Anda di halaman 1dari 13

ADVANCED MARKETING STRATEGY

RESUME CASE STUDY

Case : Hyundai Motor Company Case – Fostering Social Enterprises

Presented by :

Amal Fitra Iriansah (464989)

Supervised by:
Dr. Rini Kuswati, SE, MSi

MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
Backgrounds and Examples of the CSR Trend
CSR Trend in Auto Industry
Hari ini industri otomotif memberikan kontribusi bagi kemakmuran negara-
negara berkembang, serta dengan cara yang sama mendukung kemakmuran ekonomi
negara-negara maju. Industri otomotif dipandang positif untuk menciptakan lapangan
kerja, tetapi juga dikritik karena merusak lingkungan seperti polusi udara.
Menurut Laporan Global IBM Automotive 2020, “Corporate Social
Responsibility (CSR)” akan menjadi salah satu isu terpenting dalam industri ini. Sesuai
laporan Boston Consulting Group di masa depan faktor ramah lingkungan akan menjadi
penentu yang lebih penting dari pembelian mobil daripada faktor tradisional seperti
biaya, kredibilitas dan efisiensi bahan bakar. Hal ini menekankan industri otomotif untuk
semakin bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Sejauh ini, sebagian besar
studi tentang keberlanjutan industri mobil berfokus pada kegiatan lingkungan dan kurang
begitu fokus pada kegiatan sosial (Orsato dan Wells 2007). Ada beberapa studi terkait hal
ini diantaranya teknologi ramah lingkungan (Frenken et al. 2004), strategi produsen
mobil untuk menghadirkan kendaraan rendah emisi di pasar (Bohnsack et al. 2014;
Pinkse et al. 2014) atau dampak kesehatan dari mobil seperti kematian akibat polusi
(Samet et al. 2000).
Sebelum mengulas secara khusus kegiatan sosial di HMC, akan dijelaskan
terlebih dahulu kegiatan sosial yang ada di perusahaan otomotif besar seperti produsen
mobil dari Jerman, karena menjadi yang terdepan dalam hal kegiatan CSR korporasi.

Social Activities of German Car Manufacturers


Dilakukan analisis laporan keberlanjutan perusahaan mobil Jerman untuk mendapatkan wawasan
tentang apa fokus utama mereka berkaitan dengan keterlibatan sosial yang dekat dengan lokasi
produksi dan masyarakat lokal pada umumnya, mencai tahu inisiatif mana yang diikuti dan
metrik kinerja utama apa yang mereka gunakan (Tabel 7.1).
Secara umum, ketiga perusahaan mengambil pendekatan pro-aktif untuk kegiatan
CSR mereka, namun mereka memiliki perspektif yang sedikit berbeda. BMW
memandang kewarganegaraan perusahaan sebagai bagian integral dari bisnisnya. Dalam
melakukannya, ia berfokus pada area di mana ia dapat menggunakannya keahlian inti.
Daimler sama-sama ingin mengambil perannya sebagai mitra yang baik menggunakan
kompetensi untuk melayani masyarakat. Sedangkan Volkswagen, melihat CSR
perusahaan mengacu pada mengambil tanggung jawab sipil di luar area pabrik.
Satu area yang dimiliki oleh ketiga perusahaan tersebut adalah program
pengajaran keselamatan lalu lintas. Daimler memiliki program MobileKids, Volkswagen
dengan progam the ParquePolo dan BMW dengan program Kampus Junior. Topik sosial
umum lainnya yang dibahas oleh semua perusahaan adalah program sukarela dan donasi.
Ini juga sebagian besar digunakan sebagai indikator kinerja utama. Sejauh ini
penyumbang terbesar adalah Daimler (60 juta Euro) sementara Volkswagen
menyumbang paling sedikit (19 juta Euro). Namun, dalam pendekatan yang sebagian
besar homogen untuk menggunakan kompetensi inti untuk melayani masyarakat lokal
dan mempraktekkan program donasi dan relawan, perusahaan-perusahaan tersebut
berbeda fokus dalam kegiatan sosial. BMW berfokus pada inklusi sosial, Daimler pada
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan Volkswagen pada proyek
berorientasi masa depan.

Automobile Industry in Korea – Comparing with German Automobile Industry


Perusahaan mobil Jerman memiliki pendekatan sosial ke masyarakat, mendukung
sumbangan perusahaan dan sukarela tetapi juga berfokus pada bidang yang lebih khusus.
Semua ini dengan fokus mencocokkan kompetensi inti dengan program sosial. Tentunya
aktifitas pabrikan dari Jerman berbeda dengan aktivitas pabrikan mobil Korea. Cara yang
sesuai untuk membandingkan kegiatan tanggung jawab sosial adalah matriks materialitas
yang didasarkan pada pelatihan perusahaan yang membandingkan isu-isu penting yang
dinilai oleh pemangku kepentingan dengan pihak perusahaan. Hyundai Motors
merupakan produsen mobil terbesar dari Korea, yang dianggap dapat mewakili industri
otomotif di Korea.
Pada Tabel 7.2 dibandingkan 5 topik teratas, yang memiliki nilai kepentingan tertinggi
untuk pemangku kepentingan perusahaan dan perusahaan itu sendiri bagi 4 perusahaan.
Matriks ini digunakan oleh perusahaanuntuk menentukan fokus kegiatan CSR mereka.
Menariknya, matriks oleh Volkswagen mengidentifikasi keselamatan lalu lintas menjadi
kategori tertinggi kedua dalam hal harapan pemangku kepentingan, tetapi menilai itu
terendah keempat di antara 16 topik tentang pentingnya bagi perusahaan.
Hal ini menjadi bukti bahwa bagi perusahaan Jerman, perlindungan lingkungan adalah
salah satu masalah terpenting yang diawasi bersama. Hal ini tidak termasuk bagian dari 5
isu peringkat atas di Hyundai. Kesamaan yang dimiliki Hyundai terhadap Daimler dan
Volkswagen adalah fokus mereka membina karyawan yang berbakat. Selanjutnya, apa
yang menjadi fokus Hyundai dan Perusahaan Jerman sama sekali adalah masalah etika
seperti dalam menilai pemasok atau manajemen yang transparan. Yang paling dekat
adalah Daimler dengan fokusnya pada integritas. Ini menyoroti bahwa ada perbedaan
antara perusahaan mobil Jerman dan Korea Selatan.

Social Demands of Social Enterprise in Korea


Setelah krisis keuangan di Korea pada tahun 1997, terjadi peningkatan sementara
dalam lowongan pekerjaan, karena bantuan keuangan pemerintah. Namun, pasokan
pekerjaan tidak dapat distabilkan pada tingkat yang diperlukan, sehingga kritik dan
keraguan tentang efektivitas bantuan pemerintah muncul beberapa kali. Pada tahun
2000an penerapan sistem seperti Eropa mengenai perusahaan sosial dimulai. Perusahaan
sosial diharapkan dapat meningkatkan penawaran pekerjaan yang dikombinasikan
dengan pertumbuhan ekonomi. Menerapkan sistem usaha sosial sebagai alat yang efektif
untuk menciptakan lapangan kerja dan menawarkan layanan sosial dengan kualitas yang
adil, memanfaatkan NPO (Non Profit Organization), kemudian dilakukan pembinaan.
Di tahun 2007, pemerintah memberlakukan Undang-Undang Promosi Sosial
Perusahaan, berdasarkan rencana induk pemerintah untuk mendorong dan mendukung
secara sistematis perusahaan sosial. Dengan berlakunya UU periode 2008–2012, maka
jumlah usaha sosial meningkat secara signifikan dari 50 menjadi 774; jumlah karyawan
di perusahaan tersebut dari meningkat dari 1.403 menjadi 18.689. Pada bulan Desember
2012 Pemerintah menetapkan 4 tujuan utama yang bertujuan untuk (1) memperkuat
keberlanjutan usaha sosial, (2) menyediakan sistem pendukung yang disesuaikan untuk
wirausaha sosial, (3) memperluas peran dan tanggung jawab wirausaha sosial, dan (4)
memperkuat kemitraan antara masyarakat lokal dan perusahaan sosial. Perusahaan sosial
berusaha mencocokkan layanan sosial dengan kebutuhan publik, menawarkan stabilitas
pekerjaan kepada kelompok rentan secara sosial sambil memanfaatkan sumber daya lokal
dan berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pemerintah tampaknya telah
mengarah banyak perusahaan Korea untuk lebih memperhatikan kewirausahaan sosial.

Hyundai Motor Company in the Korean Automobile Industry


Didirikan tahun 1967 di Korea Selatan, Hyundai Motor Company (HMC) sekarang
menjadi perusahaan mobil multinasional terbesar yang ke-8 di dunia. HMC, bersama
dengan 32,8% anak perusahaan yang dimiliki, Kia Motors, bersama-sama membentuk
Hyundai Motor Group (HMG), yang merupakan produsen mobil terbesar ke-5 di dunia.
Pada tahun 2013, HMC dan HMG menjual lebih dari 4,7 juta dan 7,5 juta kendaraan di
seluruh dunia, masing-masing. HMC memiliki 104.731 karyawan di seluruh dunia, dan
kendaraannya dijual di 193 negara.

History
Sejarah HMC berawal dari tahun 1940-an, yang merupakan era kolonial Jepang di Korea.
Pendiri HMC, Jung Joo-Young, mengakuisisi toko perawatan mobil bernama “Ado
Service Garage”. Dia membuat bisnis maju dengan menagih harga tinggi kepada
pelanggan dengan menawarkan layanan yang cepat dan sempurna. Bisnisnya menurun
setelah adanya kebakaran dan perang. Pemerintah Jepang memulai kebijakan untuk
membatasi perusahaan Korea, dan Ado Service secara paksa digabung oleh perusahaan
Jepang.
Pada tahun 1946, Jung mendapatkan bisnisnya kembali dan menamainya sebagai
"Hyundai Motor Service. Yang mengerjakan subkontrak dari Angkatan Darat AS.
Sejarah resmi HMC dimulai tahun 1967, ketika Jung terlibat bisnis otomotif. Di
Desember 1967, saudara Jung, Jung Se Yeong mendirikan perusahaan otomotif dan
bekerjasama dengan perusahaan Ford Motor. Di awal perusahaan memproduksi mobil
Bernama Kortina. Lalu di tahun 1973, berpisah dari Ford, dan memproduksi model mobil
sendiri. Mereka mempekerjakan George Turnbull, mantan wakil presiden Leyland
Inggris, dan membuat kontrak teknologi untuk suku cadang otomotif penting seperti
mesin, akselerator, dan transmisi. Di tahun 1976, HMC memproduksi mobil Korea
pertama bernama Pony, lalu memproduksi model Sonata, yang mengawali perjalanan
menjadi pembuat mobil terbesar di Korea. HMC memperluas bisnis ke Amerika Utara di
tahun 1980-an, dan mengakuisisi KIA Motors Company dan Asia Motors Company pada
tahun 1998. Dua tahun kemudian, terbentuk HMG, yang memisahkan diri dari Grup
Hyundai bersama dengan 9 afiliasi lainnya.

Global Sales
Tahun 1990, HMC melakukan penjualan satu juta unit secara global. Yang sebagian besar,
karena model Excel yang populer, mendapat reputasi dengan efisiensi biaya. Di tahun 1996,
jumlah mobil yang terjual meningkat lebih dai 2 juta unit, karena merger dengan KIA Motors
pada tahun 1998, tingkat peningkatan penjualan semakin besar. Di 2004, HMG menjual 3,14 juta
unit, lalu di 2008 4,18 juta, di 2010 5,74 juta dan 6,6 juta di 2011. HMG menetapkan target
sebesar 7,86 juta unit terjual di tahun 2014, tetapi ada rintangan resesi ekonomi global, Yen yang
melemah, dan strategi harga rendah dari pabrikan mobil Jepang. Namun, hal ini bisa tercapai,
karena penjualan yang meningkat di negara-negara BRIC (10,5% di Cina, 8% di India, dan 7,2%
di Brasil), penjualan tahunan diperkirakan akan melebihi target (Fig. 7.1).

Geographical Operations
HMC memiliki 7 pabrik di luar negeri, yaitu di Amerika Serikat, India, Cina, Turki,
Republik Ceko, Rusia dan Brasil. Mempekerjakan lebih dari 78.000 orang di seluruh
dunia, HMC menerapkan kebijakan lokalisasi global yang baru. Kebijakan itu termasuk
penyesuaian strategi positioning merek agar lebih menarik bagi masyarakat lokal yang
tuntutannya unik (Rhee dan Kim 2014).
HMC and CSR
Setelah pemerintah Korea Selatan meloloskan Undang-Undang Promosi Sosial
Perusahaan tahun 2007, HMC membentuk Komite CSR untuk mempromosikan kegiatan
CSR-nya di tahun 2008. Komite CSR bertanggung jawab kegiatan di 3 bidang, yaitu
pengelolaan lingkungan, pengelolaan berbasis kepercayaan dan kontribusi sosial.
Tujuan CSR HMC untuk menciptakan lapangan kerja melalui bantuan start-up, guna
membina pemimpin muda global dan mengurangi polarisasi sosial dengan meningkatkan
kualitas hidup kelompok rentan sosial (Fig. 7.2).

Dari tahun 2004 hingga 2007, anggaran tahunan terus meningkat dari 35 miliar KRW
hingga mencapai 74 miliar KRW.

CSR Philosophy
Dengan slogan, “Realizing the Dreams and Aspirations of Humankind through Creative
Thinking and Rising to New Challenges,” HMC membuat komitmen yang kuat terhadap
filosofi dan tanggung jawab sosialnya (Fig. 7.3).

Kegiatan CSR dibagi menjadi tanggung jawab ekonomi, sosial, dan lingkungan.

CSR Structure
HMC terlibat dalam banyak proyek CSR termasuk 4 Moves' dan 4 proyek utama yang
mencerminkan perusahaan korporatnya, lalu membina usaha sosial, kontribusi sosial
pada budaya dan seni, kontribusi sosial global, dan 18 proyek afiliasinya. Selain itu,
HMC bekerja sama dengan Yayasan Jung Mong-koo untuk mempraktikkan nilai berbagi.
Dalam hal ini, kami terutama akan fokus pada proyek pengembangan usaha sosial HMC.
Research Method
Kasus ini mengandalkan umpan balik dari dua konferensi tentang CSR,
melakukan wawancara dengan praktisi HMC, dan meninjau dokumen laporan perusahaan
HMC.

a) Global Conference on Corporate Social Responsibility (CSR) and Globalization


Diselenggarakan oleh Profesor Jay Hyuk Rhee di Pusat Bisnis Asia di Universitas
Korea Sekolah Bisnis dan Akademi Bisnis di Masyarakat. Konferensi ini fokus
pada tema “CSR dan Globalisasi” dengan tiga sesi: (1) CSR sebagai Strategi
Global, (2) CSR dalam Praktik, dan (3) Bagaimana untuk Menilai dan
Meningkatkan CSR.

b) Global Conference on the Role of Corporate Sustainability in Asia’s


Development
Konferensi diselenggarakan Profesor Jay Hyuk Rhee di Asian Business Center di
Sekolah Bisnis Universitas Korea dan Akademi Bisnis di Masyarakat untuk
mendiskusikan pandangan peneliti tentang peran keberlanjutan perusahaan dalam
pembangunan daerah. Dihadiri 14 sarjana dari 10 negara, Australia, Bangladesh,
Kanada, China, Jerman, India, Korea, Malaysia, Inggris, dan AS serta 7 praktisi
mewakili industri ICT (Intel, Lenovo, Samsung Electronics, ZTE) dan industri
otomotif (BMW, Hyundai Motor Company, dan Mahindra & Mahindra). Ke 3
perusahaan ini berpartisipasi dalam konferensi untuk mengadakan sesi tentang isu
keberlanjutan dalam industri otomotif sebagai berikut :
1. BMW: BMW i Story – Revolutionizing Sustainable Mobility
Presenter: Inchul Cho (Head of Representative Office, Corporate and
Government Affairs, BMW Group Korea).
2. Hyundai Motor Company : Fostering social enterprises
Presenter: Hyeon-sook Heo (Deputy General Manager, Hyundai Motor
Company)
3. Mahindra & Mahindra : Mainstreaming Sustainability in Business through
knowledge building.
Presenter: Beroz Rumie Gazdar (Senior Vice President-Group Sustainability,
Mahindra & Mahindra Limited).

c) Constant Interviews with Extensive Research


Proses pengumpulan data dengan wawancara praktisi di HMC secara rutin.
Diantaranya Wakil Manajer Umum Hyeon-sook Heo dan Manajer Jae Ho Choi di
Corporate Responsibility Team of Grup Hyundai Motor.

d) HMC Corporate Reports, Website and Media Coverage


Untuk statistik didapat dari situs web resmi HMC, situs web CSR, laporan
tahunan HMC dan laporan keberlanjutan HMC. Beberapa kutipan dan informasi
ditemukan dari media besar di Korea, seperti Harian Dong-A, Harian Ekonomi
Korea, dan lain-lain.

HMC and Social Enterprises


HMC telah mendukung perusahaan sosial di banyak bidang bisnis yang berbeda seperti:
seperti jasa, manufaktur dan retail. Hal ini memberikan kesempatan kerja untuk yang
kurang mampu secara sosial. Sejalan dengan tujuan pemerintah, strategi Fokus kegiatan
CSR HMC didasarkan pada filosofi CSR yang menempatkan: nilai lebih pada perusahaan
sosial – HMC memiliki penilaian bahwa perusahaan sosial adalah solusi mendasar untuk
masalah sosial, karena mereka menciptakan nilai-nilai ekonomi dan sosial melalui
operasi bisnis dan sistem kesejahteraan mereka daripada tradisional bentuk filantropi
sepihak.
HMC terus-menerus mendirikan dan mendukung beberapa perusahaan sosial termasuk
Easy Life, dan Easy Move. Selain itu, HMC melakukan beberapa proyek untuk
mendukung adaptasi sosial pembelot perempuan Korea Utara dan kenakalan remaja (Fig.
7.4).

Dengan filosofi perusahaan bahwa kompetensi inti dari perusahaan berasal dari sumber
daya manusianya, HMC berkonsentrasi pada investasi untuk mendorong wirausahawan.
HMC mendukung 150 perusahaan sosial dan menciptakan 1500 pekerjaan dalam 5 tahun
dari 2013 melalui 'Seocho Creative Hub’. Lalu pusat pembinaan persiapan wirausahawan
sosial. Serta 'H-OnDream Audition', sebuah program untuk menemukan dan mendukung
wirausahawan muda. HMC juga menyelenggarakan H-Jump School, yang
menghubungkan wirausaha sosial dengan siswa muda.

Fostering Representative Social Enterprises


Sejak 2008, HMC membina perusahaan sosial yang representatif di bidang layanan,
manufaktur, dan bisnis ritel serta mendukung Easy Life dan Easy Move sebagai berikut :
a) Easy Life
Di 2008, HMC mendirikan Easy Life, perusahaan sosial yang bergerak di bidang
layanan perawatan untuk orang tua dan orang cacat. HMC menciptakan 700
pekerjaan untuk wanita. Easy Life mengoperasikan 4 fasilitas kesehatan untk
perawatan lansia. Dengan layanan perawatan berkualitas tinggi, Easy Life
meningkatkan kesejahteraan lansia, mempekerjakan lebih dari 60% dari 700
karyawan dari wanita pengangguran berusia di atas 50 tahun.
b) Easy Move
Di Agustus 2010, HMC meluncurkan perusahaan sosial pertama Korea bernama
Easy Move bekerja sama dengan provinsi Gyeong-Gi. Perusahaan membuat dan
mendistribusikan alat bantu perangkat dan peralatan rehabilitasi untuk orang dan
manula dengan mobilitas yang mempengaruhi disabilitas. Easy Move terus
meningkatkan kualitasnya produk dan layanan dengan mengembangkan dan
melokalisasi teknologi canggih. Tahun 2012, penjualan mencapai 3,2 miliar
KRW. Lebih dari 2/3 dari pendapatan operasional untuk mempromosikan tujuan
sosial yang penting, dan meningkatkan jumlah pekerjaan bagi anggota kelompok
yang rawan pengangguran.

HMC and Youth Social Enterprises


HMC membuat platform pembinaan untuk mendukung kaum muda dengan ide-ide
inovatif untuk membangun usaha sosial, menciptakan lapangan kerja dan memecahkan
masalah sosial. Dua pilar untuk proyek ini: A. ‘Seocho Creative Hub’ untuk menemukan
dan membina wirausahawan pra-sosial dan B.‘H-OnDream Audition’ untuk sepenuhnya
mendukung wirausahawan sosial muda. HMC berencana membina 200 usaha sosial dan
menciptakan 1.500 lapangan kerja bagi kaum muda dalam waktu 5 tahun.
Ciri khas proyek bantuan HMC untuk start-up adalah: (1) menerapkan sistem audisi dan
menjodohkan antara wirausahawan baru dan wirausahawan sosial yang sukses,
memungkinkan pendampingan dan dukungan tindak lanjut. (2) HMC menggunakan
yayasan dan jaringannya untuk menawarkan pembiayaan, dukungan pendidikan dan
masukan bagi pengusaha baru.

Eocho Creative Hub


a) Motivation
Ketika masalah pengangguran kaum muda bertambah parah, pencarian pekerjaan
menjadi kurang efektif daripada sebelumnya. Usaha sosial muncul ke permukaan
sebagai cara inovatif untuk memecahkan masalah baik pengangguran kaum muda
maupun masalah sosial melalui penciptaan lapangan kerja.
b) Main Contents
Isi program Seocho Creative Hub dibagi menjadi 2 bagian: 'Menginkubasi usaha
sosial kaum muda' dan 'Menawarkan program pendidikan & budaya' kepada
warga setempat.
c) Cooperation Model
Seocho Creative Hub adalah praktik kerja sama yang baik antara perusahaan
besar dan Organisasi Nirlaba (NPO). HMC dan Seeds, dengan keahliannya di
bidang sosial pembinaan perusahaan, membuat perencanaan bersama dari tahap
pertama. Lalu diproses operasi, kedua bagian secara aktif berkomunikasi satu
sama lain untuk mengatasi masalah yang terjadi selama proyek bisnis.
d) Key Success Factors
Seocho Creative Hub adalah 'kompleks pusat pembinaan start-up pertama,
gabungan fasilitas pendukung start-up dan layanan fungsi pendidikan serta
budaya setempat di Korea. Hal ini memungkinkan difusi inovasi melalui
pembinaan perusahaan sosial dari kaum muda, yang menjadi faktor keberhasilan.
Selain itu juga kerja sama yang diperkuat di antara berbagai sektor sangat
penting. Dukungan jangka panjang HMC untuk proyek ini juga merupakan salah
satu faktor penting. Dengan dukungan terus-menerus dari HMC, Seocho Creative
Hub dapat dengan mudah terhubung dengan pemerintah dan organisasi sipil
lainnya.

H-OnDream Audition
a) Motivation
'Youth Social Enterprise Initiative' diprakarsai untuk meningkatkan penciptaan
lapangan kerja bagi kaum muda dan mewujudkan nilai-nilai sosial dengan
membina wirausaha sosial muda.
b) Main Contents
H-OnDream Audition memilih 30 tim start-up dari ratusan pengusaha dan pra-
pengusaha yang berpartisipasi dalam Social Enterprise Promotion Project atau
'Proyek Kampus Kreatif' Kementerian Ketenagakerjaan dan Tenaga Kerja, dan
mendukung mereka pengembangan bisnis.
Pengusaha muda, yang telah lulus penyaringan dokumen, lolos penyisihan
klasifikasi industri, dan menang di final akan ditasbihkan sebagai H-OnDream
Fellows dengan tambahan dukungan finansial.
c) Cooperation Model
Salah satu fitur paling khas dari model kerjasama H-OnDream Audition adalah
bahwa kerjasama antara perusahaan besar dan organisasi profesi yang menjadi
dasar proyek. Perlu dibangun sistem kerjasama untuk mengkoordinasikan
kepentingan kelompok yang berbeda, lembaga pembinaan, pemerintah, peserta
usaha sosial, dan lain-lain.
d) Key Success Factor
Tidak seperti proyek bantuan start-up serupa lainnya, H-OnDream Audition
awalnya dibuat oleh respon proaktif konglomerat terhadap kebutuhan
wirausahawan sosial muda. Akibatnya, waktu yang dihabiskan antara tahap
perencanaan dan tahap pelaksanaan relatif singkat, sehingga efek proyek dapat
dimaksimalkan. Juga, pemanfaatan keahlian swasta secara aktif merupakan faktor
keberhasilan. Proyek ini melakukan proses pengambilan keputusan ganda yang
direncanakan dalam perspektif jangka panjang dari awal, sama dengan kasus
Seocho Creative

Moving Forward: H-Jump School


H-Jump School adalah program konsep lanjutan yang dioperasikan oleh HMC, Seoul
Yayasan Beasiswa dan sebuah usaha sosial Jump. H-Jump School bertujuan untuk
menawarkan manfaat bagi semua peserta dengan menerapkan pendekatan yang berbeda
dari program beasiswa saat ini. Kemitraan Pemerintah-Swasta, kerjasama antara agen
lembaga pemerintah, pendidikan berkualitas tinggi yang konstan dan implementasi
berorientasi penerima memungkinkan H-Jump School menjadi solusi baru.

Program Structure
Di bawah program H-Jump School, remaja kurang mampu mendapatkan bimbingan
belajar oleh tutor mahasiswa secara teratur (12 jam seminggu) selama setahun.
Pendamping mahasiswa mendapatkan bimbingan karir, terdiri dari program 100 Under
H-Jump School, remaja kurang juga mendapatkan bimbingan belajar dan pendampingan
pria oleh tutor mahasiswa secara rutin (12 jam seminggu) selama setahun.
Key Success Factors
H-Jump School menyarankan model Kemitraan Publik-Swasta yang kreatif dari
pengembangan mahasiswa berbakat dikombinasikan dengan penyelesaian kesenjangan
pendidikan oleh perusahaan kegiatan kontribusi sosial bekerja sama dengan pemerintah
daerah dan perusahaan sosial.

Overall Summary and Evaluation


Ciri-ciri model bisnis HMC yang membina perusahaan sosial, yaitu HMC mendukung
usaha sosial yang memanfaatkan hubungan kerjasama antara tim sosial budaya
perusahaan HMC dan kelompok ahli eksternal. Lalu HMC melanjutkan model bisnis
perusahaan sosial yang berkelanjutan dengan yang menciptakan lapangan kerja seperti
Easy Life dan Easy Move dalam sektor jasa, manufaktur dan ritel. Terakhir, HMC
membangun platform untuk mendukung wirausahawan sosial muda, melalui H-OnDream
Audition yang lalu diikutsertakan ke H-OnDream Fellows dan proyek kontribusi sosial
strategis baru melalui kolaborasi dengan yayasan Jung Mong koo.

Performance
Mengenai proyek HMC untuk mengembangkan usaha sosial, numerik dan teladan
indikator kinerja dijelaskan sebagai berikut (Table 7.3).

Results
Dari 2011 hingga 2013, Seocho Creative Hub menciptakan 334 pekerjaan, mendukung
43 perusahaan sosial yang sukses dari 90 peserta, untuk menghasilkan 1,36 miliar KRW
dalam penjualan. Lalu 2012 hingga 2013, HMC membina 60 perusahaan sosial dan
menciptakan 347 pekerjaan di total melalui H-OnDream Audition, proyek pembinaan
wirausaha sosial muda. Tujuan awalnya adalah menciptakan 600 pekerjaan tetapi H-
OnDream Audition telah menciptakan 370 pekerjaan dalam 2 tahun pertama. Hal ini
mengakibatkan inisiatif menerima baik evaluasi penciptaan lapangan kerja.

Exemplary Cases
Perusahaan sosial HMC telah terlibat dalam beragam kategori termasuk budaya,
pendidikan, dan lain-lain. Pada bulan 3 Maret 2014, audisi H-OnDream diadakan untuk
300 tim nasional yang dilakukan pemuda program promosi wirausaha sosial yang
diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Dewan juri yang terdiri dari para
ahli dari berbagai bidang melakukan screening, penyisihan dan final serta menyeleksi 15
kelompok inkubasi dan 15 kelompok berkembang.

Outlook on Future Challenges


Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) semakin menarik perhatian media. Majalah
bisnis populer seperti The Economist and Business Week telah membuat banyak cerita
dan artikel terkait CSR. Fokus pada CSR telah memberikan banyak tantangan bagi
banyak perusahaan. Isu utama bagi HMC terletak pada keberlanjutan. Seperti kegiatan
CSR lainnya, dukungan HMC dalam mengembangkan usaha sosial ditujukan pada
kontribusi sosial, yang tampaknya tidak secara eksplisit terkait dengan peningkatan laba
perusahaan.
Tingkat tanggung jawab sosial bervariasi, dari paling reaktif sampai sikap yang paling
proaktif. Dengan kata lain, tanggung jawab secara sosial dapat dianggap sebagai
alternatif strategis. Namun, dari sudut pandang HMC, tantangan sebenarnya adalah
bagaimana memanfaatkan praktik CSR mereka secara lebih efektif. Praktik CSR HMC
dalam mengembangkan usaha sosial akan membutuhkan lebih banyak koneksi pelanggan
untuk membuat pelanggan lama dan baru merasa lebih akrab dengan praktik CSR
tersebut.

Future Plan
Untuk meningkatkan kesesuaian antara perusahaan dan inisiatif sosial, salah satu faktor
yang paling penting adalah komitmen yang kuat dari top manajemen. Untungnya, HMC
tampaknya mengungkapkan hasratnya terhadap praktik CSR lebih lanjut. HMC
berencana untuk melakukan proyek CSR lain, sebagai langkah lebih lanjut untuk
program pendukung sosial, yang menghubungkan perusahaan sosial dengan distrik
setempat.

H-Village Project
HMC mendorong rencana untuk merevitalisasi sebuah desa bernama Chang shin Dong di
mana mayoritas penduduknya terlibat dalam industri menjahit. Asosiasi lokal,
perusahaan sosial, yayasan Chung Mong-koo, Korea Asosiasi Mecenat dan lainnya
bekerja sama untuk proyek ini.

About ‘Chang-shin Dong’


Di dekat kota mode terbesar Korea, daerah Dong-dae mun, ada sebuah desa Bernama
Chang-shin Dong, di mana sekitar 2000 pabrik jahit kecil berada. Sekitar 70% penduduk
di Chang-shin Dong terlibat dalam industri menjahit. Namun, selama 15-20 tahun
terakhir, kaum muda di Chang-shin Dong mengadopsi profesi lain selain pekerjaan
menjahit. HMC ingin memimpin perubahan tersebut secara proaktif dan konstruktif, dan
berencana untuk mencari perkembangan baru di Chang-shin Dong.

Key Points
1. Diperlukan partisipasi aktif warga setempat
2. H-Village harus mandiri, tidak terlalu bergantung pada dana.
3. Program harus diadakan terus-menerus, bukan acara satu kali.
4. Proyek harus dilanjutkan bekerja sama dengan asosiasi lokal.

Programs
a) Furniture in the Streets
Furnitur yang dibuat dengan bahan daur ulang akan dipasang di jalan-jalan
Chang-shin Dong, berupa kursi dan bangku umum yang dapat dimanfaatkan oleh
warga dan pengunjung.
b) 12 Columns
Setiap hari, sejumlah besar sisa kain dibuang di Chang shin Dong. HMC berpikir
bahwa sisa kain itu bukan sampah, tapi semacam bahan yang menunjukkan
tenaga kerja lokal di pabrik jahit kecil. 12 kolom adalah proyek seni public yang
dapat digunakan semua orang. Kain sisa akan dibuat menjadi bantal, dan bantal-
bantal itu akan ditumpuk seperti kolom. Satu kolom akan dibuat setiap bulan,
sehingga akan ada 12 kolom pada akhir tahun.
c) Village Space Network
Buku kecil yang memperkenalkan asosiasi lokal di Chang-shin Dong akan
diterbitkan dan dibagikan kepada penduduk lokal di Chang-shin Dong. Ini akan
sangat membantu untuk mengaktifkan proyek lokal di daerah tersebut.
d) Culture and Art Internship for Youth in Chang-shin Dong
Proyek revitalisasi Chang-shin Dong juga akan dilakukan oleh pemuda setempat,
bukan hanya seniman atau aktivis eksternal. Pemuda lokal akan dibayar untuk apa
yang mereka lakukan, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan hal-hal yang
berarti untuk tempat tinggal mereka.
e) Sound Scenes
Ini adalah versi baru dari proyek strollers of the city, yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh Museum Sejarah Seoul dan Belajar untuk Belajar. Suara dari
setiap sudut di Chang shin Dong akan direkam dan dibuat menjadi 'Peta Suara'
dan didistribusikan melalui aplikasi ponsel pintar. Pengguna akan dapat berjalan-
jalan di sekitar area dengan cara yang menarik menggunakan aplikasi. Proyek ini
akan membawa pengaruh positif bagi area komersial lokal.
f) Travel of Leftovers
Penjahit berpengalaman dari Chang-shin Dong akan menjadi guru. Mereka akan
mengajari para peserta tentang proses pembuatan garmen. Anak-anak akan belajar
cara membuat bros dengan sisa kain dan kancing. Pemuda dan orang dewasa akan
diajarkan proses pembuatan garmen, dan akan memiliki kesempatan untuk
mendesain pakaian mereka sendiri.
g) Production of Archive Videos and Books
Setiap proses pembuatan video dan buku akan ditampilkan melalui media sosial
ke setiap orang. Prosesnya akan dicatat secara detail, sehingga dapat membantu
orang desa lainnya di masa depan. Di penghujung tahun, film dokumenter H-
village proyek akan dibuat.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai