SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa disertasi yang berjudul :
Analisis Kebijakan Corporate Social Responsibility Berkelanjutan pada Industri
Otomotif di Indomobil Group adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi
pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi.
ABSTRACT
The presence of the auto industry as part of a social system should have a positive
impact to the surrounding community. The company's efforts to remain sustainable in
its operations and provide positive impact to the surrounding community in the form
of Corporate Social Responsibility (CSR). The purpose of this study are:
to determine the attributes that play a role in sustainable CSR in the auto industry; to
determine the sustainability of CSR index, and to identify appropriate sustainable
CSR policies in the auto industry.
The research method is to use analysis of Multidimensional Scaling (MDS) to
determine the attributes which is the lever of the three-dimensional factors
sustainability (economic, social and environment). To know the effect of each
attribute of sustainable CSR, and to support the validity of MDS methods used
Friedman's test and then using the prospective analysis of scenario analysis to get a
key factor, and finally used the Analytical Hierarchy Process (AHP) to get the right
CSR policies implemented in the automotive industry. Sustainable CSR policy in the
automotive industry for each company are different from each other according to the
views of stakeholders (stakeholders) as well as in PT Indomobil Suzuki Motor CSR
policy is different from the existing CSR policies on PT. Nissan Motor Indonesia and
PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia. But there is a red thread which is the main
priority that need attention in the automotive industry which is the creation of
business opportunities to the community. Sustainable CSR policy priority in the
automotive industry in increasing business opportunities for local communities which
is the policy of CSR performance improvement is by taking into account business
performance simultaneously. This means that in improving the local economy around
is done by considering a competitive advantage that is how the activity increased
business opportunities to actually improve the quality of input factors that will be used
by the company, activities that can provide a significant influence on the productive
system and transparent competition, an activity that can enlarge the market coverage
of products sold to get input on the feasibility of product standards and local
consumer intelligence, and creation of supporting industries in the location the
company operates.
RINGKASAN
(skor 0,41). Untuk faktor mencapai pertumbuhan ekonomi, kriteria yang menjadi
prioritas utama mendapat perhatian adalah peluang usaha yang timbul bagi
masyarakat Kelurahan Jatimulya (skor 0,20). Untuk faktor sosial, kriteria yang
menjadi prioritas utama untuk mendapat perhatian adalah kerenggangan sosial dan
disintegrasi sosial yang sama-sama memperoleh skor 0,10. Untuk faktor
lingkungan kriteria yang menjadi prioritas utama adalah Rehabilitasi Lingkungan
(skor 0,17). Alternatif kebijakan yang diperoleh dari pendapat para pakar dan
tokoh masyarakat adalah perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara
simultan dengan skor 0,56.
Pada PT. NMI dan PT.HMMI level aktor yang menjadi prioritas mendapat
perhatian adalah pengusaha (skor 0,42), karena berperan sentral untuk
menghasilkan kebijakan CSR berkelanjutan di PT. NMI dan PT. HMMI. Dari
level faktor, adalah lingkungan yang menjadi menjadi prioritas utama untuk
mendapatkan perhatian (skor 0,58). Level kriteria dari masing-masing faktor yang
berada di bawah faktor ekonomi menjadi prioritas utama adalah peluang usaha
(skor 0,10). Kriteria di bawah faktor sosial yang menjadi prioritas utama adalah
peningkatan kerekatan sosial (skor 0,17). Untuk faktor lingkungan kriteria
prioritas utama adalah konservasi lingkungan (skor 0,28). Alternatif kebijakan
yang direkomendasikan menjadi prioritas utama adalah perbaikan kinerja CSR dan
kemajuan usaha secara simultan (skor 0,67).
Sebagai dasar dari kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif,
maka perbaikan kinerja CSR tetap memperhatikan kemajuan usaha secara simultan
sebagai dasar dari seluruh aktivitas CSR dalam industri otomotif. Kebijakan umum
CSR berkelanjutan dalam industri otomotif adalah sebagai berikut.
a. Masing-masing perusahaan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat berbeda
dengan perusahaan lainnya, sehingga mengakibatkan atribut-atribut yang
berperan dalam CSR berkelanjutan menjadi berbeda-beda pula.
b. Dari hasil penelitian terdapat satu atribut dari keseluruhan atribut CSR
berkelanjutan dari masing-masing perusahaan yang mempunyai kesamaan, yaitu
peluang usaha. Dengan demikian, faktor peluang usaha menjadi atribut yang
penting untuk menjadi prioritas utama yang diperhatikan dalam industri
otomotif.
c. Kebijakan CSR berkelanjutan pada industri otomotif adalah perbaikan kinerja
CSR dan kemajuan usaha secara simultan.
Industri otomotif harus memperhatikan penciptaan peluang usaha bagi
masyarakat sekitar perusahaan dimana perusahaan berdomisili namun dengan
berfokus kepada penciptaan keunggulan kompetitif (competitive advantage) masing-
masing perusahaan di lokasi perusahaan, sehingga tujuan dari aktivitas CSR untuk
menciptakan keberlanjutan usaha disamping meningkatkan reputasi perusahaan
sebagai bagian dari corporate citizenships secara simultan tercapai.
Kata kunci: CSR, keberlanjutan, pemangku kepentingan, peluang usaha, industri otomotif
vii
Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ix
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Diketahui
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenanNya dapat
diselesaikan disertasi ini yang berjudul ANALISIS KEBIJAKAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY BERKELANJUTAN PADA INDUSTRI OTOMOTIF DI
INDOMOBIL GROUP sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Doktor Ilmu
Pengetahuan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL), Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof.Dr.Ir.Hj.Aida Vitayala S.
Hubeis sebagai ketua komisi pembimbing; Prof. Dr.Ir.H.Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,
DEA dan Dr-Ing Gunadi Sindhuwinata (Presiden Direktur Indomobil Group) masing-
masing sebagai anggota komisi pembimbing yang telah berkenan membimbing,
memberikan masukan kepada penulis, serta memberikan dorongan moril hingga
terselesaikannya disertasi ini. Semoga Tuhan membalas segala budi baik yang telah
diberikan kepada kami.
Penghargaan serta rasa terima kasih juga disampaikan kepada Prof.
Dr.Ir.Hardinsyah MS, sebagai penguji luar komisi pada saat prelim maupun ujian
tertutup yang memberikan banyak sekali masukan. Terima kasih kepada Prof.Dr.
Bomer Pasaribu, SH,SE,MS yang selain akademisi dan mantan Menteri juga anggota
DPR pusat dan Prof.Dr.Ir.Tb.Sjafri Mangkuprawira atas kesediaan dan koreksinya
saat menjadi penguji luar komisi pada ujian terbuka. Kritik dan masukan dari beliau-
beliau sebagai pakar amat luar biasa pada peningkatan mutu disertasi ini.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada PT. Suzuki Indomobil Motor, PT.
Nissan Motor Indonesia, dan PT. Hino Motor Manufacturing Indonesia yang telah
memberikan kesempatan meneliti di perusahaannya. Ucapan terimakasih kepada
Program Pascasarjana IPB, khususnya Program Studi PSL yang telah memberikan
kesempatan menimba ilmu. Kepada orangtua Dj.H. Samosir (alm) dan Ny.P.boru
Napitu, adik-adik, istri tercinta D.F.boru Siallagan dan kedua buah hati Anna M.L.
boru Samosir dan David B.S.Samosir, dukungan dan kasih sayang mereka luar biasa.
Terima kasih pula kepada semua kolega yaitu Dr.Thamrin, Dr.Nonon S.dan rekan-
rekan PSL. Semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan.
Bogor, Desember 2010
Peneliti
xii
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta, 2 Agustus 1965 sebagai anak pertama dari lima
bersaudara, pasangan Dj.Halomoan Samosir (Alm) dan Pintauli boru Napitu.
Pendidikan Sarjana ditempuh pada Program Studi Pendidikan Tata Niaga, tamat tahun
1990. Pendidikan Pascasarjana diselesaikan pada tahun 2003 pada Program Studi
Marketing Management. Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Program Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis mulai bekerja di PT. Suzuki Indomobil Sales sejak tahun 1995 sampai
dengan sekarang.
Pada tahun 2000 penulis menikah dengan Denny boru Siallagan SE dan telah
dikaruniai dua orang anak yakni Anna Maria Lasma boru Samosir dan David Binsar
Samuelson Samosir.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL.................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.1.1 Industri Otomotif ........................................................... 3
1.1.2 Aktivitas CSR dalam industri otomotif .......................... 6
1.2 Identifikasi Masalah ....................................................... 12
1.3 Pembatasan Masalah........................................................ 13
1.4 Kerangka Pemikiran ........................................................ 14
1.5 Perumusan Masalah ......................................................... 16
1.6 Tujuan Penelitian ............................................................. 16
1.7 Manfaat Penelitian ........................................................... 17
1.8 Kebaruan (Novelty) ......................................................... 17
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kategorisasi CSR......................................................................... 27
2. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Type
Baru Katagori M dan N Berpenggerak Motor Bakar Cetus
Api Bebahan bakar Bensin ......................................................... 41
3. Tabel ambang batas emisi menurut Standar Euro
(gasoline)....................................................................................... 42
4. Skala RDAP ................................................................................. 47
5. Berbagai kemungkinan intervensi pemerintah dalam kebijakan
Publik ........................................................................................... 65
6. Type dari program kebijakan dan instrumen kebijakan................ 65
7. Daftar jenis dan jenis sumber data untuk analisa CSR
Berkelanjutan dalam industri otomotif ....................................... 77
8. Definisi atribut-atribut yang digunakan untuk menilai
Tingkat keberlanjutan kebijakan CSR berkelanjutan dalam
Industri otomotif di Indomobil Group.......................................... 78
9. Kriteria pembobotan atribut-atribut CSR berkelanjutan dalam
industri otomotif di Indomobil Group......................................... 80
10. Matriks analisa prospektif ........................................................... 86
11. Skala perbandingan berpasangan ................................................ 89
12. Tabel langkah-langkah penelitian ............................................... 93
13. Realisasi produksi mobil merek Suzuki ...................................... 97
14. Daftar produk suzuki ................................................................... 98
15. Batas wilayah kelurahan Jatimulya ............................................. 101
16. Struktur penduduk kelurahan Jatimulya ...................................... 102
17. Pembagian lahan di kelurahan Jatimulya .................................... 103
18. Jumlah penduduk menurut kelompok umur ............................... 104
19. Jumlah penduduk berdasarkan gender ........................................ 104
20. Jumlah penduduk sesuai tingkat pendidikan ............................... 105
21. Wajib belajar 9 tahun dan angka putus sekolah........................... 105
22. Prasarana pendidikan ................................................................... 106
23. Jumlah penduduk pengangguran .................................................. 106
24. Jenis mata pencaharian masyarakat ............................................ 107
25. Kelembagaan ekonomi ................................................................ 107
26. Tingkat kesejahteraan masyarakat .............................................. 108
27. Daftar produk PT. NMI (Nissan)................................................. 112
28. Jumlah tenaga kerja di PT.NMI ................................................ 112
29. Jumlah tenaga kerja di PT. HMMI ............................................. 113
30. Jenis produk PT.HMMI (Hino) ................................................. 115
31. Luas lahan di Desa Dangdeur.................................................... 116
32. Komposisi jumlah penduduk ..................................................... 117
33. Jumlah penduduk menurut kelompok umur ............................... 117
34. Jumlah Kepala Keluarga (KK) menurut tingkat pendidikan ...... 118
35. Jenis mata pencaharian penduduk ............................................. 118
36. Kelembagaan ekonomi yang ada di Desa Dangdeur .................. 119
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Daftar Hasil Uji Emisi gas buang.................................................... 189
2. Hasil pengujian kualitas Udara PT. HMMI..................................... 196
- Udara Indoor (kualitas udara dalam ruangan)............................... 196
- Kualitas Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak............................ 197
- Udara Ambien.............................................................................. 198
3. Hasil pengujian kualitas Air PT. HMMI......................................... 199
- Kualitas Air Limbah...................................................................... 199
4. Hasil pengujian kualitas Udara PT. NMI........................................ 201
- Udara Indoor (kualitas udara dalam ruangan)............................... 201
- Udara Emisi Sumber Bergerak...................................................... 202
- Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak............................................ 203
5. Hasil Pengujian Kualitas Air Limbah PT. NMI.............................. 204
- Air Limbah.................................................................................... 204
- Udara Ambien............................................................................... 205
6. Hasil Pengujian Kualitas Air PT. SIM............................................ 206
- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Effluent WWT-1).................. 206
- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Inlet WWTP 4W)................... 207
- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Outlet Sesudah Proses).......... 209
- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Outlet WWTP 4W)............... 210
- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Pinal PH Control WWT-1).... 212
7. Hasil Pengujian Kualitas Kebisingan Ruang Kerja........................ 213
- Kualitas Udara Kebisingan Ruang Kerja...................................... 213
- Udara Indoor (Kualitas Udara Dalam Ruangan)........................... 214
8. Hasil Pengujian Kualitas Kebauan Ruang Kerja............................ 215
- Area Painting................................................................................ 215
- Area Sandblasting dan Welding.................................................... 216
9. Hasil uji Friedman ......................................................................... 217
1
I. PENDAHULUAN
kepentingan lainnya, bisa dipastikan dalam waktu dekat, mereka mengalami kerugian
secara sosial dan ekonomi, akibat berbagai tekanan dan klaim yang menyudutkan
keberadaan perusahaan mereka, bahkan keberlanjutan dan reputasinya (Rudito et al.,
2004). CSR kini tidak saja dihubungkan dengan peningkatan kualitas sumberdaya
semisal tenaga kerja atau pemberdayaan masyarakat setempat. Masyarakat
menganggap peran perusahaan dalam memperbaiki kualitas hidup mereka
menunjukkan bahwa perusahaan itu adalah bagian dari kehidupan komunitas mereka.
Di negara kita, banyak perusahaan dibangun diareal pemukiman penduduk, tetapi
tidak memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat setempat. Sebagian besar dari
mereka merasa tidak ada kepentingan dengan masyarakat setempat, jadi tidak ada
perlunya kegiatan yang dapat mendekatkan antara keduanya. Akibatnya, kini banyak
dari perusahaan itu menghadapi masalah pelik dengan masyarakat setempat karena
kurangnya komunikasi, yang menyebabkan hubungan keduanya semakin buruk dari
hari ke hari (Kennedy, 2009).
CSR merupakan dampak positif dunia usaha terhadap masyarakat dan
lingkungan melalui kegiatan operasinya, produk maupun jasa yang dihasilkannya,
maupun melalui interaksinya dengan para pemangku kepentingan seperti
karyawan/pekerja, pelanggan, investor, masyarakat, dan pemasok. Artinya bahwa
kegiatan CSR memberikan dampak positif atas keberadaannya, baik aspek internal
perusahaan seperti karyawan maupun aspek eksternal perusahaan, yaitu konsumen
dan masyarakat.
Pelaksanaan CSR sebenarnya telah dilaksanakan oleh perusahaan di lingkungan
Indomobil Group yang pada dasarnya telah melaksanakan aktivitasnya dalam
membantu masyarakat baik dalam bentuk charity (amal) dan philanthropy (kontribusi
langsung). Mulai dari kegiatan mengirimkan sumbangan kepada korban bencana
alam, memberikan bantuan beasiswa, memberikan penyuluhan kesehatan kepada para
siswa sekolah, penyuluhan penghematan energi Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi
pengendara mobil, melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan, kegiatan
penanaman pohon dilahan kritis dan sebagainya. Kegiatan ini bahkan menjadi trend
akhir-akhir ini sebagaimana termuat di surat-surat kabar bahwa perusahaan
3
mengklaim telah melakukan CSR dengan berbagai cara dan cenderung di tonjolkan
sehingga menjadi sarana promosi perusahaan, agar dikenal sebagai perusahaan yang
socially responsible.
hidup dapat mengakibatkan berbagai masalah, baik yang diakibatkan dari proses
pembuatan kendaraan maupun dari produk itu sendiri.
Menurut Global Reporting Initiative atau GRI (2004) terdapat sejumlah isu
dalam industri otomotif yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan aspek
mobilitas, yaitu (1) emisi gas rumah kaca/perubahan iklim (greenhouse gas
emissions/climate change), (2) kualitas udara (air quality), (3) kebisingan (noise),
(4) aspek keselamatan (safety aspects), (5) kemacetan (congestion), (6) infrastruktur
(infrastructure), (7) akses kepada mobilitas (access to mobility), (8) emerging
markets, (9) produk dan jasa (product & services) dan (10) kontribusi terhadap
kesejahteraan masyarakat sekitar (contribution to local welfare). Dampak negatif
dari kehadiran otomotif di jalan raya adalah adanya polusi yang cenderung
berakibat buruk kepada kesehatan masyarakat (Vasconcellos, 2001). Disamping itu
tentu saja adalah dapat menyebabkan kemacetan dan kerugian akibat pemborosan
pemakaian bahan bakar minyak (BBM).
Indomobil Group sebagai salah satu group perusahaan dalam bidang otomotif
memiliki pangsa pasar sekitar 22% penjualan mobil di Indonesia (Indomobil Group,
2008). Indomobil Group merupakan suatu holding company dari berbagai
perusahan dibawahnya yang memproduksi berbagai merek mobil yang memenuhi
seluruh klasifikasi mobil yang ada yang meliputi : Sedan, 4x2 MPV, 4x4 SUV, Pick
up dan Truk, Bus, dan Kabin Ganda sesuai oleh Standar Nasional Indonesia (SNI).
Indomobil Group tentu saja memiliki kontribusi yang besar dalam permasalahan
yang timbul akibat dari kehadiran industri otomotif bagi masyarakat sekitar lokasi
perusahaan maupun produk mobil yang dihasilkannya, terutama bagi masyarakat
perkotaan. Sebagai grup perusahaan yang memiliki komitmen untuk memberikan
kepuasan total kepada pelanggan dan memiliki mutu produk yang superior (to
deliver total customer satisfaction and superior quality products) jelas akan sangat
bertentangan bila membuang limbah produknya secara sembarangan tanpa suatu
pengolahan lebih dulu sehingga mencemari lingkungan sekitar. Hal ini jelas akan
berakibat kepada dapat munculnya gugatan dari masyarakat sekitar, sehingga proses
produksipun akan dapat terganggu dan hal ini berakibat kepada menurunnya nilai
5
Abidin, 2003) Namun dinilai kegiatannya masih bersifat parsial atau tidak bersifat
holistik dalam arti meliputi tiga aspek pembangunan berkelanjutan, yaitu ekonomi
sosial dan lingkungan. Bidang kegiatan CSR yang dimasuki beragam sesuai dengan
keinginan masing-masing yang terkadang tanpa tujuan dan maksud yang jelas.
Dalam penentuan besaran nilainya beragam antar sesama perusahaan dalam industri
otomotif, yaitu lebih kepada keinginan dan pemahaman terhadap CSR serta diduga
kepada orientasi bisnis.
Indomobil Group sebagai produsen mobil berbagai merek, yaitu Suzuki,
Nissan, Hino yang merupakan produk berasal dari Jepang, telah melakukan
aktivitas CSR (Indomobil Group, 2008) sebagaimana disebutkan di bawah ini :
1. Setiap tahun memberikan beasiswa kepada anak dari karyawan yang berprestasi
di sekolahnya.
2. Memberikan bantuan sarana rambu-rambu lalu lintas (seperti traffic cone) kepada
Pihak Kepolisian, bekerjasama dengan pihak dealer (penyalur).
3. Sejak 2008 meluncurkan produk mobil yang di klaim telah memenuhi kualifikasi
EURO III seperti pada mobil Suzuki Swift
4. Memperoleh sertifikat ISO 9000 dan ISO14000
5. Menanam pohon di daerah yang gersang
Industri otomotif sebagai pemangku utama dari pembangunan masyarakat perlu
melakukan tindakan positif untuk berperan dalam mengatasi masalah yang timbul
dalam masyarakat akibat dari proses produksi dan juga produk kendaraan bermotor
yang diproduksinya. Untuk itu, pelaksanaan CSR menjadi hal yang amat penting dan
menjadi alat utama penyaluran kontribusi perusahaan (korporat) terhadap komunitas,
baik di sekitar perusahaan maupun komunitas yang lebih luas lagi dan juga terhadap
lingkungan dalam mencapai upaya pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini, upaya
pemilihan skala prioritas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan
dalam pelaksanaan CSR menjadi penting, termasuk di dalamnya bidang yang
dimasuki oleh aktivitas CSR industri otomotif berkelanjutan dan juga pemilihan
bentuk kegiatan, serta strategi dan cara melaksanakannya. Namun perlu pula
8
diperhatikan apa yang menjadi ekspektasi stakeholders terhadap kebijakan CSR dari
Indomobil Group, sehingga terdapat titik temu antara kedua belah pihak.
Memang CSR bukanlah solusi satu-satunya dalam mengatasi permasalahan
yang timbul seperti kemacetan, polusi udara, kebisingan, kemiskinan dan masalah
sosial lainnya karena kondisi tersebut bukan hanya ditimbulkan dari industri
kendaraan bermotor, tetapi dilain pihak menganggap kondisi tersebut adalah
tanggungjawab Pemerintah juga kurang tepat, karena penyebabnya adalah kompleks
dan menyangkut berbagai pihak seperti masyarakat sebagai pelaku atau pengendara
mobil, pihak Pemerintah sebagai regulator dan industri otomotif sebagai produsen
mobil. Namun karena industri otomotif telah memperoleh manfaat dari keberadaan
sumber daya alam (SDA) dan komunitas sekitar industri otomotif atau lebih luas lagi,
maka perlu ada imbal balik. Pikiran untuk melakukan imbal balik ini sebenarnya
merefleksikan dimensi tanggungjawab secara sosial, yaitu perusahaan merasa punya
tanggungjawab atas dampak operasi yang ditimbulkannya, baik langsung ataupun
tidak langsung terhadap masyarakat (Nursahid, 2006). CSR pada dasarnya menuntut
adanya Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik,
dimana untuk mencapai hal tersebut diperlukan prasyarat minimal, yaitu adanya
transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas, efisiensi,
dan keadilan (Rudito dan Femiola, 2007)
Dasar hukum yang melandasi pelaksanaan aktivitas CSR di Indonesia untuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN
Nomor : KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) berikut :
a. Sumber dana berasal dari penyisihan laba setelah pajak maksimal 1% (Ps.8(2))
b. Besar dana ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
Persero, dan oleh Menteri BUMN untuk Perum (Ps.8(3))
Kalangan swasta (private sector) berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT)
telah disepakati mengenai UU Perseroan Terbatas No.4/2007, yaitu BAB V mengenai
tanggungjawab sosial dan lingkungan berisikan hal berikut :
9
karena belum ada petujuk pelaksanaan CSR, maka jenis perusahaan mana yang
terkena peraturan tersebut masih belum jelas. Demikian pula dampaknya terhadap
pelaksanaan CSR di Industri Otomotif diduga belum mengalami perubahan yang
nyata antara sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PT yang baru tersebut.
Di tingkat global, CSR adalah suatu aktivitas yang secara sukarela wajib
dilaksanakan perusahaan (korporat). Berbagai perusahaan transnasional
(multinational corporation atau MNC) melaksanakan program CSR diberbagai
negara, dimana lokasi MNC tersebut berada seperti Wallmart, The Body Shop dan
sebagainya. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah memformulasikan kegiatan
CSR dalam suatu kesepakatan global yang disebut Global Compact yang merupakan
kumpulan dari berbagai perusahaan besar di dunia yang berkomitmen untuk
berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan secara global.
Diduga kegiatan aktivitas CSR di Indonesia lebih bersifat Philanthropy, yaitu
usaha yang dilakukan perusahaan untuk memberikan dana kepada individu atau
sekelompok masyarakat, misalnya dalam bentuk beasiswa yang justru dapat
menimbulkan ketergantungan kepada perusahaan. Dalam hal ini belum terlihat
bentuk-bentuk lain dalam pelaksanaan CSR yang sifatnya justru mengembangkan
pemangku kepentingan (kemitraan) demi kesejahteraan bersama. Padahal menurut
hasil penelitian TNS Indonesia (2006), sebuah lembaga penelitian dalam bidang CSR
otomotif menunjukkan bahwa pasar-pasar otomotif di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia memberikan apresiasi yang tinggi terhadap aktivitas CSR di
bandingkan negara-negara Barat, karena sektor tersebut menciptakan lapangan kerja
dan meningkatkan mutu kehidupan. Maka dari itu pelaksanaan CSR oleh industri
otomotif di Indonesia menjadi penting, karena pelaksanaan CSR oleh industri
otomotif akan sangat berpengaruh terhadap apresiasi masyarakat, termasuk terhadap
produk mobil yang dihasilkan. Dengan kata lain, melaksanakan CSR yang tepat dan
strategik akan meningkatkan harapan masyarakat. Studi tersebut juga menyimpulkan
bahwa dibanding dengan Eropa dan Amerika, praktik-praktik CSR di Indonesia
benar-benar belum berkembang dan hal ini berarti konsumen mungkin memiliki
tingkat harapan lebih rendah. Namun demikian, harapan berkembang dan seiring
12
dengan perjalanan waktu, maka CSR akan menjadi semakin penting bagi perusahaan-
perusahaan yang berada di Indonesia.
TNS Indonesia (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa nilai-nilai yang
terkait dengan CSR sangatlah penting bagi para konsumen di Indonesia dan kadang-
kadang mengubah bentuk perilaku pembelian. Dengan demikian, industri otomotif
yang melaksanakan CSR akan memperoleh manfaat yang besar dalam upaya
peningkatan penjualan. Studi yang dilakukan oleh TNS Indonesia (2006) juga
menunjukkan bahwa produk otomotif yang aman dan ramah lingkungan adalah
pendorong yang kuat untuk menciptakan public goodwill di Indonesia yang
merupakan benefit utama CSR di Indonesia. Sedangkan melakukan aktivitas CSR
lainnya seperti fair pricing, ethical production standards, dan respect for local
culture or customs adalah bersifat complimentary (Lindgren, 2006)
perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia yang menguasai 22% pangsa pasar mobil
di Indonesia (Indomobil Group, 2008).
Mutu
Pembangunan Kebijakan CSR dalam
Berkelanjutan industri otomotif
Prioritas CSR
Pengelolaan CSR berkelanjutan Model CSR
berkelanjutan dalam dalam industri berkelanjutan dalam
industri otomotif otomotif industri otomotif
2. Hasil penelitian mengenai CSR ini memberikan persepsi dan ekspektasi kepada
pemangku kepentingan, sebagai bahan penyusunan kebijakan CSR.
19
tak kentara (invisible hands), adalah naluri yang dimiliki setiap perusahaan. Dengan
kata lain, perusahaan adalah pencipta kekayaan (wealth), dalam masyarakat dan
patuh kepada rule of law. Semua kegiatan philanthropy-semacam ini pada dasarnya
adalah pencurian uang milik pemegang saham yang dilakukan oleh para direktur
perusahaan.
b. Corporate voluntarism yang lebih menekankan aspek kebajikan, virtue, dalam
mengejar keuntungan perusahaan. Asumsi dari alam pemikiran ini adalah sifat CSR
sukarela (voluntary) dan menolak campur tangan negara dalam mengatur CSR di
perusahaan, CSR mendorong keuntungan ekonomi perusahaan, lalu keberadaan
perusahaan tidak dapat lepas dari masyarakat tempat perusahaan beroperasi.
c. Corporate involuntarism berpendapat bahwa setiap perusahaan memiliki kewajiban
menjalankan tanggung jawab sosial. Kewajiban ini harus dituangkan dalam bentuk
undang-undang. Para penyokong aliran ini berpendapat bahwa dalam kondisi
sekarang ini, ketika multinational corporation (MNC) jauh lebih berpengaruh
dibandingkan negara bangsa, self regulation dan voluntarism tidaklah mencukupi.
Sehingga perlu campur tangan Pemerintah.
2. Pengelompokan lainnya tentang aliran pemikiran dari CSR juga membagi menjadi 3
school of thought menurut pandangan Michael (2010) yaitu :
a. Neo-liberal school atau markets provide CSR adalah kegiatan CSR dimana pasar
menjadi pendorong aktivitas CSR meliputi CSR product market demand atau CSR
pada produk yang didorong oleh permintaan pasar, labour market demand atau
CSR pada tenaga kerja yang didorong oleh permintaan pasar dan capital market
demand atau CSR atas modal yang didorong oleh permintaan pasar modal.
Aktivitas ini bersifat sukarela dengan mekanisme kegiatannya mengacu pada
triple bottom line (dampak environmental, social, financial), dan stakeholders
board.
b. State led school atau CSR as a public policy adalah kegiatan CSR yang diatur
oleh negara. Aktivitas CSR dalam hal ini sifatnya wajib dilaksanakan.
c. Third-sector school atau CSR as site of participation adalah aktivitas CSR yang
dilakukan dengan membentuk forum-forum kerjasama seperti gabungan
22
Kebijakan ini dipelopori oleh Jenkins, diacu dalam Fajar (2010) yang melihat dari
fungsi hukum untuk mengatur ketertiban masyarakat. Untuk itu perlu dipahami
ranah apa saja yang masuk wilayah hukum dan mana yang tidak, Jenkins
mengatakan bahwa wilayah hukum dapat dilihat dari dua rezim yaitu necessity
(kebutuhan) dan possibility (kemungkinan). Necessity adalah rezim yang digunakan
untuk mendukung pembangunan manusia (human development). Tanpa kondisi
yang aman dan stabil pembangunan manusia tidak bisa dilakukan. Sementara
possibility berfungsi menciptakan kebebasan, kesempatan dan kemajuan yang
diperlukan, untuk menciptakan kesempurnaan kebaikan (absolute good). Jika rezim
necessity dan possibility menghendaki aturan hukum maka akan melahirkan
tanggung jawab hukum. Kewajiban untuk CSR menjadi perlu ketika korporasi
cenderung menghalangi pembangunan manusia dan berpeluang memunculkan
eksploitasi, korupsi, kesewenang-wenangan dan ketidakpastian dalam masyarakat
(Fajar, 2010).
Dari berbagai school of thought tersebut tampaknya Indonesia menganut konsep
mandatory atau compulsory (wajib) sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang
baik Undang-Undang Perseroan Terbatas nomor 4 tahun 2007 maupun Undang-Undang
Penanaman Modal nomor 25 tahun 2007. Kewajiban melaksanakan CSR pun diwujudkan
dalam Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup nomor 32 tahun 2009 untuk
aspek lingkungan, namun hingga kini belum ada peraturan organik yang merupakan
turunan dari berbagai undang-undang tersebut yang mengikat secara pasti dalam bentuk
peraturan pelaksanaan. Bila dilihat dari pada implementasinya cenderung dilakukan
sesuai dengan konsep self regulatory. Karena belum ada aturan pelaksanaan CSR
termasuk dalam sektor otomotif, sehingga setiap perusahaan menjalankan CSR sesuai
dengan konsepnya sendiri dan sesuai dengan pemahamannya masing-masing terhadap
CSR.
Menurut APCSRI (2009) praktek CSR yang baik mempunyai andil dalam :
(1) meminimalkan dampak negatif atas risiko aktifitas perusahaan terhadap masyarakat
dan lingkungan; (2) meminimalkan biaya operasional perusahaan, (3) meningkatkan
kinerja keuangan dan citra perusahaan, dan (4) pencapaian tujuan pembangunan
24
Dalam melaksanakan CSR ada tiga kriteria yang harus dipenuhi (Bronchain, 2003),
yaitu :
1. They are carried out on a voluntary basis, i.e. going beyond common regulatory
and conventional requirements; atau harus bersifat sukarela dan melebihi yang
telah dipersyaratkan. Artinya mendemonstrasikan komitmen tanggungjawab
sosial dan lingkungan lebih dari sekedar mematuhi hukum atau aturan yang
berlaku.
2. There is interaction with the stakeholders, atau terdapat interaksi dengan para
stakeholders. Artinya perlu dicari pola-pola kemitraan (partnership) dengan
seluruh stakeholders agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus
meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang
menjadi perusahaan yang mampu bersaing. Pengertian CSR dikaitkan dengan
pemangku kepentingan adalah :
CSR is the capacity of a company to listen to, to take care of, to understand and
to satisfy the legitimate expectations of the different actors who contribute to
their development (Olivera Neto, diacu dalam Sanchez, 2008)
Dikatakan bahwa CSR adalah kapasitas perusahaan dalam mendengarkan,
menjaga, mengerti dan memuaskan ekspektasi yang legitimate dari para
pemangku kepentingan. Selanjutnya dampak dari program tanggungjawab
sosialnya (CSR) akan sangat tergantung dari respons perusahaan terhadap
ekspektasi dari berbagai pemangku kepentingannya (Dawkins and Lewis,
2003), yaitu :
26
1. Cause Promotion adalah kegiatan sosial yang dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesadaran, partisipasi, maupun penyertaan dana terhadap suatu
isu tertentu yang dipilih.
2. Cause-Related Marketing, perusahaan berkomitmen untuk melakukan donasi
atau kontribusi atas suatu issue tertentu berdasarkan atas penjualan produk.
Perusahaan akan melakukan bantuan dana berupa persentase tertentu atas
pendapatan penjualan. Biasanya dilakukan dalam periode waktu tertentu atas
suatu produk tertentu dan dalam bentuk sumbangan tertentu. Program ini
memiliki dua sasaran, yaitu memperoleh sejumlah dana tertentu untuk
didonasikan, disamping itu meningkatkan penjualan produk. Jenis aktivitas ini
tujuannya sama dengan cause promotion, namun dikaitkan dengan respons
konsumen terhadap penjualan (misalnya, besarnya donasi penumpang dikaitkan
dengan jumlah mil perjalanan dengan pesawat perusahaan tertentu).
3. Corporate Social Marketing. Kampanye untuk mendukung suatu perubahan
tertentu yang diharapkan terjadi atas suatu isu. Perubahan perilaku adalah yang
diharapkan terjadi dari aktivitas ini. Saat ini Corporate Social Marketing
umumnya dibangun dan diimplementasikan para profesional di pemerintahan
pusat maupun daerah, local public sector agencies, seperti fasilitas umum,
departemen kesehatan, transportasi, ekologi dan dalam organisasi nonprofit
lainnya.
4. Corporate Philanthropy. Kegiatan ini melakukan aktivitas berupa kontribusi
langsung berupa amal atau terhadap suatu permasalahan (isu). Lebih sering
dalam bentuk sumbangan uang dan betuk sumbangan lainnya. Hal ini
merupakan bentuk yang paling tradisional dari berbagai aktivitas CSR yang ada.
Isu utama yang didukung meliputi kesehatan masyarakat, pelayanan publik,
pendidikan, seni dan demikian pula perlindungan lingkungan.
5. Community Volunteering. Kegiatan ini menyediakan pelayanan pekerja sukarela
dari perusahaan kepada masyarakat. Hal ini merupakan inisiatif dari perusahaan
untuk mendukung dan menganjurkan karyawan, retail partner dan atau anggota
franchise untuk mendukung organisasi organisasi masyarakat setempat ataupun
31
Pada saat ini, CSR yang dilaksanakan umumnya masih merupakan kegiatan
bersifat pengabdian kepada masyarakat ataupun lingkungan yang berada tidak jauh
dari lokasi tempat dunia usaha melakukan kegiatannya, dan sering kali kegiatannya
belum dikaitkan dengan tiga elemen yang menjadi kunci dari pembangunan
berkelanjutan (triple bottom lines), yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Kondisi utama yang harus ada dalam melaksanakan CSR berkelanjutan
adalah :
1. Perusahaan haruslah sehat dan tumbuh (Permana, 2008). Artinya perusahaan
harus dapat memliki profit yang cukup untuk melakukan CSR.
2. Program CSR baru dapat menjadi berkelanjutan apabila program yang dibuat
oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari segenap
unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri (Lesmana, 2006). Dengan
demikian, perlu ada dialog dengan para stakeholders untuk memahami
kebutuhan dan keinginannya (Bronchain, 2003).
3. Outcome/result CSR yang terukur/measurable (The Chartered Quality Institute,
2008).
4. Harus memiliki sistem management yang dapat mampu mencakup (meng-
cover), sehingga CSR dapat mencapai tujuan yang diinginkan (The Chartered
Quality Institute, 2008)
5. Menerapkan prinsip triple bottom line (profit, people dan planet), sehingga
program CSR ada kaitannya dengan operasional dan tujuan perusahaan,
sehingga semuanya berjalan sustainable (Permana, 2008). Perusahaan harus
berorientasi untuk mencari keuntungan yang memungkinkan untuk terus
beroperasi dan berkembang (profit), perusahaan harus memiliki kepedulian
terhadap kesejahteraan manusia (People) dan perusahaan harus peduli terhadap
lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. (Suharto, 2006). Dalam
pandangan Asia, CSR adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi dengan
mencapai keberlanjutan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dan
mencapai keseimbangan kepentingan pemangku kepentingan (Fukukawa, 2010)
35
6. Memasukkan CSR dalam bisnis inti dan proses organisasi (Pratomo, 2008).
Dalam hal ini mengetahui indeks keberkelanjutan dalam aktivitas CSR perlu
melakukan penilaian terhadap aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
(Munasinghe, 1993), serta diidentifikasi atribut-atribut dari masing-masing
aspek atau dimensi.
2.2 Komitmen terhadap CSR
Komitmen terhadap CSR adalah instrumen-instrumen yang dibangun oleh
sebuah perusahaan yang mengindikasikan apa yang ingin dilakukan dalam rangka
memberi perhatian terhadap pengaruh sosial dan lingkungannya (Susanto, 2007).
Komitmen ini mengkomunikasikan sifat dan arah dari aktivitas sosial dan lingkungan,
sehingga membantu pihak lain memahami bagaimana perilaku perusahaan dalam
situasi-situasi tertentu. Dengan adanya komitmen CSR, menjadi jelas bagi pihak-
pihak lain mengenai apa yang bisa diharapkan dari perusahaan. Dengan
mengartikulasikan ekspektasi ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahpahaman.
Komitmen CSR dapat memperbaiki mutu keterlibatan perusahaan dengan
pihak-pihak dimana mereka melakukan interaksi (Susanto, 2007). Komitmen CSR
harus dituangkan ke dalam pernyataan dengan bahasa yang tegas dan harus berisi
kewajiban-kewajiban dengan kata-kata yang jelas dan ringkas (Susanto, 2007). CSR
harus dapat diimplementasikan. Implementasi mengacu kepada keputusan, proses,
praktek, dan aktivitas keseharian yang menjamin bahwa perusahaan memenuhi
semangat dan menjalankan rencana tertulis yang telah disusun.
2.3 CSR, Etika Bisnis dan Good Corporate Governance (GCG)
Pada dasarnya CSR, Etika bisnis, dan Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Good
Corporate Governance saling berkaitan satu sama lain. CSR berkaitan, namun tidak
identik dengan etika bisnis. CSR berkaitan dengan tanggungjawab ekonomi, legal,
ethical, dan discretionary, sedangkan etika bisnis fokus kepada pertimbangan
moralitas dan perilaku individu dan kelompok dalam organisasi. Sehingga etika
bisnis dipandang sebagai komponen dari studi yang lebih luas dari CSR. Sedangkan
36
Good Corporate Governance (GCG) adalah alat dalam melaksanakan etika bisnis
(Kurniaty, 2008).
2.4 Industri Otomotif
Indonesia saat ini sedang dalam proses pembangunan diberbagai sektor,
termasuk industri otomotif. Industri Otomotif memainkan peranan penting dalam
proses pembangunan berkelanjutan. Berbagai type kendaraan telah dihasilkan
meliputi jenis sedan, 4x2 (Multi Purpose Vehicle/MPV), 4x4 (Sport Utility
Vehicle/SUV), Bus, Pick Up/truck, dan Kabin Ganda (double cabin) 4x2/4x4 sesuai
dengan katagorisasi SNI 09-1825-2002 (Gaikindo, 2008).
Pengertian dari masing-masing jenis kendaraan tersebut adalah :
1. Sedan
Dalam bahasa Inggris versi American English disebut sedan, sedangkan dalam
bahasa Inggris versi British English: saloon, adalah salah satu dari body style yang
paling umum dari mobil modern. Pada dasarnya merupakan mobil penumpang
dengan dua baris tempat duduk dengan ruang penumpang yang cukup memadai
dibagian ruang belakang untuk penumpang dewasa. Umumnya memiliki ruangan
terpisah untuk bagasi. Beberapa produsen mobil membuat mobil yang penempatan
mesinnya dibagian belakang, seperti Volkswagen (VW) misalnya. Berbagai jenis
sedan yang dibuat adalah jenis model 4 pintu dan model 2 pintu. Jenis sedan dibagi
dalam beberapa kategori yaitu (a) Cylinder Capacity (CC) 1.500 baik berbahan
bakar bensin (Gasoline = G) ataupun Solar (Diesel = D), (b) CC 1.501 3.000 (G)
/ 2.500 (D) dan (c). CC > 3.001 (G) / 2.501 (D)
2. 4 x 2 Multi Purpose Vehicle/MPV
MPV dikenal sebagai mobil penumpang. Jenis kendaraan ini memiliki jarak tinggi
antara body dengan tanah. Suatu MPV yang besar dapat menampung lebih dari 8
penumpang. Jenis yang dikenal adalah minibus. Jenis ini dibagi menjadi beberapa
kategori yaitu (a) CC 1.500 (G/D) dan (b) CC 1.501 2500 (G/D)
3. 4 x 4 Sport Utility Vehicle/SUV
SUV merupakan kendaraan berkemampuan off-road dengan empat roda
penggerak kendaraan (four-wheel drive) dan mampu melintasi segala medan
37
dengan body yang tinggi dan boxy. Jenis ini dibagi menjadi (a) CC 1.500
(G/D), (b) CC 1.501 3.000 (G) / 2.500 (D) dan (c). CC > 3.001 (G) / 2.501 (D)
4. Bus
Bus adalah kendaraan besar beroda yang digunakan untuk membawa penumpang
dalam jumlah besar. Jenis ini dibagi menjadi (a). Gross Vehicle Weight (GVW) 5
10 Ton (G/D) dan (b). GVW 10 24 Ton (G/D)
5. Pick Up/Truck
Pick up adalah kendaraan bermotor jenis ringan (light) dengan memiliki bak
terbuka dibagian belakang yang terpisah dengan kabin penumpang dan mampu
mengangkat barang-barang. Truck adalah kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut barang-barang dan material. Jenis ini dibagi menjadi (a). Gross
Vehicle Weight (GVW) < 5 (G/D), (b). GVW 5 10 Ton (G/D), (c) GVW 10
24 Ton (G/D) dan (d) GVW > 24 Ton (G/D)
6. Kabin Ganda (double cabin) 4 x 2/4 x 4
Kendaraan Double Cabin adalah kendaraan bermotor dengan kabin ganda dalam
bentuk kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3
(tiga) orang (termasuk pengemudi), dengan massa total tidak lebih dari 5 ton.
Jenis ini meliputi GVW < 5 Ton (G/D) for all cc
Untuk mencapai industri otomotif berkelanjutan, maka aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan perlu diperhatikan dan diseimbangkan. Tidak dapat industri otomotif
hanya memperhatikan sektor ekonomi dan sosial, karena aspek lingkungan menjadi
penentu pula dalam pembangunan industri otomotif berkelanjutan. Gambar 2
menjelaskan pengaruh otomotif terhadap lingkungan (Graedel et al., diacu dalam
Ayres and Ayres, 2002)
38
Social structure
(e.g. dispersed communities and
businesses, malls)
Infrastructure technologies
. built infrastructure (e.g. highway)
. supply infrastructure (e.g.
petroleum industri)
The automobile
. manufacture .use . recycle
Automobile
Subsystem
(e.g. the engine)
Gambar 2. Diagram sistem teknologi otomotif (Graedel et al., diacu dalam Ayres and
Ayres, 2001)
cars, specialist vehicles, off-road vehicles, aksesories dan komponen kendaraan, produk
perlindungan kendaraan (car care products), environment and safety equipment, garage
and service equipment, moulds and dyes, oils and libricants, petrol vending machines,
tires, batteries and auto electrical, upholsteries dan banyak lagi.
Mobil itu sendiri juga membuat orang dapat bepergian dan mengangkut barang-
barang lebih jauh dan lebih cepat dan telah membuka pasar yang lebih besar untuk bisnis
dan komersial. Berbagai industri yang mendukung industri otomotif seperti perusahaan
asuransi, security, petroleum, industri disain dan konstruksi jalan raya. Selain itu dampak
yang timbul akibat mobilitas yang disediakan oleh mobil adalah seperti motels, drive-in
theathers dan fast-food restaurant. Sedemikian besar dampak yang ditimbulkan oleh
industri otomotif yang diestimasikan bahwa setiap pekerjaan yang tercipta di industri
perakitan mobil, tiga dari empat jenis pekerjaan tercipta dari industri komponen
kendaraan (Williams, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa industri otomotif membuka
kesempatan besar bagi terciptanya peluang usaha dari industri komponen kendaraan.
Sehingga bentuk tanggungjawab industri otomotif dalam hal keterkaitan antara mobilitas
dengan ekonomi dan pembangunan sosial dapat diwujudkan dalam bentuk seberapa besar
teknologi maupun bahan baku yang dapat di pasok yang merupakan produk lokal, serta
berupaya menguak segala perbedaan antara standar lokal dan global serta kinerjanya, dan
semakin merekatkan diri dengan pemasok lokal. Adapun komitmen umum dari industri
otomotif adalah bertanggungjawab atas seluruh mutu kehidupan sosial di wilayah dimana
perusahaan beroperasi (UNEP, 2002).
Industri otomotif dapat memberikan kesempatan untuk memasok komponen
mobil kedalam industri otomotif kepada masyarakat agar dapat membuka lapangan kerja
yang banyak bagi masyarakat sekitar dan mampu meningkatkan pendapatan. Demikian
pula sektor-sektor pendukung industri otomotif berpeluang dapat menyertakan
masyarakat sekitar untuk mengelolanya dalam bentuk usaha-usaha kecil seperti catering,
pengelolaan limbah pabrik, usaha cleaning service dan sebagainya.
Industri otomotif pada dasarnya menempati posisi strategis dalam pembangunan
nasional. Dengan adanya globalisasi dan pertumbuhan ekonomi telah mendorong
meningkatnya mobilitas dan motorisasi. Mobilitas itu sendiri merupakan kebutuhan dasar
40
manusia dan merupakan fasilitator utama dari pembangunan ekonomi dan mutu
kehidupan. Akses terhadap mobilitas, khususnya di negara berkembang berarti akses
tehadap pekerjaan, pendidikan dan kesehatan. Demikian juga berarti akses kepada
pemenuhan kebutuhan barang dan jasa, kesenangan dan kesempatan terhadap aktivitas
ekonomi, sosial dan budaya (UNEP, 2002). Sedemikian penting posisi industri otomotif
sebagai penghasil kendaraan bermotor (mobil), sehingga pembangunan industri otomotif
berkelanjutan amat diperlukan. Dalam menjalankan aktivitasnya industri mobil sebagai
pemangku kepentingan dari pembangunan nasional berkelanjutan diperlukan peran aktif
dalam kegiatan lebih dari sekedar mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk
kepentingan shareholders, artinya perusahaan perlu bertanggungjawab terhadap masalah-
masalah sosial yang timbul lebih daripada yang dipersyaratkan.
Aspek paling kritikal yang merupakan side effect atau efek samping dalam upaya
meningkatkan mobilitas adalah berkaitan dengan lingkungan (environment), dimana,
environmental performance is at the core of corporate best practice with regard to
sustainable development (UNEP, 2002), atau aspek lingkungan merupakan faktur
penentu dalam industri otomotif untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Meskipun
tidak mengurangi tingkat kepentingan dari kedua aspek lain (ekonomi dan sosial).
Saat ini kota Jakarta mendapat julukan sebagai kota nomor tiga terparah tingkat
polusi CO2-nya di dunia, hal ini diakibatkan sebagian besar oleh emisi gas buang
kendaraan bermotor. Hal ini amat merugikan bagi kesehatan masyarakat, khususnya kota
Jakarta. Menurut artikel di harian Kompas tanggal 30 November 2007 terdapat tulisan
yang merupakan hasil survei dari kerjasama Yayasan Pelangi, Organda DKI, ADB, Dinas
Perhubungan, DKI, BPS DKI ditemui kerugian akibat dari kemacetan di bulan Maret
2007 mencapai Rp. 43 triliun. Keadaan ini merupakan permasalahan yang timbul sebagai
fakta dari penggunaan kendaraan bermotor yang merupakan produk dari industri
otomotif. Tentu hal ini berakibat menjadikan industri otomotif menjadi tidak
berkelanjutan.
Upaya untuk mengurangi dampak emisi gas buang kendaraan bermotor adalah
dengan memberlakukan standar emisi gas buang sebagaimana yang telah diberlakukan
saat ini sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
41
4 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru
berikut.
Tabel 2. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M
dan N Berpenggerak Motor Bakar Cetus Api Berbahan Bakar Bensin
Keterangan :
(1) : Dalam hal jumlah penumpang dan GVW tidak sesuai dengan pengkategorian
tabel di atas, maka nilai ambang batas mengacu kepada pengkatagorian GVW
GVM : Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan (JBB)
* Before Euro 5, passenger vehicles > 2.500 kg were type approved as light commercial
vehicle N1 I
** Applies only to vehicles with direct injection engines
Values in brackets are conformity of production (COP) limits
Dari Tabel 3 telihat bahwa Eropa telah menerapkan ketentuan mengenai ambang
batas emisi gas buang kendaraan bermotor lebih dulu dan jauh lebih ketat dari yang
diberlakukan di Indonesia. Saat ini Indonesia baru menerapkan aturan tersebut yang
sesuai dengan Euro 2 dalam ketentuan Eropa.
3. CSR Industri Otomotif
Sesuai dengan konsepnya CSR adalah kewajiban perusahaan memaksimalkan
dampak positif dan meminimalisasikan dampak negatif dalam berkontribusi kepada
masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan jangka panjang masyarakat, serta
keinginannya. CSR berarti berperan dalam ekonomi masyarakat dan sumber daya
manusia atau SDM (Journal of Consumer Marketing (2001), diacu dalam Talaei and
43
Tanggungjawab Altruistik/discreation
Tanggungjawab Moral
Tanggungjawab Legal
Tanggungjawab ekonomi
aturan dalam hukum, bukannya proaktif untuk melakukan apa yang diinginkan
hukum, maka difokuskan bukan seberapa besar perusahaan mentaati aturan hukum
yang berlaku, namun seberapa tinggi tingkat pelanggaran terhadap hukum yang
dilakukan oleh perusahaan.
3.Dimensi tanggungjawab Ethical (Smith and Quelch (1993), diacu dalam Talaei and
Nejati, 2008). Dimensi ini melampaui hukum dan mencakup aspek moral,
melakukan hal yang benar, adil dan fair, menghormati hak-hak moral masyarakat,
menghindari kejahatan dan gangguan sosial, serta mencegah kejahatan akibat hal-
hal lain. Tanggungjawab etika ini lebih bersumber kepada agama dan kepercayaan,
tradisi moral, prinsip-prinsip kemanusiaan dan komitmen terhadap hak azasi
manusia (Novak (1996), diacu dalam Talaei and Nejati, 2008). Tanggungjawab
etika lebih merupakan tanggung jawab sosial.
4. Dimensi tanggungjawab Altruistik atau mementingkan kepentingan orang lain
adalah memberikan waktu dan dana untuk pelayanan sukarela, kumpulan sukarela
dan pemberian sukarela (discretionary). Dimensi ini lebih menekankan bahwa
tujuan perusahaan bukan hanya bertujuan kepentingan ekonomi dan kinerja
moralnya, tetapi juga kontribusi terhadap masyarakat (sosial). Sebagaimana
dikatakan oleh Henry Ford II yang mengatakan bahwa isi kontrak antara industri
dan masyarakat telah berubah bahwa industri juga memiliki kewajiban
berkontribusi kepada masyarakat tanpa transaksi komersial (Talaei and Nejati,
2008).
Indikator-indikator dari tiap-tiap dimensi tanggungjawab korporat dalam
industri otomotif merupakan indikator CSR untuk mengukur komitmen perusahaan
dalam industri otomotif terhadap tanggungjawab sosial. Indikator ini dapat diadaptasi
dengan modifikasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan kondisi pada perusahaan
otomotif di tempat lain atau negara lain (Talaei and Nejati, 2008).
Pada dasarnya terdapat 4 macam pendekatan tentang tanggungjawab perusahaan
terhadap masyarakat atau CSR, yaitu :
1. Corporate Social Performance (CSP), sebuah teori berbasis sosiologi
46
2. Shareholder Value Theory atau Fiduciary Capitalism, yang lebih kepada teori
ekonomi
3. Stakeholders Theory, tinjauan dalam perspektif etika.
4. Corporate Citizenship Theory, sebuah tinjauan dalam studi politik
CSP adalah konfigurasi dalam organisasi bisnis terhadap prinsip-prinsip tanggung
jawab sosial, proses dari respons terhadap persyaratan sosial, dan kebijakan-
kebijakan, program-program dan hasil yang berwujud yang merefleksikan hubungan
atau relasi perusahaan kepada masyarakat (Wood (1991), diacu dalam Crane et al.,
2008). Dalam menentukan tanggungjawab secara spesifik dalam CSP maka perhatian
terhadap ekspektasi sosial berkaitan dengan kinerja perusahaan dan concern terhadap
kebutuhan sosial (Mele (2008), diacu dalam Crane et al., 2008). Bisnis memiliki
power dan power tersebut mempersyaratkan tanggungjawab. Masyarakat memberikan
lisensi kepada perusahaan dalam hal ini industri otomotif untuk beroperasi di
wilayahnya dan sebagai konsekuensinya, perusahaan harus melayani masyarakat
bukan hanya kepada penciptaan kemakmuran, tetapi juga kontribusi kepada
kebutuhan masyarakat dan memuaskan ekspektasi masyarakat terhadap bisnis (Mele
(2008), diacu dalam Crane et al., 2008).
Reputasi perusahaan adalah berkaitan dengan penerimaan dari masyarakat dimana
perusahaan beroperasi (Lewis (2003), diacu dalam Crane et al., 2008). Dalam
pendekatan CSP ini terdapat tiga tingkatan atau level dalam melaksanakan CSR,
meliputi level berikut,
1. Institutional
2. Organizational
3. Individual
Carroll (1979), diacu dalam Clarkson (1995) merinci lagi atas hal berikut :
1. Fight all the way (Reactive)
2. Do only what is required (Defensive)
3. Be progressive (Accommodative)
4. Lead the industry (Proactive)
Pengertian masing-masing Rating adalah : Reactive yang bersifat menunggu dan tidak
melakukan apa-apa, kalau terdesak baru bertindak, merasa tidak betanggungjawab;
Defensive lebih mengarah ke diri sendiri, bertindak (melaksanakan tanggungjawab)
asal menguntungkan perusahaan dalam jangka pendek, sekedar memenuhi aturan
yang ada; Accomodative bersifat terbuka dan mulai mempertimbangkan masukan dari
luar tanpa tergantung lagi terhadap ada tidaknya keuntungan perusahaan dalam
jangka pendek, lebih bertanggungjawab terhadap masalah-masalah sosial yang ada.
Sedangkan Proactive justru menjadi pelopor dan pemimpin dalam melakukan
kegiatan sosial, peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada.
Menurut pendapat Tunggal (2008), strategi reaktif adalah strategi kepekaan
sosial, yaitu perusahaan memilih untuk berbuat kurang dari apa yang diharapkan
masyarakat dan mengabaikan tanggungjawab atas masalah, Strategi defensif adalah
strategi kepekaan sosial, yaitu perusahaan memilih mengakui tanggungjawabnya atas
suatu masalah tetapi melakukan usaha terkecil untuk memenuhi harapan masyarakat,
strategi akomodatif adalah strategi kepekaan sosial, yaitu perusahaan memilih
menerima tanggungjawab atas masalah dan melakukan semua yang diharapkan
masyarakat untuk memecahkan persoalan dan strategi proaktif adalah strategi
kepekaan sosial, yaitu perusahaan akan mengantisipasi tanggungjawab atas masalah
48
sebelum terjadinya dan akan berusaha lebih dari apa yang diharapkan masyarakat
untuk menyelesaikan persoalan.
2.6. Lokasi pabrik dan dampaknya terhadap masyarakat
Praktek dalam melaksanakan CSR seiring dengan proses pengembangan
industri otomotif di Indonesia yang merupakan perusahaan multi nasional harus
diiringi kesadaran adanya kesempatan memeratakan kesejahteraan. Komitmen ini
selayaknya diterjemahkan dengan menempatkan perusahaan sebagai tetangga yang
baik dengan komitmen penuh pada upaya peningkatan kesejahteraan komunitas dan
pelestarian lingkungan (Amri dan Sarosa, 2008). Hal ini dapat dilihat dari lokasi
dimana perusahaan itu berada.
Lokasi pabrik otomotif dapat berlokasi di dalam suatu kawasan industri atau
diluar kawasan industri. Bila industri berada dilokasi diluar kawasan industri, maka
masalah tata ruang dan bangunan lain disekitarnya akan menjadi pertimbangan.
Kehadiran industri otomotif disuatu tempat yang bukan didalam suatu areal kawasan
industri akan mengakibatkan perubahan peruntukan lahan dan mempengaruhi pola
pemanfaatan lahan dan ruang sebelumnya (Kemeneg LH, 2007). Masalah tersebut
tidak akan muncul, bila pabrik terletak di kawasan industri yang disediakan oleh
pemerintah daerah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Apabila lokasi
pabrik tidak terletak dikawasan industri, tetapi justru dikawasan padat penduduk,
maka pabrik berpotensi menggangu tingkat kenyamanan kawasan. Gangguan tersebut
khususnya diakibatkan oleh aktivitas pabrik dan lalu lalangnya kendaraan pabrik.
Juga adalah lalu lalang produk mobil jadi yang dikirim keluar pabrik ke daerah
pemasarannya.
Berbagai manfaat yang dapat dirasakan terhadap industri yang berada dalam
kawasan industri (BPPT, 2004) antara lain adalah :
1. Terdapat suatu sosial manajemen Badan Usaha Kawasan Industri atau KI yang
bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan di Kawasan Industri tersebut.
2. KI dibangun pada lahan kritis yang telah terencana dengan baik dalam suatu master
plan yang dikaitkan dengan tata ruang wilayah setempat, sehingga tidak
menimbulkan konflik dengan lingkungan sekitar.
49
produksi utama menimbulkan berbagai jenis limbah seperti limbah cair, limbah gas,
limbah padat dan kebisingan.
Proses produksi menghasilkan limbah yang mengandung bahan-bahan yang
dapat menimbulkan efek kerusakan pada lingkungan. Limbah cair dapat berfungsi
sebagai sumber pencemaran. Limbah cair mempunyai sifat fisik yang meliputi warna,
bau, suhu, padatan, minyak dan lemak. Sifat kimia air ditandai dengan adanya zat
anorganik dalam limbah dan ukuran yang paling sering digunakan adalah pengukuran
kandungan Biological Oxygen Demand (BOD), pH, Alkalinitas, Hardness, Logam-
logam berat, Nitrogen dan Phospor (Ginting, 2008). Kandungan organik dan
anorganik dalam limbah memberikan dampak pada badan penerima (sungai) bila
terdapat nilai-nilai diluar ukuran-ukuran yang ditetapkan (baku mutu limbah). Limbah
gas/udara dihasilkan dari pabrik dapat merubah komposisi udara disekitar lingkungan
pabrik. Pengukuran komposisi udara dilingkungan pabrik seperti SO2, CO, CO2,
NOX, H2S, debu sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kandungan gas
telah melampaui baku mutu emisi dan baku mutu ambien (Ginting, 2008). Disamping
pengukuran limbah gas juga diukur kebisingan pabrik yang dapat mengganggu
masyarakat sekitar. Pukulan-pukulan dalam pabrik, suara mesin, suara lalu lintas
kendaraan yang keluar masuk pabrik baik kendaraan jadi hasil produksi maupun yang
mengangkut bahan baku.
Ada 4 (empat) pendekatan dalam pengelolaan dampak lingkungan hidup
kegiatan industri, yaitu pendekatan penyesuaian lahan, pendekatan sosial, pengolahan
limbah dan pengaturan prosedur kerja (Kemeneg LH, 2007), yaitu :
4. Pendekatan Penyesuaian Lahan
Pendekatan ini dilakukan untuk pengelolaan dampak dari sumber dampak lokasi
pabrik ke luar kawasan industri. Pabrik yang berdiri di luar kawasan industri akan
mengakibatkan konflik pemanfaatan lahan dan ruang.
5. Pendekatan Sosial
Pendekatan ini dilakukan untuk upaya pengelolaan sumber dampak berkaitan
dengan aspek penerimaan dan pengupahan tenaga kerja.
6. Pengolahan Limbah
53
reformasi ekonomi dan politik, (3) memiliki pertumbuhan tercepat di dunia, (4)
merupakan masyarakat yang kritis dalam menanggapi isu (Li, 2008). Artinya
Indonesia sebagai salah satu emerging market memiliki tingkat pertumbuhan
dalam industri otomotif yang tinggi dengan sumber daya berlimpah ruah dan low
costs. Emerging Market yang merupakan tempat dimana industri otomotif
mencari pertumbuhan pendapatan yang tinggi (Deloitte and Touche, 2008).
Dalam Emerging Market terdapat jumlah angkatan kerja yang tersedia dalam
jumlah besar dan memerlukan penyaluran. Indonesiapun merupakan pasar bagi
produk otomotif yang amat besar, sehingga penyerapan produk, tetapi tinggi yang
tidak diimbangi dengan penyediaan infratsruktur pendukung akan menciptakan
permasalahan tersendiri.
9. Produk dan jasa (product and services)
Pada saat ini produk mobil yang dihasilkan oleh industri otomotif di Indonesia,
khususnya oleh Indomobil Group masih didominasi oleh pemakaian bahan bakar
fosil atau bensin dan solar. Masih belum ada produk yang dihasilkan yang
menggunakan energi alternatif seperti biofuel, tenaga listrik ataupun tenaga
matahari yang diproduksi secara massal. Berbagai isu dari produk otomotif dari
mulai bahan-bahan yang digunakan dalam membuat mobil, apakah menggunakan
bahan yang berbahaya atau tidak, konsumsi bahan bakar, jenis bahan bakar,
kelengkapan keselamatan kendaraan, dan sebagainya.
10. Kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar (Contribution to local
welfare).
Agar perusahaan dapat beroperasi dengan tenang disuatu tempat, maka
kehadiran perusahaan harus dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat
sekitar dan memberikan peningkatan pendapatan. Sebab perusahaan yang justru
menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar atau tidak berdampak apa-
apa terhadap kesejahteraan masyarakat maka kehadirannya ditempat itu tidak
akan bertahan lama, akan terusir. Demikian pula kehadiran dari kelompok
perusahaan di lingkungan Indomobil Group harus dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan. Demikian pula produk berupa mobil
59
umum sebagai lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau
sekelompok orang. Pandangan tersebut menyempurnakan pandangan sebelumnya
yang mengartikan mutu lingkungan hanya dari aspek fisik, biologi dan kimia
(Sarwono (1995) diacu dalam Achda T, 2007). Lingkungan adalah bagian dalam
aktivitas CSR, maka secara lebih luas dapat dikatakan bahwa persepsi mengenai CSR
mencakup didalamnya adalah harapan, aspirasi ataupun keinginan terhadap suatu
mutu aktivitas CSR tertentu yang dipahami secara subyektif yang terkait dengan
aspek-aspek psikologis dan sosiokultural masyarakat atau memenuhi preferensi
imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang. Persepsi ditentukan oleh faktor
personal dan faktor situasional (Rahmat, 2000).
Persepsi pada dasarnya timbul akibat dari tiga aktivitas yaitu adanya exposure,
attention dan interpretation (Hawkins et al., 2001), dimana exposure muncul bila ada
stimulus berupa aktivitas CSR dari industri otomotif. Exposure dapat tersusun dari
yang sifatnya acak (random) menjadi sesuatu yang sengaja dilakukan (deliberate).
Selanjutnya attention atau perhatian muncul bila aktivitas CSR sebagai stimulus
mengaktifkan syaraf-syaraf sensorik dari penerima dan menghasilkan sensasi menuju
ke otak untuk diproses. Attention bergerak dari low involvement menuju ke high
involvement atau dari keterlibatan yang rendah menuju ke yang tinggi. Sejumlah
karakteristik dari stimulus yang dapat menimbulkan attention dari si penerima
meliputi :
1. Stimulus factor meliputi ukuran dan intensitas, warna, pergerakan atau movement,
isolation, format, kontras, mutu informasi dan information overload atau begitu
banyaknya informasi, sehingga terpaksa harus menimbulkan perhatian.
2. Individual factor yang merupakan karaktersitik dari individu dimana kebutuhan
dan minat (interest) dari seseorang menjadi penentu dalam suatu stimulus akan
menjadi attention bagi seseorang.
3. Situational factor atau stimulus yang tidak dapat menarik perhatian (attention) dari
sipenerima akibat dari situasi yang tidak menyenangkan yang timbul pada saat itu.
Interpretation atau interpretasi muncul setelah berbagai attention muncul dan
diberi arti atau makna oleh si penerima. Sebagai contoh adalah our beliefs about a
61
new product are influenced by our beliefs about capabilities and social responsibility
of the company that produce it ((Hawkins, et al., 2001). Expectation atau ekspektasi
adalah bentuk dari interpretasi seseorang terhadap stimulus dan interpretasi seseorang
terhadap stimulus tersebut adalah konsisten dengan ekspektasinya (Hawkins et al.,
2001).
2.9 Analisis Kebijakan
Kebijakan adalah a means to an end atau alat untuk mencapai sebuah tujuan
(Suharto, 2010). Kebijakan publik merupakan studi yang berkaitan dengan problem
yang krusial di masyarakat. Adanya suatu kebijakan publik, pada gilirannya akan
menghasilkan peraturan perundang-undangan (rule) sebagai barang-barang publik
(public goods) (Nawawi, 2009). Analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan
pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan (Dunn, 2003). Menurut
Majchrzak (1984), diacu dalam Danim (2005), penelitian kebijakan sebagai proses
penyelenggaraan penelitian untuk mendukung kebijakan atau analisis terhadap
masalah-masalah sosial yang bersifat fundamental secara teratur untuk membantu
pengambil kebijakan memecahkan masalah dengan jalan menyediakan rekomendasi
berorientasi pada tindakan atau tingkah laku pragmatik. Penelitian kebijakan
mempunyai berbagai metode penelitian yang relevan dengan penelitian kebijakan
diantaranya penelitian kasus (studi kasus). Metode ini dimaksudkan untuk
mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan dan posisi saat ini serta
interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat given: individu, kelompok,
institusi atau masyarakat. Penelitian kasus dilakukan secara mendalam terhadap unit
sosial tertentu, dimana hasil penelitian tersebut memberikan gambaran yang luas dan
mendalam mengenai unit sosial itu. Subyek atau unit yang diteliti relatif terbatas,
akan tetapi peubah dan kondisi yang diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2005).
Metodologi analisis kebijakan menggabungkan lima prosedur yang lazim
dipakai dalam pemecahan masalah manusia (Dunn, 2003) yaitu :
1. Definisi (perumusan masalah), yaitu menghasilkan informasi mengenai kondisi-
kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan.
62
perbandingan berpasangan dan skala pilihan paksa, atau ukuran-ukuran biaya dan
manfaat didasarkan pada belanja konsumen (preferensi yang diungkapkan) dan
penyusunan skala atribut berganda, (2) penelitian multimetode yaitu penggunaan
berbagai metode secara bersama-sama untuk mengamati proses dan hasil kebijakan,
(3) sintesis analisis berganda, (4) analisa multivariat, (5) analisis pelaku berganda, (6)
analisis perspektif berganda, yaitu disertakannya berbagai perspektif seperti etis,
politis, organisasional, ekonomi, sosial, kultural, psikologis, (7) komunikasi
multimedia (Dunn, 2003). Sehingga desain penelitian ini akan mengacu pada konsep
multiplisisme kritis baik penggunaan perbandingan berpasangan dan skala pilihan
paksa.
2.10 Kebijakan CSR berkelanjutan sebagai kebijakan publik
Kebijakan CSR sebagai kebijakan publik sebagaimana telah diatur oleh
undang-undang adalah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam arti government,
dalam arti hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance yang
menyentuh berbagai bentuk kelembagaan, baik swasta, dunia usaha maupun
masyarakat madani (civil society). (Suharto, 2010). Karena CSR telah diatur oleh
undang-undang yaitu Undang-Undang Perseoran Terbatas (UU PT) nomor 40 tahun
2007 dan Undang-Undang Penanaman Modal (UU PM) nomor 25 tahun 2007, maka
CSR telah menjadi kebijakan publik. Sebagai kebijakan publik maka CSR wajib
(compulsory) untuk dilaksanakan oleh perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Terdapat beberapa pendekatan dalam analisis kebijakan publik (Nawawi, 2009) yaitu :
1. Teori Sistem, yaitu reaksi sistem politik untuk kebutuhan yang timbul dari
lingkungan sekitarnya.
2. Teori kelompok, yaitu keseimbangan yang dicapai oleh perjuangan kelompok
dalam suatu kejadian dan hal tersebut memberikan keseimbangan dimana
kelompok yang bertentangan berusaha memberikan bobot pada keinginannya.
3. Teori elite, adalah nilai atau pilihan elite pemerintah semata. Kebijakan publik
ditentukan tanpa melibatkan atau menyerap aspirasi publik tetapi sepenuhnya
diputuskan oleh elite yang mengatur.
64
Dari tabel 5 diatas adalah berbagai jenis intervensi pemerintah dalam kebijakan CSR
yang dapat dilakukan pada berbagai katagori. Artinya bahwa sebagai produk dari
kebijakan publik maka pengaturan CSR dalam bentuk undang-undang adalah salah satu
bentuk dari sejumlah bentuk intervensi pemerintah terhadap CSR perusahaan.
Tabel 6. Type dari program kebijakan dan instrumen kebijakan
Tabel 6 menunjukkan berbagai tipe dari program kebijakan dan instrumen kebijakan
yang menunjukkan kekuasaan dan kontrol untuk mengatur perilaku dari kelompok target
meliputi (1) regulative programs menggunakan pendekatan legal dan legitimasi untuk
66
memberi ijin atau melarang, (2) motivation programs menggunakan kebijakan moneter
sebagai hadiah (reward) maupun menahan (withhold), (3) persuasion programs adalah
untuk mendorong ataupun menghambat, (4) public policy programs berupa perluasan
maupun pengurangan pelayanan publik (Bredgaard, 2003). Dari berbagai instrumen
kebijakan Publik maka dapat dipilih jenis kegiatan yang dapat memenuhi kepentingan
masyarakat sekitar dan dan kepentingan bisnis (business interests).
penekanan (pressure) baik itu akibat dari aturan dan kehendak pemerintah maupun
tekanan dari internal organisasi, atau sikap membantu (help) yang diterima akibat dari
kebijakan pemerintah dengan memperhitungkan kompetensi dan sumberdaya yang
dimiliki perusahaan. Meskipun telah ada undang-undang perseroan terbatas maupun
undang-undang penanaman modal yang mewajibkan korporat untuk melakukan CSR dan
juga telah ada aturan aturan yang berkaitan dengan CSR seperti undang-undang
lingkungan hidup, undang-undang perlindungan konsumen dan sebagainya. Di Indonesia
ada sebagian kelompok yang menganut pandangan Reflexive Law Theory dengan self
regulation atau mengatur sendiri dimana pelaksanaan CSR adalah diatur sendiri-sendiri
oleh masing-masing perusahaan sedangkan evaluasi dari pelaksanaannya yang akan
menilai adalah masyarakat, dimana perusahaan membuat laporan aktivitas CSR masing-
masing. Di negara Indonesia lebih kepada pelaksanaan CSR dengan konsep hukum yang
berdasarkan necessity dan possibility. Artinya ada ranah yang perlu diatur dengan public
policy dan ada yang tidak seperti masalah pengelolaan lingkungan hidup,
ketenagakerjaan yang telah diatur dengan undang-undang. Namun tidak ada aturan yang
mengatur tentang besarnya sumbangan yang harus diberikan perusahaan kepada
masyarakat untuk membantu mengentaskan kemiskinan dan sebagainya
Jenis kebijakan dalam aktivitas CSR adalah mengikuti prinsip yang dianut masing-
masing perusahaan. Dalam memandang berbagai masalah yang timbul disekeliling
lingkungan perusahaan terdapat beberapa kebijakan yang dianut yaitu :
1. Perusahaan menganggap bahwa perusahaan dalam keadaan siap berkembang pesat
dengan memanfaatkan sumber daya secara optimal tanpa peningkatan CSR
berkelanjutan. Kondisi ini mengacu kepada pendapat dari Milton Friedman, diacu
dalam Solihin (2008) bahwa tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) adalah
menjalankan bisnis sesuai dengan kehendak pemilik perusahaan (owners), biasanya
dalam bentuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya dengan senantiasa
mengindahkan aturan dasar yang digariskan dalam suatu masyarakat sebagaimana
diatur oleh hukum dan perundang-undangan, atau the social responsibility of
business is to increase its profits. Dengan demikian, tujuan perusahaan korporasi
adalah memaksimalisasi laba atau nilai pemegang saham (shareholders value).
68
Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja CSR. Dalam hal ini, Perusahaan
bukanlah lembaga sosial yang harus memikirkan tingkat kesejahteraan masyarakat,
khususnya masyarakat sekitar. Aktivitas CSR dilakukan dalam kaitannya untuk
memaksimalkan laba perusahaan. Aktivitas CSR seperti ini dilakukan sebagaimana
yang ada sekarang (business as usual) dan apabila dilakukan lebih dari kondisi ini,
maka seluruhnya dilakukan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap
maksimalisasi laba. Perusahaan lebih mempertimbangkan kepada private marginal
costs atau biaya persatuan barang/jasa yang dibuat dalam mempertimbangkan
keputusan dalam produksi dan akan beroperasi di bawah socially optimum market
equlibrium ketika social costs melampaui firms private costs (Redman, 2005).
Socially optimum market equilibrium adalah keadaan dimana terdapat keseimbangan
antara antara permintaan dan penawaran yang mengakomodir biaya-biaya sosial
(externalities). Berarti dalam hal ini, externalities yang muncul akibat aktivitas
perusahaan, baik dampak langsung maupun dampak tidak langsung akibat
keberadaan perusahaan seperti pencemaran udara, air, kerenggangan sosial dan
perilaku konsumtif tidak masuk dalam private marginal costs. Lebih jauh dikatakan
bahwa donasi waktu maupun uang kepada perbaikan lingkungan ataupun
penanggulangan kemiskinan masyarakat lebih kepada pencurian terhadap modal
pemilik. Cara pandang perusahaan lebih kepada cost dan benefit jangka pendek
(Redman, 2005). Perusahaan adalah pribadi artifisial dan memiliki tanggungjawab
artifisial pula, sehingga yang memiliki tanggungjawab yang sebenarnya adalah para
karyawan terhadap pemilik perusahaan, yaitu berupa keuntungan (Friedman, 1970).
Selanjutnya apabila ada penggunaan lain untuk melakukan CSR yang sifatnya bukan
profit oriented atau motif keuntungan finansial, tetapi socially oriented atau
environmentally oriented, maka harus dipisahkan pendanaannya dari aktivitas utama
perusahaan (Friedman, 1970). Dalam hal ini, manajer perusahaan telah memasuki
ranah politik dengan aktivitas pilantropis yang seharusnya menjadi tanggungjawab
Pemerintah dan juga sekaligus juga telah berlaku sebagai prinsipal (mewakili pemilik
perusahaan) dan bukan sebagai agen perusahaan yang menerima gaji dari pemilik
perusahaan (Solihin, 2009). Sebagai konsekuensi dari kebijakan seperti ini, berarti
69
apabila ada pengurangan produksi akibat adanya penurunan penjualan, maka sikap
perusahaan mengarah kepada pengurangan karyawan. Demikian pula dalam hal
adanya efisiensi, baik dalam prosedur kerja maupun penggunaan alat-alat kerja atau
rasionalisasi karyawan maka tindakan pengurangan karyawan adalah hal yang
lumrah dilakukan, termasuk komposisi antara karyawan yang berasal dari penduduk
lokal dan pendatang adalah lebih didasarkan pada profesionalisme, maupun selera
dari perusahaan, sepanjang tidak ada aturan yang mengatur hal tersebut. Bentuk
yayasan atau lembaga tersendiri adalah model yang paling tepat untuk bentuk
kebijakan CSR yang menganut kebijakan seperti ini karena sifatmya terpisah dari
aktivitas utama perusahaan (core business).
2. Strategi CSR yang dilakukan adalah mulai meningkatkan kinerja CSR semata-mata
karena memang saat ini sedang trend dimana-mana. Kata-kata CSR bergema
diberbagai tempat. Berbagai perusahaan atas nama CSR melakukan kegiatan amal
(charity) dan phylantrophis (kebajikan) mulai dari menyumbang untuk bencana
alam, penanaman pohon, pemberian beasiswa kepada pelajar berprestasi dan
sebagainya, tanpa perlu melihat relevansinya terhadap kinerja usaha. CSR seperti ini
dilakukan semata-mata hanya faktor ketulusan hati ataupun mengikuti trend. Dalam
strategi ini juga keterkaitan antara aktivitas CSR yang dilakukan dengan jenis usaha
yang dilakukan juga tidak diperhitungkan.
Pada dasarnya dalam kebijakan ini tidak seluruh aktivitas CSR harus
mempertimbangkan kinerja usaha seperti dalam program Community Development
yang merupakan aktivitas bagian dari CSR tidak dapat dipertahankan sebagai
kepentingan korporasi semata (keamanan perusahaan), tetapi benar-benar
menjalankan dalam konteks yang benar (Rochman, 2006). Dalam kebijakan ini
menganut bahwa idiology of firms that have made commitments to environmental
and social goals without evidence that corporate citizenship lead to tangible
financial gains (Redman, 2005). Artinya perusahaan tidak menyandarkan kepada
keuntungan finansial semata atas kebijakan CSR dari apa yang telah dilakukan
terhadap lingkungan dan sosial. Dengan demikian tidak tergantung kinerja usaha.
Selanjutnya dikatakan oleh Redman (2005) : this idiology functions on the idea that
70
the businesses, like people, have moral obligations and responsibilities that extend
beyond the financial world. Selanjutnya three is an expectation that a company will
do thew right thing, and there is no reason to advertise that we are filfilling this
obligation (Redman, 2005).
Artinya perusahaan memiliki kewajiban moral dan tanggungjawab melebihi
tanggung jawab finansial. Dan diharapkan dalam melaksanakan kewajiban dan
tanggung jawab ini (CSR) tidak signifikan untuk diiklankan sebagai promosi
perusahaan.
Berbagai aktivitas CSR dalam hal ini adalah seperti terciptanya kondisi keamanan
didesa atau kelurahan dimana perusahaan berlokasi, mengutamakan perekrutan
tenaga lokal sebagai tenaga kerja di perusahaan, keeratan hubungan antara
perusahaan dan para karyawan dengan masyarakat setempat, dimana perusahaan
berkedudukan adalah bentuk-bentuk kebijakan CSR yang sesuai dengan type ini.
3. Upaya integrasi aktivtas CSR dalam aktivitas utama perusahaan merupakan hal yang
utama dalam aktivitas peningkatan kinerja CSR dan kinerja usaha secara bersama-
sama. Mengintegrasikan CSR dalam strategi inti perusahaan berpengaruh kepada
peningkatan produktivitas dan sebagai katalis kepada proses keberlanjutan yang
kompetitif (Boulouta and Pitelis, 2011). Mc Williams and Siegel, diacu dalam
Venugopal (2010) mengemukakan konsep profit maximizing CSR dimana belanja
untuk CSR diperlakukan sebagai investasi sebagaimana investasi lainnya seperti pada
bagian Research and Development (R&D). Konsep ini melihat bahwa inovasi dan
kemakmuran masyarakat harus konsisten seiring dengan maksimisasi profit. Namun
bukan berarti profit jangka pendek sebagaimana halnya pada kebijakan yang pertama,
namun termasuk juga manfaat yang sifatnya intangible dan jangka panjang. Dalam hal
ini ternyata tidak mudah untuk melakukannya sebagaimana yang dikemukakan oleh
Redman (2005) : policymakers should consider current indexes for business success,
accounting practices, and valuation of intangible assets. Selanjutnya it require
transforming averages citizens understanding about value creation and expanding
definitions of success to include social and enviromental triumph. Kebijakan ini
memerlukan pertimbangan atas keberadaan/positioning perusahaan dalam mencapai
71
target yang diharapkan, kemampuan dalam penilaian dan pencatatan aktiva tidak
berwujud seperti goodwill dalam pembukuan perusahaan. Dan pemahaman terhadap
pengertian masyarakat akan penciptaan nilai dan perluasan pengertian sukses
mencakup sosial dan lingkungan.
Strategi yang dilakukan dengan perbaikan kinerja CSR namun dengan tetap
memperhitungkan pertumbuhan usaha. Artinya sama-sama meningkat. Kinerja
perusahaan semakin baik seiring dengan peningkatan kinerja CSR berkelanjutan dan
pertumbuhannya keduanya yang rsosialf stabil. Aktivitas CSR yang dilakukanpun
harus sejalan dengan jenis usaha, yang merupakan perpaduan dari kedua strategi
sebelumnya. Dalam jangka panjang kondisi yang demikian dapat menjamin
keberlanjutan aktivitias CSR dan pengembangan usaha.
2.11. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian yang dilakukan tentang CSR adalah penelitian yang
dilakukan oleh Fendri dari Program Magister Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian
Bogor (SPS-IPB) berupa thesis tentang strategi program pemberdayaan masyarakat
dan implikasinya terhadap kebijakan Pemerintah studi kasus PT. RAPP, CECOM,
dan Pemerintah Kota Pekanbaru yang dilakukan pada periode November 2007 s/d
Januari 2008 yang melakukan metode penelitian dengan mengadakan studi komparasi
antara petani binaan CECOM (yayasan yang dibentuk oleh PT. RAPP untuk
melaksanakan pemberdayaan masyarakat) dengan yang diluar binaan CECOM
dengan analisis Strengths, Weakness, Opportunities and Threats (SWOT)
menunjukkan bahwa aktivitas tersebut dapat mengubah secara signifikan kondisi
sosial, ekonomi dan teknologi masyarakat meskipun ada peningkatan. Demikian pula
peran Pemerintah Kota Pekanbaru belum kelihatan. Penelitian yang dilakukan oleh
Sumaryo dari SPS-IPB dalam disertasi tentang implementasi CSR dalam
pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan studi kasus di
Provinsi Lampung yang melakukan penelitian pada Nopember 2007 s/d April 2008
yang mengkaji pengaruh pelaksanaan CSR terhadap peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap masyarakat sasaran dalam berusaha ekonomi produktif serta
meneliti pengaruh CSR terhadap tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga
72
Faktor Pengungkit
Analisis Prospektif
Skenario
orang untuk tiap lokasi yang terdiri dari tokoh masyarakat setempat satu orang,
manajemen Indomobil Group dua orang untuk tiap lokasi, Pemerintah
Kelurahan/Desa setempat dua orang, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten dua
orang dan Kementerian Lingkungan Hidup satu orang.
3.3.2 Penyusunan Atribut CSR Berkelanjutan dalam Industri Otomotif
Dimensi Ekonomi
1. Peningkatan harga Tingkat kenaikan harga-harga kebutuhan pokok
masyarakat
2. Degradasi infrastruktur Tingkat kerusakan infrastruktur jalan, jembatan dan sarana
unum lainnya
3. Kecenderungan konsumtif Tingkat kecenderungan konsumtif masyarakat
6 Peluang usaha Tingkat peluang usaha yang timbul sebagai akibat dari
kehadiran perusahaan
7 Peningkatan pendapatan Tingkat pendapatan masyarakat yang timbul akibat
keberadaan perusahaan
8 Peningkatan jumlah Jumlah lembaga ekonomi dan keuangan seperti pasar,
lembaga-lembaga bank dan koperasi simpan pinjam yang tumbuh
ekonomi dan keuangan
79
Lanjutan Tabel 8.
No. Faktor Definisi
Dimensi Sosial
1. Keresahan sosial Tingkat keresahan dalam bentuk protes yang dilakukan
warga terhadap keberadaan perusahaan baik yang
terpendam atau terbuka akibat dari ketidaksesuaian
harapan dan kenyataan
2. Konflik (benturan sosial) Banyaknya konflik yang terjadi diantara anggota
masyarakat, baik terpendam atau terbuka yang disebabkan
kehadiran perusahaan dan karyawannya
3. Disintegrasi sosial Dominasi jenis penduduk yang mengikuti perkumpulan
dan lembaga yang ada di lingkungan masyarakat
8. Kerekatan sosial (kohesi Kepekaan perusahaan terhadap kondisi warga sekitar yang
sosial) mengalami kesulitan
Dimensi Ekologi/Lingkungan
1. Tingkat pencemaran Persepsi masyarakat terhadap pencemaran udara akibat
udara kehadiran perusahaan
2. Tingkat kebisingan Persepsi masyarakat terhadap tingkat kebisingan akibat
lingkungan pabrik kehadiran perusahaan
3. Tingkat pencemaran air Persepsi masyarakat terhadap pencemaran air akibat
kehadiran perusahaan
4. Estetika Lingkungan Tingkat estetika atau keindahan lingkungan disekitar lokasi
perusahaan
5. Tingkat emisi mobil Tingkat emisi gas buang mobil yang diproduksi terhadap
yang diproduksi baku mutu emisi gas buang kendaraan baru
6. Aktivitas penghijauan Persepsi masyarakat terhadap upaya perusahaan dalam
aktivitas penghijauan di wilayah sekitar perusahaan
7. Rehabilitasi lingkungan Persepsi masyarakat terhadap upaya perusahaan dalam
memperbaiki kondisi lingkungan hidup di wilayah sekitar
seperti pembersihan kali dan penanaman pohon di lahan
kritis.
8. Upaya konservasi Persepsi masyarakat terhadap upaya perusahaan dalam
lingkungan alam sekitar menjaga kelestarian alam dengan menjaga kebersihan dan
keindahan di wilayah sekitar perusahaan
80
Atas dasar atribut-atribut yang telah disusun tersebut, maka dibuatlah kriteria
pembobotan untuk masing-masing atribut (Tabel 9)
Tabel 9. Kriteria pembobotan atribut-atribut CSR berkelanjutan dalam industri otomotif
Dimensi dan atribut Skor Baik Buruk Keterangan
Dimensi ekonomi
Peningkatan harga 0;1;2 2 0 (0) Sangat setuju, (1) Setuju,
(2) Tidak setuju
Degradasi infrastruktur 0;1;2 2 0 (0) Sangat setuju, (1) Setuju,
(2) Tidak setuju
Kecenderungan konsumtif 0;1 1 0 (0) Ya, (1) Tidak
Peluang kerja di perusahaan 0;1;2 2 0 (0) Tidak ada, (1) Sedikit,
(2) Banyak
Peningkatan jenis usaha dan 0;1;2 2 0 (0) Tidak ada, (1) Sedikit,
pekerjaan (2) Banyak
Peluang usaha 0;1;2 2 0 (0) Tidak ada, (1) Sedikit,
(2) Banyak
Peningkatan pendapatan 0;1;2 2 0 (0) Tidak ada, (1) Sedikit,
(2) Banyak
Peningkatan jumlah 0;1 1 0 (0) Tidak berdampak,
lembaga-lembaga ekonomi (1) Berdampak
dan keuangan
Dimensi Sosial
Keresahan sosial 0; 1; 2 2 0 (0) Sangat resah, (1) Resah,
(2) Tidak resah
Konflik (benturan sosial) 0; 1; 2 2 0 (0) Sering, (1) Jarang, (2) Tidak
pernah
Disintegrasi sosial 0; 1; 2 2 0 (0) Dominasi pendatang,
(1) Dominasi penduduk lokal,
(2) Seimbang antara lokal dan
pendatang
Erosi nilai-nilai sosial 0; 1; 2 2 0 (0) Sepenuhnya akibat kehadiran
perusahaan,
(1) Sebagian, akibat kehadiran
perusahaan
(2) Bukan akibat kehadiran
perusahaan
Kerenggangan sosial akibat 0; 1 1 0 (0) Setuju, (1) Tidak setuju
kehadiran perusahaan
Kondisi 0; 1; 2; 2 0 (0) Meningkat, (1) Tetap
keamanan/kriminalitas (2) Menurun
Peningkatan etos kerja 0; 1;2 2 0 (0) Menurun, (1) Tetap
(2) Meningkat
Kerekatan sosial (kohesi 0; 1;2 2 0 (0) Tidak setuju, (1) Ragu-ragu,
sosial) (2) Setuju sekali
81
Lanjutan Tabel 9
Dimensi dan atribut Skor Baik Buruk Keterangan
Dimensi Ekologi
Tingkat pencemaran udara 0; 1; 2 2 0 (0) Banyak, (1) Sedikit,
(2) Tidak ada
Tingkat kebisingan 0; 1; 2 2 0 (0) Banyak, (1) Sedikit,
lingkungan pabrik (2) Tidak ada
Tingkat pencemaran air 0; 1; 2 2 0 (0) Banyak, (1) Sedikit,
(2) Tidak ada
Estetika Lingkungan 0; 1; 2 2 0 (0) Banyak, (1) Sedikit,
(2) Tidak ada
Tingkat emisi mobil yang 0; 1 1 0 (0) Sama dengan baku mutu, (1)
diproduksi Dibawah baku mutu
Aktivitas penghijauan 0; 1; 2 2 0 (0) Tidak ada (1) Sedikit,
(2) Banyak
Rehabilitasi lingkungan 0; 1; 2 2 0 (0) Tidak ada (1) Sedikit,
(2) Banyak
Upaya konservasi 0; 1; 2 2 0 (0) Tidak ada (1) Sedikit,
lingkungan alam sekitar (2),Banyak
menunjukkan status sumber daya tersebut. Ordinasi MDS dibentuk oleh aspek
ekologi, ekonomi dan sosial. Hasil statusnya menggambarkan keberlanjutan di
setiap aspek yang disajikan dalam skala 0100%. Manfaat dari teknik MDS ini
adalah dapat menggabungkan berbagai aspek untuk dievaluasi komponen
keberlanjutannya dan dampaknya terhadap kebijakan CSR berkelanjutan dalam
industri otomotif. Prosedur MDS dilihat pada Gambar 6.
MULAI
Output dari hasil analisis ini adalah berupa status keberlanjutan kebijakan CSR
dalam industri otomotif di Indomobil Group untuk tiga dimensi (ekonomi, ekologi
dan sosial), dalam bentuk skor dengan skala 0100. Kategori keberlanjutan adalah :
Skor <50 berarti tidak berkelanjutan; skor (50-75) berarti belum berkelanjutan; dan
84
Skor >75 berarti berkelanjutan. Kategori ini sesuai dengan standar Kavanagh
(2001).
Hasil lain yang diperoleh adalah penentuan faktor pengungkit (leverage
factors) untuk pengelolaan kawasan yang merupakan faktor-faktor strategik yang
harus diperhatikan dalam analissis kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri
otomotif di Indomobil Group di masa mendatang. Kegunaan faktor pengungkit
adalah untuk mengetahui faktor sensitif atau intervensi yang dapat dilakukan
dengan mencari faktor sensitif untuk pengelolaan CSR berkelanjutan yang lebih
baik.
3.4.2 Uji Friedman
Uji Friedman (Friedman test) adalah bentuk uji statistik nonparametrik
sebagai alternatif dari teknik analisis varians dua arah. Uji Friedman tidak
memerlukan anggapan bahwa populasi berdistribusi normal dan mempunyai varians
yang homogen. Uji Friedman digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k (k >
2) sampel yang berpasangan bila datanya ordinal (rangking). Bila datanya yang
terkumpul berbentuk interval atau rasio maka data tersebut diubah kedalam data
ordinal (Sugiyono dan Wibowo, 2001). Asumsi-asumsi yang mendasari Uji
Friedman adalah :
5. Setiap set dari k obsevasi harus dianggap mewakili populasi dan harus
independen dari setiap set k observasi.
6. Nilai Chi-Square dari Uji Friedman semakin akurat bila sampel semakin besar
( 30).
7. Distribusi dari perbedaan skor diantara berbagai tingkatan adalah continuous dan
simetris dalam populasi.
Uji Friedman ini dilakukan untuk menguji hipotesis nol yang menyatakan bahwa
median dari populasi adalah setara (equal) untuk sejumlah k levels dari suatu faktor,
dalam hal ini tidak ada perbedaan mutu dari setiap atribut.
3.4.3 Analisis Prospektif
Analisis ini merupakan suatu upaya untuk eksplorasi kemungkinan di masa
mendatang sesuai dengan kebutuhan dari pemangku kepentingan yang terlibat
85
dalam sistem ini. Tahap analisis prospektif dimulai dengan penentuan faktor kunci
dari pencapaian studi. Selanjutnya faktor kunci tersebut digunakan untuk
mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Penentuan faktor kunci dan
tujuan strategi tersebut penting, dan sepenuhnya merupakan pendapat dari pihak
yang berkompeten sebagai pemangku kepentingan dalam pengelolaan CSR
berkelanjutan dalam industri otomotif.
Bourgeois and Yesus (2004) menjelaskan tahapan analisis prospektif, yaitu
(1) Mengidentifikasi faktor kunci penentu untuk masa depan dari sistem yang
dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua faktor penting dengan
menggunakan kriteria faktor peubah, menganalisis pengaruh timbal balik dengan
menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan kebergantungan dari
masing-masing faktor kedalam empat kuadran utama; (2) Menentukan tujuan
strategi dan kepentingan pelaku utama; (3) Mendefinisikan dan mendeskripsikan
evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagaimana
unsur kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan (state) pada setiap faktor,
memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan serta menggambarkan
skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara
mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem.
Penentuan faktor kunci keberlanjutan kebijakan CSR dilakukan dengan
analisis prospektif. Pada tahap ini dilakukan pada seluruh faktor penting dengan
menggunakan kriteria faktor pengungkit berdasarkan hasil analisis MDS. Data yang
digunakan dalam analisis prospektif adalah pendapat pakar dan pemangku
kepentingan yang terlibat dalam aktivitas CSR di Indomobil Group. Pengumpulan
data dilakukan dengan kuesioner, wawancara dan melalui diskusi. Untuk melihat
pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, pada tahap pertama digunakan
matriks seperti tercantum pada Tabel 10.
86
A
B
C
D
E
F
H
I
J
Sumber : Godet et al., 1999
Keterangan : A- J = Faktor penting dalam sistem
Ketergantungan
Gambar 7. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem (Godet
et al., 1999)
87
Pengaruh langsung antar faktor dalam sistem dilakukan pada tahapan ini yang
digunakan pada penelitian analisis prospektif dengan menggunakan matriks.
Pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor diisi teknik berikut :
1. Jika faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, diberi nilai 0
2. Jika faktor tersebut memiliki pengaruh sangat kuat, diberi nilai 3
3. Jika faktor tersebut memiliki pengaruh yang tidak kuat, maka diberi nilai 1untuk
pengaruh kecil, dan nilai 2 untuk pengaruh sedang.
Hasil analisis tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada semua pemangku
kepentingan terkait. Hal itu dilakukan guna memperkuat hasil analisis. Selain itu,
hasil kajian ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh Manajemen Indomobil
Group. Jumlah responden adalah delapan orang untuk tiap lokasi yang terdiri dari
tokoh masyarakat setempat satu orang, manajemen Indomobil Group dua orang
untuk tiap lokasi, Pemerintah Kelurahan/Desa setempat dua orang, Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten dua orang dan Kementerian Lingkungan Hidup satu
orang.
3.4.4 Pemodelan AHP
AHP dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of
Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement
dalam memilih alternatif yang paling disukai. Prinsip kerja AHP adalah
penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan
dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian
tingkat kepentingan setiap peubah diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti
penting peubah tersebut secara rsosialf dibandingkan dengan peubah yang lain. Dari
berbagai pertimbangan tersebut dilakukan sintesis untuk menetapkan peubah yang
memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem
tersebut.
AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot rsosialf dari
suatu kriteria majemuk (atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara
intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise
88
Faktor
Ekonomi Ekologi Sosial
Kriteria
Faktor pengungkit Faktor pengungkit Faktor pengungkit
Fokus dari pemodelan dengan AHP adalah membangun model kebijakan CSR
berkelanjutan dalam industri otomotif di Indomobil Group, dimana faktor-faktor
yang menentukan dalam keberlanjutannya adalah aspek ekonomi, sosial dan
ekologi, serta aktor (pelaku) dalam aktivitas CSR adalah Kementerian
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (KLH), Pemerintah Daerah, Masyarakat
sekitar dan Pengusaha.
3.5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka maupun survei lapangan. Studi
pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder, baik data dari perusahaan-
perusahaan di bawah naungan Indomobil Group, dan dari instansi terkait lainnya.
Sedangkan survei lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer, yaitu untuk
keperluan analisis Prospektif dan AHP.
91
b. Langkah-langkah penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini terangkum dalam Tabel 12.
Tabel 12. Langkah-langkah penelitian
No. Tujuan Metode Sumber data Parameter/peubah Analisis data Output yang
diinginkan
1 Menentukan nilai indeks Survai/kuantitatif Data Primer Atribut-atribut CSR MDS Indeks CSR
keberlanjutan CSR dalam industri dan sekunder berkelanjutan berkelanjutan dalam
otomotif (Ekonomi, Sosial Industri Otomotif
dan Ekologi)
2. Menvalidasi atribut-atribut CSR Kalkulasi Data primer Atribut-atribut CSR Uji Friedman Hasil uji hubungan
berkelanjutan berkelanjutan antar variabel dalam
(Ekonomi, Sosial atribut CSR
dan Ekologi) berkelanjutan
2. Menyaring data hasil indeks Survai/kuantitatif Data Primer Atribut-atribut Prospective Faktor-faktor
keberlanjutan dan sekunder keberlanjutan analysis pengungkit dari
indeks keberlajutan
3. Membangun model CSR Pairwise --Hasil analisa a. Atribut yang AHP -Model CSR dalam
berkelanjutan dalam industri comparisons keberlanjutan perlu diperbaiki industri otomotif
otomotif --Responden hasil analisis
(pakar) CSR
berkelanjutan
b. Jenis aktivitas
CSR
c. Pemangku
kepentingan
4. Merumuskan rekomendasi kebijakan Deskriptif Hasil AHP Deskriptif Terumuskannya
dan strategi pelaksanaan CSR rekomendasi
berkelanjutan dalam industri kebijakan CSR yang
otomotif berkelanjutan dalam
bidang otomotif
95
Dari visi dan misi tersebut tergambar secara jelas komitmen dan nilai terbaik
yang diberikan perusahaan terhadap pihak masyarakat di sekitar lokasi pabrik
dan juga pihak terkait lainnya yang berkepentingan (pemangku kepentingan).
Production
Gambar 9
Struktur organisasi PT SIM ( PT. SIM, 2008)
Jumlah produksi mobil merek Suzuki yang telah diproduksi dan yang masih
diproyeksikan untuk masa mendatang dimuat pada Tabel 13.
Produk dari PT. SIM adalah berbagai jenis kendaraan roda empat seperti dimuat
pada Tabel 14.
bekas pengelasan yang menebal. Namun sebagian lagi tidak memerlukan proses
pemolesan dan dapat langsung memasuki proses pengecatan.
Sebelum pengecatan welded parts (baik yang dipoles maupun tanpa
poles) terlebih dahulu dilakukan pretreatment guna membebaskan senyawa
lemak yang menempel pada permukaan komponen yang bersumber dari cairan
oli yang membasahi permukaan bahan baku sejak awal proses produksi, guna
menghindari overheating sekaligus gesekan yang dapat menimbulkan cacat
pada permukaan komponen, khususnya saat proses stamping press.
Komponen yang sudah bebas noda lemak diumpan ke Painting Shop
melalui overhead conveyor yang bergerak seperti ikan lumba-lumba.
Pengecatan dengan teknologi ramah lingkungan yang dikenal dengan cathodic
electro deposition. Teknologi yang menggunakan metode electroplating ini
memberikan muatan listrik negatif pada material cat (sebagai katode).
Timbulnya gaya listrik akibat perbedaan muatan mengakibatkan terjadinya
adhesi elektrokimia yang sangat kuat diantara ion berbeda, sehingga ikatan
permukaan antara material komponen dan material cat berada pada tingkat
kekuatan sangat tinggi. Komponen yang sudah di cat selanjutnya dikeringkan
dengan oven pada suhu 1700C. Pengecatan ini selain bertujuan untuk
memberikan nilai estetika, juga memberikan proteksi tehadap komponen yang
rawan oksidasi. Painted parts, CKD lokal dan CKD impor secara simultan
diumpan ke Assembling Shop guna perakitan CBU kendaraan bermotor roda
empat.
Produk CBU memasuki tahapan proses produksi akhir berupa test inspection,
yang dilakukan, terutama untuk menguji body performance, mechanical and
lighting performance, electrical and audio performance, kekedapan suara dan
air dalam kabin, serta performa kendaraan saat dipacu pada beberapa tingkat
kesulitan medan jalan. Sebagai rangkaian akhir manajemen mutu produksi
diterapkan secara cradle to grave dengan sistem manajemen mutu ISO 9001
(PT SIM, 2008).
101
pusat pemerintahan Kabupaten bekasi tidak terlalu dan dapat dijangkau, yaitu
sekitar 15 km.
Dari Tabel 18 terlihat bahwa kelompok usia terbesar yang mendominasi dalam
struktur penduduk Kelurahan Jatimulya adalah kelompok produktif, yaitu usia
>15 tahun hingga 55 tahun. Sedangkan kelompok terkecil adalah usia 1 tahun ke
bawah. Ini berarti kelurahan Jatimulya sebagian besar adalah kelompok pekerja.
Jumlah penduduk perempun sedikit lebih banyak dari pada penduduk laki-laki
(Tabel 19).
. c. Prasarana pendidikan
Tabel 22. Prasarana pendidikan
No. Prasarana Pendidikan Tahun 2008 Tahun
(buah) 2009
(buah)
1. SLTA/sederajat 9 9
2. SLTP/sederajat 5 5
3. SD/sederajat 15 15
4. Jumlah lembaga pendidikan agama 47 51
5. Lembaga pendidikan lain (kursus/sejenis) 5 5
Sumber : Kelurahan Jatimulya, 2009
2. Kesehatan masyarakat
Pada umumnya kondisi kesehatan masyarakat Kelurahan Jatimulya
dalam kondisi baik, dimana angka kematian bayi adalah 0,1 % terhadap jumlah
bayi yang lahir. Selanjutnya, jumlah balita bergizi buruk adalah 0,3% dari
jumlah balita. Mayoritas masyarakat adalah pengguna air sumur pompa, dan
seluruh rumah tangga telah memiliki jamban/WC.
3. Ekonomi Masyarakat
3.a. Pengangguran
Tabel 23. Jumlah penduduk pengangguran
No. Pengangguran Tahun 2008 Tahun
(orang) 2009
(orang)
1. Jumlah penduduk usia kerja 15-56 tahun 33.627 34.270
2. Jumlah penduduk usia kerja 15-56 tahun 4.630 4.718
tidak kerja
3. Jumlah penduduk wanita usia 15-56 24.201 24.964
tahun menjadi ibu rumah tangga
4. Jumlah penduduk usia >15 tahun yang 7 7
cacat sehingga tidak dapat bekerja
Sumber : Kelurahan Jatimulya, 2009
Jumlah penduduk yang tidak bekerja pada usia 15-56 tahun mencapai kurang
lebih 13% dari jumlah penduduk usia kerja antara 15-56 tahun. Angka ini tidak
107
4.2.6 PT.NMI
a. Gambaran Umum
PT. Nissan Motor Indonesia adalah produsen mobil merek Nissan
berlokasi di dalam kawasan industri Kota Bukit Indah tepatnya di Blok A-III
Lot 1-14. Lokasi tersebut berada di wilayah Desa Dangdeur, Kecamatan
Bungursari, Kabupaten Purwakarta. Karakteristik dari Desa Dangdeur sebagai
kawasan industri yang dijadikan lokasi berdirinya pabrik ini, dikarenakan letak
geografisnya sebagai sarana kawasan bagi kegiatan industri dan komersial
110
lainnya berada dekat dengan kota Purwakarta, serta berada di tengah untuk jalur
ruas Jakarta-Bandung dan Cirebon dengan fasilitas yang sangat memadai untuk
mencapai ketiga kota utama tersebut. PT. Nissan Motor Indonesia atau PT NMI
memiliki luas areal seluas 211.636 m2 .
b. Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan adalah perakitan dari komponen-
komponen mobil yang dirakit di Body Shop. Kemudian setelah dirakit, Body
mobil dikirim ke Paint Shop untuk proses pengecatan. Dari Paint Shop ke Final
Assy untuk proses pemasangan spare parts dan terakhir ke Test Central. Limbah
cair dari Paint Shop diolah di instalasi pengolah air limbah (IPAL), sedangkan
limbah padat ditampung dan diambil oleh swasta. Rangkaian proses produksi itu
(Gambar 10) didahului oleh proses stamping, yaitu proses pembuatan
komponen body.
111
Jumlah tenaga kerja yang bekerja di PT. NMI dimuat pada Tabel 28.
1. Manajer ke atas 8 - - 8
2. Staff 54 - 7 47
3. Buruh/karyawan 443 - 423 10
Sumber : PT.NMI, 2008
4.2.7 PT.HMMI
a. Gambaran umum
PT. HMMI adalah perusahaan yang bergerak di dalam pebuatan
komponen dan perakitan kendaraan bermotor roda empat dan lebih yaitu jenis
truck dan bus. Perusahaan memiliki lokasi pabrik dalam Kawasan Industri Kota
Bukit Indah (KBI) terdapat di Blok D1 nomor 1, sebagaimana PT. Nissan
Motor Indonesia, terdapat di kawasan industri KBI berada di wilayah Desa
Dangdeur, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta.
113
Raw material
1 Welding and
Assembling
Rinsing and Washing Cabin
Washing,
rinsing &
2 phospating
Painting
E/G
test
(kedap
suara)
4
Engine Suspensi Drive Transmisi Transmisi Chassis Cabin
assy system axle assy assy assy assy
assy
assy
(PT.HMMI, 2009)
116
Tanah sawah adalah berbentuk sawah tadah hujan, karena sampai saat ini
belum ada irigasi yang dibuat untuk mengairi sawah tersebut. Sedangkan hutan
117
lindung yang dimaksud adalah milik Perum Perhutani dan terdiri dari hutan Jati.
Dilihat dari lokasinya letak desa Dangdeur berada 3,5 km dari ibu kota kecamatan
terdekat (Bungursari), dengan bentangan wilayah desa Dangdeur berbentuk datar.
Dari data tersebut, terlihat jumlah laki-laki dan perempuan di desa Dangdeur adalah
seimbang atau setara. Dibanding dengan luas lahan Desa Dangdeur jumlah penduduk
Desa Dangdeur tidak terlalu besar dengan komposisi penduduk menurut kelompok
umur seperti dimuat pada Tabel 33
Tabel 33. Jumlah penduduk menurut kelompok umur
No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (orang)
1 56 58
2 7 12 234
3 13 15 68
4 16 21 135
5 22 59 1.169
6 > 60 116
(Kecamatan Bungursari, 2009)
Jumlah penduduk terbesar di Desa Dangdeur adalah kelompok usia 22 59 tahun
atau berada pada usia produktif. Tingkat pendidikan penduduk dimuat pada Tabel 34.
118
Ibu-Ibu PKK yang berjumlah 24 orang anggotanya dan juga organisasi kepemudaan
Karang Taruna dengan jumlah anggota berjumlah 15 orang. Kelompok gotongroyong
merupakan kelompok yang memiliki anggota terbesar, yaitu 900 orang.
c. Kelembagaan ekonomi
Di luar dari lokasi kawasan industri Kota Bukit Indah maka desa Dangdeur
memiliki kelembagaan ekonomi seperti dimuat pada Tabel 36.
Tabel 36. Kelembagaan ekonomi yang ada di desa Dangdeur
Jumlah
anggota/tenaga
No. Jenis Jumlah unit
kerja (orang)
1. Koperasi - -
2. Industri Kerajinan 2 4
3. Toko/swalayan 1 14
4. Industri rumah tangga - -
5. Warung kelontong 3 6
6. Angkutan 16 32
7. Pedagang pengumpul/tengkulak 2 -
8. Pasar - -
9. Kelompok simpan pinjam 1 3
(Desa Dangdeur, 2009)
Dilihat dari sedikitnya kelembagaan ekonomi seperti lembaga koperasi tidak ada,
pasar tidak ada, demikian pula lembaga perbankan tidak ada. Lembaga yang ada di
Desa Dangdeur hanya kelompok simpan pinjam informal, sehingga tingkat
perputaran ekonomi masyarakat di desa ini relatif rendah.
120
d. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan yang ada di Desa Dangdeur dimuat pada Tabel 37.
Tabel 37. Lembaga pendidikan yang ada
No. Jenjang pendidikan Jumlah unit Jumlah peserta
(orang)
1. TK 1 15 orang
2. SD/sederajat 2 426 orang
3. SLTP/sederajat - -
4. SLTA/sederajat - -
5. Lembaga pendidikan keagamaan 2 100 orang
(Desa Dangdeur, 2009)
Dari lembaga pendidikan yang ada masyarakat Desa Dangdeur yang akan
melanjutkan ke jenjang pendidikan SLTP sederajat dan selanjutnya harus mencari
sekolah ke desa lain yang berarti menempuh jarak yang cukup jauh.
e. Prasarana dan sarana
1) Prasarana dan sarana transportasi
Sarana transportasi memegang peranan penting dalam peningkatan
pertumbuhan bagi suatu wilayah, termasuk Desa Dangdeur. Kondisi jalan sebagai
prasarana transportasi yang ada di daerah desa Dangdeur dimuat pada Tabel 38.
Tabel 38. Mutu jalan
No. Jenis Panjang jalan (km)
1. Jalan aspal 4,5
2. Jalan makada 3
3. Jalan tanah 3
4. Jalan antar desa (aspal) 3
(Desa Dangdeur, 2009)
Dari kondisi jalan yang ada di Desa Dangdeur hanya jalan utama yang
melintasi Desa Dangdeur yang beraspal sepanjang 4,5 km dan sisanya adalah ruas-
121
Dilihat dari angka yang ada jumlah pengangguran yang tercatat di Desa
Dangdeur adalah seperti dimuat pada Tabel 39.
Tabel 39. Jumlah pengangguran di desa Dangdeur
No. Kategori pengangguran Jumlah
(orang)
1. Jumlah angkatan kerja (15-55 tahun) 200
2. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang masih sekolah 150
3. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun menjadi ibu rumah tangga 630
4. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang bekerja penuh 153
5. Jumlah penduduk usia 15-55 tahun yang bekerja tidak tentu 308
(Desa Dangdeur, 2009)
Data pada Tabel 39 menunjukkan bahwa angka angkatan kerja yang
bekerja tidak tentu jumlahnya cukup tinggi (308 orang). Ini memerlukan perhatian
pihak-pihak terkait, agar tidak menimbulkan masalah, bahkan tindak kriminal.
2) Kemiskinan
Tabel 40. Tingkat kesejahteraan keluarga
Jumlah
No. Tingkat kemiskinan kel.
1. Kepala Keluarga 631 kel
2. Keluarga prasejahtera 124 kel
3. Keluarga sejahtera 1 193 kel
4. Keluarga sejahtera 2 133 kel
5. Keluarga sejahtera 3 162 kel
6. Keluarga sejahtera plus 19 kel
(Kecamatan Bungursari, 2009)
keluarga pra sejahtera, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial
psikologis keluarga seperti pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, dan interaksi
dengan lingkungan (BKKBN, 2008).
Ekonomi (48.66)
52
51
50
49
48
47
PENINGKATAN PENDAPATAN
PELUANG USAHA
KEGIATAN
KECENDERUNGAN KONSUMTIF
DEGRADASI INFRASTRUKTUR
PENINGKATAN HARGA
Hasil uji MDS dimensi ekonomi pada PT SIM sebagaimana yang terlihat
pada Gambar 14 menunjukkan nilai 48,35. Nilai tersebut berada pada kategori
kurang berkelanjutan (standar 25 > nilai indeks 50). Aktivitas CSR dalam
dimensi ekonomi ini dinilai kurang memenuhi ekspektasi masyarakat.
Leverage of Attributes
PENINGKATAN
KEREKATAN SOSIAL
PENINGKATAN ETOS
KERJA
KONDISI KEAMANAN
KERENGGANGAN
Attribute
SOSIAL
EROSI NILAI-NILAI
SOSIAL
DISINTEGRASI
SOSIAL
KONFLIK (BENTURAN
SOSIAL)
KERESAHAN SOSIAL
Hasil uji MDS dimensi sosial pada PT. SIM sebagaimana yang terlihat
pada Gambar 16 menunjukkan nilai 51,15. Nilai indeks tersebut tergolong belum
berkelanjutan (skor 50 75). Aktivitas CSR dalam dimensi sosial dinilai belum
memenuhi ekspektasi masyarakat.
130
Leverage of Attributes
KONSERVASI LINGKUNGAN
REHABILITASI LINGKUNGAN
AKTIVITAS PENGHIJAUAN
DIPRODUKSI
ESTETIKA LINGKUNGAM
PENCEMARAN AIR
KEBISINGAN
PENCEMARAN UDAHA
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Root Mean Square Cha nge in Ordina tion w he n Selected Attribute
Removed (on Sustaina bility scale 0 to 100)
Dari analisis Monte Carlo terlihat nilai indeks keberlanjutan CSR dalam
industri otomotif pada PT. SIM pada taraf kepercayaan 95% untuk setiap dimensi,
menunjukkan hasil yang tidak banyak mengalami perbedaan dengan hasil analisis
MDS. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 42, dimana perbedaan yang ada antara hasil
MDS dan hasil Monte Carlo, baik untuk dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan
menunjukkan nilai yang sangat kecil (hampir mendekati nol), sehingga dapat
dianggap tidak ada perbedaan yang berarti diantara keduanya.
Tabel 42. Tabel perbedaan MDS dan Monte Carlo pada PT SIM
No. Dimensi Hasil MDS (a) Hasil Monte Perbedaan
Carlo (b) (a-b)
1 Ekonomi 48,66 48,35 0.31
2 Sosial 51,15 50,92 0.23
3 Lingkungan 49,63 49,63 0
Euro 2 dari yang tercantum dalam standar baku mutu emisi gas buang
kendaraan baru yang berlaku di Eropa dan tingkat internasional. Di negara-
negara Eropa standar yang telah diberlakukan adalah mencapai Euro 5. Acuan
Euro tersebut telah menjadi pedoman internasional dalam menentukan standar
baku mutu kendaraan baru, sehingga pencapaian sesuai standar yang
diberlakukan di Eropa menjadi standar yang ideal. Namun perlu dicatat pula
bahwa dampak pencemaran atau polusi dari emisi gas buang kendaraan
bermotor terhadap kesehatan tergantung dari berbagai faktor, bukan hanya emisi
gas buang mobil baru tetapi juga diantaranya adalah tingkat kepadatan
kendaraan di jalanan, kondisi emisi gas buang kendaraan yang ada di jalanan
termasuk mobil yang telah lama di produksi, dan bahan bakar yang digunakan.
b. Rehabilitasi lingkungan
60
60
40
40
20 BO D
20 BO D
CO D
0 CO D
0
Hulu Tengah Hilir BML III
Hulu Tengah Hilir BML III
Gambar 19. Konsentrasi BOD dan COD air sungai Sasak Jarang
134
1000
1000
800
800
Mg/l
600
Mg/l
600
400
400
200 TD S
200 TD S
TS S
0 TS S
0
Gambar 20. Konsentrasi TDS dan TSS air sungai Sasak Jarang
2. Mutu air dengan parameter kunci padatan terlarut (TDS), merupakan salahsatu
rujukan bagi penyebab kekeruhan yang ada di badan air yang disebabkan oleh
partikel yang terlarut di dalam air. Kualitas TDS di semuai titik suatu sungai
yang tidak melampaui baku mutu golongan III, terdapat pada sungai Sasak
Jarang.
3. Mutu air dengan parameter kunci padatan tersuspensi (TSS), merupakan salah
satu rujukan bagi penyebab kekeruhan yang ada di badan air yang disebabkan
oleh partikel yang tidak terlarut, tetapi mengendap, misalnya lumpur. Partikel
penyebab kekeruhan, karena TSS dapat dipisahkan melalui unit pengendapan
secara gravitasi. Mutu TSS di semua titik pantau sungai tidak melampaui baku
mutu golongan III. Hal ini menunjukkan pencemaran yang mengakibatkan
kekeruhan sungai pada umumnya bukan berasal dari lumpur atau erosi tanah.
Dugaan penyebab pencemaran air sungai yang didominasi oleh kegiatan
domestik berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bekasi
(2009) menunjukkan fakta-fakta berikut:
1) Pembuangan air limbah domestik, terutama grey water secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu, sehingga Angka BOD dan COD air sungai masih
tinggi.
2) Adanya kegiatan domestik dari sebagian masyarakat yang tinggal di sepanjang
sungai telah mengakibatkan pencemaran sungai
3) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai yang belum terintegrasi dan berwawasan
lingkungan
4) Perumahan kumuh di bantaran sungai, pengurugan badan air dan saluran
drainase, terutama setu /danau untuk keperluan perumahan dan permukiman
atau keperluan lainnya.
5) Pembuatan septik tank milik masyarakat yang kurang memenuhi syarat, baik
teknis maupun jumlahnya.
6) Sejumlah industri kecil dan rumah tangga yang tidak dilengkapi dengan
fasilitas pengolahan limbah di sepanjang sungai di Kabupaten Bekasi
136
Kali Bekasi telah tercemar akibat air yang mengaliri kali Bekasi di kota
Bekasi tercemar bahan berbahaya dan beracun (B3), yang disinyalir berasal dari
pembuangan limbah pabrik, industri, rumah sakit, dan industri rumahtangga yang
pengolahannya belum memenuhi standar. Kabupaten Bekasi adalah daerah perkotaan
dengan tingkat pencemaran yang cukup tinggi, terutama yang berasal dari sektor
transportasi dan industri, baik yang berasal dari Kabupaten Bekasi maupun dari Kota
di sekitarnya, serta pencemaran dari kegiatan domestik. Pencemaran udara di
Kabupaten Bekasi lebih dominan dalam skala mikro, tetapi tetap memiliki peran
mempengaruhi pada skala mikro maupun makro.
Upaya perbaikan atau rehabilitasi lingkungan baik yang diakibatkan oleh
aktivitas perusahaan maupun yang bukan diakibatkan perusahaan, menjadi penting
137
untuk dilakukan mengingat kondisi mutu air sungai yang berada di atas baku mutu.
Kondisi pemukiman yang padat disamping lokasi pabrik dan berdekatan dengan
pabrik, dapat menimbulkan kondisi yang kurang baik bagi kesehatan. Aktivitas
perusahaan dalam memperbaiki (rehabilitasi lingkungan) dinilai masyarakat, tidak
ada.
c. Konservasi lingkungan
Upaya konservasi lingkungan atau pengawetan lingkungan yang dilakukan oleh
PT SIM terhadap kondisi yang seharusnya dipertahankan tetap baik. Upaya tersebut
berupa kegiatan kebersihan dan keindahan di wilayah dimana perusahaan berada.
Pada dasarnya kondisi kebersihan dan keindahan diwilayah Kelurahan Jati Mulya
cenderung kurang baik dengan kerapatan penduduk yang tinggi (tertinggi se
kabupaten Bekasi) namun upaya menjaga kebersihan lingkungan dan keindahan
Kawasan Kelurahan Jatimulya oleh PT. SIM dinilai masyarakat, tidak ada.
2) Dimensi Ekonomi
a. Kecenderungan konsumtif
Salahsatu ciri dari perilaku konsumtif adalah kecenderungan masyarakat
tradisional Indonesia mengkonsumsi sesuatu, bukan karena betul-betul
membutuhkannya, tetapi lebih banyak merasa membutuhkannya. Barang yang
dikonsumsi bukan lagi dimiliki dari fungsi substansialnya, tetapi lebih ditekankan
hanya pada makna simbolis yang melekat pada benda itu. Di sini, fungsi benda telah
berubah menjadi sesuatu yang mempunyai makna simbolis, yang mungkin berkaitan
dengan status sosial, perasaan lebih berharga, atau sekedar terperangkap pada budaya
primer. Karena itu sering terlihat di masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa
semakin langka dan terbatas produksi suatu benda, semakin tinggi pula makna
simbolis yang melekat padanya.
Masyarakat tradisional Indonesia kini terlihat kian sudah berpindah kepada
membeli barang untuk menjadikan simbol. Di luar sadar, masyarakat tradisional
Indonesia kini menjadi semakin terjajah oleh produk negara-negara maju dan
138
semakin teriring pada perilaku konsumtif dan tampaknya perubahan sosial budaya
masyarakat tradisional cenderung ke arah negatif. Adanya pembauran antara
penduduk pendatang (karyawan perusahaan) yang tinggal di sekitar lokasi pabrik di
kelurahan Jatimulya cenderung mengakibatkan masyarakat dapat menjadi lebih
konsumtif. Perbedaan budaya yang dibawa oleh pendatang dengan gaya hidup yang
berbeda (gaya hidup lebih moderen) mempunyai dampak positif dan negatif terhadap
masyarakat sekitar, meskipun dilihat dari nilai atribut tersebut sebenarnya kehadiran
perusahaan justru mengakibatkan kecenderungan konsumtif bagi kehidupan
penduduk sekitar perusahaan, dengan demikian perusahaan maupun karyawannya
diharapkan dapat menularkan pola kehidupan yang seimbang dan tidak terlalu secara
menyolok menunjukkan kelebihannya dibanding masyarakat sekitar, sehingga tidak
terjadi pola hidup yang tidak seimbang atau konsumtif.
b. Peluang kerja diperusahaan
Jenis pekerjaan yang ada di perusahaan otomotif seperti di PT. SIM
memerlukan kemampuan memadai untuk melakukannya, sehinga diperlukan lulusan
minimal setingkat SLTA sebagai tenaga kerja perusahaan. Disamping itu, industri
otomotif adalah industri yang menggunakan padat teknologi, sehingga jumlah
karyawan yang direkrut tidak terlalu banyak. Jumlah karyawan PT. SIM 2.775 orang,
sedangkan bila dilihat dari jumlah pengangguran yang ada di Kelurahan Jati Mulya
mencapai 4.718 (tahun 2009), maka meskipun perusahaan telah berusaha
menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat, khususnya kelurahan Jati Mulya jelas
belum mencukupi kebutuhan yang ada.
Saat ini, situasi pasar otomotif amat bersaing dan PT SIM yang mengeluarkan
produk mobil merek Suzuki masih berjuang keras untuk meraih tingkat penjualan
yang diharapkan. Konsekuensinya, perusahaan tidak hanya membuat produk sendiri,
seperti jenis produk APV, Futura dan lainnya, tetapi juga mengimpor mobil merek
Suzuki dari negara lain seperti Estillo dari India dan SX4 dari Jepang. Hal inilah yang
yang membuat perusahaan memutuskan untuk lebih memakai tenaga outsourcing dari
yayasan penyalur tenaga kerja dan menggunakan sistem kontrak, sehingga dapat
menggunakan tenaga kerja lebih fleksibel dari segi waktu atau sebagai tenaga kerja
139
yang tidak tetap dan dapat dipekerjakan pada saat-saat perusahaan membutuhkan
untuk memenuhi kapasitas produksi yang diperlukan sesuai dengan permintaan pasar.
Apalagi saat ini perusahaan PT SIM sahamnya sebagian besar dimiliki oleh pihak
principal, yaitu Jepang yang lebih menekankan profit orinted dan rationalitas. Hal
inilah yang membuat masyarakat kelurahan Jatimulya menilai perusahaan belum
mampu mengadopsi kebutuhan akan lapangan kerja yang besar di masyarakat secara
langsung.
c. Peluang usaha
Sebagai dampak dari keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat
kelurahan Jatimulya, maka sudah sewajarnya masyarakat turut memperoleh manfaat
dari kehadiran perusahaan, termasuk manfaat ekonomi. Masyarakat kelurahan
Jatimulya menilai bahwa perusahaan belum dapat memberikan peluang usaha bagi
masyarakat. Untuk menjaga ketertiban kerja karyawan maka perusahaan
menyediakan catering atau makanan bagi karyawannya, sehingga tingkat
pertumbuhan warung-warung makan di daerah itu cenderung kecil untuk melayani
kebutuhan karyawan PT SIM. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada
pekerjaan yang diberikan kepada warga kelurahan Jatimulya berupa kemitraan
mengelola aktivitas perusahaan. Sedangkan masyarakat sendiri belum mampu
menciptakan peluang usaha baru berkaitan dengan keberadaan perusahaan, paling
yang terlihat adalah adanya beberapa pemuda yang menjadi tukang parkir liar (polisi
cepek) yang berada di pintu belakang perusahaan yang membantu menyeberangkan
mobil yang akan keluar pabrik.
3) Dimensi Sosial
a. Kerenggangan sosial
Masyarakat Kelurahan Jatimulya, khususnya penduduk lokal merasa bahwa
kehadiran perusahaan justru membuatnya menjadi merasa terkucil, kurang dihargai,
merasa hak-haknya terhadap kesepatan dan akses terhadap sumberdaya, pekerjaan
dan layanan sosial terabaikan. Hal ini dikarenakan belum ada upaya perusahaan untuk
menciptakan kohesi (kerekatan) sosial dengan melakukan hal-hal yang dapat
140
mempererat hubungan tersebut ataupun kalau ada intensitas dan jumlahnya masih
belum memenuhi harapan masyarakat. Kerekatan sosial dapat muncul, apabila
perusahaan membina hubungan baik dengan masyarakat sekitar (Kelurahan
Jatimulya), baik dalam upaya pengurangan kemiskinan dan meningkatkan mutu hidup
masyarakat, membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati, memperkecil
konflik, khususnya yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan, membantu mengatasi
kriminalitas, mendukung wirausaha sosial lokal, penyediaan layanan sosial dalam
situasi sulit, mendorong toleransi antar agama, etnik, mendukung kegiatan budaya
dan pemeliharaan warisan budaya menurut International Business Leaders Forum
dalam Amri dan Sarosa (2008). Hal ini perlu mendapat perhatian perusahaan agar
tercipta kohesi sosial yang dapat menciptakan manfaat baik bagi masyarakat
Jatimulya maupun perusahaan. Manfaat bagi perusahaan adalah citra positif
perusahaan di mata masyarakat, terciptanya kondisi yang mendukung perusahaan
untuk melangsungkan aktivitas, dan terciptanya kondisi ekonomi yang lebih baik
dalam jangka panjang (Amri dan Sarosa 2008).
b. Disintegrasi sosial
Dari penelitian diperoleh bahwa integrasi antara perusahaan, termasuk
karyawan perusahaan, dan masyarakat sekitar sudah dalam kondisi baik, yaitu
berbaurnya masyarakat sekitar dengan penduduk pendatang yang merupakan
karyawan perusahaan dalam mengikuti berbagai perkumpulan dan lembaga yang ada
di lingkungan masyarakat kelurahan Jatimulya, sesuai penilaian masyarakat. Upaya
untuk mempertahankan situasi ini dan meningkatkan mutu integrasi menjadi faktor
kunci yang penting untuk diperhatikan dalam mencapai keberlanjutan dalan CSR.
c. Erosi nilai-nilai sosial
Kehadiran perusahaan di tengah-tengah masyarakat Kelurahan Jatimulya diduga
tampaknya telah turut menciptakan menurunnya nilai-nilai sosial, seperti
kegotongroyongan, dan keramahtamahan.. Hal ini terjadi karena memang
kecenderungan pola hidup masyarakat yang semakin individualistis dan mulai
meninggalkan kebiasaan gotong royong, serta keramahtamahan. Hal itu amat tidak
terelakkan. Apalagi bukan hanya faktor kehadiran perusahaan ditempat itu, tetapi juga
141
budaya baru yang datang baik melalui pengaruh televisi, internet dan sebagainya.
Dalam hal ini karyawan perusahaan yang merupakan pendatang tentu perlu
memperbaiki situasi ini agar nilai-nilai sosial yang ada dapat meningkat mutunya.
68,46
74,65
100
Gambar 21. Diagram layang nilai indeks keberlanjutan program CSR dalam industri
otomotif di PT NMI dan PT.HMMI
142
Leverage of Attributes
PENINGKATAN PENDAPATAN
PELUANG USAHA
KEGIATAN
KECENDERUNGAN KONSUMTIF
DEGRADASI INFRASTRUKTUR
PENINGKATAN HARGA
0 1 2 3 4 5 6
Root Me a n Squa re Cha nge in Ordina tion w he n Se le cte d Attribute
Re move d (on Susta ina bility sca le 0 to 100)
Gambar 22. Hasil indeks keberlanjutan dimensi ekonomi PT NMI dan PT HMMI
143
Hasil analisa MDS dimensi ekonomi pada PT.NMI dan PT.HMMI sebagaimana
yang terlihat pada Gambar 23 menunjukkan nilai 68,46. Nilai tersebut berada pada
katagori belum berkelanjutan (skor 50 75). Aktivitas CSR dimensi ekonomi ini
dinilai belum memenuhi ekspektasi stakeholders.
Leverage of Attributes
PENINGKATAN
KEREKATAN SOSIAL
PENINGKATAN ETOS
KERJA
KONDISI KEAMANAN
KERENGGANGAN
Attribute
SOSIAL
EROSI NILAI-NILAI
SOSIAL
DISINTEGRASI
SOSIAL
KONFLIK (BENTURAN
SOSIAL)
KERESAHAN SOSIAL
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Root Me a n Squa re Cha nge in Ordina tion w he n Se le cte d Attribute
Re move d (on Susta ina bility sca le 0 to 100)
Gambar 24. Hasil indeks keberlanjutan dimensi sosial PT. NMI dan PT HMMI
Hasil analisis MDS dimensi sosial pada PT.NMI dan PT.HMMI pada Gambar 25
menunjukkan hasil perhitungan 74,65. Nilai tersebut berada pada kategori belum
berkelanjutan (skor 50 75). Ini menunjukkan bahwa aktivitas CSR dimensi sosial
dinilai belum memenuhi ekspektasi masyarakat Desa Dangdeur.
Gambar 25. Hasil MDS dimensi sosial PT. NMI dan PT HMMI
145
KONSERVASI LINGKUNGAN
REHABILITASI LINGKUNGAN
AKTIVITAS PENGHIJAUAN
DIPRODUKSI
ESTETIKA LINGKUNGAN
PENCEMARAN AIR
KEBISINGAN
PENCEMARAN UDARA
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Root Me a n Squa re Cha nge in Ordina tion w he n Se le cte d Attribute
Re move d (on Susta ina bility sca le 0 to 100)
Gambar 26. Hasil indeks keberlanjutan dimensi lingkungan PT. NMI dan PT HMMI
Gambar 27. Hasil analisis MDS dimensi lingkungan PT. NMI dan PT. HMMI
146
Hasil analisis MDS dimensi dimensi lingkungan pada PT.NMI dan PTT.HMMI
menunjukkan nilai sempurna 100 (Gambar 27). Dimana nilai tersebut berada pada
kategori berkelanjutan (skor 100). Hal ini karena masyarakat Desa dangdeur menilai
kondisi lingkungan di desanya masih terjaga dengan baik dan tidak ada pencemaran
lingkungan akibat dari aktivitas perusahaan.
Parameter statistik yang digunakan untuk menentukan kelayakan terhadap hasil
kajian yang dilakukan di PT. NMI dan PT. HMMI adalah nilai stress dan koefisien
determinasi (R2). Dua parameter ini untuk setiap dimensi berfungsi untuk menentukan
perlu tidaknya penambahan atribut, sehingga dapat mencerminkan dimensi yang dikaji
mendekati kondisi sebenarnya. Nilai yang dihasilkan dari setiap dimensi yang dimuat
pada Tabel 39 memperlihatkan bahwa nilai stress berada di bawah 25% (Kavanagh,
2001) artinya hal ini sesuai dengan pendapat Fisheries (1999) yang menyatakan bahwa
hasil analisis cukup memadai apabila nilai stress lebih kecil dari 0,25 (25%) dan nilai
keofisien determinasi (R2) mendekati nilai 1,0. Adapun nilai yang di hasilkan dari
setiap dimensi dimuat pada Tabel 43.
Tabel 43. Hasil keberlanjutan eseluruhan pada PT. NMI dan PT HMMI
No. Dimensi Stress R2
1. Ekonomi 0.14 0,92
2. Sosial 0.13 0,92
3. Lingkungan 0.13 0,93
dan lingkungan menunjukkan nilai sangat kecil (<5%), sehingga dapat dianggap tidak
ada perbedaan yang berarti diantara keduanya.
Tabel 44. Tabel Perbedaan MDS dan Monte Carlo pada PT NMI dan PT.HMMI
No. Dimensi MDS Monte Carlo Selisih
1 Ekonomi 68,46 66,57 1,89
2 Sosial 74,65 72,31 2,34
3 Lingkungan 100 96,12 3,88
b. Estetika lingkungan
Hasil analisis keberlanjutan dengan MDS menunjukkan bahwa estetika atau
keindahan lingkungan telah dilakukan dengan baik di lokasi perusahaan maupun di
lingkungan sekitar. Hal ini karena perusahaan memang berada di lokasi kawasan
industri yang sudah tertata dengan baik dan amat memperhatikan aspek estetika ini,
seperti penataan bangunan yang sesuai dengan lingkungan. Namun karena faktor
estetika lingkungan ini menjadi faktor penting dalam CSR berkelanjutan dalam
dimensi lingkungan maka perusahaan harus dapat mempertahankan kondisi ini
untuk mempertahankan keberlajutan atau membuat lebih baik lagi.
c. Konservasi lingkungan
Upaya konservasi lingkungan berupa menjaga kelestarian lingkungan termasuk
kebersihan dan keindahan di wilayah Desa Dangdeur pada dasarnya tidak
membutuhkan kerja keras lagi karena pada dasarnya kebersihan dan keindahan di
lingkungan Desa Dangdeur telah tertata rapi dan aspek ekologis tetap terjaga baik,
karena di Desa Dangdeur terlihat pertanian seperti rambutan dan sawah tadah hujan
terkelola baik. Upaya yang dilakukan perusahaan adalah setidaknya dapat
mempertahankan kondisi yang ada agar dapat terjaga dengan baik. Upaya yang
dilakukan dalam konservasi lingkungan juga adalah bagaimana sumberdaya lainnya
seperti air dan udara tetap terjaga.
2. Status Keberlanjutan Program CSR Dimensi Ekonomi
a. Peluang usaha
Peluang usaha yang timbul akibat keberadaan perusahaan PT. NMI dan
PT.HMMI dan juga keberadaan kawasan industri kota Bukit Indah menurut
pandangan masyarakat di desa Dangdeur telah memenuhi harapan, artinya perusahaan
diharapkan dapat mempertahankan kondisi ini, dan lebih baik bila dapat ditingkatkan.
b.Peningkatan harga
Keberadaan perusahaan di daerah ini ternyata tidak terlalu berpengaruh terhadap
kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sehari-hari bagi masyarakat desa Dangdeur,
kalaupun meningkat lebih disebabkan oleh faktor lain seperti inflasi.
149
a. Kondisi keamanan
Kehadiran perusahaan di wilayah desa Dangdeur ternyata dinilai tidak
membuat kondisi keamanan desa menurun. Namun masyarakat menilai kondisi
keamanan berada pada keadaan yang tetap.
b.Peningkatan kerekatan sosial
Hal ini merupakan kondisi yang menunjukkan kepekaan perusahaan terhadap
kondisi warga sekitar yang mengalami kesulitan. Kinerja CSR perusahaan dalam
pandangan masyarakat desa Dangdeur adalah cukup atau agak setuju bahwa
kehadiran perusahaan meningkatkan kerekatan sosial, karena perusahaan telah
menjadi warga masyarakat yang peka terhadap kebutuhan-kebutuhan warga, sehingga
mau membantu dan tidak menjadi mercusuar sendiri di tengah kesulitan warga.
Kondisi ini amatlah baik bila dapat ditingkatkan agar perusahaan dapat menunjukkan
kepeduliannya yang lebih meningkat lagi terhadap masyarakat desa Dangdeur.
c.Disintegrasi sosial
Faktor lain yang menurut masyarakat sekitar kurang baik adalah kurang
berbaurnya karyawan perusahaan sekitar dengan penduduk lokal dalam berbagai
kelompok seperti karang taruna, pengajian, arisan warga. Hal ini dilihat dari pendapat
masyarakat bahwa warga lokal lebih banyak mengikuti kelompok-kelompok dalam
masyarakat Desa Dangdeur masyarakat dibanding penduduk pendatang.
150
b. PT SIM
1. Hasil uji atribut dari keseluruhan dimensi (sosial, ekonomi, lingkungan)
12. Uji terhadap atribut dari dimensi lingkungan yang berdampak positif
Signifikansi hitung 0,039 < 0,05 berarti H0 ditolak H1 diterima
H hitung 30,865 > 5,99 (tabel) H1 diterima
Dari hasil perhitungan didapat bahwa secara keseluruhan maupun secara parsial dapat
disimpulkan bahwa hipotesis H1 diterima atau terdapat pengaruh yang sama dari setiap
atribut yang digunakan secara bersama-sama terhadap CSR berkelanjutan setiap dimensi..
Hasil ini digunakan untuk melihat apakah setiap atribut dalam setiap dimensi dari CSR
berkelanjutan memiliki pengaruh bila digunakan secara bersama-sama sehingga analisis
selanjutnya dapat dilakukan.
Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji
1.80
Rehabilitasi lingkungan
1.40
Konservasi Lingkungan
1.20
Peluang kerja di
Pengaruh
perusahaan
1.00
0.60
Erosi nilai2 sosial
0.40
Kecenderungan konsumtif
0.20
Peluang usaha
Emisi gas buang mobil baru
-
- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60
Ketergantungan
2) Disintegrasi sosial
Disintegrasi sosial di masa mendatang memiliki beberapa kemungkinan berikut :
1) Disintegrasi menurun atau terjadi kecenderungan integrasi dalam hal ini terjadi
pembauran antara masyarakat sekitar perusahaan dengan karyawan PT SIM
sebagai pendatang (2A)
2) Tidak ada disintegrasi sosial yang terjadi atau keadaan tetap, karena tidak ada
perubahan dalam pola perilaku karyawan pendatang yang berdomisili di
kelurahan Jatimulya (2B)
3) Terjadi disintegrasi sosial yang meningkat, karena karyawan pendatang tidak
berusaha berbaur dengan masyarakat lokal disekitar dan lebih membentuk
kelompok sendiri, baik formal maupun informal (eksklusif) (2C)
157
2.50
Aktivitas
Estetika Lingkungan
2.00 Penghijauan
1.50
Pengaruh
Peningkatan harga
Peningkatan jumlah
1.00 lemb eko & keu Konservasi
Kondisi Lingkungan
keamanan
Peningkatan kerekatan
sosial
0.50
Disintegrasi sosial
Peluang usaha
-
- 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60
Ketergantungan
2. Aktivitas penghijauan
Faktor kunci selanjutnya yang menjadi pilihan stakeholders adalah aktivitas
penghijauan, yang muncul sebagai kondisi yang harus diperhatikan.
3. Peningkatan jumlah lembaga ekonomi dan keuangan
Keberadaan lembaga ekonomi dan keuangan seperti pasar, kantor pos, bank
ternyata memang tidak tumbuh secara nyata di Desa Dangdeur. Tujuan dari
keberadaan lembaga-lembaga ini adalah semakin meningkatnya pertumbuhan
ekonomi di Desa Dangdeur, sehingga atribut ini menjadi faktor kunci yang perlu
diperhatikan menurut pandangan stakeholders dalam mencapai CSR berkelanjutan.
2) Aktivitas penghijauan
1. Kondisi lahan yang kritis menjadi hijau karena di lahan tersebut telah ditanami
pepohonan, sehingga upaya penghijauan menurun (2A).
2. Kondisi lahan yang kritis tetap tidak ada perubahan, akibat tidak ada usaha
penanaman pohon yang dilakukan (2B).
159
Tabel 46. Incompatible antar keadaan dari ke tiga faktor penting dalam kebijakan CSR
berkelanjutan pada PT. NMI dan PT. HMMI
Aktor
Masyarakat Pemerintah Pengusaha Pemerintah
sekitar (0,33) Daerah (0,31) (0,23) Pusat (0,13)
Kriteria Peluang Peluang Kecen- Kereng- Disinte- Erosi Reha- Kon- Emisi
usaha kerja di derungan gangan grasi nilai2 bilitasi servasi gas
perusaha- konsum- sosial sosial sosial ling- ling- buang
(0,20)
an (0,18) tif (0,08) (0,10) (0,10) (0,07) kungan kungan mobil
(0,17) 0,09) baru
(0,05)
Alternatif
itu perlu ditingkatkan peluang usahanya dari faktor ekonomi demi meningkatkan
kemakmuran masyarakat sekitar dan membuka lapangan usaha bagi para angkatan
kerja, sehingga ketergantungan akan lapangan pekerjaan sebagai karyawan dapat
dikurangi.
Peluang usaha ini perlu diciptakan oleh perusahaan, sehingga dari faktor ekonomi
kinerja CSR perusahaan dapat meningkat, dengan tetap memperhatikan kemajuan
usaha secara simultan. Aktivitas penciptaan peluang usaha oleh perusahaan perlu
dilakukan dengan tetap menjaga kemajuan usaha secara simultan. Artinya tanpa
kemajuan usaha, maka kinerja peningkatan peluang usaha sulit untuk dilaksanakan.
Dalam hal ini perusahaan harus profitable, agar dapat melaksanakan peningkatan
kesempatan peluang usaha. Untuk faktor sosial, kerenggangan sosial dan disintegrasi
sosial harus menjadi perhatian utama perusahaan, dengan memperhatikan kemajuan
usaha secara simultan, upaya-upaya dalam meningkatkan integrasi sosial antara
perusahaan dan masyarakat sekitar.
Perhatian yang lebih atas keadaan dan hal-hal yang menjadi kebutuhan
masyarakat Jatimulya dapat mempererat hubungan tersebut, misal memfasilitasi
penyediaan sarana ibadah, sarana olah raga, perhatian terhadap masalah-masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, seperti adanya bahaya banjir, dan kebakaran akan dapat
mengurangi disintegrasi dan meningkatkan kerekatan sosial. Demikian pula dengan
para karyawan perusahaan, agar dapat lebih berbaur dengan masyarakat sekitar
perusahaan dan tidak membentuk kelompok-kelompok eksklusif tetapi ikut bergabung
dengan kelompok-kelompok yang ada dimasyarakat Kelurahan Jatimulya.Untuk aspek
lingkungan, perusahaan harus memperhatikan unsur perbaikan atau rehabilitasi
lingkungan sebagai prioritas utama untuk dilaksanakan. Program perbaikan ini perlu
dilakukan dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha secara simultan, sehingga
upaya perbaikan lingkungan dapat dilaksanakan dengan maksimal. Sebab upaya
perbaikan lingkungan memerlukan pembiayaan yang cukup besar. Upaya perbaikan
lingkungan dapat dilakukan dengan melihat lingkungan seperti udara disekitar
Kelurahan Jatimulya, terutama di depan lokasi pabrik PT SIM yaitu di jalan
Diponegoro tingkat polusi cukup tinggi. Demikian pula dengan kondisi perairan sungai
166
atau kali di sekitar perusahaan, yaitu kali Sasak Jarang telah tercemar berat. Memang
kondisi kerusakan lingkungan ini bukan karena aktivitas perusahaan semata, karena
begitu banyak pabrik yang berada diwilayah aliran kali Sasak Jarang dan juga polusi
udara disekitar jalan Diponegoro disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya
kendaraan bermotor yang melintasi jalan tersebut. Namun upaya perusahaan dalam
mengupayakan rehabilitasi lingkungan ini sesuai dengan kemampuan perusahaan dan
dalam bentuk-bentuk yang sesuai akan dapat meningkatkan kinerja CSR berkelanjutan
di PT SIM.
Di lingkungan internal PT.SIM, di masa mendatang harus meningkatkan
kesempatan atau peluang kerja bagi masyarakat sekitar untuk bekerja diperusahaan
dengan tetap memperhatikan kinerja usaha secara simultan, yaitu merekrut karyawan
yang lebih banyak lagi dari masyarakat sekitar perusahaan, khususnya dari kelurahan
Jatimulya yang tentunya dihubungkan dengan kebutuhan pengembangan usaha dan
peningkatan kapasitas produksi. Hal ini penting, karena tanpa mempertimbangkan
kebutuhan yang ada akan terjadi over kapasitas tenaga kerja, disamping tenaga kerja
yang direkrut harus memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan.
Dalam hubungannya dengan masyarakat sekitar, di kalangan karyawan harus
mau minimal mempertahankan keeratan hubungan dengan masyarakat sekitar, dengan
tidak membentuk kelompok-kelompok yang eksklusif tanpa mau bergabung dengan
masyarakat sekitar. Sebab tanpa adanya keeratan hubungan dengan masyarakat sekitar
keberadaan perusahaan ditengah-tengah masyarakat menjadi terancam dan kurang
mendapat dukungan atau pembelaan dari masyarakat bila terjadi sesuatu yang
merugikan perusahaan. Perusahaan harus menggerakkan karyawannya untuk mencegah
disintegrasi sosial tetapi justru berbaur dengan masyarakat Kelurahan Jatimulya.
yang merlu mendapat perhatian dalam kebijakan CSR berkelanjutan pada PT. SIM
sebagaimana dimuat pada Gambar 31.
Aktor
Pengusaha Masyarakat Pemerintah Pemerintah
(0,42) sekitar (0,24) Daerah (0,20) Pusat (0,13)
Kriteria Peluang Pening- Pening- Pening- Kon- Disin- Kon- Aktivi- Este-
usaha katan katan katan disi tegrasi servasi tas tika
(0,10) jumlah harga kereka- Kea- sosial Ling- peng- lingku-
lembaga kebutu- tan manan (0,03) kungan hijauan ngan
ekonomi han sosial (0,10) (0,28) (0,15) (0,12)
dan ke- pokok (0,17)
uangan masya-
(0,04) rakat
(0,01)
Dilihat dari level faktor, maka faktor lingkungan menjadi menjadi prioritas utama
untuk mendapat perhatian (skor 0,58). Hal ini berkaitan dengan bagaimana upaya
perusahaan untuk mempertahankan kondisi lingkungan agar tetap terjaga. Prioritas kedua
yang menjadi perhatian adalah faktor sosial (skor 0,28) dan terakhir adalah faktor
ekonomi (skor 0,14). Untuk level kriteria dari masing-masing faktor adalah di bawah
faktor ekonomi, yang menjadi prioritas utama adalah peluang usaha (skor 0,10), prioritas
kedua adalah peningkatan jumlah lembaga ekonomi dan keuangan (skor 0,04) dan
prioritas ketiga adalah peningkatan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat (skor 0,01).
Untuk kriteria yang berada di bawah faktor sosial, yang menjadi prioritas dan
menjadi perhatian utama adalah peningkatan kerekatan sosial (skor 0,17) disusul prioritas
kedua adalah kondisi keamanan (skor 0,10) dan prioritas ketiga adalah kriteria
disintegrasi sosial (skor 0,03). Untuk faktor lingkungan kriteria yang menjadi prioritas
utama adalah Konservasi Lingkungan (skor 0,28) dan diikuti dengan prioritas kedua,
yaitu aktivitas penghijauan (skor 0,15) dan prioritas ketiga, yaitu estetika lingkungan
(skor 0,12).
Alternatif kebijakan yang direkomendasikan untuk menjadi prioritas utama adalah
Perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan (skor 0,67), disusul oleh
Perbaikan kinerja CSR secara konsisten tanpa melihat kinerja usaha (skor 0,17) dan
prioritas terakhir adalah Pengembangan usaha tanpa peningkatan kinerja CSR (skor
0,16).
NMI dan PT. HMMI. Oleh karena itu, pihak pengusaha selain melakukan aktivitas CSR
harus memperhatikan kemajuan secara simultan. Kebijakan upaya perbaikan kinerja
CSR dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha juga menjadi dasar dalam
melakukan upaya CSR untuk meningkatkan daya beli masyarakat desa Dangdeur,
sehingga sekalipun ada kenaikan harga-harga kebutuhan masyarakat di desa Dangdeur
tidak mengurangi daya beli masyarakat. Disamping itu, aktivitas penghijauan mulai
terlihat seiring dengan tetap memperhatikan kemajuan usaha. Aktivitas penghijauan
lebih kepada mempertahankan kondisi yang lebih baik dan khusus untuk lahan yang
memang sudah gundul di sekitar lokasi perusahaan.
Kehadiran pasar dan lembaga keuangan di desa Dangdeur sudah amat diharapkan
oleh masyarakat tersebut, maka perusahaan perlu memfasilitasi pembentukan pasar
untuk memudahkan masyarakat membeli kebutuhan pokok sehari-hari dan koperasi
simpan pinjam sebagai wadah masyarakat untuk meminjam uang untuk berbagai
keperluan. Tentu saja fasilitasi yang diberikan oleh perusahaan PT.NMI dan PT.HMMI
adalah disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dengan tetap memperhatikan
kemajuan usaha secara simultan.
yang berdampak positif bagi masyarakat dan mengurangi dampak negatif akibat
keberadaan perusahaan. Dari visi dan misi, Indomobil Group telah
menunjukkan komitmen perusahaan untuk memberikan nilai terbaik bagi
seluruh pihak terkait yang berkepentingan dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat, sesuai dengan misi perusahaan.
b. Kondisi sosial masyarakat yang berbeda di dua wilayah penelitian menjadikan
penciptaan peluang usaha berbeda dalam implementasi untuk masing-masing
daerah sesuai karakteristiknya. Sehingga dapat berbeda dalam upaya
peningkatan modal manusia (human capital), modal usaha (business capital)
dan modal pengetahuan (knowledge capital) bagi masyarakat sekitar yang
merupakan aspek pembangunan ekonomi lokal terpenting.
c. Aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan yang berpengaruh pada peningkatan
ekonomi masyarakat sekitar melalui peningkatan peluang usaha dapat dilakukan
dengan memperhatikan pengaruh positif akibat keberadaan perusahaan bagi
terciptanya peluang usaha bagi masyarakat sekitar (Fasilities sitting and
management), pembukaan lapangan kerja yang yang menciptakan peluang usaha
secara tidak langsung (Employment), melalui kebijakan penetapan harga
(pricing) dan penjualan (marketing) perusahaan dapat mengelola permintaan
atas produk yang dijual dan saluran distribusi yang digunakan dapat
menngakibatkan dampak ekonomi secara tidak langsung (Product and service
development, use and delivery), aktivitas pengadaan dan pembelian sumberdaya
kepada pemasok lokal (Sourcing and Procurement), investasi perusahaan dalam
lembaga atau organisasi kemasyarakatan maupun kontribusi fiskal berupa pajak
atau subsidi yang secara tidak langsung memberikan sumbangan kepada
pengembangan perekonomian (Financial Investment and Fiscal Contribution),
dan berbagai pemberian oleh perusahaan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja (Philanthropy and
Community Investment). Namun untuk implementasinya perlu penelitian lebih
lanjut.
177
series dinamika dari masyarakat didaerah penelitian lebih tergambar dengan jelas,
dengan segala permasalahan yang dihadapinya, termasuk aktivitas CSR
perusahaan yang telah dilakukan pada kurun waktu tertentu yang cukup lama.
2. Perlu penelitian yang lebih ekstensif kepada permasalahan yang terjadi di masyarakat
yang saat ini lebih fundamental sebagai akibat dari kehadiran industri otomotif
maupun produk otomotif itu sendiri dengan mempertimbangkan pendapat berbagai
stakeholders terkait sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih komprehensif, dan
lebih luas. Permasalahan yang dihadapi industri otomotif lebih luas dari permasalahan
yang timbul dalam hubungannya dengan masyarakat sekitar. Disamping industri
otomotif yang memang jelas telah menyumbang kepada pertumbuhan ekonomi,
industri otomotif juga telah menimbulkan eksternalitas berupa kontribusi kepada
kemacetan yang saat ini ditimbulkan oleh kehadiran otomotif terutama di kota Jakarta
yang semakin banyak, yang telah menimbulkan berbagai problem diantaranya polusi,
pemborosan energi, bahkan dampak sosial seperti kriminalitas yang terjadi dijalan
raya yang memanfaatkan kemacetan lalu lintas. Untuk itu perlu penelitian lebih lanjut
upaya CSR dalam mengatasi problem yang terjadi di masyarakat terutama kota Jakarta
baik dalam bentuk CSR yang langsung mengupayakan perbaikan terhadap kondisi
yang sedang dihadapi masyarakat, maupun CSR berupa dukungan kepada lembaga-
lembaga riset untuk mencari solusi penyelesaian yang terbaik atas masalah sosial yang
dihadapi tersebut.
3. Perusahaan perlu membuat laporan kinerja CSR perusahaan sebagai laporan dari
pelaksanaan CSR yang diwajibkan sesuai UU PT namun sifatnya social report.
Upaya pembuatan laporan kinerja CSR penting dilakukan agar masyarakat lebih
mengenal perusahaan dan apa saja yang telah dilakukan untuk mendukung kepada
upaya pembangunan berkelanjutan. Upaya perusahaan dalam turut menciptakan
kesejahteraan masyarakat sekitar agar dapat diketahui oleh masyarakat luas sehingga
dapat meningkatkan nilai perusahaan dimata masyarakat.
179
DAFTAR PUSTAKA
Amri M dan Sarosa W. 2008. CSR untuk Penguatan Kohesi Sosial. Indonesia Business
Link, Jakarta.
APCSRI Asosiasi Profesi CSR Indonesia. 2009. Visi, Misi, Tujuan dan Program Kerja
Assosiasi Profesi CSR Indonesia, http://apcsri.blogspot.com. Diunduh: 4 Januari
2010.
Astra International PT. Tbk. 2002. Green Company. PT.Astra International Tbk. Jakarta
Ayres RU and Ayres LW. 2001. A Handbook of Industrial Ecology. Edward Elgar
Publishing Limited. Cheltenham UK Northampton MA
BSN Badan Standarisasi Nasional. 2008. Gaikindo Minta Klasifikasi Kendaraan Sesuai
Dengan SNI tahun 2002, www.bsn.or.id. Diunduh: 15 Desember 2008.
Boulouta I and Pitelis CN. 2011. Corporate Social Responsibility and Sustainable
Competitiveness: Linking The Micro, Macro and Institutional Environments,
UniversityofCambridge,UK
http://itemsweb.esade.es/wi/invierte/AbstractsEABIS/Boulotta_Pitelis.doc.
Diunduh 17 Januari 2011.
Brew P. 2007. bahan presentasi 2nd International Conference on CSR: Manfaat CSR bagi
Bisnis dan Masyarakat. Jakarta. Http://vibiznews.com. Diunduh: 24 Agustus 2007
Crane A, McWilliam A, Matten D, Moon J, and Siegel DS. 2008. The Oxford Handbook
of Corporate Social responsibility. Oxford University Press. USA
Dawkins J and Lewis S. 2003. CSR in Stakeholder Expectations: and Their Implication
for company Strategy, Jurnal of business ethics: May 2003, 44, 2/3:
ABI/INFORM global, p 185.
Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gajah mada University Press.
Yogyakarta
Fauzi A dan Anna S. 2005. Pemodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Untuk
Analisis Kebijakan. Gramedia. Jakarta.
Ginting P. 2008. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri. Yrama Widya.
Bandung.
Godet M. 1999. Scenarios and Strategies, a Toolbox for Scenario Planning. Libraries des
Arts et Matiers. Paris France
Green For All. 2010. The Green Business Plan Guide, http://www.community-
wealth.org/_pdfs/news/recent-articles/07-10/report-warren-dubb.pdf. Diunduh 4
Desember 2010.
182
[GRI] Global Reporting Initiative. 2008. GRI Automotive Sector Supplement, pilot
version 1.0, GRI 2004 www.GRI.com. Diunduh: 3 Agustus 2009.
Hawkins DI, Best RJ and Coney KA. 2008. Consumer Behavior. Mc Graw Hill. 2001
Hay BL, Stavins RN, Vietor RHK. 2005. Environmental Protection and The Social
Responsibility of Firms, Perspectives from Law, Economics, and Business.
Resources for the Futura. Washington, DC.
[HMMI, PT] Hino Motor Manufacturing Indonesia PT. 2008. Upaya Pemantauan
Lingkungan/Upaya Kelola Lingkungan tahun 2008.
Kennedy JE. 2009. Era Bisnis Ramah Lingkungan. PT. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Kotler P and Lee N. 2005. Corporate Social Responsibility, Doing The Most Good For
Your Company and Your Cause. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey
Leimona B dan Fauzi A. 2008. CSR dan Pelestarian Lingkungan Mengelola Dampak:
Positif dan Negatif. Indonesia Business Link. Jakarta.
Li C. 2008. What Are Emerging Markets? Makalah The University Of Iowa Center for
International Finance and Development,
http://www.uiowa.edu/ifdebook/faq/faq_does/emerging_markets.shtml. Diunduh:
15 September 2008.
Nawawi I. 2009. Public Policy, Analisis Advokasi Teori dan Praktek, Penerbit Putra
Media Nusantara. Surabaya. 2009.
Nindita RM. 2008. CSR untuk Pemberdayaan Ekonomi Lokal. Indonesia Business Link.
Jakarta
Olson EG. 2010. Better Green Business, Handbook for Environmentally Responsible
and Profitable Business Practice, Published by Pearson Education, Inc. As
Wharton School Publishing, Upper Saddle River, New Jersey 07458.
Permana K. 2008. CSR Indocement, majalah Bisnis & CSR edisi Januari 2008. Latofi
Enterprise. Jakarta
Podnar K and Golob U. 2007. CSR expectation: the focus of corporate marketing.
Emerald Corporate Communication. An International Jurnal, vol 12 no.4
Pratomo EP. 2008. Eksekutif Kaya Talenta yang Bersahaja, artikel dalam Majalah Bisnis
dan CSR vol.1 no.6 edisi September-Oktober 2008. La Tofi Enterprise. Jakarta
Rasmussen LL. 2010. Komunitas Bumi: Etika Bumi. BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Rudito B dan Famiola M. 2007. Etika Bisnis, dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di
Indonesia. Rekayasa Sains. Bandung.
Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin: Proses Hirarki Analitik
untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks (terjemahan).
Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta
Sanchez AV. 2008. Corporate Social Responsibility and Its Measurement : a Proposal of
a Balance Scorecard.
http://ww2.unime.it/fac_economia/docenti_fac/rupo/vargas/csr_course.pdf).
Diunduh: 22 April 2008.
Sarwono WS. 1995. Psikologi Lingkungan, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
[SIM. PT] Suzuki Indomobil Motor, PT. 2008. Upaya Pemantauan Lingkungan/Upaya
Kelola Lingkungan.
187
[SIM. PT] Suzuki Indomobil Motor, PT. 2009, Laporan Produksi Mobil tahun 2000 -
2009.
TNS Indonesia. 2006. TNS Reports: Automotive Companies Rated Highly for Corporate
Social Responsibility in Eemerging Markets, http://ameinfo.com. Diunduh: 24
Agustus, 2008.
Tunggal AW. 2007. Corporate Social Responsibility (CSR), konsep & kasus.
Havarindo. Jakarta
Vasconcellos EA. 2001. Urban Transport, Environment and Equity The Case for
Developing Country. Earthscan.
Jenis/ Brand Katagori Model/type Trans Kinerja emisi BML Sumber Data
misi Men LH Keputusan Direktur
Kep MenLH Jenderal
No.141/2003 Perhubungan Darat RI
Jenis/ Brand Katagori Model/type Trans Kinerja emisi BML Sumber Data
misi Men LH Keputusan Direktur
Kep MenLH Jenderal
No.141/2003 Perhubungan Darat RI
BML
Jenis/ Brand Katagori Model/type Trans Kinerja emisi Men LH Sumber Data
misi Kep MenLH Keputusan Direktur
No.141/2003 Jenderal
Perhubungan Darat RI
BML
Jenis/ Brand Katagori Model/type Trans Kinerja emisi Men LH Sumber Data
misi Kep MenLH Keputusan Direktur
No.141/2003 Jenderal
Perhubungan Darat RI
BML
Jenis/ Brand Katagori Model/type Trans Kinerja emisi Men LH Sumber Data
misi Kep MenLH Keputusan Direktur
No.141/2003 Jenderal
Perhubungan Darat RI
BML
Jenis/ Brand Katagori Model/type Trans Kinerja emisi Men LH Sumber Data
misi Kep MenLH Keputusan Direktur
No.141/2003 Jenderal
Perhubungan Darat RI
No Parameter Satuan
1 2 3 4 5 6 7 BML
0
1 Temperatur C 35,3 31,5 31,13 32,9 34,42 33,76 -
2 Kelembaban % 64 52 50,3 51,5 42,83 48 -
0
3 Arah Angin Brt laut Brt laut -
4 Kec.Angin m/det 0,65 0,47 -
5 Tekanan kPa 90 90 90 90 -
6 Kebisingan dB(A) 68,1- 61,4- 70,7- 70,7- 52,7- 50,3- 70**) 1) 85
70,4 66,5 77,5 78,3 60,2 58,7 2) ---
7 Gas:
O3 g/Nm3 235*) 200
SO2 g/Nm3 201,2 114,8 297 197,4 171,95 168 900*) 5200
CO g/Nm3 1.254 845 1.098 1.101 386,1 364,3 30000*) 29000
NOx g/Nm3 55,21 37,11 74,4 69,7 21,93 19,35 400*) 5600
CH g/Nm3 - - - - 160*) 29000
Nonmetana
Debu (TSP) g/Nm3 228,0 403,8 243 241,6 81,14 87,35 230*) 10000
0
3
Pb g/Nm 1,23 0,47 0,35 1,46 0,10 0,12 2*) 50
H2S g/Nm3 2,8 1,5 1,1 1,6 <0,005 <0,003 0,02 14000
ppm
***)
NH3 g/Nm3 81,5 <70,3 69,4 74,1 <0,3 <0,1 2 ppm 17000
***)
Sumber : UPL/UKL periode Juli-Desember 2008
Baku Mutu Lingkungan
Berdasarkan Kep.Menaker:
1. NO.SE-01/1997 *) PP No.41/1999
2. No.Kep-51/1999 **) No.48/MENLH/96
***) No.50/MENLH/96
Lokasi :
Dalam Ruangan Kerja
1. Painting
2. Warehouse
3. Unit (A/X & T/M)
4. Vehicle (Frame Area)
5. Halaman Depan
6. Halaman Belakang
Di halaman Pabrik
7. Pekarangan
197
Lokasi :
1. Engine Washing
2. Axie Washing
198
Lokasi :
1.Halaman Belakang
2.Halaman Depan
199
Baku Mutu
No. Parameter Satuan 1 2 3
FISIKA
0
1 Suhu C 29,2 28,5 28,1 30-35
2 Residu Terlarut mg/L 1,097 954 875 2000
3 Residu suspensi (TSS) mg/L 81 61 58 400
KIMIA
1 Amoniak (NH3-N) mg/L 3,14 1,23 1,07 50
2 Arsen (As)* mg/L 0,03 0,01 0,01 1
3 Barium (Ba) mg/L 15 0,9 0,6 20
4 Boron mg/L 0,5 0,3 0,2 2,5
5 Besi (Fe)* mg/L 0,42 0,31 0,24 100
6 BOD5 mg/L 487 247 1,32 600
7 COD mg/L 725 544 223 900
8 Deterjen (MBAS) mg/L 0,02 0,01 0,03 5
9 Fenol mg/L 0.064 0,012 0,09 10
10 Fluorida mg/L 2,06 1,3 0,8 20
11 Kadmium (Cd)* mg/L 0,006 0,003 0,002 5
12 Klorin (Cl2) mg/L 0,28 0,9 1,3 50
13 Klorida (Cl) mg/L 664 412 354 -
14 Cobalt (Co) mg/L 0,21 0,7 0,4 10
15 Krom Total (Cr) mg/L <0,01 Tt tt 10
16 Kromium Heksavalent (Cr6+) mg/L 0,01 0,01 tt -
17 Mangan (Mn)* mg/L 0,78 0,47 0,31 10
18 Magnesium (Mg) mg/L 2,84 1,12 0,28 10
19 Mercury (Hg)* mg/L tt Tt tt 0,05
20 Minyak/Lemak mg/L 1,03 0,7 0,9 50
21 Nitrat (NO3-N) mg/L 5,1 2,4 1,7 50
22 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,063 0,06 0,03 50
23 Nikel (N)* mg/L 0,047 0,023 0,011 10
24 pH mg/L 7,05 7,14 7,56 6,0-10,0
25 Selenium (Se)* mg/L 0,5 0,3 5
0,2
26 Seng (Zn)* mg/L 0,02 0,01 0,03 5
27 Sianida (CN) mg/L 0,007 0,002 0,001 5
28 Sulfat (SO42-) mg/L 86 46 50 -
29 Sulfida (H2S) mg/L 0,214 0,135 0,145 5
30 Tembaga (Cu)* mg/L 2,11 1,7 1,9 5
31 Timbal (Pb)* mg/L <0,01 <0,01 0,03 10
Sumber : UPL/UKL periode Juli-Desember 2008
200
Keterangan :
*Nilai hasil uji parameter tersebut merupakan nilai total kandungan
** Standar Methode Edisi ke 21 tahun 2005
tt Tidak terdeteksi
1. Inlet WWT
2. Outlet WWT
3. Main Hole
201
Keterangan :
tt = Tidak Terdeteksi
Baku Mutu Berdasarkan :
* SE.MENAKER NO.SE-01/MEN/1997/Faktor Kimia di Lingkungan Kerja
** SK.MENAKER Kep-51/MEN/1997 NAB Faktor Fisika di Lingkungan Kerja
II. KIMIA
1 Hidro Karbon (HC) Ppm 1.200 78,2 112,2 8,6
2 Karbon Monoksida g/Nm3 4,5 1,5 1,7 0,5
Sumber : UPL/UKL periode Juli-Desember 2007
Keterangan :
Tt = Tidak Terdeteksi
Baku Mutu Berdasarkan
* Kep-35/MENLH/10/1995 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang
II. KIMIA
1 Ammonia (NH3) g/Nm3 0,5 0,4 - 0,39
2 Gas Klorin (CL2) g/Nm3 10 Tt - tt
3 Hidrogen Klorida HCL) g/Nm3 5 0,22 - 16,87
4 Hidrogen Florida (HF) g/Nm3 10 0,33 - tt
5 Nitrogen Oksida (NO2) g/Nm3 1000 5,2 0,01 12,2
6 Sulfur Dioksida (SO2) g/Nm3 800 Tt 5,3 11,2
7 Karbon Sulfida (H2S) g/Nm3 35 Tt - tt
8 Karbon Monoksida g/Nm3 - 0,89 - 1,2
(CO)
9 Timah Hitam (Pb) g/Nm3 12 Tt - 0,04
Sumber : UPL/UKL periode Juli-Desember 2007
Keterangan :
Tt = Tidak Terdeteksi
Baku Mutu Berdasarkan
* Kep-13/MENLH/3/1995
Metode Acuan
No Parameter Satuan Baku Mutu* Hasil Pengujian
I. FISIKA
1 Total Larutan mg/l 300 836^ SNI-06-6989.3-2004
Tersuspensi (TTS)
II. KIMIA
1 PH - 6,0-10,0 6,78 SNI-06-6989.3-2004
2 BOD5 mg/l 600 180 SNI 06-2503-1991
3 COD mg/l 900 253,75 SNI 06-6989.2-2004
4 Minyak dan Lemak mg/l - SNI 06-2302-1991
Sumber : UPL/UKL periode Juli-Desember 2007
Keterangan :
^ Tidak memenuhi Baku Mutu yang dipersyaratkan
Baku mutu berdasarkan standar kawasan industri PT. Besland Pertiwi
205
Keterangan :
Baku Mutu Berdasarkan :
* PPRI No.41 th 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
** Kep-50/MENLH/II/1996 Tentang Baku Mutu Kebauan
*** Kep-48/MENLH/II/1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan
Kadar
No. Parameter Satuan Hasil Maksimum
Pengujian berdasarkan
Baku Mutu
Limbah Cair
Gol. I *)
FISIKA
1 Zat Padat Terlarut mg/L 4,61 2000
2 Zat Padat mg/L <1,67 200
Tersuspensi
KIMIA
1 pH **) mg/L 7,27 6,0-9,0
2 Besi **) (Fe) mg/L 0,124 5
3 Mangan **) mg/L 0,166 2
(Mn)
4 Seng (Zn) mg/L 0,092 5
5 Khrom Total mg/L <0,041 0,5
6 BOD mg/L 20,6 50
7 COD mg/L 61,2 100
8 Kadmium (Cd) mg/L <0,003 0,05
9 Minyak & Lemak mg/L <0,167 -
10 Nikel (Ni) mg/L <0,05 0,2
11 Timbal (Pb) mg/L <0,012 0,1
12 Tembaga **) mg/L <0,02 2
(Cu)
13 Fluorida (F) mg/L 0,505 2
Sumber : UPL/UKL periode Januari-Juni 2008
Keterangan :
*) SK Gubernur Jawa Barat No.6 Tahun 1999 Lampiran III, Golongan I
**) Terakreditasi KAN dengan Nomor LP-346-IDN
Tanggal Pengujian :
1. 12-25 Agustus 2008
207
Kadar
No. Parameter Satuan 1 2 3 4 5 6 Maksimum
berdasarkan
Baku Mutu
Limbah Cair
Gol. I *)
FISIKA
1 Zat Padat Terlarut mg/L 1341 1093 1218 1371 1405 612 2000
2 Zat Padat mg/L 26 75 59 106 128 18 200
Tersuspensi
KIMIA
1 pH **) mg/L 7,30 7,60 7,20 6,30 6,20 6,45 6,0-9,0
2 Besi **) (Fe) mg/L 1,60 3,35 1,91 <0,03 <0,03 <0,03 5
3 3 3
3 Mangan **) mg/L 0,811 1,41 0,800 <0,00 <0,00 <0,00 2
(Mn) 4 4 4
4 Seng (Zn) mg/L 2,77 3,06 2,25 <0,01 <0,01 <0,01 5
8 8 8
5 Khrom Total mg/L 0,63 0,399 0,264 <0,01 <0,04 <0,04 0,5
4 1 1
6 Amoniak Total mg/L 0,033 0,033 0,079 1
(NH3-N)
7 Nitrat (NO3-N) mg/L 6,39 4,24 2,81 20
8 Nitrit (NO2-N) mg/L 1,35 0,155 0,055 1
9 BOD mg/L 36,3 41,2 54,4 71,7 66,3 82 50
10 COD mg/L 82,5 96,0 121,0 165,2 170,4 185 100
11 Kadmium (Cd) mg/L 0,047 0,093 0,068 <0,00 <0,00 <0,00 0,05
3 3 3
12 Minyak & Lemak mg/L <0,2 <0,20 0,091 <0,00 <0,00 <0,00 -
1 1 1 1
13 Nikel (Ni) mg/L 1,08 4,04 0,620 <0,05 <0,05 <0,05 0,2
14 Timbal (Pb) mg/L <0,12 0,166 0,205 <0,12 <0,12 <0,12 0,1
9 9 9 9
15 Tembaga **) mg/L 0,013 0,022 0,882 <0,03 <0,03 <0,03 2
(Cu) 7 7 7
Sumber : UPL/UKL periode Januari-Juni 2008
Keterangan :
*) SK Gubernur Jawa Barat No.6 Tahun 1999 Lampiran III, Golongan I
**) Terakreditasi KAN dengan Nomor LP-346-IDN
208
Tanggal Pengujian :
1. 15-25 Januari 2008
2. 06-15 Pebruari 2008
3. 11-24 Maret 2008
4. 10-24 April 2008
5. 06-22 Mei 2008
6. 12-20 Juni 2008
209
Kadar
No. Parameter Satuan Hasil Maksimum
Pengujian berdasarkan
Baku Mutu
Limbah Cair
Gol. I *)
FISIKA
1 Zat Padat Terlarut mg/L 421 2000
2 Zat Padat mg/L 13 200
Tersuspensi
KIMIA
1 pH **) mg/L 6,62 6,0-9,0
2 Besi **) (Fe) mg/L <0,033 5
3 Mangan **) mg/L <0,004 2
(Mn)
4 Seng (Zn) mg/L <0,018 5
5 Khrom Total mg/L <0,02 0,5
6 BOD mg/L 9,12 50
7 COD mg/L 30,3 100
8 Kadmium (Cd) mg/L <0,003 0,05
9 Minyak & Lemak mg/L <0,001 -
10 Nikel (Ni) mg/L <0,05 0,2
11 Timbal (Pb) mg/L <0,01 0,1
12 Tembaga **) mg/L <0,02 2
(Cu)
13 Amoniak Total mg/L 0,02 1
(NH3-N)
14 Nitrat (NO3-N) mg/L 5,94 20
15 Nitrit (NO2-N) mg/L <0,1 1
Keterangan :
*) SK Gubernur Jawa Barat No.6 Tahun 1999 Lampiran III, Golongan I
**) Terakreditasi KAN dengan Nomor LP-346-IDN
Tanggal Pengujian :
1. 12-25 Agustus 2008
210
Kadar
No. Parameter Satuan 1 2 3 4 5 6 Maksimum
berdasarkan
Baku Mutu
Limbah Cair
Gol. I *)
FISIKA
1 Zat Padat Terlarut mg/L 204 133 144 904 252 2000
2 Zat Padat mg/L 11 20 27 20 9,4 200
Tersuspensi
KIMIA
1 pH **) mg/L 7,06 7,36 7,19 7,08 7,16 6,0-9,0
2 Besi **) (Fe) mg/L <0,03 <0,03 1,45 <0,03 <0,03 5
3 3 3 3
3 Mangan **) mg/L <0,00 <0,00 0,701 <0,00 <0,00 2
(Mn) 4 4 4 4
4 Seng (Zn) mg/L <0,01 <0,01 0,093 <0,01 <0,01 5
8 8 8 8
5 Khrom Total mg/L <0,04 <0,04 0,09 <0,04 <0,04 0,5
1 1 1 1
6 Amoniak Total mg/L <0,01 <0,01 1
(NH3-N)
7 Nitrat (NO3-N) mg/L 1,70 0,883 20
8 Nitrit (NO2-N) mg/L <0,1 <0,1 1
9 BOD mg/L 7,19 12,2 7,03 9 5,27 50
10 COD mg/L 21,3 29,4 21,6 26,8 19,5 100
11 Kadmium (Cd) mg/L <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 <0,00 0,05
3 3 3 3 3
12 Minyak & Lemak mg/L <1,67 <1,67 <0,2 <0,2 <0,2 -
13 Nikel (Ni) mg/L <0,05 <0,05 <0,02 <0,05 <0,05 0,2
14 Timbal (Pb) mg/L <0,12 <0,12 <0,12 <0,12 <0,12 0,1
9 9 9 9 9
15 Tembaga **) mg/L <0,03 <0,03 <0,03 <0,03 <0,03 2
(Cu) 7 7 7 7 7
Sumber : UPL/UKL periode Januari-Juni 2008
Keterangan :
*) SK Gubernur Jawa Barat No.6 Tahun 1999 Lampiran III, Golongan I
**) Terakreditasi KAN dengan Nomor LP-346-IDN
211
Tanggal Pengujian :
1. 15-25 Januari 2008
2. 06-15 Pebruari 2008
3. 11-24 Maret 2008
4. 10-24 April 2008
5. 06-22 Mei 2008
6. 12-20 Juni 2008
212
Kadar
No. Parameter Satuan Hasil Maksimum
Pengujian berdasarkan
Baku Mutu
Limbah Cair
Gol. I *)
FISIKA
1 Zat Padat Terlarut mg/L 113 2000
2 Zat Padat mg/L 15 200
Tersuspensi
KIMIA
1 pH **) mg/L 6,09 6,0-9,0
2 Besi **) (Fe) mg/L <0,033 5
3 Mangan **) mg/L <0,04 2
(Mn)
4 Seng (Zn) mg/L <0,016 5
5 Khrom Total mg/L <0,041 0,5
6 BOD mg/L 12,0 50
7 COD mg/L 33,6 100
8 Kadmium (Cd) mg/L <0,016 0,05
9 Minyak & Lemak mg/L <1,67 -
10 Nikel (Ni) mg/L <0,05 0,2
11 Timbal (Pb) mg/L <0,129 0,1
12 Tembaga **) mg/L 0,037 2
(Cu)
13 Amoniak Total mg/L <0,01 1
(NH3-N)
14 Fluorida (F) mg/L 2,36 2
Sumber : UPL/UKL periode Januari-Juni 2008
Keterangan :
*) SK Gubernur Jawa Barat No.6 Tahun 1999 Lampiran III, Golongan I
**) Terakreditasi KAN dengan Nomor LP-346-IDN
Tanggal Pengujian :
1. 12-25 Agustus 2008
213
Kondisi cuaca
0
1 Suhu C 32.8 32,8 30,8 32,4 32,4
2 Kelembaban (RH) % 50 58 60 61 52
3 Cuaca - Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
Lokasi :
1. Area Press
2.Area Test Inspection
3. Area Painting Metal
4. Area Assembling
5. Area Welding (Grand Vitara)
215
Kondisi cuaca
0
1 Suhu C 34,3 33,8 34,6 30,8 31,9
2 Kelembaban (RH) % 54 56 52 60 55
3 Cuaca - Cerah Cerah Cerah Cerah Cerah
Sumber : UPK/UKL periode Januari-Juni 2008
Lokasi :
1. Area Painting Plastik & Area Painting Metal
2. Area Painting Plastik sebelah Utara
3. Area Painting Plastik sebelah Selatan
4. Area Painting Metal/Body sebelah Utara
5. Area Painting Metal/Body sebelah Selatan
216
Kondisi cuaca
0
1 Suhu C 33.1 32,4
2 Kelembaban (RH) % 53 52
3 Cuaca - Cerah Cerah
Sumber : UPK/UKL periode Januari-Juni 2008
Lokasi :
1.Area Sandblesting
2. Area Welding (Grand Vitara)
217