Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan iklim global serta emisi karbon merupakan dua hal penting yang menarik
perhatian dunia beberapa dekade terakhir ini, khususnya setelah diselenggarakanya Konferensi
Tingkat Tinggi Bumi yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil pada tahun 1992 (Harmoni,
2005). Pemanasan global merupakan salah satu penyebab dari perubahan iklim global ini, yang
mana perubahan iklim global beberapa dekade terakhir menjadi sangat ekstrim daripada
sebelumnya serta membawa dampak buruk bagi lingkungan. Pemanasan global ini muncul
dikarenakan meningkatnya gas-gas rumah kaca yang mana salah satu pemicunya adalah
penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan. Gas-gas rumah kaca yang meningkat ini
menghasilkan efek pantulan serta penyerapan terhadap inframerah yang dikeluarkan oleh bumi
menjadi kembali ke permukaan bumi, sehingga menyebabkan peningkatan suhu secara global
(Susandi, Herlianti, Tamamadin, & Nurlela, 2008).

Peningkatan kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil merupakan salah satu
alasan utama terjadinya perubahan iklim global. Saat ini, terdapat hampir 1 Milliar kendaraan
berbahan bakar fosil yang ada di dunia, yang mana menghabiskan 60 juta barel minyak setiap
harinya atau sekitar 70% dari total produksi minyak (Yew-Ngin & Hussain, 2015). Jika
menarik rata-rata penggunaan kendaraan pribadi, sekitar 36 juta barel minyak setiap hari habis
untuk memenuhi permintaan, serta dari 36 juta barel minyak tersebut menghasilkan 14 juta ton
emisi karbon setiap harinya. Kendaraan-kendaraan pribadi tersebut tidak hanya menghabiskan
bahan bakar fosil serta memproduksi emisi karbon saja, namun juga menghasilkan panas
sebesar 114 trilliun British Thermal Units (BTU) setiap harinya (Reisinger & Emadi, 2013).

Dengan perubahan iklim yang semakin lama semakin ekstrim, menjadikan


pemerintahan di seluruh dunia memperhatikan isu perubahan iklim ini. Penggunaan mobil
pribadi yang berbahan bakar fosil yang dapat menghasilkan emisi karbon menjadi fokus utama
pemerintah berbagai negara, dengan mengurangi emisi karbon. Masuknya berbagai jenis Mobil
listrik yaitu mobil hybrid, Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) serta Battery Electric
Vehicle (BEV) ke berbagai negara merupakan salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan
bahan bakar fosil yang berujung pada menurunya tingkat emisi karbon (National Research
Council, 2014). Namun, dengan tersedianya mobil hybrid serta mobil listrik, minat masyarakat
terhadap mobil listrik sangatlah rendah.

1
Dengan rendahnya minat masyarakat terhadap mobil listrik, pemerintah di berbagai
negara menerbitkan berbagai kebijakan untuk mendukung penjualan mobil listrik. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi emisi karbon yang diproduksi oleh mobil berbahan bakar fosil,
serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu lingkungan yang sedang terjadi. Salah
satu cara untuk meningkatkan minat masyarakat kepada mobil listrik adalah pemberian insentif
pajak terhadap mobil listrik. Berbagai bentuk dari kebijakan insentif mobil listrik bisa
berkontribusi untuk menggugah selera masyarakt terhadap mobil listrik (Collantes & A, 2014).

Amerika Serikat, negara yang menyukai light duty vehicle atau mobil double-cabin
yang mempunyai cc besar hingga 6.2-liter, serta mesin berkonfigurasi V dari V6 hingga V8.
hal ini menyebabkan light duty vehicle di Amerika ini mengonsumsi setengah persediaan bahan
bakar Amerika tiap harinya serta menyumbang sekitar 17 persen emisi karbon atau greenhouse
gas (GHG) di Amerika (National Research Council, 2014). Salah satu langkah Amerika
Serikat untuk merespon kejadian ini adalah dengan menawarkan insentif untuk mobil listrik
hingga sebesar $7,500 Dollar Amerika, sehingga dapat menurunkan harga jual mobil listrik
yang dijual ke masyarakat (U.S. Internal Revenue Service (IRS), 2014). Tidak hanya untuk
pembelian mobil listrik saja, terdapat juga insentif untuk pemasangan pengisian daya mobil
listrik di rumah hingga $1,000 Dollar Amerika, lalu insentif pemasangan pengisian daya untuk
perusahaan hingga $30,000 Dollar Amerika.

Eropa juga tak ketinggalan terkait memberikan insentif kepada pembelian mobil listrik,
sebagai bentuk perhatian dari isu lingkungan yang sedang berlangsung. Sebelumnya, Eropa
menetapkan regulasi terkait kadar emisi gas buang yang dinamakan standar emisi Euro. Namun,
eropa juga menerbitkan regulasi untuk memberikan insentif untuk mempromosikan mobil
listrik (Tietge, Mock, PeterLutsey,, & Campestrini, 2016). Jerman merupakan salah satu negara
di Eropa yang mempunyai pasar kendaraan terbesar di Uni Eropa, Jerman memiliki ambisi
untuk mempromosikan mobil listrik dengan menggunakan insentif kepada tiap pembelian
mobil listrik baru. Dimana mobil listrik yang telah diregistrasi sebelum tahun 2016 terbebaskan
oleh pajak kendaraan selama 10 tahun, serta mobil listrik yang diregistrasi antara tahun 2016
sampai 2020 dibebaskan pajak kendaraan selama 5 tahun (Federal Ministry of Justice and
Consumer Protection, 2015).

Jepang telah merupakan salah satu negara perintis mobil listrik dengan penelitian dan
pengembangan yang telah berjalan sejak lama (Zhou, Wang, Hao, Johnson, & Wang, Plug-in
electric vehicle market penetration and incentives: a global review, 2014). Jepang sudah sejak

2
lama mengembangkan mobil hybrid, plug-in hybrid, serta mobil listrik. Hal ini ditandai dengan
munculnya mobil hybrid asal jepang yaitu Toyota Prius yang sejak dari generasi pertama
hingga ketiga terjual laris tak hanya di pasar Jepang saja, namun juga di pasar global. Salah
satu faktor dari larisnya mobil listrik di Jepang ini dikarenakan efisiensi bahan bakar yang
membuat mobil ini jauh lebih hemat daripada mobil berbahan bakar fosil. Pada tahun 2009,
industri mobil listik di jepang mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan insentif serta subsidi
yang masif kepada para pembeli yang membuat permintaan mobil listrik di jepang menjadi
naik. Tidak hanya kepada para konsumen saja, para produsen mobil listrik di Jepang juga
mendapat keringanan pajak pada komponen yang berkaitan dengan mobil listrik (Zhou, Wang,
Hao, Johnson, & Wang, Plug-in electric vehicle market penetration and incentives: a global
review, 2014).

Sedangkan di Indonesia sendiri, mobil listrik baru–baru ini saja masuk ke pasar
Indonesia di mana sebelumnya terdapat mobil hybrid. Hal ini dikarenakan didukung oleh
Perpres Nomor 55 Tahun 2019, tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik
berbasis baterai (Battery electric Vehicle) untuk transportasi jalan (BUMN, 2019). Namun,
Peraturan presiden terkait mobil listrik tersebut hingga tahun 2020 tidak ditindaklanjuti dalam
skala nasional. Hal ini merupakan persoalan yang rumit jika dihadapkan dengan warga negara
Indonesia yang sadar akan isu lingkungan global serta ingin menurunkan tingkat emisi karbon
namun tidak di dukung secara sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Dengan insentif di berbagai negara yang diberlakukan kepada mobil listrik maka,
Mengapa hingga tahun 2020 Pemerintah Indonesia belum menerapkan insentif terhadap
pembelian mobil listrik sebagaimana yang sudah dilakukan oleh Amerika, Eropa dan
Jepang?

C. Landasan Teori

Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh James
Coleman yaitu teori pilihan rasional.

Teori Pilihan Rasional

3
Teori pilihan rasional ini adalah teori yang memusatkan perhatianya kepada aktor, di mana
aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau yang mempunyai maksud
tertentu, artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertentu pada upaya untuk mencapai
tujuanya itu. Aktor tersebut pun dipandang mempunyai pilihan yaitu nilai serta keperluan
(James S, 2008). Teori pilihan rasional ini tak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa
yang menjadi sumber dari pilihan sang aktor. Yang terpenting adalah kenyataan bahwa
tindakan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengnan tingkatan pilihan sang
aktor (Goodman, 2008).

Pada awalnya, teori pilihan rasional ini mengakar kuat pada ekonomi klasik, namun
sepanjang waktu berjalan, teori ini secara perlahan-lahan diaplikasikan diluar area dari
ekonomi, termasuk psikologi, sosiologi, dan ilmu politik. Esensi dari teori pilihan rasional
adalah ketika dihadapkan kepada suatu masalah, biasanya pembuat keputusan akan memilih
opsi dimana yang Ia yakini akan memberikan hasil terbaik daripada pilihan-pilihan lain (Elster,
1989). Teori ini berasal dari pemahaman bahwa aktor rasional yaitu manusia, yang
menggunakan kalkulasi secara rasional berdasar dari informasi-informasi yang diterima.
Sehingga hasil yang didapat diharapkan dapat memaksimalkan keuntungan baik dalam bentuk
material ataupun tidak, serta meminimalkan kerugian apapun bentuknya.

Pada merumuskan suatu pilihan pada teori pilihan rasional ini, pilihan tesebut harus
terdapat tiga hal di dalamnya. Yang pertama adalah kelengkapan (diurutkan berdasarkan dari
prioritas), perbandingan (perbandingan antara pilihansatu dengan lain) dan kebebasan (jika A
lebih baik daripada B, lalu muncul pilihan X, maka A lebih baik daripada B) . Pada proses
pembuatan kebijakan, teori pilihan rasional tidak selalu hanya melibatkan satu orang saja
(Warsito, 2017)

Adapun pilihan rasional merupakan sebuah dikotomi antara kelayakan dan keinginan
(Gilboa, 2010). Dalam kata lain, ketika seseorang merasa akan dirinya layak akan sesuatu dan
tersebersit keinginan akan memiliki hal tersebut, maka tindakan yang dilakukan tersebut adalah
tindakan rasional. Gilboa juga menganggap bahwa perilaku rasional terjadi ketika orang
tersebut merasa nyaman dan tidak ada rasa gelisah untuk melakukan aktivitasnya. Dengan
adanya keinginan serta kemampuan terhadap sesuatu, maka hal ini dapat dikategorikan sebagai
tindakan rasional. ketika individu tersebut berkemampuan untuk menjalankan keinginanya,
maka ia tidak merasakan malu serta cemas, sebaliknya ketika ia menjalankan keinginanya ia
akan merasa nyaman.

4
Namun, teori rasionalitas atau pilihan rasional ini lalu tidak menjadi teori yang suci
dimana tidak ada yang melakukan kritik terhadapnya. Salah satunya adlah Herbert Simon yang
mengkritik teori rasinal. Herbert Simon mengkritik teori pilihan rasional tradisional dengan
teori yang disebut sebagai Bounded Rationality of Satisficing yang bertentangan dengan
maksimalisasi perilaku aktor, hal ini menanggap bahwa aktor mempunyai hambatan berupa
keterbatasan kognitif dan struktur lingkungan (Landa, 2001). Simon menganalogikan model
ini sebagai sepasang gunting yang mempunyai dua sisi tajam, sisi tajam satu sebagai
keterbatasan pada kognitif dan sisi tajam lain sebagai struktur lingkungan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, rasionalitas terbatas adalah suatu gagasan
bahwa jika terkait dengan pengambilan keputusan, rasionalitas individu secara otomatis telah
dibatasi oleh informasi yang dimiliki, keterbatasan kognitif dalam pemikiran atau keterbatasan
waktu, sementara harus segera dilakukan pengambilan keputusan segera. Selain itu,
pengambilan keputusan secara dasar tidak memiliki kemampuan serta sumber daya cukup
untuk sampai pada pilihan yang optimal, hal ini dikarenakan sejak awal telah menerapkan
rasionalitas untuk menyederhanakan pilihan yang tersedia. oleh karena itu, manusia cenderung
terpuaskan ketimbang optimalisasi dalam pengambilan keputusan.

Adanya alernatif – alternatif keputusan bukan merupakan sesuatu yang diberikan,


namun merupakan sesuatu yang ditemukan. Proses pencarian dilakukan sampai pada titik
menemukan alternatif memuaskan ditemukan. Kepuasan bukanlah esensi dari Bounded
Rationality of Satisficing yang Simon kemukakan, namun merupakan tingkat aspirasi yang
tidak permanen atau aspirasi adaptif yang dinamis sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
fitur dari Bounded Rationality of Satisficing yang Simon kemukakan adalah mencari alternatif,
satisficing, serta aspirasi adaptif (Selten, 2001).

D. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan kerangka pemikiran yang penulis susun untuk menjawab


rumusan masalah, maka diperoleh jawaban sementara yang akan menjawab pertanyaan tentang
kesiapan kebijakan publik di Indonesia di bidang industri mobil listrik. Berikut adalah hipotesis
yang penulis rumuskan berdasarkan teori:

1. Belum siapnya infrastruktur yang mendukung layanan mobil listrik di


Indonesia

5
E. Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah eksplanatif kualitatif, yaitu
dengan menggunakan teknik pengumpulan data untuk menganalisis gambaran yang sudah
didapat sebagai cara untuk mengkaji hipotesis yang sudah ditetapkan menggunakan teori
(Sugiyono, 2008).

Metode eksplanatif kualitatif ini dipilih oleh penulis untuk mendapatkan berbagai data
maupun informasi yang tersedia tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kebijakan insentif
terkait mobil listrik.

Metode pengambilan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan


metode observasi dari data-data berupa dokumen yang telah dibuat sebelumnya.
Dokumen bisa berupa makalah, tulisan, gambar, maupun karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono, 2008). Perihal dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
berupa tulisan, makalah yang berisi data-data sekunder serta informasi yang berkaitan
tentang investasi asing pada sektor industri mobil listrik di Indonesia.

Proses Penelitian

Penulis akan mengawali proses penelitian ini dengan pengumpulan sekunder.


Setelah mendapatkan data yang cukup, penulis akan melakukan analisis terhadap data
yang telah diperoleh sebelumnya. Metode analisis data ini dilakukan dengan menjelaskan
berbagai data yang telah didapatkan, lalu menjabarkan korelasi antara data dengan
landasan teori yang digunakan, setelah itu mengambil kesimpulan akan data yang telah
dikumpulkan sebelumnya. Berikut adalah teknik analisis data yang akan penulis gunakan
dalam penelitian ini :

1. Pengolahan data
Berbagai data yang telah dihimpun dari makalah maupun dokumen berjumlah
sangat banyak, maka dari itu penulis diharuskan untuk teliti serta cermat untuk
hanya mengambil data-data yang relevan terhadap penelitian saja. Mereduksi
mempunyai arti merangkum atau mengambil sebagian kecil dan terpenting dari
makalah maupun dokumen tersebut.

6
2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan proses ketika sekumpulan data disusun secara


sistematis agar mudah dipahami, dimana penyajian data tersebut bisa berupa
teks naratif, grafik, maupun bagan.

3. Kesimpulan Data dan Verifikasi

Tahap ini bertujuan untuk mencari intisari dari data yang telah dikumpulkan
dengan mencari persamaan, hubungan, maupun perbedaan untuk ditarik
kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang sedang diteliti. Namun,
kesimpulan masih bersifat sementara dan akan berubah sering ditemukanya
data-data baru yang kuat serta mendukung. Akan tetapi, apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal telah didukung oleh berbagai bukti yang
valid saat penelitian kembali dilakukan dengan cara pengumpulan data, maka
bisa dipastikan bahwa kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.

F. Jangkuan penelitian

Agar pembahasan tidak melebar dari tema yang diinginkan, maka penulis menetapkan
batasan terkait jangakuan penelitian kepada sikap yang diambil oleh Pemerintah
Indonesia terkait mobil listrik. Penulis akan mengarahkan penelitian terhadap terkait
kesiapan kebijakan publik terhadap mobil listrik di Indonesia. Selanjutnya penulis akan
menetapkan jangkauan penelitian terkait data-data yang diperlukan akan diambil
hingga tahun 2020. Namun tidak menutup kemungkinan data yang digunakan adalah
data diluar rentan waktu tersebut selama data yang digunakan masih relevan dengan isu
yang dibahas. Berbagai kebijakan terkait mobil listrik adalah sebagai batasan terkait
penelitian ini.

7
G. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dalam penelitian ini akan dijabarkan menjadi masing-masing tiga
bab, dengan berbagai sub bab topik pembahasan sebagai berikut:

BAB I: bab ini berisi tentang ulasan pemahaman yang akan menjelaskan tentang berbagai
penjelasan mengenai subjek-subjek penelitian, yang akan dibagi kedalam sub bab mengenai
latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka teori, hipotesa, dan metode penelitian.

BAB II: Bab ini akan menguraikan tentang pembahasan dinamika terkait mobil listrik yang
terjadi di dunia serta Indonesia. topik-topik tersebut diantaranya adalah gambaran umum
kebijakan mobil listrik di Indonesia, perkembangan kebijakan mobil listrik di negara-negara
maju serta potensi pasar mobil listrik di Indonesia

BAB III: Kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai