Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS PENATAAN RUANG KANTOR DALAM KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Disusun oleh :
Ribka Johana Noviantika 170110210025
Grace Monica 170110210033

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2

BAB I ......................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 4

BAB II ........................................................................................................................................ 6

TINJAUAN TEORI ................................................................................................................... 6

2.1 Landasan Teori ............................................................................................................ 6

2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................................................... 9

BAB III ..................................................................................................................................... 12

PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 12

3.1 Penerapan Tata Ruang Kantor secara Umum ............................................................ 12

3.2 Analisis Penerapan Tata Ruang Kantor di Kementerian Keuangan .......................... 13

3.3 Tujuan dari Penerapan Prinsip Activity Based Workplace pada Kemenkeu ............ 15

3.4 Kekurangan dari Penerapan Activity Based Workplace ........................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 18

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penataan ruang kantor merupakan salah satu bagian dari manajemen kantor.
Aspek penataan ruang kantor menjadi penting dikarenakan kantor merupakan tempat
para karyawan untuk bekerja sehari-hari. Dalam sehari, individu dapat mengeluarkan
waktu untuk bekerja selama delapan jam di kantor. Waktu yang tidak sebentar tersebut
mengharuskan pihak perusahaan untuk merancang kantor senyaman dan sebaik
mungkin untuk menunjang kegiatan kerja para karyawan. berdasarkan definisinya,
Sukoco (2007) menjelaskan bahwa kantor dapat didefinisikan sebagai “tempat
diselenggarakannya aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan informasi untuk
memperlancar kegiatan di berbagai unit dan merupakan proses untuk menangani
informasi mulai dari penerimaan, mengumpulkan, mengelola, menyimpan dan
mendistribusikan (mengumpulkan) informasi.”. Sementara itu, tata ruang kantor
merupakan pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor
pada tempat yang tepat, sehingga pegawai dapat bekerja dengan baik, nyaman dan
leluasa serta bebas untuk bergerak sehingga tercapai efisiensi kerja.” (Sedarmayanti,
2001). Oleh karena itu, penataan ruang kantor merupakan suatu metode dalam
memahami, menganalisis, dan menyusun alat-alat pembantu dan perlengkapan di dalam
ruangan yang bertujuan untuk saran untuk para karyawan yang ada di kantor tersebut.
Tata ruang kantor memiliki hubungan yang kuat dengan efektivitas kinerja
karyawan. Berdasarkan penjelasan dari Marsofiyanti & Eryanto (2014), kantor yang
menyenangkan adalah tempat yang tidak membosankan dan dapat menambah semangat
kerja karyawan dalam rangka mendukung peningkatan kinerja karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaannya dan nantinya tujuan perusahaan dapat tercapai.
Sebaliknya, kantor yang memiliki tata ruang yang tidak teratur akan mengakibatkan
rendahnya kinerja karyawan itu sendiri. Maka dari itu, penataan ruang kantor harus
memperhatikan berbagai aspek, seperti muatan ruangan, kegiatan pegawai, dan
mobilitas pegawai.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat rumusan masalah
sebagai berikut,
1. Bagaimanakah penataan ruang kantor pada Kementerian Keuangan Republik
Indonesia?
2. Apakah tujuan dari penataan ruang kantor pada Kementerian Keuangan
Republik Indonesia?
3. Apakah kekurangan dari penataan ruang kantor pada Kementerian Keuangan
Republik Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian dengan judul “Analisis Penataan Ruang Kantor pada
Kementerian Keuangan Republik Indonesia” adalah sebagai berikut,
1. Untuk mengidentifikasi penataan ruang kantor pada Kementerian Keuangan
Republik Indonesia
2. Untuk mengetahui tujuan dari penataan ruang kantor pada Kementerian
Keuangan Republik Indonesia
3. Untuk mengetahui kekurangan dari penataan ruang kantor pada Kementerian
Keuangan Republik Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian dengan judul “Analisis Penataan Ruang Kantor pada
Kementerian Keuangan Republik Indonesia” adalah sebagai berikut
1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan ide dan gagasan
pada pengembangan ilmu pengetahuan tentang konsep dan prinsip dari
manajemen perkantoran dan penataan ruang kantor.
2. Secara praktis,
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi organisasi perkantoran,
baik publik maupun swasta, untuk lebih memahami konsep penataan
ruang kantor dan dapat menerapkan konsep penataan ruang kantor yang
baik untuk pengelolaan kantor.

4
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi karyawan untuk dapat
lebih memahami mengenai konsep penataan ruang kantor dan pengaruh
dari penataan ruang kantor terhadap kinerja karyawan.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Landasan Teori


1. Manajemen Perkantoran
Manajemen perkantoran merupakan suatu kegiatan pengelolaan dalam
organisasi tertentu sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat dikerjakan dengan
sebaik mungkin melalui prosedur kerja yang telah ada agar pekerjaan dapat
berjalan dengan mudah dan sesuai dengan yang diharapkan. Melalui penerapan
dari manajemen perkantoran diharapkan kantor dapat memberikan suasana yang
lebih baik dan kondusif serta lingkungan kerja dapat tertata dengan baik.
Menurut Kallaus dan Keeling (1991: 3), manajemen administrasi perkantoran
adalah proses dari perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan terkait
semua informasi yang berkaitan dengan kegiatan perkantoran dan pengarahan
individu untuk mengikuti nilai-nilai yang terdapat dalam organisasi. Pernyataan
ini sesuai dengan pernyataan dari George Terry bahwa manajemen perkantoran
dapat diartikan sebagai tahapan yang terdiri atas perencanaan, pengendalian, dan
pengorganisasian pekerjaan perkantoran serta cara untuk mendorong karyawan
yang melaksanakannya untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan
lebih dahulu. Selain manajemen perkantoran sebagai suatu proses dan tahapan,
William Leffingwell & Edwin Robinson menyatakan bahwa Manajemen
perkantoran sebagai suatu fungsi merupakan cabang dari ilmu dan seni dalam
manajemen yang berkaitan pelaksanaan pekerjaan perkantoran secara efisien
bilamana pekerjaan tersebut harus dilakukan dari mana saja. Kemudian, William
Spriegel dan Ernest Davies berpendapat bahwa manajemen perkantoran adalah
pedoman atau arahan secara menyeluruh terhadap aktivitas-aktivitas tulis yang
dibedakan dari aktivitas-aktivitas lainnya, seperti pengangkutan, kepabrikan,
pergudangan, dan penjualan. Dalam pelaksanaan manajemen perkantoran
tentunya ada faktor-faktor yang berkaitan dan mendukung keberhasilan
manajemen perkantoran. Menurut John H. Macdonald (1947) terdapat 6 faktor,
yaitu kepegawaian perkantoran, metode perkantoran, perlengkapan

6
perkantoran, faktor fisis dalam kantor, biaya perkantoran, dan haluan
perkantoran. Manajemen perkantoran memiliki beberapa peranan, yaitu
1. Membentuk struktur organisasi kantor yang efektif sehingga perusahaan
dapat mencapai efisiensi dalam bekerja.
2. Menentukan standar dan pedoman kerja yang akan diterapkan untuk
pengevaluasian dari kinerja pekerjaan kantor.
3. Mengelola lingkungan fisik dalam kantor, seperti penataan ruang kantor,
sehingga terbentuk kenyamanan dalam lingkungan kerja dan karyawan
dapat lebih produktif dalam bekerja
Berdasarkan beberapa pernyataan yang telah dijelaskan sebelumnya,
manajemen perkantoran dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan pengendalian
hingga penyelenggaraan secara tertib pekerjaan perkantoran untuk dapat
mencapai tujuan yang diinginkan oleh organisasi tersebut. Manajemen
perkantoran sangatlah penting untuk diperhatikan karena menyangkut seluruh
aspek dalam perkantoran.
2. Penataan Ruang Kantor
Penataan ruang kantor adalah metode untuk memahami dan menyusun
perlengkapan dan peralatan pembantu dalam ruangan kantor dengan tujuan
untuk meningkatkan kenyaman para karyawan yang ada di kantor tersebut.
Penataan ruang kantor dan peralatan kantor yang diletakan sesuai dengan muatan
ruangan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja karyawan.
Terdapat beberapa ahli yang mengemukakan definisi mengenai tata ruang, salah
satunya adalah George Terry yang menyatakan bahwa tata ruang kantor adalah
proses penentuan yang berkaitan dengan kebutuhan ruang dan penggunaannya
secara mendetail dari ruangan tersebut untuk menyiapkan suatu susunan yang
praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap dibutuhkan untuk pelaksanaan
kerja perkantoran dengan biaya yang layak. Terdapat pendapat lain dari
Littlefield & Peterson, yaitu tata ruang perkantoran dapat diartikan sebagai
penyusunan peralatan dan perlengkapan sesuai dengan luas lantai yang tersedia.
Kemudian, menurut Moekijat (1995: 135), lingkungan fisik atau tata ruang

7
kantor merupakan segala sesuatu yang ditempatkan di sekitar pekerja yang
meliputi cahaya, warna, udara, suara, serta musik yang dapat berpengaruh bagi
diri pekerja untuk menjalankan tugas yang dibebankan. Menurut Gie
(2000:220), lingkungan fisik adalah seluruh faktor fisik yang secara bersama-
sama menjadi suatu suasana fisik yang melingkupi suatu tempat kerja. Terdapat
juga pendapat dari Handoko (1995:84) yang menyatakan bahwa lingkungan fisik
kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja yang meliputi
temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran-getaran mekanis, warna, dan lainnya yang dalam hal ini mempengaruhi
hasil kerja pegawai. Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, penataan
ruang kantor sangatlah penting untuk diperhatikan karena dapat mempengaruhi
kinerja pegawai. Menurut Quible (2001), faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam proses perencanaan tata ruang kantor adalah tugas pegawai, arus kerja,
bagan organisasi, proyeksi kebutuhan tenaga kerja di masa datang, jaringan
komunikasi, departemen dalam organisasi, kantor publik dan privat, kebutuhan
ruang, pertimbangan keamanan, dan pembiayaan ruang perkantoran. Menurut
Marsofiyati & Henry Eryanto (2014), terdapat beberapa prinsip dalam penataan
ruang, yaitu
1. Arus kerja yang sederhana dapat membatasi mobilitas pegawai dan akan
menghemat penggunaan kertas seminimal mungkin.
2. Ruang lantai harus terbebas dari rintangan yang dapat membahayakan
pekerja.
3. Meja dapat dilihat dengan mudah oleh pimpinan.
4. Peralatan kerja mudah dijangkau oleh penggunanya.
5. Jumlah jalan yang memadai serta luas jalan yang memadai juga.
6. Seluruh meja mendapatkan penerangan yang cukup.
7. Mesin dengan suara yang gaduh harus dipisahkan dari ruangan kantor.
8. Tata ruang harus menyenangkan dan tidak boleh membosankan.
Marsofiyati & Henry Eryanto (2014) menyatakan bahwa terdapat tiga macam tata ruang
kantor, yaitu tata ruang kantor bersekat (cubicle type offices), tata ruang kantor terbuka
(open plan offices), dan tata ruang kantor berhias atau berpanorama (landscaped

8
offices). Pemilihan tata ruang kantor haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dari
organisasi perkantoran dan harus diperhatikan dengan teliti agar dapat menciptakan
suasana kerja yang nyaman bagi pegawai. Sejalan dengan hal tersebut, Gie (2000) juga
memaparkan penjelasan berupa gambar yang menunjukkan ilustrasi tata kantor yang
buruk dan baik.

Gambar 1 Tata Ruang Kantor


2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu memiliki peran yang sangat penting dalam proses penelitian
kami, agar nantinya para peneliti memperoleh perbandingan dan sumber informasi yang
orisinil. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang berupa beberapa jurnal yang
relevan dengan topik penelitian yang para penulis ambil, antara lain yaitu:
1. Hasil Penelitian dari Ulfiana Elisa & Triesninda Palevi (2021)
Penelitian oleh Ulfiana Elisa & Triesninda Pahlevi yang berjudul “Analisis Tata
Ruang Kantor di PDAM Surya Sembada Kota Surabaya” merupakan penelitian yang
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
tata ruang kantor di PDAM Surya Sembada Kota Surabaya.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penataan ruang kantor di
PDAM Surya Sembada Kota Surabaya belum secara optimal diterapkan. Hal ini
ditunjukkan dengan bagian Tata Usaha Dekan yang belum menerapkan prinsip
penggunaan semua ruangan. Di suatu ruangan masih ada yang besar dan kosong,
sementara di sisi lain, terdapat ruangan yang mengalami penumpukan, baik pada jumlah

9
staf, peralatan, maupun perlengkapan. Selain itu, prinsip jarak terpendek juga masih
belum diterapkan dalam penataan ruangan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya
jarak yang jauh antara penempatan lemari arsip dan lemari pengisi yang jauh dari tempat
duduk pegawai, sehingga memakan waktu dan tenaga untuk berjalan kaki bagi para
karyawan untuk mengambil dokumen atau arsip yang diperlukan. Sementara itu,
pemanfaatan ruang kantor belum terlaksanakan dengan baik, seperti halnya kurangnya
tersedianya fasilitas dan penempatannya yang kurang benar. Suara dari luar kantor pun
terdengar dari dalam imbas dari kurang baiknya kualitas isolasi yang diakibatkan oleh
kegiatan bongkar pasang kantor.
2. Hasil Penelitian dari Zenitzca Syaputri Kusumawardhany, Iis Nawati, Tri Wida
Yanti, & Lelahester Rina (2018)
Penelitian yang berjudul “Efisiensi Penataan Ruang Kantor dalam Menunjang
Kinerja Karyawan” merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif
kualitatif melalui studi literatur. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efisiensi dalam penataan ruang kantor dalam menunjang kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara efisiensi penataan ruang kantor dan kinerja karyawan. Penataan ruang kantor
yang baik berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja karyawan. Hal ini
dikarenakan penataan ruang kantor yang baik dapat memperlancar proses komunikasi,
memudahkan koordinasi, dan membantu manajer dalam mengawasi aktivitas karyawan
sehingga nantinya dapat meningkatkan efisiensi kerja karyawan. Dalam hal ini, pihak
manajemen kantor perlu melakukan berbagai upaya untuk menerapkan penataan ruang
yang baik, seperti memperhatikan penempatan alat kantor, sirkulasi udara, cahaya yang
masuk, suara atau kebisingan, warna, estetika, kebersihan, dan keamanan kantor.
3. Hasil Penelitian dari Bambang Sunaryadi, Daffa Eksa Rizky, Afi Mustaghfiroh, &
Mukhlishah (2020)
Penelitian yang berjudul “Pengelolaan Penataan Ruang Kantor Terhadap
Kenyamanan Bekerja Pegawai pada Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor
Kementrian Agama Kota Mojokerto” merupakan penelitian yang menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengelolaan penataan ruang kantor terhadap kenyamanan kerja pegawai.

10
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penataan ruang kantor di
Kantor Kementerian Agama Kota Mojokerto belum terkelola secara optimal, sehingga
para pegawai belum merasa nyaman dalam bekerja di area kantor. Adapun faktor
penghambatnya adalah karena jenis ruangan kantor yang digunakan untuk bimbingan
masyarakat merupakan ruangan yang terbuka, sehingga privasi pegawai dalam bekerja
kurang terjaga dengan baik. Selain itu, ruang penyimpanan arsip juga masih kurang
besar dan penataannya kurang rapi. Hal ini pun bertentangan dengan prinsip-prinsip
penataan ruang kantor, sehingga hal tersebut menyebabkan rendahnya kinerja karyawan
imbas ketidaknyamanan yang dirasakan saat bekerja di kantor.

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Tata Ruang Kantor secara Umum


Pengelolaan dalam penataan ruang kantor menjadi salah satu faktor yang penting dalam
meningkatkan kinerja karyawan. Tata ruang kantor (office layout) memiliki cakupan
berupa pengaturan perabotan kantor, cahaya, suara, warna, dan udara. Sebagaimana
yang dijelaskan oleh The Liang Gie (1988), adapun tujuan diterapkannya penataan
ruang kantor antara lain sebagai berikut:
a) Pekerjaan di kantor itu dalam proses pelaksanaannya dapat menempuh jarak
yang sependek mungkin;
b) Rangkaian aktivitas tata usaha dapat mengalir secara lancar;
c) Kesehatan dan kepuasan kerja para pegawai dapat terpelihara;
d) Pengawasan terhadap pekerjaan dapat berlangsung secara memuaskan;
e) Seluruh ruang dipergunakan secara efisien untuk keperluan pekerjaan;
f) Pihak luar yang mengunjungi kantor yang bersangkutan mendapatkan kesan
yang baik tentang organisasi tersebut;
g) Susunan tempat kerja dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan dan mudah
diubah sewaktu-waktu diperlukan (fleksibel).
Tata kelola kantor yang benar dan ideal mencakup berbagai aspek. Richard Muther
(1976) menjelaskan bahwa terdapat empat asas yang harus dipenuhi dalam tata ruang
perkantoran, antara lain yaitu:
a) Asas Mengenai Jarak Terpendek
Suatu tata ruang yang ideal adalah memungkinkan proses penyelesaian suatu
pekerjaan dengan menempuh jarak yang sependek-pendeknya. Dalam hal ini,
garis lurus yang mencakup dua titik adalah jarak yang terpendek.
b) Asas Mengenai Rangkaian Kerja
Suatu tata ruang yang ideal adalah ketika para pegawai dan alat-alat kantor dapat
ditempatkan menurut rangkaian yang sesuai dengan tahap-tahap penyelesaian
pekerjaan yang bersangkutan.

12
c) Asas Mengenai Penggunaan Segenap Ruang
Suatu tata ruang yang ideal adalah ketika setiap ruangan yang ada dapat
dipergunakan dengan baik.
d) Asas Mengenai Perubahan Susunan Tempat Kerja
Suatu ruangan kerja harus memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi. Dalam
artian, perubahan atau penyusunan tempat kerja tidak terlampau sukar atau tidak
memakan waktu dan biaya yang besar.
Dengan menerapkan keempat asas di atas, pengelola kantor dapat mengelola tempat
kerja yang ideal dan sesuai dengan kebutuhan karyawan. Sebelum dikelola, tahap
perencanaan tata kelola ruangan kantor perlu dilakukan dengan terlebih dahulu
mengetahui hubungan satuan yang melaksanakan tata usaha dengan satuan-satuan
lainnya. Sementara itu, aspek sifat pekerjaan juga harus diperhatikan, sehingga terjadi
keselarasan antara suatu tata kelola ruangan kantor dengan sifat pekerjaan

3.2 Analisis Penerapan Tata Ruang Kantor di Kementerian Keuangan


Kementerian Keuangan telah menerapkan tata ruang kantor dengan memperhatikan
perkembangan dunia kerja. Memasuki era budaya kerja modern, angkatan kerja di
institusi tersebut telah didominasi oleh generasi milenial dan generasi Z. Berdasarkan
data dari Biro Sumber Daya Manusia Kementerian Keuangan per 1 Juni 2022, terdapat
sebanyak 79.838 pegawai dari generasi Z dan sebanyak 32.613 pegawai pada generasi
milenial. Dengan demikian, data tersebut menunjukkan bahwa dua generasi tersebut
akan memenuhi lapangan kerja di lingkungan kerja Kementerian Keuangan. Oleh
karena itu, diperlukan inovasi pada tata kelola ruangan kerja yang sesuai dengan
karakteristik baik dari generasi milenial maupun generasi Z.
Pada generasi milenial, karakteristik mereka dalam berperilaku dapat ditunjukkan
dengan karakter terhubung percaya diri, dan percaya diri (Purnawati et al., 2021).
Sementara itu, generasi Z lebih menyukai akan kebebasan dan fleksibilitas dalam dunia
kerja. Namun, generasi Milenial dan generasi Z kurang suka mengeluarkan waktu yang
lama di dalam kantor, tetapi juga mereka cepat dalam beradaptasi di lingkungan kerja.
Pada dasarnya, mereka merupakan pribadi yang bekerja keras, tetapi mereka juga

13
memerlukan waktu dan ruang untuk melakukan hal-hal yang ia sukai. Selain itu, mereka
juga memiliki ketertarikan yang kuat terhadap teknologi, hal ini dapat dilihat dari
kebiasaan mereka yang menggunakan ponsel pintar dan internet. Mereka menilai bahwa
teknologi merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam kehidupan.
Melihat karakteristik dan kebutuhan dari dua generasi tersebut, Kementerian Keuangan
atau Kemenkeu telah melakukan rancangan inovatif terhadap tata kelola ruangan kerja
yang sesuai dengan budaya kerja dua generasi tersebut, yakni penerapan konsep New
Ways of Working (NWOW). Konsep ini memuat beberapa unsur budaya kerja baru,
seperti Activity Based Workplace (ABW). Konsep tersebut merupakan suatu konsep
ruang kerja yang bersifat kolaboratif, mendorong komunikasi yang cair antar pegawai,
meningkatkan efisiensi penggunaan ruang kantor, mendorong daya kreasi, inovasi dan
ide serta meningkatkan produktivitas dan kinerja pegawai yang lebih optimal. Pada
penerapannya, Kemenkeu telah menerapkan ruang kerja yang futuristik dan modern
yang mengangkat tema FRESH OFFICE yang mencakup lima aspek, yaitu:
1. Flexible: desain atau konsep bangunan yang memudahkan akses dan pemenuhan
kebutuhan setiap pegawai. Dalam hal ini, para pegawai dapat melakukan
pekerjaannya di manapun dan kapanpun.
2. Responsive: konsep bangunan dan tata ruang yang ramah dan responsif bagi
pengguna layanan dengan tetap memperhatikan kebijakan yang menyangkut
aspek responsif gender.
3. Smart: optimalisasi penggunaan IT dalam pemfasilitasan komunikasi virtual
melalui video conference ataupun video meeting melalui konsep fleksibilitas.
4. Healthy: mewujudkan konsep tata ruang yang sehat dan nyaman bagi pegawai.
Berdasarkan penjelasan di atas, ABW di lingkungan kerja Kemenkeu memiliki pola
kerja yang fleksibel dan kolaborasi. Pola kerja ini memberikan kesempatan kepada
generasi milenial dan generasi Z untuk bekerja dengan fleksibel dengan tetap
berpedoman pada kode etik pegawai. Maka dari itu, konsep FRESH telah dinilai sejalan
dengan karakteristik dan kebutuhan pegawai dalam bekerja.

14
3.3 Tujuan dari Penerapan Prinsip Activity Based Workplace pada Kemenkeu
Penerapan dari Activity Based Workplace pada Kementerian Keuangan Republik
Indonesia didasarkan pada 6 prinsip penerapan, yaitu optimalisasi penggunaan
informasi teknologi, non-dedicated seat, clean desk, mobile working dan remote
working, collaborative environment, dan penerapan tata tertib dan etika bekerja. 6
prinsip tersebut memiliki tujuannya masing-masing dalam penerapannya, yaitu sebagai
berikut
1. Optimalisasi penggunaan informasi teknologi bertujuan untuk menyediakan dan
mendukung sarana komunikasi yang lebih modern dan lebih maju sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini sehingga hal ini dapat meningkatkan efisiensi
dan efektivitas pegawai serta meningkatkan kinerja pegawai.
2. Non-dedicated seat adalah penyediaan tempat duduk kerja tanpa membatasi
pegawai untuk duduk sesuai tempatnya masing-masing sehingga pegawai dapat
lebih leluasa untuk menentukan tempat duduk yang diinginkan dan dirasakan
lebih nyaman untuk melakukan kegiatan dan pekerjaan di kantor serta mencegah
timbulnya rasa bosan karena tempat duduk kerja yang monoton.
3. Clean desk merupakan prinsip yang menerapkan agar pegawai menjaga meja
kerja tetap rapi dan bersih setelah pegawai menggunakan meja kerja tersebut
agar pegawai lain dapat dengan nyaman menggunakan meja tersebut.
4. Mobile Working dan Remote Working adalah prinsip yang menerapkan
pengerjaan pekerjaan berkaitan dengan kedinasan yang lebih fleksibel dan sesuai
dengan karakter yang dimiliki oleh generasi Y dan Z, yaitu dapat mengerjakan
pekerjaan darimana saja, baik dari kantor, rumah, atau tempat lainnya, dengan
tetap mengikuti ketentuan dalam KMK Nomor 223/KMK.01/2020 tentang
Implementasi FWS di Lingkungan Kementerian Keuangan.
5. Collaborative Environment, yaitu prinsip yang menerapkan pegawai dapat
mewujudkan lingkungan kerja yang kolaboratif tanpa memandang perbedaan
antarseksi/bidang sehingga dapat tercipta suasana kerja yang lebih hangat dan
dapat memacu pegawai untuk berinovasi baru dalam pelaksanaan tugas.

15
6. Penerapan tata tertib dan etika bekerja dimana pegawai diharapkan untuk dapat
bekerja dalam ABW sesuai dengan tata tertib dan etika bekerja serta menghargai
pegawai yang lainnya juga.
Melalui penerapan prinsip-prinsip tersebut, ABW di Kementerian Keuangan
mempunyai pola kerja yang berfokus pada fleksibilitas dan kolaborasi. Pola kerja ini
memungkinkan pegawai untuk duduk dan melakukan pekerjaannya secara fleksibel
dengan tetap memperhatikan kode etik pegawai. Pola kerja ini dapat menjadi acuan
untuk menerapkan ruang kerja masa depan bagi organisasi pemerintahan yang
berorientasi kepada pelayanan masyarakat secara optimal. ABW juga memiliki tujuan
untuk dapat mengubah budaya kerja dari Kementerian Keuangan. Berdasarkan Surat
Edaran SE-5/MK.1/2021 tentang Petunjuk Teknis Penataan Ruang Kerja Activity Based
Workplace di Lingkungan Kementerian Keuangan, ABW adalah salah satu bagian dari
penguatan budaya kerja Kementerian Keuangan yang baru, yaitu New Ways of Working.
Budaya kerja ini bertujuan untuk menerapkan nilai kerja yang adaptif, berbasis digital,
berintegritas serta membentuk adaptasi pola kerja baru dengan tujuan meningkatkan
produktivitas dan kinerja Kementerian Keuangan. Activity Based Workplace juga
bertujuan untuk mendukung berbagai aktivitas dalam pengerjaan tugas dan fungsi
organisasi dengan memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik organisasi dan
pegawai sehingga dapat tercipta lingkungan kerja yang positif, kolaboratif,
menghilangkan hambatan dan kendala pada proses komunikasi dan koordinasi baik
secara vertikal maupun horizontal, mendorong pemikiran kreatif, inovatif,
meningkatkan transparansi dan kepercayaan, optimalisasi aset dan berorientasi hasil
sehingga kinerja organisasi meningkat. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, para
pegawai harus melakukan budaya kerja yang telah ditentukan dan menerapkan prinsip-
prinsip pelaksanaan ABW pada kehidupan kerjanya sehingga dapat tercipta ruang kerja
yang nyaman dan mendorong kinerja pegawai Kementerian Keuangan.

3.4 Kekurangan dari Penerapan Activity Based Workplace


Berdasarkan teori macam tata ruang kantor menurut Marsofiyati & Henry Eryanto
(2014), penataan ruang kerja dengan dasar ABW termasuk pada kategori tata ruang
kantor terbuka (Open Plan Offices). Hal ini didasarkan pada penataan meja tanpa

16
menggunakan penyekat, tidak adanya penentuan tempat duduk, dan pegawai dapat
saling mudah berinteraksi. Kelebihan dari penerapan tata ruang kantor terbuka ini adalah
memudahkan pengawasan, pengaturan cahaya dan udara, pengaturan warna dan
dekorasi serta ruangan dapat diubah tata letaknya tanpa biaya yang tinggi. Selain itu,
pegawai juga lebih mudah untuk berbagi peralatan kerja dan mengadakan hubungan
langsung serta pemeliharaan ruang kerja menggunakan biaya yang lebih murah. Hal ini
tentunya sesuai dengan konsep dari ABW itu sendiri. Akan tetapi, bentuk tata ruang
kantor seperti ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu adanya kemungkinan munculnya
kegaduhan atau kebisingan yang dapat mengganggu pegawai lain, rendahnya privasi
yang dimiliki oleh pegawai yang satu dengan yang lain, pegawai sulit untuk
berkonsentrasi pada pekerjaannya karena dapat terdistraksi dengan lingkungan
sekitarnya, dan pekerjaan yang bersifat rahasia akan sulit untuk dikerjakan karena dapat
terlihat oleh pegawai lain. Kekurangan-kekurangan tersebut tentunya dapat teratasi bila
pegawai saling menghargai hak dan kewajibannya satu sama lain. ABW merupakan
konsep yang sangat baik untuk penataan ruang kerja dan tentunya hal ini membutuhkan
dukungan dari seluruh aspek dalam Kementerian Keuangan untuk bisa mencapai tujuan
yang telah ditentukan sehingga Kementerian Keuangan dapat mewujudkan lingkungan
dan ruangan kerja yang nyaman dan mendukung kinerja pegawai.

17
DAFTAR PUSTAKA
DR HA Rusdiana, M. M., & Zaqiyah, Q. Y. (2022). Manajemen Perkantoran Modern. Penerbit
Insan Komunika Jurusan Ilmu Komunikasi UIN SGD Bandung.
Elisa, U., & Pahlevi, T. (2021). Analisis tata ruang kantor di PDAM surya sembada Kota
Surabaya. Journal of Office Administration: Education …, 1(2), 124–137. Retrieved
from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/joa/article/view/42122
Kementerian Keuangan RI. (2022). Ruang Kerja Masa Depan Melalui Konsep Fresh Office.
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/lubuksikaping/id/data-publikasi/artikel/3000-
ruang-kerja-masa-depan-melalui-konsep-fresh-office.html. Diakses pada tanggal 23
Oktober 2023.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 453/MK.01/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Activity
Based Workplace di Lingkungan Kementerian Keuangan
Marsofiyati & Eryanto. (2015) Manajemen Perkantoran. Jakarta: Bagian Penerbitan Lembaga
Pengembangan Pendidikan UNJ.
Muther, R. (1955). Practical Plan Layout. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.
Purnawati et al. (2021). Pengaruh Karakteristik Milenial, Budaya Kerja dan Person-Job Fit
Terhadap Kinerja Melalui Employee Engagement sebagai Variabel Intervening dalam
Revolusi 4.0. Journal of Management and Entrepreneurship Vol.
Sunaryadi et al. (2020). Pengelolaan Penataan Ruang Kantor terhadap Kenyamanan Bekerja
Pegawai pada Seksi Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Kementerian Agama Kota
Mojokerto. Jurnal Administrasi Pendidikan Islam. 2. 32-49.
10.15642/japi.2020.2.1.32-49.
Nuraida, R. I., & SE, M. (2008). Manajemen Perkantoran. PT Kanisius.
Nurhikmahyanti, D. (2021). Manajemen Perkantoran Modern. Zifatama Jawara.
Priansa, D. J., & Garnida, A. (2015). Manajemen perkantoran: efektif, efisien, dan profesional
Sari, Y. P., Sudirjo, F., Baali, Y., Fauzan, R., Kardini, N. L., Kurniawati, E., ... & Satriawan, D.
(2023). Manajemen Perkantoran. Global Eksekutif Teknologi.
Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.
Sukoco. (2007). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga.
Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor SE-5/MK.1/2021 Tentang Petunjuk Teknis Penataan
Ruang Kerja Activity Based Workplace di Lingkungan Kementerian Keuangan

18
Syaputri, Z., Nawati, I., Tri Wida Yanti, & Rina, L. (2018). Efisiensi Penataan Ruang Kantor
dalam Menunjang Kinerja Karyawan. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Administrasi Perkantoran (SNPAP), 154–160.
The Liang Gie. (1988). Administrasi Perkantoran Modern, Yogyakarta: Liberty.
Zulkarnain, W., & Sumarsono, R. B. (2015). Manajemen perkantoran profesional. Penerbit
Gunung Samudera (Grup Penerbit PT Book Mart Indonesia).
https://www.djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kuningan/id/data-publikasi/berita-terbaru/2858-apa-
sih-activity-based-workplace-abw.html (diakses pada tanggal 23 Oktober 2023)
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-bontang/baca-artikel/14433/Pelaksanaan-Activity-
Based-Workplace-ABW-sebagai-Budaya-Kerja-Baru-di-Lingkungan-Kementerian-
Keuangan.html\ (diakses pada tanggal 23 Oktober 2023)
https://setjen.kemenkeu.go.id/in/page/activity-based-
workplace#:~:text=Penataan%20ruang%20kerja%20dengan%20konsep,bekerja%20d
i%20lingkungan%20Kementerian%20Keuangan (diakses pada tanggal 23 Oktober
2023)

19

Anda mungkin juga menyukai