Anda di halaman 1dari 10

Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

Submit:15 Pebruari 2022 Revisi: 20 Maret 2022 Diterbitkan: 30 Juni 2022


DOI : https://doi.org/10.58518/alfurqon.v4i1.980

KONSEP I’JAZ DALAM PERSFEKTIF ILMU QUR’AN

Ahmad Haidir
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia
Email : idir_zleed@gmail.com

Abu Anwar
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia
Email :abu.anwar@uin-suska.ac.id

Abstrak
Amtsal Al-Qur'an menjadi sangat penting untuk dipelajari dan dipahami secara lebih
mendalam karena sebagai upaya untuk memahami atau bereaksi terhadap alam gaib untuk
menyimpulkan ayat-ayat Al-Qur'an yang memiliki kata-kata dalam setiap kalimat yang sangat
indah tetapi memiliki makna yang sangat dalam indah dan kokoh, yang mendorong setiap
manusia untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan minat dan keinginannya. Amtsal juga
memberikan nasehat dan peringatan kepada manusia, sehingga Amtsal memiliki peran yang
sangat penting dalam pendidikan karena sebenarnya pendidikan itu sendiri mengandung
nasehat dan peringatan dalam setiap pelaksanaannya
Kata Kunci : ‘Ijaz al-Qur’an, Amtsal al-Quran

Abstract
Amtsal Al-Qur'an becomes very important to study and understand in more depth because it
is an effort to understand or react to the unseen realm to conclude the verses of the Al-Qur'an
which have words in each sentence that are very beautiful but have a very deep meaning that
is beautiful and strong, which encourages every human being to do everything according to
his interests and desires. Amtsal also gives advice and warnings to humans, so Amtsal has a
very important role in education because actually education itself contains advice and
warnings in every implementation
Keywords: 'Ijaz al-Qur'an, Amtsal al-Quran

PENDAHULUAN
Nabi Muhammad adalah seorang nabi yang tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis.
Di balik keagungan ini adalah Al-Qur'an sebagai Mukjizat yang diturunkan. Kalau saja ketika
Al-Qur'an diturunkan oleh seorang nabi yang pandai membaca, menulis bisa menjadi orang

Desi Lestari et al 11
Bentuk Tafsir dalam… .
Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

yang mendengarkan wahyu, tentu saja mereka akan kagum "benar mereka pintar membaca",
tidak ada yang istimewa. Di situlah kedudukan mukjizat dapat diterima, karena si penerima
tidak mengetahui/tidak mampu sama sekali dan diberikan keistimewaan oleh Allah sebagai
pembenaran utusan-Nya.
Walaupun Nabi Muhammad adalah seorang ummi, masyarakat umum sudah tahu dan
mahir dalam hal sastra dalam bentuk puisi dan prosa. Hal ini sesuai dengan pernyataan al-
Walid bin al-Mughiroh “tidak ada yang paling mengetahui tentang syair dan syair jin kecuali
aku” ketika berdialog dengan Abu Jahal. Oleh karena itu al-Qur'an sebagai mukjizat bila
bentuknya seperti puisi dan prosa dalam arti “lebih”, dimana dalam bidang ilmu dikenal
dengan istilah kebalaghannya. Hal ini sesuai dengan tantangan Al-Qur'an kepada Jin dan
Manusia agar bisa membuat Al-Qur'an seperti itu, kemudian sepuluh surah dan akhirnya satu
huruf. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang menyangkalnya.
Maka kondisi yang seperti ini tidak dapat dipungkiri bahwa, seseorang yang akan
melakukan sesuatu pada zaman saat ini hendaklah mengikuti apa yang telah dijelaskan Al-
Qur’an. Tulisan ini mencoba menjelaskan ‘Ijaz al-qur’an serta menyentuh keajaiban al-Qur’an
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Konsep ‘Ijaz al-Qur’an
I'jaz al-Qur'an terdiri dari dua kata: kata Ijaz dan al-Qur'an. Kata al-Qur'an berasal dari
Qara'a yang berarti kumpulan (al-Jam'u), menghimpun menjadi satu (al-Dhommu) sehingga
kata masdar dari kata Qara'a adalah al-Qira'ah yang berarti mengumpulkan huruf dan kalimat
yang menyatu dalam mushab (artartil). Kata al- Qur'an juga merupakan kata masdar dari kata
Qara'a dan juga sinonim dengan kata Qira'ah. Dalam kajian ilmu al-Sharaf, kata al-Qur'an
merupakan masdar dengan fiktif fu'laanun, meskipun bersifat masdar, tetapi artinya maf'ul,
yaitu membaca. Sedangkan al-Qur'an sebagai wakil dari definisi-definisi yang ada,
diantaranya: “Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menganggap
ibadah (pahala) membacanya”.
Menurut Manna 'Alqatthan definisi di atas telah mampu mendekati makna Al-Qur'an
dan dapat membedakan dengan selain Al- Qur'an, jika "Kalamullah" bisa, berbeda dengan
kalam selain Allah, seperti kalam manusia, jin, dan kalam. malaikat. "Diturunkan untuk Nabi
Muhammad" tidak termasuk nabi-nabi lainnya. "Pahala membacanya" dapat dibedakan

Desi Lestari et al 12
Bentuk Tafsir dalam… .
Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

dengan membaca hadits Ahad (Qira'ah Ahad) dan hadits al-Qudsi yang tidak menghargai
membacanya. Sementara Al-Jarjani mendefinisikan Al-Qur'an sebagai: "Kitab yang
diturunkan kepada Muhammad Rasulullah ditulis dalam mushab dan ditulis dalam Mutikir
tanpa ada keraguan padanya."
Dari kedua definisi tersebut sebagai landasan tema I'jaz al-Qur'an, tampaknya definisi
al-Jarjani lebih dekat. Karena al-Qatthan sepertinya menekankan pahala membacanya
sedangkan al-Jarjani menekankan metode penerimaan Al-Qur'an oleh nabi Muhammad mut
khawatir dimana tidak ada yang bisa menyangkal bahwa dia benar-benar wahyu Allah, bukan
buatan. Nabi Muhammad.
Selanjutnya kata’Ijaz itu sendiri secara bahasa merupakan masdar dari kata kerja a'jaza
(a'jaza, yu'jizu, i'jazan) yang artinya melemahkan. Kata a'jaza termasuk fi'il ruba'I mazid yang
berasal dari fi'il tsulasi mujarrad a'jaza yang berarti lawan yang lemah dari kata qodaro yang
berarti kuat/mampu, kata lemah (al'ajaz) sendiri diartikan dengan: “Ungkapan yang
dimaksudkan untuk membatasi berbuat sesuatu”. Dengan demikian Kata I'jaz al-Qur'an yang
dimaksud di sini adalah: "Menyatakan kebenaran Nabi Muhammad dalam risalah dakwahnya
dengan menunjukkan kelemahan- kelemahan orang Arab yang menentang kemukjizatan Al-
Qur'an pada waktu itu dan menunjukkan kelemahan-kelemahan tersebut. bangsa lain
sesudahnya. (masa kenabian).” Setidaknya, ada dua hal yang menekankan definisi di atas,
Pertama dari segi tujuan, menyatakan kebenaran risalah nabi Muhammad. Kedua, dari segi
pembuktian, menunjukkan kelemahan orang-orang yang menentang mukjizat Al- Qur'an.

METODE
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah dengan menggunakan penelitian
kepustakaan atau library reseach, yaitu kajian yang menggunakan literatur yang ada sebagai
bahan acuan selanjutnya dideskripsikan serta dibuat suatu kesimpulan. Dengan metode ini
segala sesuatu yang berkaitan dengan ‘Ijaz al-Quran dapat dapat memberikan gambaran yang
sejelas-jelasnya.

PEMBAHASAN
A. Mukjizat Al-Quran

Desi Lestari et al 13
Bentuk Tafsir dalam… .
Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

Setelah mendefinisikan apa itu Al-Qur'an dan I'jaz al-Qur'an, perlu didefinisikan apa
itu mukjizat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mukjizat diartikan sebagai: “Kejadian
ajaib yang sulit dijangkau oleh kemampuan akal manusia”. Definisi ini menurut Quraish
Shihab tidak sesuai dengan isi dalam Islam. Ulama Islam mendefinisikan mukjizat dengan:
“Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku sebagai
nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantang kepadanya yang ragu-ragu untuk melakukan
atau membawa hal serupa, tetapi mereka tidak mampu untuk melakukannya. melayani
tantangan Dari definisi ini ada empat elemen untuk sesuatu yang bisa dikatakan keajaiban.
1. Hal atau kejadian yang luar biasa.
2. Terjadi atau digambarkan oleh seseorang yang mengakui nabi.
3. Berisi tantangan bagi mereka yang meragukan kenabian.
4. Tantangan-tantangan ini tidak dapat atau gagal untuk dilayani.
Keajaiban dibagi menjadi dua bagian: dapat diperoleh melalui panca indera (hissiyah)
dan akal ('aqliyah). Sebagian besar mukjizat para nabi anak-anak Iksrail disaksikan oleh
umatnya melalui panca indera seperti Musa dengan tongkatnya (mampu mengalahkan dukun
Firaun dan membelah laut). Sedangkan mukjizat nabi Muhammad sebagai nabi terakhir
sebagian besar aspek 'aqliyah karena tingginya pengetahuan umatnya. Keajaiban itu berupa
Al-Qur'an yang berlaku sampai hari kiamat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa I'jaz al-Qur'an adalah ilmu yang
menempatkan Al-Qur'an sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW yang melemahkan orang-
orang yang menentangnya sehingga mereka dapat mengakuinya sebagai utusan Allah. Tuhan
sekaligus agama yang dianut adalah agama yang benar dan menguatkan iman umatnya.

B. Signifikansi ‘Ijaz Al-Qur’an


Setidaknya ada beberapa pertanyaan yang muncul dari sub-bab ini, diantaranya: “Apa
pentingnya I'jaz bagi Al-Qur'an, lalu bagaimana ketika Al- Qur'an turun tidak ada I'jaz.
Misalnya ketika Al-Qur'an mengatakan akan ada kemenangan dari Romawi dari Persia seperti
pada surah ar-Rum. Tapi pemenangnya adalah orang Persia, pasti Nabi Muhammad akan
disematkan sebagai pembohong, tukang sihir seperti yang telah dikatakan oleh al-Walid bin
al-Mughiroh dan Abu Jahal. Dan para pengikut akan terguncang dan meninggalkan Nabi

Desi Lestari et al 14
Bentuk Tafsir dalam… .
Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

Muhammad SAW, namun yang terjadi justru sebaliknya.Penulis pemaknaan I'jaz al-Qur'an
ditandai dengan keberadaan Al- Qur'an itu sendiri sebagai mukjizat nabi terakhir Muhammad
SAW.
Jika kita melihat kitab-kitab yang masih dekat dengan zaman kita berkenaan dengan
sisi keajaiban Al-Qur'an, secara umum ada beberapa yang bisa diungkap antara lain: Manna
'al-Qatthan, menguraikan tiga aspek pertama dari al- Aspek Lughawi, al-Ilmi dan al-Syar'i.
M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa hanya ada tiga aspek, pertama bahasa, Tanda Ilmiah
dan Dakwah Gaib di masa lalu atau di masa depan. Al- Qurthubi merinci menjadi sepuluh
jenis, al-Zarqani merinci empat belas jenis. Harap dicatat bahwa dalam hal mukjizat itu
terbatas hanya pada aspek-aspek yang disebutkan di atas. Quraish Shihab secara khusus
mengatakan bahwa tiga mukjizat yang ia gambarkan adalah sebagian dari mukjizat Al-Qur'an
dan ciri-cirinya sehingga ia menyimpulkan:
1. Susunan Kalimat/Uslub
Menurut Mustafa ar-Rafi'i, seorang tokoh sastra Arab, jika kita memperhatikan
komposisi Al-Qur'an, pasti kita akan memiliki beberapa pola dan ekspresi yang sesuai dengan
ketentuan penulisan dan penulisan, sesuai dengan fungsi huruf demi huruf dalam hal
kelancaran. dalam salam. Yang menarik adalah bahwa ada susunan yang sempurna di dalam
Al-Qur'an tetapi jika sebuah kata yang terdapat dalam susunan itu ditempatkan pada susunan
yang teratur
tidak enak untuk didengar dan diucapkan. Diantara kata-kata tersebut adalah an-
Nuzhur () jamak dari nadzir () nilai dhammah pada kata tersebut benar-benar sangat berat
karena pada konsonan berurutan adalah “nun” () dan dzal (), terutama bunyi (makhraj huruf)
yang kaku dan sulit untuk diucapkan, tetapi jika kata-kata itu diterapkan dalam Al-Qur'an
tidak demikian, seperti firman Allah dalam surah al-Qamar: ayat 1 sampai 55.
2. Al’Ijaz
Imam Zahrah dalam kitab al-Mu'jizatul Kubra al-Qur'an menjelaskan bahwa
pembagian kalimat dari segi ringkas dan luas dapat menjadi empat bentuk, sebagai berikut:
a. Bentuk al-I'jaz sedikit lafalnya, sedangkan isi yang dikandungnya banyak.
b. Bentuk taqsir (terlalu pendek), yaitu pengucapannya tidak cukup untuk mengungkapkan
makna yang dimaksudkan.

Desi Lestari et al 15
Bentuk Tafsir dalam… .
Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

c. Bentuk itnad (luas), yaitu jika maknanya besar dan diungkapkan dengan banyak lafal tetapi
tidak berlebihan.
d. Bentuk tathwail (panjang), yaitu jika pengucapannya terlalu banyak sehingga melebihi
artinya..
Menurut Ar-Rumany, bentuk ijaz dan itnabadalah yang termasuk balaghatu Al-Qur'an,
sedangkan dua bentuk lainnya termasuk kehinaan, tidak termasuk balaghatu Al-Qur'an.
3. Hukum yang sempurna
Di antara aspek keajaiban Al-Qur'an adalah adanya hukum ilahi yang sempurna yang
melebihi semua hukum buatan manusia. Al-Qur'an al-Karim menjelaskan pokok-pokok
keimanan, hukum agama, norma keutamaan, budi pekerti, hukum ekonomi, politik, sosial dan
sosial. Al-Qur'an mengatur kehidupan keluarga dan masyarakat dan Al-Qur'an yang
meletakkan dasar kemanusiaan yang mulia dan adil yang disebut-sebut oleh para pembaharu
abad ke-20. Seperti persamaan kebebasan dan keadilan yang mereka sebut demokrasi,
musyawarah dan sebagainya. Di antara contoh keunggulan hukum Al-Qur'an yang sarat
dengan kebijakan hukum yang bersifat humaniter adalah sebagai berikut:
a. Di Amerika dimunculkan hukum Khamar (Miras), namun tidak berhasil karena hukum
yang diterapkan tidak sesuai dengan cara bijak yang diterapkan Islam dalam melarang
khamar. Pada akhirnya, mereka mengizinkannya kembali, tetapi masih menganggap
khamar mengandung bahaya laten.
b. Beberapa negara Barat, khususnya Amerika, pernah membolehkan perceraian, setelah
mereka melarang perceraian karena bertentangan dengan ajaran gereja. Namun, mereka
melebih-lebihkan undang-undang perceraian sehingga undang- undang tersebut justru
menimbulkan masalah besar dan akhirnya mereka mengizinkannya.
c. Di masyarakat maju (Eropa) setiap hari terjadi peningkatan kejahatan padahal sanksi yang
diterapkan sudah jelas bagi pelaku kejahatan, baik sanksi berupa kurungan tahun maupun
hukuman mati (gantung). Namun demikian, masih kita jumpai beberapa kejahatan yang
membuat merinding, seperti penculikan, pembunuhan dan pencurian di siang bolong di
rumah- rumah, perampokan bank dan toko-toko besar, bahkan ada komplotan komplotan
yang mengancam keamanan nasional dan keselamatan penduduk. Itu adalah bukti nyata
kegagalan hukum dan peraturan yang dibuat oleh manusia, sedangkan Islam benar-

Desi Lestari et al 16
Bentuk Tafsir dalam… .
Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

benartelah membuktikan keamanan dan kedamaiannya dan menghilangkan kejahatan


langsung dari sumberny
4. Berita Tentang Ghaib
Pemberitaan tentang hal-hal ghaib dalam Al-Qur'an adalah dalil yang jelas bahwa Al-
Qur'an bukanlah buatan manusia, tetapi kata-kata Zat Yang Maha Mengetahui tentang hal-
hal yang ghaib. Salah satu contohnya adalah pemberitaan perang yang akan terjadi antara
Roma dan Persia dengan kemenangan berada di pihak Roma setelah mereka bersemangat
dalam pertempuran sebelumnya sebagaimana dinyatakan dalam surat Ar-Rum ayat 15. Dalam
ayat ini dijelaskan bahwa alasan turunnya ayat ini adalah pertempuran yang terjadi antara
Roma, agama Kristen dan negara Persia yaitu Wasaniyah, dimenangkan oleh Parsi. Orang-
orang musyrik itu senang dengan kekalahan Roma sambil berkata kepada kaum muslimin,
“Kamu mengira kamu ahli kitab padahal orang Nasrani ahli kitab, sekarang teman-teman kami
lebih unggul dari kamu. Kami juga lebih dari kamu”. Mendengar penuturan tersebut, umat
Islam menjadi sedih.
Saat itu datanglah ayat yang menggembirakan kaum muslimin, yaitu kemenangan
Roma atas negara Persia dalam waktu singkat, yaitu antara tiga sampai sembilan tahun.
Kemenangan Roma tidak pernah disangka-sangka karena perang sengit yang telah
menghancurkan tentara Romawi, bahkan mereka dikalahkan di tempat mereka sendiri. Selain
itu, negara Persia adalah bangsa yang kuat dan tangguh. Dan kemenangan terakhir ini
menambah kekuatan dan ketahanan negara Persia. Ketika ayat itu diturunkan, Abu Bakar
melawan seratus unta atas kemenangan sembilan tahun Roma dengan seorang musyrik
bernama Ubay bin Khalaf. Ketika sembilan tahun belum berakhir, terjadi pertempuran antara
Roma dan Persia, yang dimenangkan oleh Romawi. Dengan demikian, berita Al-Qur'an
terbukti. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 622 M yang bertepatan dengan tahun Hijriah.
Alhasil Abu Bakar memenangkan taruhan dan Nabi memerintahkannya untuk
mempersembahkan untanya.
5. Sejalan dengan Ilmu pengetahuan modrn
Di antara aspek keajaiban Al-Qur'an adalah adanya beberapa petunjuk rinci mengenai
beberapa pengetahuan umum yang telah ditemukan dalam Al- Qur'an sebelum ditemukan

Desi Lestari et al 17
Bentuk Tafsir dalam… .
Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

oleh Ilmu Pengetahuan Modern. Teori Al-Qur'an sama sekali tidak bertentangan dengan teori-
teori Ilmu Pengetahuan Modern.
Al-Qur'an bukanlah kitab ilmu pengetahuan, melainkan pedoman atau pedoman dan
kitab hukum dan pembetulan. Ayat-ayat tersebut tidak terlepas dari petunjuk rinci, kebenaran
samar tentang masalah alam, kedokteran dan geografi yang temuannya menunjukkan
keajaiban Al-Qur'an dan posisinya sebagai wahyu dari Tuhan. Al-Qur'an bukanlah ciptaan
Nabi Muhammad karena dia seorang Ummi, tidak bisa membaca dan menulis. Selain itu, ia
lahir di lingkungan yang jauh dari budaya dan tidak mendapatkan ilmu apapun dari sekolah,
karena bangsa dan keluarganya adalah umat Ummi. Selain itu, teori-
teori ilmiah yang diberikan oleh Al-Qur'an pada saat itu belum diketahui dan ilmu
pengetahuan modern belum menemukan rahasianya dan menemukan buktinya. Berikut ini
adalah di antara banyak tanda-tanda al-Qur'an yang sesuai dengan Ilmu Pengetahuan Modern
seperti bentuk bumi, bentuk botani lainnya yang diberikan Allah melalui al-Qur;an.

C. Memahami Keajaiban AlQur;an


Anggapan bahwa pembicara dengan tema “A new direction in Understanding the
keajaiban Al Qur’an” mencapai momentumnya pada tahun 1976, ketika Dr. Maurice Bucaille
(ahli bedah Perancis) memberikan kursus akademik di Perancis berjudul “Fisiologi dan data
embriologis diAl-Qur'an" dan setelah menerbitkan hasil penelitiannya berupa perbandingan
antara Al-Qur'an, Taurat, Injil dalam Sains dan buku fenomenalnya yang berjudul "Injil, Al-
Qur'an dan Ilmu Pengetahuan". Menariknya, sebagai orang Prancis dan non-Muslim, sebelum
melakukan penelitian tentang Al-Qur'an, ia belajar bahasa Arab. Untuk menekankan
objektivitas, ia mempelajari Al-Qur'an seolah-olah seorang dokter membuka file pasiennya.
Yang dia lakukan hanyalah menemukan kebenaran. Berdasarkan penelitiannya ia
menyimpulkan bahwa data ilmiah modern konsisten dengan pernyataan-pernyataan dalam Al-
Qur'an secara konsisten dalam banyak hal. Dengan itu dia menyatakan keislamannya.
Sebenarnya sebelum tahun 1975 telah ada konferensi yang menanggapi keajaiban
pengobatan dalam Al-Qur'an yang berisi ilmuwan non-Muslim. Dalam rekomendasi
konferensi ini disebutkan bahwa komisi ilmu (yang telah terbentuk) melakukan kajian
mendalam terhadap konsep- konsep al-Qur'an. Kemudian pada tahun 1987 diadakan

Desi Lestari et al 18
Bentuk Tafsir dalam… .
Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

Konferensi Internasional pertama tentang Keajaiban Ilmiah Al-Qur'an. Saat itu Jenderal
Dhiaul Haq berpidato dengan “Kami tidak membutuhkan konfirmasi bahwa Al-Qur'an
memiliki kekuatan dalam keajaiban ilmiahnya. Karena Al-Qur'an tetap dalam kondisi seperti
diturunkan empat belas abad yang lalu dan tetap keajaiban."
Bagi penutur Al-Qur'an merupakan mukjizat sekaligus pedoman bagi manusia untuk
hidup bahagia di dunia dan di akhir zaman. Karena dia adalah mukjizat dan hidayah dari Yang
Maha Mengetahui, dia dapat dibuktikan sesuai dengan temuan Iptek, jika dia menganggap Al-
Qur'an sebagai mukjizat, karena Al-Qur'an adalah mukjizat akhir zaman. dan nabi terbesar dan
terbesar Sampai hari kiamat, semua fenomena peradaban akan menguji posisi Al-Qur'an
sebagai keajaiban. Sekalipun tidak ada kesesuaian dengan Sains, itu karena Sains sendiri
dalam sejarah mengalami perubahan, sebagaimana para ilmuwan sebelumnya percaya bahwa
bumi adalah pusat sementara planet-planet lain mengelilingi bumi yang disebut teori
egosentris. Sekarang teori yang agak dominan adalah teori Helosentris.

KESIMPULAN
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa kajian tentang ‘Ijaz al-Quram merupakan
kajian yang memperlihatkan keistimewaan al-Quran dari berbagai sudut pandang, mulai dari
bahasa yang digunakan dalam al-Qur’an tersebut, perihal hukum yang harus diketahui dan
dilaksanakan, serta memberikan penjelasan tentang ketentuan -ketentuan yang tidak dapat
dilhat secara kasat mata oleh manusia. Informasi yang diturunkan Allah swt merupakan
informassi yang hakiki, dalam arti apapun kondisi, bagaimanapun berubahnya zaman maka
penjelasan ini tetap akan sesuai dengan masa dan kondisi tersebut

Daftar Pustaka
Al-Banna, Gamal, (2004) Tafsir al-Qur'an al-Karim Baina al-Qudama wa al- Muhadditsin,
(Evolusi Tafsir: Dari Jaman Klaik hingga Jaman Modern), terj. Noviantoni Kahar, Cet
1. Jakarta:Qisthi Press.
Bucaille, Maurice, (2005) Jelajah alam bersama Al-Qur'an, terj. Sujiati, Cet 1 Solo: Pustaka
Arafah.

Desi Lestari et al 19
Bentuk Tafsir dalam… .
Print ISSN: 2621-5438 Online ISSN: 2656-6877 I Volume 5 Nomor 1 Juni 2022

Bucaille, Maurice, (1995) Renungan tentang Agama dan Sains dalam Hubungan Antisipasi
Ilmiah dari al-Qur'an, dalam, Mukjizat al-Qur'an dan As-Sunnah tentang IPTEK”, Ed:
Iwan Kusuma Hamdan, Cet 1. Jakarta: Gema Insani Press.
Djalal, Abdul, (2000) Ulumul Qur'an, Cet 2. Surabaya; Dunia Ilmu. Hamdan,
Iwan Kusuma (Red), (1995)Mukjizat al-Qur'an dan As-Sunnah tentang IPTEK, Cet 1.
Jakarta:Gema Insani Press.
Al Jarjani, Ali bin Muhammad, Kitab al-Ta'rifat. Jakarta: Dr al-Hikmah, tth.
Naik, Dr. Zakir, (2005) Jelajah alam bersama al-Qur'an, terj. Sujiati, Cet 1.Solo: Pustaka
Arafah.
Al-Qatthan, Manna', (1997) Mabahits Fi Ulum al-Qur'an, Set 10, Kairo: Maktabah Wahbah,
1997/1417.
Al-Shabuni, Muhammad Ali, (1999) al-Tibyan Fi Ulum al-Qur'an, terj. H.Aminuddin, Cet 1.
Bandung: Pustaka Setia

Desi Lestari et al 20
Bentuk Tafsir dalam… .

Anda mungkin juga menyukai