Anda di halaman 1dari 6

NAMA : AMANDA OCTAVIERA PUTRI

NIM : 2240020089

PRODI :D4 ANALIS KESEHATAN/B

Nematoda jaringan

I. Tujuan : untuk mengetahui morfologi dari nematoda jaringan dan juga dapat
mengetahui siklus hidup Loa-Loa
II. Dasar teori :

Aschelminthes dibagi menjadi dua subfilum yaitu Trochelminthes dan subfilum Nemathelminthes.
Pada Phylum Ashelminthes, bentuk umum agak panjang dan silindris terutama kelompok Nematoda.
Tidak mempunyai bentuk kepala yang nyata.

Ciri khas Aschelminthes:

Tubuh dilindungi lapisan cuticula scleroprotein, pada beberapa hewan berupa cangkang

Saluran pencernaan lengkap

Susunan pernafasan dan peredaran darah tidak ada, karena merupakan hewan air yang sangat kecil

Protonefhridia kadang-kadang ada

Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, nema = benang, helminthes = cacing) disebut sebagai
cacing gilig/ benang karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang. Berbeda
dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga.

Loa loa (Cacing mata)

Klasifikasi Loa loa

Kingdom : Animalia

Filum : Nematoda

Kelas : Secernentea

Ordo : Spirurida
Famili : Filariidae

Genus : Loa

Spesies : Loa loa

Siklus Hidup Loa loa

Parasit ini ditularkan oleh lalat Chrysops. Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan
setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif dan
siap ditularkan kepada hospes lainnya. Cacing dewasa tumbuh dalam badan manusia dan dalam
waktu 1 sampai 4 minggu mulai berkopulasi dan cacing betina dewasa mengeluarkan
mikrofilarianya.

Patologis

Gejalanya khas dengan terbentuknya pembengkakan calabar swelling di sekitar sendi, lengan atas
yang dapat menjadi sebesar telur ayam. Pembengkakan sering kali didahului oleh rasa gatal dan sakit
yang terlokalisasi. Gejala ini disebabkan reaksi alergi terhadap cacing dewasa yang bermigrasi ke
jaringan subkutan; timbul setelah tiga minggu. Pembengkakan akan berakhir dalam beberapa hari
atau seminggu dan berkurang secara perlahan-lahan sebagai manifestasi supersensitif hospes
terhadap parasit.

Migrasinya ke jaringan subkonjungtiva menyebabkan gejala iritis, mata sembab, saikit, pelupuk mata
menjadi bengkak hingga mengganggu penglihatan, tetapi tidak sampai menimbulkan kebutaan.
Aktifitas cacing tampak/dapat dilihat di jaringan subkonjungtiva, sedangkan mikrofilarianya tidak
menimbulkan dampak yang serius, hanya ditakutkan timbulnya ensefalitis bila cacing masuk ke otak.
Ketika cacing dewasa berpindah melintasi jaringan subkutan dan juga hidung, akan menyebabkan
rasa sakit, serta mengalamai Eosinofilia.

Eosinofilia adalah gejala lain yang merupakan karakteristik dari Loa loa. Eosinofilia bukan merupakan
suatu penyakit, tetapi merupakan respon terhadap suatu penyakit. Peningkatan jumlah eosinofil
dalam darah biasanya menunjukkan respon yang tepat terhadap sel-sel abnormal, parasit, atau
bahan-bahan penyebab reaksi alergi (alergen).

Jika suatu bahan asing masuk ke dalam tubuh, akan terdeteksi oleh limfosit dan neutrofil, yang akan
melepaskan bahan untuk menarik eosinofil ke daerah ini.Eosinofil kemudian melepaskan bahan
racun yang dapat membunuh parasit dan menghancurkan sel-sel yang abnormal. 50-70% eosinofilia
acap kali ditemukan pada orang yang terinfeksi Loa loa, terutama bila terjadi
pembengkakan.Indikator lain adalah peningkatan jumlah serum IgE, peningkatan antibodi antifilaria,
tetapi orang yang terinfeksi kadang-kadang asimtomatik. Mikrofilaremia tidak selalu muncul.

III. Cara Kerja

Alat dan Bahan

1. Mikroskop;

2. Mikroskop listrik;

3. Preparat;

4. Alat tulis;

5. Buku catatan

6. Gelas awetan cacing.

Pembahasan

a. Telur Trichuris trichiura

a) Berbentuk seperti tong. Kedua ujungnya melekuk kedalam dan tertutup oleh tonjolan yang
transparan. Bagian tonjolan mengandung mukoid;

b) Ukuran 50-54 × 22-23 mikron;

c) Tertutup oleh dualapisan yaitu lapisan luar berwarna kekuning—kuningan, lapisan dalam
transparan

b. Mulut Necator americanus

a) Terdapat 2 pasang alat pemotong (cutting plates);

b) Bentuk alat pemotong tersebut semilunar dan terdapat disebelah ventral dan dorsal;

c) Bursa kopulatrik pada jantan: percabangan dari sentral.

c. Mulut Cacing Tambang (A. duodenale)

a) Terdapat 2 pasang gigi disebelah ventral;

b) Gigi yang sebelah dalam lebih kecil daripada pada gigi yang sebelah luar;

c) Bentuk lengkungan kepalan sesuai dengan lengkungan tubuh (seperti koma).

d. Telur yang dibuahi Ascaris lumbricoides

a) Yang masak (matura): antara lapisan dinding paling dalam massa didalamnya terdapat batas
atau rongga udara;

b) Yang belum masak (imature): tidak terdapat rongga udara;


e. Telur yang tidak dibuahi Ascaris lumbricoides

a) Bentuk lebih lonjong, ukuran 88-94 × 44 mikron;

b) Mantel albumin sering tidak terdapat. Isinya protoplasma yag mati;

c) Lebih transparan.

f. Cacing Ascaris lumbricoides

a) Jantan: panjang 10-30 cm diameter 2-4 mm, anterior terdapat 3 buah bibir, posterior melingkar
ke ventral;

b) Betina: panjang 20-35 cm diameter 3-6 mm, anterior dengan jantan sama, posterior reatif lurus
dan kaku.

g. Cacing dewasa Trichuris Trichiura

a) Bentuk tubuh seperti cambuk (cemeti);

b) Ukuran jantan30-45 mm. Betina 35-50 mm;

h. Telur Enterobius Vermicularis

a) Bentuk asimetris, salah satu sisi datar;

b) Ukuran 55 × 26 mikron;

c) Didalam telur selalu terdapat bentuk larvanya.

i. Cacing dewasa Enterobius Vermicularis

a) Ukuran jantan 2-5 mm × 0,1-0,2 mm. Betina 8-13 mm × 0,3-0,5 mm;

b) Mulut simpel dengan 3 buah bibir yang mengelilinginya;

c) Ujung anterior dan posterior runcing (lancip).

j. Cacing Wuchereria Banchrofti

a) Ukuran jantan 40 × 0,1 mm, betina 83 ×0,24 mm;

b) Warna putih kekuningan;

c) Kutikula smooth.

k. Cacing Brugia Malayi

a) Cacing dewasa;
b) Mikrofilaria.

l. Telur cacing Tambang

a) Berbentuk bulat lonjong;

b) Kulit relatif tipis terdiri dari hyalin;

c) Isi telur: terganung umur, waktu dikeluarkan dapat segmentid dapat pula unsegmented.

j. Cacing Tambang dewasa

a) Ukuran jantan 8-11mm × 0,45 mm, betina 10-13 × 0,60 mm;

b) Lengkungan kepala sesuai dengan lengkungan tubuh (seperti koma).

IV. Kesimpulan
Loa loa dewasa berbentuk filamen berwarna putih, tidak memiliki pigmen oleh karena
itu Loa loa tidak memiliki warna yang bervariasi. Warna ciri khasnya yaitu
putih/transparan. Ukuran Loa loa jantan 30-34 mm dengan diameter 0,35-0,43 mm
sedangkan ukuran Loa loa betina 50-70 mm dengan diameter kurangdari 0,5 mm.
Ukuran terbesar dari Loa loa 20 cm. Loa loa memiliki larva yang disebut mikrofilaria
dengan ukuran 250-300 μm panjangnya dan luasnya 6-8 μm. Simetri tubuh Loa loa yaitu
simetri bilateral.
Spikula pada Loa loa hanya dimiliki oleh yang jantan saja yang berjumlah sepasang.
Spikula pada Loa loa berfungsi untuk membuka alat kelamin betina dan memasuka
sperma kedalam alat kelamin betina. Loa loa juga memiliki kutikula yang berfungsi untuk
melindungi dinding tubuh bagian luar. Loa loa bergerak dengan kontraksi otot pada
tubuhnya. Tekstur permukaan tubuhnya licin karena dilapisi oleh kutikula, dan memiliki
bintik mata. Lapisan tubuh Loa loa triploblastik yaitu terdiri dari lapisan ektoderm,
mesoderm, dan endoderm. Loa loa memiliki otot yang digunakan untuk pergerakannya.
Sistem percernaan lengkap terdiri dari mulut, faring, intestin, dan anus. Mekanismenya
dimulai dari makanan masuk melalui mulut kemudian ke faring, intestin, kemudian
dikeluarkan melalui anus. Loa loa tidak memiliki sistem dan organ pernafasan.
Bernafasan secara difusi melalui permukaan tubuh. Loa loa bersifat Gonokoris (organ
kelamin jantan dan betina terpisah pada individu berbeda), pada betina terdapat uterus,
vagina, ovari, dan pada jantan terdapat testis. Reproduksi Loa loa yaitu secara seksual
sehingga cacing jantan dan betina harus ada dalam host yang sama untuk infeksi penuh
untuk terjadi. Setelah reproduksi cacing betina menghasilkan telur berselubung disebut
mikrofilaria. Loa loa tidak memiliki pembuluh darah, memiliki sistem ekresi dengan
organ yang dimilikanya yaitu cincin saraf. Loa loa adalah nematoda filarial yang
menyebabkan loaiasis (penyakit mata). Alat ekskresi Loa loa berupa protonefridia
(Tubulus/pembuluh bercabang-cabang yang memanjang pada bagian samping kiri dan
kanan disepanjang tubuh Sel ).

V. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 1991. Parasitologi Medik Jilid 2. Penertbit Buku Kedokteran,
Jakarta.
Padmasutra, Leshmana, dr. 2007. Catatan Kuliah: Ascaris lumbricoides. Jakarta:Fakultas
Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai