D. Logistik Umum
.1.Alat Tulis Kantor 3.Barang Kebersihan
185

2.Buku Status 4.Buku Penerimaan Barang Per unit


186

5.Buku Pengeluaran Per Unit


187

E.Bagian Manajemen Limbah

1. Gambar tempat penyaringan air bersih 3.Gambar tempat limbah

infeksius

2.Gambar didalam penyaringan air bersih 4. Tempat limbah non infeksius


188

5.Gambar tempat limbah botol infus dan botol kaca 6.Gambar tempat limbah

B3

7.Gambar di dalam penyimpanan limbah B3

8. Gambar SPO Kesehatan Lingkungan


189

f.Manajemen Keperawatan
1.Pre Comference 2. Menghitung Jumlah Bed
RSU.Madina
190

3.Menyusun Daftar Pasien Peruangan

Anda mungkin juga menyukai