Presented by :
Supervised by:
Dr. Rini Kuswati, SE, MSi
MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
Backgrounds and Examples of the CSR Trend
CSR Trend in Auto Industry
Hari ini industri otomotif memberikan kontribusi bagi kemakmuran negara-
negara berkembang, serta dengan cara yang sama mendukung kemakmuran ekonomi
negara-negara maju. Industri otomotif dipandang positif untuk menciptakan lapangan
kerja, tetapi juga dikritik karena merusak lingkungan seperti polusi udara.
Menurut Laporan Global IBM Automotive 2020, “Corporate Social
Responsibility (CSR)” akan menjadi salah satu isu terpenting dalam industri ini. Sesuai
laporan Boston Consulting Group di masa depan faktor ramah lingkungan akan menjadi
penentu yang lebih penting dari pembelian mobil daripada faktor tradisional seperti
biaya, kredibilitas dan efisiensi bahan bakar. Hal ini menekankan industri otomotif untuk
semakin bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan. Sejauh ini, sebagian besar
studi tentang keberlanjutan industri mobil berfokus pada kegiatan lingkungan dan kurang
begitu fokus pada kegiatan sosial (Orsato dan Wells 2007). Ada beberapa studi terkait hal
ini diantaranya teknologi ramah lingkungan (Frenken et al. 2004), strategi produsen
mobil untuk menghadirkan kendaraan rendah emisi di pasar (Bohnsack et al. 2014;
Pinkse et al. 2014) atau dampak kesehatan dari mobil seperti kematian akibat polusi
(Samet et al. 2000).
Sebelum mengulas secara khusus kegiatan sosial di HMC, akan dijelaskan
terlebih dahulu kegiatan sosial yang ada di perusahaan otomotif besar seperti produsen
mobil dari Jerman, karena menjadi yang terdepan dalam hal kegiatan CSR korporasi.
History
Sejarah HMC berawal dari tahun 1940-an, yang merupakan era kolonial Jepang di Korea.
Pendiri HMC, Jung Joo-Young, mengakuisisi toko perawatan mobil bernama “Ado
Service Garage”. Dia membuat bisnis maju dengan menagih harga tinggi kepada
pelanggan dengan menawarkan layanan yang cepat dan sempurna. Bisnisnya menurun
setelah adanya kebakaran dan perang. Pemerintah Jepang memulai kebijakan untuk
membatasi perusahaan Korea, dan Ado Service secara paksa digabung oleh perusahaan
Jepang.
Pada tahun 1946, Jung mendapatkan bisnisnya kembali dan menamainya sebagai
"Hyundai Motor Service. Yang mengerjakan subkontrak dari Angkatan Darat AS.
Sejarah resmi HMC dimulai tahun 1967, ketika Jung terlibat bisnis otomotif. Di
Desember 1967, saudara Jung, Jung Se Yeong mendirikan perusahaan otomotif dan
bekerjasama dengan perusahaan Ford Motor. Di awal perusahaan memproduksi mobil
Bernama Kortina. Lalu di tahun 1973, berpisah dari Ford, dan memproduksi model mobil
sendiri. Mereka mempekerjakan George Turnbull, mantan wakil presiden Leyland
Inggris, dan membuat kontrak teknologi untuk suku cadang otomotif penting seperti
mesin, akselerator, dan transmisi. Di tahun 1976, HMC memproduksi mobil Korea
pertama bernama Pony, lalu memproduksi model Sonata, yang mengawali perjalanan
menjadi pembuat mobil terbesar di Korea. HMC memperluas bisnis ke Amerika Utara di
tahun 1980-an, dan mengakuisisi KIA Motors Company dan Asia Motors Company pada
tahun 1998. Dua tahun kemudian, terbentuk HMG, yang memisahkan diri dari Grup
Hyundai bersama dengan 9 afiliasi lainnya.
Global Sales
Tahun 1990, HMC melakukan penjualan satu juta unit secara global. Yang sebagian besar,
karena model Excel yang populer, mendapat reputasi dengan efisiensi biaya. Di tahun 1996,
jumlah mobil yang terjual meningkat lebih dai 2 juta unit, karena merger dengan KIA Motors
pada tahun 1998, tingkat peningkatan penjualan semakin besar. Di 2004, HMG menjual 3,14 juta
unit, lalu di 2008 4,18 juta, di 2010 5,74 juta dan 6,6 juta di 2011. HMG menetapkan target
sebesar 7,86 juta unit terjual di tahun 2014, tetapi ada rintangan resesi ekonomi global, Yen yang
melemah, dan strategi harga rendah dari pabrikan mobil Jepang. Namun, hal ini bisa tercapai,
karena penjualan yang meningkat di negara-negara BRIC (10,5% di Cina, 8% di India, dan 7,2%
di Brasil), penjualan tahunan diperkirakan akan melebihi target (Fig. 7.1).
Geographical Operations
HMC memiliki 7 pabrik di luar negeri, yaitu di Amerika Serikat, India, Cina, Turki,
Republik Ceko, Rusia dan Brasil. Mempekerjakan lebih dari 78.000 orang di seluruh
dunia, HMC menerapkan kebijakan lokalisasi global yang baru. Kebijakan itu termasuk
penyesuaian strategi positioning merek agar lebih menarik bagi masyarakat lokal yang
tuntutannya unik (Rhee dan Kim 2014).
HMC and CSR
Setelah pemerintah Korea Selatan meloloskan Undang-Undang Promosi Sosial
Perusahaan tahun 2007, HMC membentuk Komite CSR untuk mempromosikan kegiatan
CSR-nya di tahun 2008. Komite CSR bertanggung jawab kegiatan di 3 bidang, yaitu
pengelolaan lingkungan, pengelolaan berbasis kepercayaan dan kontribusi sosial.
Tujuan CSR HMC untuk menciptakan lapangan kerja melalui bantuan start-up, guna
membina pemimpin muda global dan mengurangi polarisasi sosial dengan meningkatkan
kualitas hidup kelompok rentan sosial (Fig. 7.2).
Dari tahun 2004 hingga 2007, anggaran tahunan terus meningkat dari 35 miliar KRW
hingga mencapai 74 miliar KRW.
CSR Philosophy
Dengan slogan, “Realizing the Dreams and Aspirations of Humankind through Creative
Thinking and Rising to New Challenges,” HMC membuat komitmen yang kuat terhadap
filosofi dan tanggung jawab sosialnya (Fig. 7.3).
Kegiatan CSR dibagi menjadi tanggung jawab ekonomi, sosial, dan lingkungan.
CSR Structure
HMC terlibat dalam banyak proyek CSR termasuk 4 Moves' dan 4 proyek utama yang
mencerminkan perusahaan korporatnya, lalu membina usaha sosial, kontribusi sosial
pada budaya dan seni, kontribusi sosial global, dan 18 proyek afiliasinya. Selain itu,
HMC bekerja sama dengan Yayasan Jung Mong-koo untuk mempraktikkan nilai berbagi.
Dalam hal ini, kami terutama akan fokus pada proyek pengembangan usaha sosial HMC.
Research Method
Kasus ini mengandalkan umpan balik dari dua konferensi tentang CSR,
melakukan wawancara dengan praktisi HMC, dan meninjau dokumen laporan perusahaan
HMC.
Dengan filosofi perusahaan bahwa kompetensi inti dari perusahaan berasal dari sumber
daya manusianya, HMC berkonsentrasi pada investasi untuk mendorong wirausahawan.
HMC mendukung 150 perusahaan sosial dan menciptakan 1500 pekerjaan dalam 5 tahun
dari 2013 melalui 'Seocho Creative Hub’. Lalu pusat pembinaan persiapan wirausahawan
sosial. Serta 'H-OnDream Audition', sebuah program untuk menemukan dan mendukung
wirausahawan muda. HMC juga menyelenggarakan H-Jump School, yang
menghubungkan wirausaha sosial dengan siswa muda.
H-OnDream Audition
a) Motivation
'Youth Social Enterprise Initiative' diprakarsai untuk meningkatkan penciptaan
lapangan kerja bagi kaum muda dan mewujudkan nilai-nilai sosial dengan
membina wirausaha sosial muda.
b) Main Contents
H-OnDream Audition memilih 30 tim start-up dari ratusan pengusaha dan pra-
pengusaha yang berpartisipasi dalam Social Enterprise Promotion Project atau
'Proyek Kampus Kreatif' Kementerian Ketenagakerjaan dan Tenaga Kerja, dan
mendukung mereka pengembangan bisnis.
Pengusaha muda, yang telah lulus penyaringan dokumen, lolos penyisihan
klasifikasi industri, dan menang di final akan ditasbihkan sebagai H-OnDream
Fellows dengan tambahan dukungan finansial.
c) Cooperation Model
Salah satu fitur paling khas dari model kerjasama H-OnDream Audition adalah
bahwa kerjasama antara perusahaan besar dan organisasi profesi yang menjadi
dasar proyek. Perlu dibangun sistem kerjasama untuk mengkoordinasikan
kepentingan kelompok yang berbeda, lembaga pembinaan, pemerintah, peserta
usaha sosial, dan lain-lain.
d) Key Success Factor
Tidak seperti proyek bantuan start-up serupa lainnya, H-OnDream Audition
awalnya dibuat oleh respon proaktif konglomerat terhadap kebutuhan
wirausahawan sosial muda. Akibatnya, waktu yang dihabiskan antara tahap
perencanaan dan tahap pelaksanaan relatif singkat, sehingga efek proyek dapat
dimaksimalkan. Juga, pemanfaatan keahlian swasta secara aktif merupakan faktor
keberhasilan. Proyek ini melakukan proses pengambilan keputusan ganda yang
direncanakan dalam perspektif jangka panjang dari awal, sama dengan kasus
Seocho Creative
Program Structure
Di bawah program H-Jump School, remaja kurang mampu mendapatkan bimbingan
belajar oleh tutor mahasiswa secara teratur (12 jam seminggu) selama setahun.
Pendamping mahasiswa mendapatkan bimbingan karir, terdiri dari program 100 Under
H-Jump School, remaja kurang juga mendapatkan bimbingan belajar dan pendampingan
pria oleh tutor mahasiswa secara rutin (12 jam seminggu) selama setahun.
Key Success Factors
H-Jump School menyarankan model Kemitraan Publik-Swasta yang kreatif dari
pengembangan mahasiswa berbakat dikombinasikan dengan penyelesaian kesenjangan
pendidikan oleh perusahaan kegiatan kontribusi sosial bekerja sama dengan pemerintah
daerah dan perusahaan sosial.
Performance
Mengenai proyek HMC untuk mengembangkan usaha sosial, numerik dan teladan
indikator kinerja dijelaskan sebagai berikut (Table 7.3).
Results
Dari 2011 hingga 2013, Seocho Creative Hub menciptakan 334 pekerjaan, mendukung
43 perusahaan sosial yang sukses dari 90 peserta, untuk menghasilkan 1,36 miliar KRW
dalam penjualan. Lalu 2012 hingga 2013, HMC membina 60 perusahaan sosial dan
menciptakan 347 pekerjaan di total melalui H-OnDream Audition, proyek pembinaan
wirausaha sosial muda. Tujuan awalnya adalah menciptakan 600 pekerjaan tetapi H-
OnDream Audition telah menciptakan 370 pekerjaan dalam 2 tahun pertama. Hal ini
mengakibatkan inisiatif menerima baik evaluasi penciptaan lapangan kerja.
Exemplary Cases
Perusahaan sosial HMC telah terlibat dalam beragam kategori termasuk budaya,
pendidikan, dan lain-lain. Pada bulan 3 Maret 2014, audisi H-OnDream diadakan untuk
300 tim nasional yang dilakukan pemuda program promosi wirausaha sosial yang
diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan. Dewan juri yang terdiri dari para
ahli dari berbagai bidang melakukan screening, penyisihan dan final serta menyeleksi 15
kelompok inkubasi dan 15 kelompok berkembang.
Future Plan
Untuk meningkatkan kesesuaian antara perusahaan dan inisiatif sosial, salah satu faktor
yang paling penting adalah komitmen yang kuat dari top manajemen. Untungnya, HMC
tampaknya mengungkapkan hasratnya terhadap praktik CSR lebih lanjut. HMC
berencana untuk melakukan proyek CSR lain, sebagai langkah lebih lanjut untuk
program pendukung sosial, yang menghubungkan perusahaan sosial dengan distrik
setempat.
H-Village Project
HMC mendorong rencana untuk merevitalisasi sebuah desa bernama Chang shin Dong di
mana mayoritas penduduknya terlibat dalam industri menjahit. Asosiasi lokal,
perusahaan sosial, yayasan Chung Mong-koo, Korea Asosiasi Mecenat dan lainnya
bekerja sama untuk proyek ini.
Key Points
1. Diperlukan partisipasi aktif warga setempat
2. H-Village harus mandiri, tidak terlalu bergantung pada dana.
3. Program harus diadakan terus-menerus, bukan acara satu kali.
4. Proyek harus dilanjutkan bekerja sama dengan asosiasi lokal.
Programs
a) Furniture in the Streets
Furnitur yang dibuat dengan bahan daur ulang akan dipasang di jalan-jalan
Chang-shin Dong, berupa kursi dan bangku umum yang dapat dimanfaatkan oleh
warga dan pengunjung.
b) 12 Columns
Setiap hari, sejumlah besar sisa kain dibuang di Chang shin Dong. HMC berpikir
bahwa sisa kain itu bukan sampah, tapi semacam bahan yang menunjukkan
tenaga kerja lokal di pabrik jahit kecil. 12 kolom adalah proyek seni public yang
dapat digunakan semua orang. Kain sisa akan dibuat menjadi bantal, dan bantal-
bantal itu akan ditumpuk seperti kolom. Satu kolom akan dibuat setiap bulan,
sehingga akan ada 12 kolom pada akhir tahun.
c) Village Space Network
Buku kecil yang memperkenalkan asosiasi lokal di Chang-shin Dong akan
diterbitkan dan dibagikan kepada penduduk lokal di Chang-shin Dong. Ini akan
sangat membantu untuk mengaktifkan proyek lokal di daerah tersebut.
d) Culture and Art Internship for Youth in Chang-shin Dong
Proyek revitalisasi Chang-shin Dong juga akan dilakukan oleh pemuda setempat,
bukan hanya seniman atau aktivis eksternal. Pemuda lokal akan dibayar untuk apa
yang mereka lakukan, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan hal-hal yang
berarti untuk tempat tinggal mereka.
e) Sound Scenes
Ini adalah versi baru dari proyek strollers of the city, yang direncanakan dan
dilaksanakan oleh Museum Sejarah Seoul dan Belajar untuk Belajar. Suara dari
setiap sudut di Chang shin Dong akan direkam dan dibuat menjadi 'Peta Suara'
dan didistribusikan melalui aplikasi ponsel pintar. Pengguna akan dapat berjalan-
jalan di sekitar area dengan cara yang menarik menggunakan aplikasi. Proyek ini
akan membawa pengaruh positif bagi area komersial lokal.
f) Travel of Leftovers
Penjahit berpengalaman dari Chang-shin Dong akan menjadi guru. Mereka akan
mengajari para peserta tentang proses pembuatan garmen. Anak-anak akan belajar
cara membuat bros dengan sisa kain dan kancing. Pemuda dan orang dewasa akan
diajarkan proses pembuatan garmen, dan akan memiliki kesempatan untuk
mendesain pakaian mereka sendiri.
g) Production of Archive Videos and Books
Setiap proses pembuatan video dan buku akan ditampilkan melalui media sosial
ke setiap orang. Prosesnya akan dicatat secara detail, sehingga dapat membantu
orang desa lainnya di masa depan. Di penghujung tahun, film dokumenter H-
village proyek akan dibuat.
Terima Kasih