Penerapan Gerakan Perempuan Rev 21122023
Penerapan Gerakan Perempuan Rev 21122023
Pendahuluan
Kementerian PPA memilih tema “Perempuan berdaya, Indonesia maju” dengan sub
tema: Perempuan bersuara, berani mengemukakan aspirasi, gagasan dan ide untuk
kenajuan Bangsa. Perempuan berdaya dan berkarya secara ekonomi, sosial budaya,
berperan dalam pengambilan keputusan melalui karya nyata. Perempuan peduli,
memiliki kepedulian dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Perempuan dan
Revolusi, berkontribusi dalam perubahan dan dinamika untuk kemajuan bangsa.
Sejarah panjang gerakan perempuan Indonesia yang dimulai tahun 1928 dengan
pembentukan organisasi federasi independen, Perikatan Perkoempoelan Perempoean
Indonesia (PPPI). Namun setelah 1965 pemerintah meletakkan perempuan ditengah
masyarakat hanya sebagai istri dan Ibu yang bisa “diarahkan” oleh negara. Bersyukur
saat ini sudah terlihat kemajuan dengan adanya Komnas perempuan dan berbagai
kegiatan di masyarakat yang mengakui perempuan sebagai pribadi.
Tema dan subtema Kemen PPA sangat tepat, mengingat perempuan merupakan
sekitar 50 persen penduduk di Indonesia, dalam kenyataannya masih menjadi “warga
kelas dua” tidak setara.
Mengapa kesetaraan penting? Negara negara dengan indeks kesetaraan yang tinggi
lebih sejahtera. Pada laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2023, pendapatan
perempuan di Indonesia hanya 51.9 sen dari setiap dolar yang diterima oleh laki-laki.
Indonesia menempati peringkat kesenjangan gender ke-87 dari 146 negara dengan
nilai 0.697. Sementara itu peningkatan kesetaraan gender dianggap dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi, dengan proyeksi peningkatan pendapatan domestik sebesar
135 miliar dolar pada tahun 2025 akibat peningkatan partisipasi perempuan di angkatan
kerja. Studi lain menunjukkan bahwa jika indeks kesetaraan gender Indonesia
mencapai 0 (tanpa kesenjangan antara perempuan dan laki-laki), pendapatan per
kapita bisa meningkat hingga 28 persen.
Apa dampak lain dari ketidak setaraan gender? Negara negara dengan kesenjangan
gender yang tinggi memiliki juga prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan anak
yang tinggi. Tindakan nyata yang dilakukan Yayasan JaRI adalah melaksanakan Action
Research untuk penguatan sistem kesehatan.
Yayasan Jaringan Relawan Independen bersama dengan Pusat Studi Sistem
Kesehatan dan Inovasi Pendidikan Tenaga Kesehatan (SKIP Nakes) FK Unpad
mendapat pendanaan melalui Program Inovasi Pendanaan Pembangunan Melalui
Hibah Kompetitif Tahun Anggaran 2022/2023 dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat. Yayasan JaRI mengusulkan untuk meningkatkan kemampuan fasilitas kesehatan
primer pemerintah dan swasta serta melaksanakan penguatan sistem kesehatan.
1
Konsep penguatan sistem kesehatan dalam pelayanan dan pencegahan KtP/A
Saat ini Action research yang berlangsung enam bulan sudah selesai dan laporan
dalam proses penyerahan ke pemerintah daerah. Tulisan ini akan mengetengahkan
apa saja yang berhasil dipelajari selama enam bulan.
2
Tidak peduli perlunya persetujuan dalam hubungan intim.
Temuan ini menjadi penting karena cukup banyak responden yang tidak tahu
tentang apa yang disebut “consent” atau persetujuan. Hubungan seks tanpa
persetujuan berkisar dari perkosaan atau hubungan seks dengan pemaksaan sampai
pada hubungan seks tanpa persetujuan yang didahului dengan hubungan seks dengan
persetujuan. Dinamika kuasa gender, harapan dan stereotip memengaruhi bagaimana
persetujuan dipahami dan dinegosiasikan. Dinamika dan harapan ini bisa berkontribusi
pada beberapa orang yang tidak melihat perlunya persetujuan atau untuk melihat
bahwa persetujuan harus selalu merupakan proses yang berlangsung dengan
negosiasi dan respek. Memastikan persetujuan yang positif penting karena orang
berhak untuk berubah pikiran atau situasi berubah sehingga mereka tidak lagi merasa
nyaman.
3. Pembentukan Jejaring
Pertemuan lintas sektor untuk pembentukan jejaring dengan melibatkan swasta dan
LSM menyoroti pentingnya sektor terkait dan LSM dalam pencegahan kekerasan,
namun terdapat kendala dalam penyebaran informasi KtPA hingga tingkat kecamatan.
Dalam penanganan kasus, perlu adanya kerjasama lintas sektor dan upaya
memudahkan korban mendapat pelayanan dengan konsep "layanan satu pintu".
4
Sejumlah langkah praktis, seperti pelibatan masyarakat, pelaksanaan visum di
Puskesmas, dan kursus penyegar untuk meningkatkan kualitas layanan, juga diusulkan.
Rekomendasi yang dihasilkan adalah perluasan kerjasama lintas sektor, baik
pemerintah maupun swasta, dalam menyebarluaskan informasi pencegahan dan
penanganan KtPA serta mendukung korban. Pertemuan untuk saling tukar data dan
informasi dianggap sebagai langkah awal yang baik untuk membangun jejaring yang
efektif dalam menanggulangi KtPA.
5
Daftar Pustaka