- Wuchereria bancrofti
Ukuran mikrofilaria 290 x 6 mikron, tubuhnya berselubung dan nuclei tersebar
merata. Terdapat chepalic space dengan rasio 1 : 1 . ketika dewasa cacing betina
lebih besar disbanding yang jantan. Morfologinya seperti rambut yang trandparan,
terdapat spikulae pada cacing jantan yang fungsinya sebagai alat untuk membuka
pori kelamin betina untuk jalur masuk sperma.
- Brugia malayi
Mikrofilaria nya berukuran 230 x 6 mikron, lengkungan nya lebih jelas, nuclei
tersebar merata di seluruh tubuhm cephalic space rasio 2 : 1, tubuhnya
berselubung dan jika dilakukan pengecatan giemsa akan berwarna pink/ungu. Pada
cacing dewasa strukturnya hampir sama dengan W. Bancrofti. Ukuran cacing betina
> jantan.
- Brugia timori
Mikrofilaria nya berukuran 230 x 6 mikron, lengkungan nya lebih jelas, nuclei
tersebar merata di seluruh tubuhm cephalic space rasio 3 : 1, tubuhnya
berselubung dan jika dilakukan pengecatan giemsa akan berwarna pink/ungu. Pada
cacing dewasa strukturnya hampir sama dengan W. Bancrofti. Ukuran cacing betina
> jantan.
2) Nematoda usus
SOIL TRANSMITTED
HELMINTHES
- Ascaris Lumbricoides
- Thrichuris trichiura
Berbentuk cambuk dengan 2/5 bagian posterior tubuhnya tebal dan 3/5
bagian anterior lebih kecil. Cacing jantan memiliki ukuran lebih pendek (3-4 cm)
daripada betina dengan ujung posterior yang melengkung ke ventral. Cacing
betina memiliki ukuran 4-5 cm dengan ujung posterior yang membulat. Memiliki
bentuk oesophagus yang khas disebut dengan “Schistosoma oesophagus”. Telur
berukuran 30–54 x 23 mikron dengan bentukan yang khas lonjong seperti tong
(barrel shape) dengan dua mucoid plug pada kedua ujung yang berwarna
transparan
- Trichinella spiralis
- Trematoda
Bentuk tubuh cacing Trematoda pipih mirip daun yang tidak bersegmen
Ukuran Panjang tubuh cacing berkisar antara 1 mm dan beberapa sentimeter.
Trematoda dewasa mempunyai alat isap mulut (oral sucker) yangterdapat di
bagian kepala, sedangkan di daerah perut terdapat alat isap ventral ( ventral
sucker atau acetabulum). Alat reproduksi
Trematoda pada umumnya bersifat hermafrodit
(berkelaminganda),kecualiSchistosomayangbersifatuniseksual (unisexual) yaitu
memiliki alat kelamin yang terpisah atas jantan dan betina
Cacing-cacing Trematoda tidak memiliki rongga tubuh (body cavity)
alat pencernaan yang sudah dimiliki oleh Trematoda masih belum sempurna
karena tidak mempunyai anus.
Ciri khas lain dari cacing Trematoda
Adanya sistem ekskresi (flame cell), yang untuk tiap-tiap spesies khas bentuknya.
Sistem reproduksi pada trematoda telah sempurna pertumbuhannya.
Semua cacing trematoda bertelur (oviparus) dengan telur yang umumnya
mempunyai operkulum (penutup) kecuali lelur schistosoma.
Telur cacing hanya dapat berkembang menjadi larva jika berada di dalam air.
b. Hepatosplenomegali
Spesies utama penyebab penyakit hepatobilier adalah S. mansoni dan S.
japonicum. Hepatosplenic schistosomiasis (HSS) disebabkan peradangan dan fibrosis di
daerah portal presinusoidal hati. HSS parah kemungkinan karena kegagalan proses
imunomodulasi. Bisa ditebak, pasien yang terkena dampak parah menunjukkan profil
sitokin tipe Th-1 dengan sedikit jika ada IL-10 yang terdeteksi. Sebaliknya, bentuk
schistosomiasis usus ringan dikaitkan dengan profil sitokin Th-2.
Gejala HSS meliputi hepatomegali, fibrosis hati, hipertensi portal, dan, dengan
infeksi kronis, aliran darah kolateral portosistemik. Saat infeksi berlanjut, splenomegali,
varises esofagogastrik, dan wasir akan berkembang. Pendarahan dari varises esofagus
menyebabkan hematemesis (muntah darah) dan melena. Ciri khas dari HSS adalah
pemeliharaan perfusi hati dengan peningkatan aliran arteri hepatik, memungkinkan
pelestarian fungsi hepatosit tanpa adanya koinfeksi virus hepatotropik. Baik telur
maupun bentuk dewasa S. mansoni tidak menyebabkan kerusakan pada hepatosit.
(Shaker, Samy, and Ashour 2014)
4. bagaimana respon imun innate tubuh ketika terinfeksi oleh parasite cacing
Berbeda dengan siklus hidup cacing yang berbeda pada setiap filumnya, tetapi respon
imun yang timbul akibat cacing infeksius.
Komponen utama dari sistem imun innate / non spesifik ini zat kimia antimikroba yang
diproduksi di epitel, sistem komplemen, makrofag, dan NK cell.
Setelah parasite cacing masuk ke tubuh, dengan antigennya akan berikatan dengan
reseptor manusia yang akan dikenali oleh epitel usus. Kemudian jika mampu menembus
epitel, maka akan mengaktivasi pembentukan sel dendritik untuk mengawali respon imun.
DC akan mengekspresikan beberapa reseptor untuk mengenali pathogen secara spesifik.
akan berikatan dengan makrofag berperan sebagai sel penghancur utama dengan
memfagositnya. Perlekatan ini dibantu oleh C3b (komplemen yang memudahkan fagosit
mengangkap parasite. Jika makrofag gagal dalam memfagosit parasite, parasite cacing ini
akan dibawa oleh APC sel ke sistem limfatik sebagai antigen. Dan APC ini yang akan
memproduksi sitokin proinflamasi.
Karena parasit berhasil menembus epitel ini mengancam pertahanan berier yang
menyebabkan kerusakan pertahanan barrier fisik dan kimia yang mena menyebabkan
histamine dan mediator lainnya memicu reaksi inflamasi dengan leukosit yang bergerak ke
lokasi cedera serta terjadi peningkatan permeabilitas dinding vaskuler. Pada infeksi cacing
terjadi peningkatan sel mast dan eosinofil.
Eosinofil ini normalnya asa 2-5% dari jumlah leukosit tetapi akan bertambah banyak jika
terjadi infeksi parasite cacing. Eosinophil merupakan fagosit untuk menyingkirkan antigen,
terlebih yang telah dilapisi oleh IgE yang dibentuk oleh limfosit B. Eosinofil dapat
memusnahkan parasite cacing yang lemah dan hampir mati. Differensiasi eosinophil
dirangsang oleh IL-5 (diproduksi oleh sel T). Eosinophil bergerak ke tempat infeksi dibantu
oleh mastosit dan basofit (mediator yang di produksi sel T). eosinofil yang telah aktif ini
dapat menghasilkan MBP (Major basic protein) dan protein bermuatan + untuk merusak
membrane sel parasif yang tidak dapat difagosit makrofag.
Sel mast biasanya terdapat pada epitel mukosa. Pada permukaannya terdapat reseptor
terhadap igE, igG, C3a dan C5a sebagai sensor terhadap perubahan temperature, O2 dan
keberadaan pathogen. Perubahan itu membuat sel mast mengalami degranulasi. Granula
(histamine, serotonin, bradykinin dll) pada sel mast keluar dan menyebabkan reaksi
anafilatik (reaksi imun berlebih). Sel mast mukosa memerlukan mediator dari sel T (IL-4, IL-5,
IL-9 dan IL-10). Granula pada sel mast difungsikan sebagai upaya untuk eradikasi
(pemusnahan) parasit cacing dari tubuh pejamu dan membatasi penyebaran sekresi telur
dan menyebabkan sedikit atau tidak ada peradangan.
(Abbas 2011)
https://www.cdc.gov/dpdx/az.html
Non Farmakologi :
Kebersihan pribadi yang baik dianjurkan serta mencuci tangan, membersihkan buah-buahan,
sayuran, membedakan buang air besar, dan menghindari konsumsi tanah. Berjalan tanpa
alas kaki di luar ruangan umumnya tidak dianjurkan. Pendidikan kesehatan masyarakat
tentang kebersihan yang layak dengan sanitasi yang lebih baik dapat mengurangi risiko
infeksi. Wisatawan harus menghindari kontak dengan air tawar di daerah endemik; banyak
infeksi yang diam dan mungkin tetap tanpa gejala; itu sebabnya orang harus diskrining
dengan uji serologi schistosomiasis bagi mereka yang kembali dari daerah endemik.
Pasien dengan serologi positif harus diskrining dengan pemeriksaan urin dan feses untuk
identifikasi spesies. Untuk taeniasis, pembuangan kotoran manusia dan babi secara saniter
harus dilakukan dengan cara yang benar untuk menghindari pencemaran air. Pembersihan
menyeluruh, pencucian, dan pemasakan yang tepat dari sayuran mentah dan air, serta
pemasakan daging sapi, babi, dan ikan yang tepat, sangat dihargai untuk mencegah infeksi
cacing usus. Dengan langkah-langkah yang disebutkan di atas, pasien harus dididik dengan
pengaturan hewan peliharaan, anjing, dan menghindari anjing yang tidak diatur untuk
pencegahan echinococcosis.
Sumber : Soedarto, Prof. Dr. 2010. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran . Sagung Seto
DAFTAR PUSTAKA