Anda di halaman 1dari 4

Jurnal Teknologi Pertanian Maju Vol. 5, No.

3, September 2018

Aklimatisasi Plantlet Krisan setelah


Iradiasi Sinar Gamma
Ari Wijayani, Bambang Supriyanta, dan Rina Srilestari
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, UPN “Veteran” Yogyakarta, Indonesia
Email: ariewijayani@yahoo.com

Abstrak—Salah satu tahapan penting tanaman diperbanyak dengan perbandingan 1:1. Hal ini dikarenakan media dapat menjadi
dengan kultur jaringan sebelum dipindahkan ke lapangan gembur dengan aerasi dan drainase yang baik. Pasir terdiri dari
adalah aklimatisasi. Tanaman kecil harus beradaptasi partikel-partikel yang tidak bersifat perekat dan tidak bersifat plastis,
dengan lingkungan luar di ruang aklimatisasi. Penelitian ini
sehingga dapat menciptakan banyak ruang berpori makro yang
bertujuan untuk mengetahui komposisi media tanam
memungkinkan air meresap dengan cepat. Sedangkan penambahan
dengan konsentrasi auksin terbaik untuk pertumbuhan
kompos ke dalam media pasir yang kekurangan unsur hara akan
tanaman krisan di ruang aklimatisasi. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2017 di Desa memberikan hasil yang baik, artinya dapat meningkatkan bahan
Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, organik dan menciptakan kondisi tanah yang gembur dan subur. [5]-
Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini merupakan [7]
eksperimen lapangan dengan Rancangan Acak Lengkap Kegagalan dalam aklimatisasi sering terjadi karena pertumbuhan
faktorial dan diulang sebanyak lima kali. Media tanam yang akar tanaman yang kurang baik. Plantlet krisan yang diperbanyak
diuji adalah kompos hama (pupuk kascing), pupuk kandang dengan kultur jaringan untuk diaklimatisasi akan dipotong akarnya.
dan kompos. Sedangkan konsentrasi auksin yang diuji
Untuk menumbuhkannya diperlukan zat pengatur tumbuh jenis
adalah 1,2 dan 3 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
auksin [8]-[10]. Auksin merupakan senyawa organik yang juga
media tanam kompos berbahan daun bambu dapat
mengatur dan mengkoordinasikan proses pertumbuhan dan
meningkatkan jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah akar
dan bobot segar tanaman. Sedangkan konsentrasi auksin 2 perkembangan tanaman.
ppm mampu meningkatkan tinggi tanaman, jumlah akar,
panjang akar, dan bobot segar tanaman. II. sayaETODOLOGI

Penelitian ini dilakukan di Desa Pangerang, Kecamatan


Ketentuan Indeks—aklimatisasi, krisan, media Hargobinangun, Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta.
tanam, auksin, kompos Metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap faktorial dengan dua faktor. Faktor
pertama adalah jenis media aklimatisasi (pupuk kandang,
sayaPENDAHULUAN kompos dan kompos kutu (kascing)), sedangkan faktor
kedua adalah zat pengatur tumbuh jenis auksin (1,2 dan 3
Keberhasilan tanaman diperbanyak secara kultur di
ppm). Penelitian diawali dengan pembuatan media
lapangan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
aklimatisasi berupa campuran tanah kebun yang
lamanya masa aklimatisasi, lingkungan tumbuh dan
ditambahkan amelioran sesuai dengan perlakuan. Benih
media tanam yang digunakan. Lamanya waktu (periode)
hasil kultur jaringan dipetik dan dibersihkan dari sisa
aklimatisasi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
gelatin. Selanjutnya benih ditanam pada media
tanaman. Semakin lama masa aklimatisasi, semakin
aklimatisasi. Tanaman kecil dipelihara di ruang
tinggi biaya produksinya. Sebaliknya, semakin pendek
aklimatisasi di Hargobinangun, Pakem, Sleman. Zat
masa aklimatisasi, semakin lemah kondisi tanaman
pengatur tumbuh jenis auksin disemprotkan lima hari
selama persemaian. [1], [2]
setelah benih ditanam.
Dalam aklimatisasi diperlukan media tanam yang tepat. Media
tanam yang gembur dengan aerasi yang baik dan unsur hara
yang cukup akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan
akar tanaman [2]-[3]. Dalam teknik aklimatisasi, ada berbagai
media tanam yang digunakan antara lain tanah, pasir, kompos,
arang, sekam, akar pakis, kompos kutu (pupuk kascing) dan
AKU AKU AKU. RHASIL DAN DPEMBAHASAN
pupuk kandang. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
pertumbuhan tanaman pada tahap aklimatisasi tergantung pada A. Uji Pertumbuhan Tanaman
varietas tanaman. Berdasarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa media tanam
[4], komposisi media yang baik dan sering digunakan berbahan kompos merupakan media aklimatisasi yang paling
dalam aklimatisasi terdiri dari pasir dan kompos baik. Kompos meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroba
dalam penguraian bahan organik di dalam tanah. Selain itu,
Naskah diterima 12 Oktober 2017; direvisi 10 April 2018. kompos juga meningkatkan penyerapan dan Kation

©2018 Jurnal Teknologi Pertanian Maju doi: 257


10.18178/joaat.5.3.257-260
Jurnal Teknologi Pertanian Maju Vol. 5, No. 3, September 2018

Kapasitas Tukar (KTK), maka unsur-unsur yang dibutuhkan akar untuk tumbuh dan mengumpulkan air dan udara untuk
tersedia untuk pertumbuhan tanaman [6], [12]. Pada tanaman pertumbuhan tanaman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sun
yang dibudidayakan pada media kompos, jumlah daun dapat dkk. [17], komposisi yang baik untuk media tanam bibit krisan adalah
mencapai 16,13 dan tinggi tanaman dapat mencapai 18,97 . kompos. Hal ini dikarenakan keunggulannya dalam menyediakan
cm. Berbeda nyata dengan media pupuk kandang, tanaman unsur hara mikro bagi tanaman, menyuburkan tanah, memperbaiki
yang dibudidayakan hanya memiliki 8,97 daun dan tinggi 12,45 struktur dan tekstur tanah, meningkatkan porositas, aerasi dan
cm. Hal ini diduga karena kompos memiliki kandungan N 1,7 komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat air tanah,
persen, sedangkan pupuk kandang hanya memiliki kandungan N mendorong pertumbuhan akar tanaman, menahan air untuk waktu
0,50 persen. Akibatnya, kompos lebih baik daripada pupuk yang lama. jangka waktu yang lama, mencegah lapisan tanah yang
kandang dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman. [13], [14] kering dan mencegah berbagai penyakit akar [4], [7]. Menurut
menunjukkan bahwa peran utama N bagi tanaman adalah untuk Nishiharadkk. [16], kompos biasanya mengandung senyawa natrium
menginduksi pertumbuhan secara keseluruhan, terutama untuk klorida dalam jumlah yang berlebihan, sehingga penggunaan dalam
batang, cabang dan daunnya. Ketika media tumbuh tidak perbandingan yang besar akan menyebabkan beberapa kerusakan
mencukupi N, pertumbuhan daun akan terhambat. Keuntungan pada tanaman. Bahan organik menghasilkan Monohidroksistearat dan
lain dari media kompos adalah kemampuannya untuk menahan/
menyimpan air dan oksigen. Dengan karakteristik tersebut, asam dihidroksistearat, yaitu senyawa natrium klorida
kompos dari daun bambu menjadi media terbaik untuk yang berbahaya bagi tanaman [17].
pertumbuhan tanaman di ruang aklimatisasi. Salah satu Berdasarkan hasil pengamatan, pertumbuhan benih
kelemahan kompos yang terbuat dari daun bambu adalah krisan dengan penambahan zat pengatur tumbuh jenis NAA
potensinya untuk menarik rayap. Oleh karena itu, penggunaan (Naflatena Acetic Acid) signifikan. Hampir semua parameter
insektisida sangat dianjurkan untuk media kompos yang terbuat pertumbuhan akar tanaman menunjukkan konsentrasi NAA
dari daun bambu, dan harus disterilkan terlebih dahulu sebelum terbaik yaitu 2 ppm. Hal ini juga menunjukkan jumlah akar
digunakan untuk media tanam tanaman. tanaman yang lebih tinggi (28,05) dan akar yang lebih
[15], [16]. Namun demikian, hasil akhir bobot kering tanaman panjang (24,12) dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dalam penelitian ini, akar tanaman langsung terbentuk di
pangkal tanaman. Mula-mula akarnya berwarna putih
TABEL I. TDIA SEBUAHSEDANG GROWTH OF CHRYSANTHEMUM PLANT IN kekuning-kuningan, dan setelah mengalami beberapa
ITU SEBUAHKLIMATISASI ROM (CM)
perkembangan berubah menjadi hijau.
Tinggi Segar Kering Pada Tabel I terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi
Jumlah Nomor Panjang
dari delapan dari delapan dari NAA yang diberikan maka semakin besar jumlah dan
Pengobatan dari dari Akar
Daun-daun
Menanam
Akar (cm)
Menanam Menanam panjang akar yang terbentuk. Hasil ini sesuai dengan
(cm) (g) (g) saran yang diajukan oleh Dongdkk.
hama 9.85 [8], bahwa auksin mempengaruhi pembentukan dan
b 15.25 23.12 11.56 17.83 3.34 pemanjangan akar tanaman. NAA ditambahkan hingga
Kompos ab b b ab
8.97
Sebuah

12.45 14.55 14,75 15.38 3.05


mencapai konsentrasi 3 ppm. Peningkatan konsentrasi
b zat pengatur tumbuh yang diberikan kepada tanaman
b c b
Pupuk
Sebuah Sebuah
16.13
18.87 32.87 16.45 25.05 4.56 tidak serta merta meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Kompos
Pada konsentrasi NAA 3 ppm ternyata tinggi dan panjang
Sebuah
Sebuah Sebuah Sebuah Sebuah Sebuah

tanaman mengalami penurunan. Dapat dikatakan bahwa


NAA 11.05 12.62 4.56 6.50 18.95 3.67 pada suatu titik tertentu, peningkatan konsentrasi auksin
1 ppm c b c b
justru akan menurunkan pertumbuhan tanaman.
Sebuah Sebuah

NAA Penambahan NAA dalam konsentrasi yang relatif tinggi


12.15 24.33 28.05 24.12 25.85 5.08
2 ppm Sebuah Sebuah Sebuah AA Sebuah
diduga telah mengubahnya menjadi racun dan
menyebabkan pertumbuhan terhambat. [8], [12]
NAA 12.19 16.24 26.62 19,58 21,22 4.33 mengatakan bahwa keberadaan auksin mungkin
3 ppm Sebuah b Sebuah b ab Sebuah
memiliki sifat antagonis terhadap aktivitas zat pengatur
Keterangan: rata-rata perlakuan diikuti huruf yang sama tumbuh lain seperti sitokin. Adanya sitokin dari luar
menunjukkan perbedaan tidak nyata pada uji DMRT dengan taraf dapat mengakibatkan penguraian sitokin endogen,
nyata 5 persen.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa akar tanaman tumbuh B. Uji Kualitas Warna
lebih baik pada media kompos. Hal ini dikarenakan media kompos Berdasarkan hasil analisis deskriptif warna daun
lebih banyak mengandung P yang merangsang pembentukan akar menggunakan diagram warna Munsell untuk jaringan Tumbuhan
tanaman. Kompos mengandung 0,36 persen P, sedangkan Kotoran 7,5 GY (Gbr. 1), terlihat jelas perbedaan tampilan fisik
Sapi hanya mengandung 0,20 persen P. Ganggadkk. [6] mengatakan tanaman. Sebagian besar daun yang diradiasi
bahwa kompos mampu membuat media berpori, sehingga akar menggunakan sinar gamma berwarna hijau (nilai 5 dan
tanaman dapat tumbuh lebih baik dan fleksibel menyerap air dan kroma 6-8) atau hijau tua (nilai 4 dan kroma 6).
mencari udara di dalam media. Kekurangan bahan organik pada
media tanam akan mengakibatkan jumlah pori tanah sedikit, yang Pada Gambar 1 terlihat bahwa warna daun dengan
akibatnya akan menyulitkan tanaman pertumbuhan tertinggi adalah 5/6 dan 5/8 – 7,5 GY (hijau),

©2018 Jurnal Teknologi Pertanian Maju 258


Jurnal Teknologi Pertanian Maju Vol. 5, No. 3, September 2018

sebesar 80 persen dan terjadi pada hampir semua periode waktu. Enam bulan pengujian tidak cukup. Hal ini
kombinasi perlakuan. Sedangkan 4/6-7,5 GY (hijau tua) dikarenakan perubahan kenampakan setelah penyimpangan
sebesar 10 persen. Hijau kekuningan (7/6 dan 7/8 – 7,5 akan terus berlangsung, sehingga akan terus menerus
GY) terjadi pada tanaman yang tidak terpancar. menghasilkan berbagai bentuk setelah dikalikan dengan
perbanyakan vegetatif, dan warna yang menyimpang tersebut
rentan untuk kembali ke warna aslinya [7], [16], [ 17].

IV. CKESIMPULAN

Media tanam kompos berbahan daun bambu


merupakan media tanam terbaik untuk aklimatisasi
tanaman krisan. Kompos berpengaruh nyata terhadap
parameter jumlah daun, tinggi tanaman, jumlah akar,
panjang akar dan bobot segar tanaman. Sedangkan
penambahan zat pengatur tumbuh (NAA) tipe Auksin
cocok untuk meningkatkan pertumbuhan akar tanaman.
Konsentrasi NAA 2 ppm akan meningkatkan tinggi
tanaman, jumlah dan panjang akar krisan.

SEBUAHPENGETAHUAN
Gambar 1. Warna Daun Krisan (tanda ungu: terpancar dengan
sinar gamma; tanda merah: tidak terpancar))
Ucapan Terima Kasih diserahkan untuk Ditlitabmas
Kemenristekdikti yang telah mendanai penelitian ini melalui
Warna hijau erat kaitannya dengan jumlah klorofil yang
Perguruan Tinggi Penelitian Komoditas (PUPT) 2017. Juga
terkandung dalam daun tanaman. Semakin hijau daun,
kepada LPPM UPN “Veteran” Yogyakarta yang telah
semakin tinggi jumlah klorofilnya. Tanaman krisan di ruang
memfasilitasi kegiatan penelitian ini dapat diselesaikan.
aklimatisasi masih membutuhkan naungan. Jumlah klorofil
yang terkandung lebih tinggi, terutama klorofil b (sejenis
REFERENSI
klorofil hijau yang merupakan pigmen pada membran
tilakoid), terutama karena setiap kloroplas memiliki grana [1] A. Wijayani dan Muafi, “Regenerasi kalus krisan secara in vitro
setelah iradiasi sinar gamma untuk ketahanan terhadap dataran
lebih banyak dibandingkan dengan daun tanaman yang sedang,” Jurnal Informasi, jilid 19, tidak. 6A, hlm. 1813-1818, Juni
terkena sinar matahari langsung. [17]. Jika daun banyak 2016.
mengandung klorofil, warna daun akan lebih gelap. Tapi jika [2] KM Yang, WM Fang, FD Chen, dan SM Chen, “Proses rooting
stek dan perubahan kadar karbohidrat, nitrogen dan
mengandung sedikit klorofil, warnanya akan lebih terang.
hormon endogen selama rooting dua kultivar krisan,” Jurnal
Nitrogen yang ada pada media tanam merupakan unsur Universitas Pertanian Nanjing, jilid 33, tidak. 1, hlm. 19-24,
utama yang meningkatkan produksi tanaman. Tanaman 2010.
dengan unsur nitrogen yang lebih sedikit dapat terganggu [3] BDI Yogyakarta, Rencana Strategis Daerah (Renstrada) Provinsi DIY Tahun
2004-2008. Peraturan Daerah Provinsi DIY Nomor 6 Tahun 2003,
produksi proteinnya dan terhambat pertumbuhannya
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
sehingga menyebabkan klorosis atau kekurangan klorofil, Provinsi Yogyakarta, 2003, hlm. 71.
yang akan menentukan laju fotosintesis dan akhirnya [4] A. Wijayani and E. Amiaji, “Perbaikan teknik budidaya krisan pasca
erupsi Merapi di Hargobinangun, Pakem, Sleman untuk
menurunkan produksi tanaman. Adanya magnesium (Mg)
meningkatkan kualitas bunga,” Jurnal Hasil Penelitian
dalam kompos akan sangat mendukung terbentuknya warna Kabupaten Sleman, jilid 1, tidak. 1, hlm. 25-40, Desember 2014.
hijau. Tanaman menyerap unsur hara Mg dalam bentuk ion [5] J. Zhang, S. Chen, R. Liu, J. Jiang, F. Chen, dan W. Fang,
Mg++, unsur penting bagi tanaman sebagai penyusun “Produktivitas pemotongan krisan dan kemampuan perakaran
ditingkatkan dengan okulasi,” Jurnal Kata Ilmiah, jilid 2013, hlm.
klorofil, yang sangat dibutuhkan untuk memperlancar proses
1-7, 2013.
fotosintesis [5], [6] [6] M. Ganga, V. Jegadeeswari, K. Padamadevi, dan M. Jawaharlal,
“Respons of chrysanthemum cv Co.1 to the application of
micronutrients,” J.Orn Hoert., jilid 11, tidak. 3, hlm. 220-223, 2008.
Warna hijau tua pada tanaman krisan yang terpancar
[7] PS Sirohi dan TK Behera, “Variabilitas genetik pada krisan,”
menunjukkan adanya perubahan warna daun yang Jurnal Hortikultura Hias (Seri Baru), jilid 3, hlm. 134-136,
menyimpang dari warna normal. Mutasi ini terkait erat 2000.
dengan dosis sinar gamma yang diterapkan [8] HH Dong, YH Niu, WJ Li, dan DM Zang, “Pengaruh batang bawah kapas
pada sitokinin endogen dan asam absisat dalam getah xilem dan
[11]. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Wijayani dan Amiaji
daun dalam kaitannya dengan penuaan daun,” jurnal Botani
[9] pada penggunaan kolkisin, terjadi perubahan warna Eksperimental, jilid 59, tidak. 6, hlm. 1295-1304, 2008.
menjadi hijau kekuningan, yang diduga disebabkan oleh [9] A. Wijayani dan R. Srilestari, “Keragaman genetik planlet
pemberian konsentrasi kolkisin yang terlalu sedikit. Menurut krisan tahan medium polos hasil iradiasi sinar gamma,”
Jurnal Internasional Biosains, Biokimia dan Bioinformatika,
Chandler dan Brugliera [12], colchicine akan efektif pada jilid 6, tidak. 4, hlm. 139-144, Oktober 2016.
konsentrasi 0,1 - 0,8 persen, dengan waktu perendaman [10] JATD Silva, “Krisan hias: Peningkatan oleh bioteknologi,”
24-96 jam. Mutasi pada warna daun masih memerlukan Jurnal Sel Tumbuhan, Kultur Jaringan dan Organ,
hal.91-18, 2004.
pengujian lebih lanjut untuk waktu yang lebih lama

©2018 Jurnal Teknologi Pertanian Maju 259


Jurnal Teknologi Pertanian Maju Vol. 5, No. 3, September 2018

[11] AK Dwivedi, BK Banerji, D. Chakrabarty, AKA Mandal, dan SK Datta, “Sinar buku yang diterbitkan, termasuk "Membesarkan Krisan" dan
gamma menginduksi chimera warna bunga baru dan pengelolaannya "Budaya Jaringan Tumbuhan". Penulis aktif dalam asosiasi
melalui kultur jaringan,” Ind.J.Agric. ilmu pengetahuan., profesi, sebagai sekretaris jenderal Asosiasi Agronomi Indonesia
jilid 70, hlm. 853-855, 2000. (fermentor) Komda DIY, anggota Persatuan Anggrek Indonesia
[12] SF Chandler dan F. Brugliera, “Modifikasi genetik dalam (PAI), Ketua Pusat Pengkajian Tanaman Hias UPN Yogyakarta
florikultura,” Bioteknol Lett., jilid 33, hlm. 207-214, 2011. serta sebagai Ketua Sentra HKI "WIMAYARISTEK"
[13] SN Mortazavi, HR Angourani, dan M. Khodadad, “Pengaruh sukrosa UPN Yogyakarta.
dan kalsium klorida terhadap kualitas dan umur panjang bunga
potong mawar cv. Varian,”Bibit Tanaman Prod. J.,jilid 26, tidak. 3, hal.
359-363, 2010.
Bambang Supriyanta adalah Dosen
[14] J. Ashraf, W. Malik, MZ Iqbal, AA Khan, A. Qayyum, E.
Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian UPN
Noor, MA Abid, HMN Cheema, dan MQ Ahmad, “Analisis
“Veteran” Yogyakarta sejak
komparatif keragaman genetik antar genotipe kapas bt
1996. Penulis sebagai pemulia tanaman yang
menggunakan penanda EST-SSR, ISSR dan morfologi,” J
telah menyelesaikan program sarjana,
Ag. Sci. teknologi.,jilid 18, hlm. 517-531, 2016.
pascasarjana, dan doktoral di Fakultas Pertanian
[15] A. Wijayani, Muafi, E. Wahyurini, dan R. Srilestari, “Regenerasi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penulis
kalus krisan setelah disinari sinar gamma untuk ketahanan
aktif sebagai peneliti di bidang pemuliaan
medium polos,” teknologi jurnal, jilid 1, hal.61-67,
tanaman padi baik secara konvensional maupun
2015.
pemuliaan berdasarkan penanda molekuler. Itu
[16] M. Nishihara dan T. Nakatsuka, “Rekayasa genetika pigmen flavonoid
penulis aktif dalam asosiasi profesi, sebagai Ketua Asosiasi Pemuliaan
untuk memodifikasi warna bunga pada tanaman florikultura,”
Tanaman Indonesia Komda DIY-Jateng.
Bioetchnol Lett., jilid 33, hlm. 433-441, 2011.
[17] W. Sun, CH Li, LS Wang, dan SL Dai, “Analisis Antosianin dan
Flavon pada Bunga Krisan Warna Berbeda,” Buletin Dagu
Bot., jilid 45, hlm. 327-336, 2010. Rina Srilestari adalah Dosen Jurusan Agronomi
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta
sejak tahun 1994. Penulis mengajar Kultur
Ari Wijayani adalah Dosen Jurusan Agronomi Jaringan Tumbuhan, Fisiologi Tumbuhan dan
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta Tanaman Hortikultura. Penulis mendapatkan
sejak tahun 1989. Penulis melakukan hibah dari Kemenristekdikti (Universitas Strategis
penelitian yang luas terkait dengan tanaman Nasional dan Unggulan). Penulis aktif sebagai
hias. Penulis banyak mendapatkan hibah peneliti di “Plant Tissue Culture”. Penulis aktif
antara lain dari BPPT-Ristek; dalam asosiasi profesi adalah anggota Asosiasi
Kemenristekdikti (hibah kompetitif riset, Agronomi
Strategis Nasional dan Unggulan) Indonesia (PERAGI) Komda DIY.
Universitas); dan LPDP-RISPRO Kemenkeu.
Penulis 14 tanaman terlaris nasional

©2018 Jurnal Teknologi Pertanian Maju 260

Anda mungkin juga menyukai