Anda di halaman 1dari 30

1

DRAFT SKRIPSI

I. IDENTITAS MAHASISWA

a. Nama : Firda Alfianingsih

b. NIM : 180231035

c. Tempat, Tanggal lahir : Ogoamas, 02 Januari 1998

d. Jurusan/Fakultas : Syariah/Al-ahwal Al-Syakhsiyah

e. Alamat : Kel. Mangkoso, kab. Barru

II. JUDUL SKRIPSI

RESIKO MENIKAHI LAKI-LAKI PEROKOK ANALISIS SOSIOLOGI

DAN KESEHATAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua

mahluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT, sebagai jalan bagi mahluk-Nya untuk

berkembang biak dan melestarikan hidupnya1. Allah SWT berfirman di dalam Al-

Qur’an:

‫َجَع‬ ‫ا‬ ‫ْيَه‬ ‫َل‬ ‫ِم آ ا ِتِه َأْن َخ َلَق َلُك ِم َأْنُف ِس ُك َأْز ا ا ِلَت ُك ُنوا ِإ‬
‫َل‬ ‫َو‬ ‫ْم َو ًج ْس‬ ‫ْم ْن‬ ‫َو ْن َي‬

‫َبْيَنُك ْم َم َو َّد ًة َو َر ْح َم ًة ۚ ِإَّن ِفي َٰذ ِلَك آَل َيا ٍت ِلَق ْو ٍم َيَتَف َّك ُر و َن‬
Terjemahnya:

1
Tihami dkk, Fiqh Munakahat (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2014), h. 6.
2

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir”. QS. al-Ruum: 21.2
Perkawinan merupakan hak setiap orang yang harus di jaga atau di jamin

dan di lindungi oleh Negara sebab perkawinan merupakan hak yang bersifat

naluriah kemanusiaan yang melekat pada diri setiap orang dan sesuatu yang

kodrati. Sesuai dengan falsafah pancasila dan untuk pembinaan hukum secara

nasional maka negara membentuk Undang-undang Perkawinan yang berlaku bagi

semua warga negara. Secara hukum perkawinan adalah kebutuhan yang tidak

dapat dihalangi oleh siapapun selama perkawinan tersebut dilaksanakan menurut

kaedah agama yang berlaku.3

lantas apa yang terjadi jika yang akan menjadi pasangan hidup kita

memiliki ketergantungan terhadap sesuatu seperti halnya ketrgantungan terhadap

rokok? Perilaku merokok sangat mudah kita temui diberbagai tempat, seperti

instansi pemerintahan, pasar, tempat umum, maupun disekolah yang merupakan

tempat Pendidikan. Sikap terhadap perilaku perokok adalah proses menilai yang

sifatnya rahasia dari seseorang yang bersangkutan, yang menyangkut pengetahuan

dan keyakinan perilaku tersebut yang dilihat dari baik buruk serta keuntungan dan

manfaatnya.Sikap terhadap perilaku merupakan derajat penilaian positif atau

2
Ar-Ruum:21

3
Yoga Anggoro, Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Undang-
Undang 23 tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (Jakarta:
Transmedia Pustaka, 2007), h. 1.
3

negatif terhadap perwujudan perilaku tertentu. Individu memiliki sikap positif

terhadap perilaku bila mempunyai keyakinan dan penilian yang positif terhadap

hasil dari tindakan tersebut. Sebaliknya, sikap terhadap perilaku negatif jika

keyakinan dan penilaian terhadap hasil perilaku negative.4

Salah satu perilaku masyarakat Indonesia yang berdampak negatif bagi

kesehatan individu dan lingkungan adalah merokok. Merokok selain berbahaya

bagi diri sendiri juga membahayakan kesehatan orang lain yang memiliki hak

untuk menghirup udara yang bersih dan terhindar dari segala bahan cemaran yang

dikeluarkan oleh asap rokok orang lain.

Kategori perokok dibagi menjadi dua jenis, yaitu perokok aktif dan

perokok pasif. Perokok aktif ialah individu yang terbiasa merokok di setiap

harinya dan merokok sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sedangkan Perokok

pasif merupakan seseorang yang tidak merokok, tetapi terpaksa menghirup asap

rokok yang dihembuskan orang lain yang ada disekelilingnya.5

Secara global konsumsi rokok dan produk tembakau merupakan faktor

risiko kematian. Setiap tahun terdapat 5 juta kematian yang di sebabkan oleh

konsumsi rokok dan diperkirakan pada tahun 2030 angka kematian perokok di

dunia akan mencapai 10 juta jiwa (WHO, 2006). Indonesia menempati peringkat

kelima sebagai produsen tembakau dunia dengan produksi tembakau sebesar

135.678 ton, atau sekitar 1,9 dari total produksi tembakau dunia. Produksi

4
Atika Herawati,“Hubungan antara Dukungan Keluarga Dengan Intensi Berhenti
Merokok Pada Perokok Aktif” Skripsi, (Surakarta :Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017),
h.2.

5
Muh. Alwi Eka Pratama,”Hubungan Lingkungan Keluarga Dengan perilaku Merokok
Pada Ramaja di SMP Negeri 29 Samarinda, Borneo Student Research, 2019): h.2.
4

tembakau meningkat dari 135.678 ton tahun 2010 menjadi 226.704 ton tahun

2012 sehingga menyebabkan prevalensi konsumsi rokok tembakau cenderung

meningkat (TCSCIAKMI, 2014). Tingkat konsumsi rokok di Indonesia relatif

tinggi dibanding negara Asean lainnya, pada tahun 2009 jumlah perokok aktif di

Indonesia merupakan terbanyak ketiga di dunia setelah Cina dan India (Infodatin

Kemenkes RI, 2013). Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak berdasarkan

jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa (WHO, 2011).6

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa ternyata jumlah perokok

cukup tinggi. Sementara kita ketahui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang

menjunjung tinggi norma agama, dimana sebenarnya agama-agama yang diakui di

Indonesia melarang seseorang untuk mengkonsumsi rokok. Hal ini terlihat jelas

dengan adanya ayat-ayat di dalam kitab suci yang menyinggung hal itu,

contohnya dalam agama Islam, larangan tersebut terdapat di dalam surat Q.S Al

Baqarah ayat 195 yang berbunyi:

‫َو َاْنِفُقْو ا ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا َو اَل ُتْلُقْو ا ِبَاْيِد ْيُك ْم ِاَلى الَّتْهُلَك ِةۛ َو َاْح ِس ُنْو اۛ ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب اْلُم ْح ِسِنْيَن‬

Artinya : “ Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah

kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,

karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.

Selain itu larangan untuk merokok juga terdapat dalam surat Q.S An Nisaa

ayat 29 yang berbunyi:

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َتَر اٍض ِّم ْنُك ْم ۗ َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن‬

‫َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َر ِح ْيًم ا‬

6
‘ Inri Timban, “Determinan Merokok Di Indonesia Survei Demografi Dan Kesehatan
Indonesia Tahun 2010”, Jurnal KESMAS 7, No.5 (2018): h.2.
5

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. Dan janganlah

kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu”.

Dalam Tafsir Jalalain surah An-Nisa ayat 29 menjelaskan bahwa (Hai orang-

orang yang percaya! Janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang

batil) artinya jalan yang haram menurut agama seperti riba dan gasab/merampas

(kecuali dengan jalan) atau terjadi (secara perniagaan) menurut suatu qiraat

dengan baris di atas maksudnya. hendaklah harta tersebut harta perniagaan yang

berlaku (dengan suka sama suka di antara kamu) berdasarkan kerelaan hati

masing-masing, maka bolehlah kamu memakannya. (Dan janganlah kamu

membunuh dirimu) artinya dengan melakukan hal-hal yang menyebabkan

kecelakaannya bagaimana pun juga cara dan gejalanya baik di dunia dan di

akhirat. (Sesungguhnya Allah Maha Penyayang tercipta) sehingga dilarang-Nya

kamu berbuat demikian.7 Kemudian Dr. Yusuf Al-Qardhawi berpendapat:

sesungguhnya rokok (tembakau) selama hal itu dinyatakan membahayakan, maka

menghisap rokok hukumnya adalah haram. Lebih-lebih kalau dokter spesialis

sudah menetapkan hal tersebut kepada seseorang tertentu. Kalaupun toh

ditakdirkan tidak jelas bahayanya terhadap kesehatan seseorang, tetapi yang jelas

adalah membuang-buang uang untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, baik untuk

7
Tafsir “ Surah An-Nisa Ayat 29” https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-29#tafsir-jalalayn
(18 jauari 2022, pukul 13. 09 wita).
6

agama ataupun untuk urusan dunia. Sedang dalam hadisnya dengan tegas

Rasulullah s.a.w. melarang membuang-buang harta.8

Pada perokok aktif, faktor resiko penyakit yang diderita adalah penyakit

jantung koroner, diabetes dan masalah yang berkaitan dengan kehamilan seperti :

berat badan bayi lahir rendah, prematur dan rusaknya plasenta, sedangkan pada

perokok pasif di lingkungan asap rokok bisa berdampak kanker paru dan penyakit

pada saluran pernafasan. Bahaya rokok tidak hanya menyerang orang yang berada

disekitar, bahkan perokok pasif cenderung terkena kadar racun yang lebih besar

dari pada perokok itu sendiri. Perokok pasif juga bisa terkena penyakit

kardiovaskular dan berbagai macam penyakit yang dapat menimbulkan kematian.9

Permasalahan utama dalam perilaku merokok adalah bahwa kita

menghisap udara atmosfir yang sama. Walaupun seorang perokok memiliki hak

untuk merokok dan menghembuskan asapnya ke udara, di saat yang sama ada hak

orang lain yang tidak merokok menjadi terabaikan.10 Secara psikologis, banyak

perokok yang merasakan peningkatan konsentrasi, mood, kemampuan belajar,

mengurangi stress dan lelah, serta kemampuan memecahkan masalah saat

mengisap rokok. Secara sosiologis, rokok biasa digunakan sebagai pencair

suasana dalam kelas obrolan ringan hingga negosiasi penting.11


8
Dr. Yusul Al-Qardhawi, “Halal dan Haram Dalam Islam”, PT. Bina Ilmu, (18 januari
2022, pukul 13.08 Wita).
9
Monica virna,“Hubungan persepsi Bahaya Merokok Dengan Perilaku Merokok pada
Karyawan Di PT Sintas Kurama Perdana Kawasan Industri Pupuk Kujang Cikampek” Skripsi, ,
(Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 2.

10
Republik Indonesia, “Naskah Akademik Rencana Peraturan Daerah Kabupaten
Bandung tentang Kawasan tanpa Rokok,” (Bandung : 2017), h.15.

11
Abdul Wahid Maksum, “Hukum Merokok Dalam Perspektif Pemersatuan Islam
(Persis) Dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)”, Skripsi, (Yogyakarta : Fak. Syariah UIN Sunan
7

Pandangan agama Islam terhadap dampak dari rokok sangat jelas karena

yang menjadi tolak ukur adalah berdasarkan bahayanya. Apabila telah jelas

diketahui bahwa yang terkandung didalam rokok, maka haram mengonsumsinya.12

Segala sesuatu yang membawa mudarat adalah haram. Akan tetapi yang menjadi

persoalan adalah apakah merokok itu membawa mudarat yang besar atau relatif kecil ,

dan terdapat pula manfaat ataukah tidak bagi manusia . Dalam hal ini tercetus persepsi

yang berbeda dalam meneliti dan mencermati substansi rokok dari aspek kemaslahatan

dan kemafsadatan. Perbedaan persepsi ini merupakan babak baru munculnya beberapa

pendapat mengenai hukum merokok dengan berbagai argumennya.13

Dari uraian diatas, dan berbagai permasalahan yang muncul, maka penulis

tertarik untuk menulis sebuah Skripsi dengsan judul “RESIKO MENIKAHI

LAKI-LAKI PEROKOK ANALISIS SOSIOLOGIS DAN KESEHATAN

PERSPEKTIF HUKUM ISLAM”

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang masalah diatas maka pokok

permasalahan yang menjadi objek pembahasan skripsi ini adalah Resiko Menikahi

Laki-Laki Perokok Analisi Sosioligis dan Kesehatan Perspektif Hukum Islam.

Dari pokok masalah tersebut akan dikembangkan menjadi sub-sub masalah yang

menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pandangan Masyarakat Terhadap Suami Perokok ?

2. Apa Dampak Kesehatan Dari Seorang Perokok Dalam Keluarga ?


Kalijaga, 2009), h.3.

12
Farozi, “pandangan agama islam terhadap rokok serta dampaknya bagi kesehatan paru-
paru”(Bekasi : Akademi Keperawatan Bhakti HusadaBekasi, 2015) 6.

13
Indis Ferizal, Mekanisme Pengujian Hukum Oleh Ulama dalam Menetapkan Fatwa haram
Terhadap Rokok”, Jurnal Hukum Samudra Keadilan 11, no.1 (2016) : h.59.
8

3. Bagaimana Analisis Hukum Islam Ketika Mudharat Lebih Banyak

Diciptakan Oleh Perokok ?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Untuk memperoleh gambaran tentang judul dalam penulisan skripsi ini,

maka penulis akan memberikan beberapa pengertian kata yang terdapat dalam

judul tersebut yaitu “Analisis Sosiologis Dan Kesehatan Terhadap Resiko

Mudharat Menikahi Laki-Laki Perokok Ditinjau Dari Perspektif Hukum Islam”.

a. Analisis

Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-

musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya)14

b. Sosiologi

Sosiologi merupakan ilmu pengetahun atau ilmu tentang sifat dan perkembangan

masyarakat, ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.

c. Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

d. Perokok

Perokok adalah orang yang merokok atau menghisap rokok (Depdikbud,

2002). Seseorang dikatakan perokok jika merokok sedikitnya 1 batang per hari

selama sekurang-kurangnya 1 tahun.

e. Hukum Islam

14
KBBI, https://kbbi.web.id/analisis
9

Hukum islam yaitu keseluruan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap

muslim dalam segala aspek.

Ruang Lingkup Pembahasan dalam skripsi ini membahas tentang Analisis

sosiologis dan Kesehatan terhadap resiko menikahi laki-laki perokok ditinjau dari

perspektif hukum islam.

Perkawinan merupakan hak setiap orang yang harus dijaga atau dijamin

dan dilindungi oleh Negara sebab perkawinan merupakan hak yang bersifat

naluriah kemanusiaan yang melekat pada diri setiap orang dan sesuatu yang

kodrati.sesuai dengan falsafah pancasila dan untuk pembinaan hukum secara

nasional maka Negara membentuk Undang-undang Perkawinan yang berlaku bagi

semua warga Negara. Secara hukum perkawinan adalah kebutuhan yang tidak

dapat dihalangi oleh siapapun selama perkawinan tersebut dilaksanakan menurut

kaedah agama yang berlaku.

Kemudian hukum yang mengatur perkawinan di Indonesia di

kodifikasikan dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 (UU Perkawinan).

Undang-undang ini merupakan kompromi antara hukum Negara dan Agama

Islam.15

D. Kajian Pustaka

Berdasarkan hasil penelusuran literature yang penulis lakukan terkait

dengan tema penelitian ini, ditemukan beberapa karya baik nberupa buku, jurnal,

maupun hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan oleh peneliti lain

sebelumnya yang berkaitan dengan masalah analisis sosiologis dan kesehatan

15
Yoga Anggoro, Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dan Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, h.1
10

terhadap resiko mudharat menikahi laki-laki perokok ditinjau dari perspektif

hukum islam. tanpa melakukan pengulangan materi secara mutlak dari penelitian

sebelumnya, berikut pemaparanya:

Ayu Satria Ningrum, dkk (2018) meneliti tentang “Kajian Sosiologis Tentang

Fenomena Perilaku Merokok Siswa Di Madrasah Tsanawiyah Al-Amin Tabanan”

Adapun hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari hasil wawancara

Interaksi remaja dengan lingkungan sosialnya sangat berpengaruh dalam

pembentukan identitas diri remaja. Perilaku merokok siswa Madrasah Tsanawiyah

Al- Amin yang notabene sebagai remaja awal terjadi karena adanya pengaruh dari

lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya, serta pengaruh dari lingkungan

sekolah (guru dan staf pengajar).16

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2010) Dalam buku “Pedoman

Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok” menyatakan bahwa Seorang bukan

perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko Kanker Paru sebesar

20-30% lebih tinggi daripada mereka yang pasangannya bukan perokok dan juga

risiko mendapatkan penyakit Jantung.17

Dan juga beberapa jurnal lainnya yang tidak perlu kami uraikan satu

persatu, yang intinya beberapa jurnal tersebut sangan memberikan kemudahan

bagi penulis untuk melakukan penelitian ini.

16
Ayu Satria Ningrum dkk, “Kajian Sosiologis Tentang Fenomena Perilaku Merokok
Siswa D Madrasah Tsanawiyah Al-Amin Tabanan”, Vol 8(2018): h. 10.

17
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok (Jakarta : Kementerian Kesehatan RI, 2010), h.11.
11

Kajian penelitian terdahulu ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan

hubungan gambaran topic yang akan diteliti dengan penelitian sejenis yang pernah

dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pada hakikatnya mengungkapkan apa yang hendak

dicapai oleh peneliti. Sehubungan dengan pokok masalah yang penulis

kemukakan di atas, maka tujuan penulisan proposal skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui Pandangan Masyarakat Terhadap Suami Perokok.

b. Untuk mengetahui Dampak Kesehatan Dari Seorang Perokok Dalam

Keluarga.

c. Untuk mengetahui Hukum Islam Ketika Mudharat Lebih Banyak Diciptakan

Oleh Perokok.

2. Kegunaan Penelitian

Setiap sesuatu yang dikerjakan pasti mengharapkan nilai guna, adapun nilai

guna yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

a. Sebagai sumbangsih penulis untuk dijadikan informasi dan dijadikan ilmu

pengetahuan bagi masyarakat mengenai Dampak Kesehatan dan Mudharatnya

menikahi laki-laki perokok.

b. Dengan penelitian ini diharapakn dapat menambah bahan bahan informasi di

Perpustakaan STAI DDI Mangkoso.

c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi strata satu (S1)

jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Fakultas Syariah STAI DDI Mangkoso.


12
12

BAB II

TINJUAN TEORETIS

A. Pernikahan

Menurut bahasa Indonesia nikah yang diberikan awalan per- dan akhiran –

an yang berarti ikatan (akad) atau kawin (membentuk keluarga dengan lawan

jenis. Melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Secara umum masyarakat

memaknai nikah sebagai akad (perjanjian), sehingga kedua kalimat ini selalu

disandingkan dalam pengucapannya untuk menyempurnakan makna keduanya.

Nikah berarti akad yang membolehkan berhubungan seksual dengan lafadz nikah

atau semisalnya.18 Sedangkan menurut syaria’at islam, kata nikah berasal dari

bahasa arab, ‫النكاح‬, bermakna akad perkawinan. Adapun Al-Qadhi ‘Iyad

rahimahumullah mendefinisikan kata “nikah” dengan akad nikah dan

persetubuhan sekaligus19.

Oleh karena itu, agama mensyari’atkan dijalinnya pertemuan antara pria

dan wanita, dan mengarahkan pertemuan itu sehingga terlaksanakannya

“perkawinan”, dan beralilah kerisauan pria dan wanita menjadi ketentraman atau

sakinah dalam istilah al-Qur’an surat Al-Rum (30):21. Sakinah terambil dari akar

kata sakana yang berarti diam/tenangnya sesuatu setelah bergejolak. Itulah

mengapa pisau dinamai sikkin karena ia adalah alat yang menjadikan binatang

yang disembelih tenang, tidak bergerak, setelah tadinya ia meronta. Sakinah

18
Dahlan, Fikih Munakahat (Yogyakarta: Deepublish CV Budi Utama, 2015), hlm. 28.

19
Yusuf Hidayat, Panduan Pernikahan Islami (Jakarta: Guepedia, 2019), hlm. 11.
12

karena perkawinan adalah ketenangan yang dinamis dan aktif, tidak seperti

kematian binatang.20 Kemudian ada juga larangan perkawinan, larangan dalam

perkawinan dalam bahasa agama disebut dengan mahram. Larangan perkawinan

ada dua jenis, pertama, larangan abadi (muabbad), dan kedua larangan pada waktu

tertentu (muaqqat). Adapun menurut D.Y. Witanto, istilah yang digunakan adalah:

a. Larangan yang bersifat mutlak.

Larangan yang bersifat mutlak yaitu larangan yang tidak akan pernah

berubah dan tidak ada cara atau syarat apapun yang dapat mengubah

larangan tersebut menjadi kebolehan. Contoh larangan mutlak misalnya

perkawinan antara mereka yang berhubungan darah atau berhubungan

sesusuan.

b. Larangan yang bersifat relatif.

Larangan yang bersifat relative adalah larangan perkawinan yang merintangi

seseorang untuk melangsungkan perkawinan, namun jika syarat dan

keadaan tertentu telah terpenuhi, maka bisa berubah menjadi kebolehan,

misalnya larangan menikahi wanita yang masih dalam keadaan masa iddah

akan menjadi kebolehan jika masa iddahnya telah terlewati tiga kali, jika

wanita tersebut pernah melakukan perkawinan dengan laki-laki lain dan

pernah melakukan hubungan badan (ba’da dukhul) lalu bercerai lagi, maka

menjadi halal untuk dinikahi lagi.21

20
M. Quraish Shihab, wawasan al-Qur’an: Tafsir Tematik Atas Berbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan Pustaka, 1996),hlm. 254.

21
Mardani, Hukum Keluarga Islam Di Indonesia (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri,
2017), hlm. 61.
13

Tujuan awal mengapa Allah menciptakan manusia adalah agar mereka

“berkuasa” atas mahkluk lain dan atas seluruh bumi. Kekuasaan yang

dimaksudkan adalah untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (taman eden)

bahkan seluruh bumi. Dunia diciptakan oleh tuhan dan dia satu-satunya yang

berhak memerintah dunia ini, serta satu-satunya yang sanggup mengelolanya.

Namun dia memutuskan menciptakan manusia dan meletakkan tanggung jawab

untuk mengusaha dan memeliharanya kepada manusia. Dalam rangka

menjalankan penugasan-nya, Tuhan menyatakan tidak baik manusia itu seorang

diri saja. Tujuan kehadiran suami dan istri didunia ini adalah untuk hidup dalam

persekutuan dengan Allah dan bersama-sama menjalankan perintah Allah.

Untuk berkembang biak, sekedar kenikmatan seksual maupun mendapat

teman hidup, bukanlah tujuan akhir dari penyatuan suami istri. Jadi apa yang

sering dipikirkan orang sebagai tujuan pernikahan seperti memperoleh keturunan,

pemenuhan hasrat seksual maupun pemenuhan kebutuhan emosional maupun

sosial, sebenarnya adalah alat (tools) yang Allah sediakan agar manusia dapat

hidup bersekutu (bergaul atau bersahabat) dengannya dan terus menerus melayani

Allah.22 Dalam firman Allah Swt mengenai tujuan dalam pernikahan disebutkan

dalam Q.S An-Nisa’(4:1)

‫َٰٓيَأُّيَها ٱلَّناُس ٱَّتُقوْا َر َّبُك ُم ٱَّلِذ ي َخ َلَقُك م ِّم ن َّنۡف ٖس َٰو ِح َد ٖة َو َخ َلَق ِم ۡن َها َزۡو َج َه ا َو َبَّث ِم ۡن ُهَم ا‬

‫ِر َج ااٗل َك ِث يٗر ا َو ِنَس ٓاۚٗء َو ٱَّتُق وْا ٱَهَّلل ٱَّل ِذ ي َتَس ٓاَء ُلوَن ِبِهۦ َو ٱَأۡلۡر َح اَۚم ِإَّن ٱَهَّلل َك اَن َع َلۡي ُك ۡم‬

(١ ) ‫َر ِقيٗب ا‬

22
Desefentison W.Ngir, Bukan Lagi Dua Melainkan Satu: Panduan Konseling Pranikah
dan Pasca nikah, (Bandung: Visi Press, 2013),hlm. 57
14

Terjemahannya:

“Hai manusia! bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakanmu

dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa)

dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki

dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan

namanya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.

Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”23

Tapi, yang paling penting dalam hubungan rumah tangga adalah

suami istri menjadi sepasang sahabat yang paling bertanggung jawab dan

saling percaya24. Hal ini terlihat dalam dari firman Allah Q.S Ar-

Rum(30:21)

‫ًۚة‬
‫َو ِم ۡن َء اَٰي ِتِهٓۦ َأۡن َخ َلَق َلُك م ِّم ۡن َأنُفِس ُك ۡم َأۡز َٰو ٗج ا ِّلَتۡس ُكُنٓو ْا ِإَلۡي َها َو َجَعَل َبۡي َنُك م َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َم‬

(٢١ ) ‫ِإَّن ِفي َٰذ ِلَك ٓأَلَٰي ٖت ِّلَقۡو ٖم َيَتَفَّك ُروَن‬

Terjemahannya:
Dan diantara tanda-tanda ( kebesaran)-Nya ialah ia menciptakan pasangan-
pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang
sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
(kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”.25
Pernikahan tidak hanya perkara pertemuan dua insan manusia,

tetapi juga pertemuan dua keluarga besar. Pada saat telah ada kesepakatan,

sementara pihak wanita masih menerima pinangan laki-laki lain tentu akan
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya (Bandung: Cordoba, 2018),h.77.
24
Holilur Rohman, Rumah Tangga Surgawi, (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2019),h.5.
25
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, h.406.
15

merusak hubungan dua keluarga besar yang terjalin. Akan muncul

prasangka, merasa dihina, merasa dilecehkan dan lain sebagainya. Pun,

begitu bagi setiap laki-laki yang akan meminang, pastikan terlebih dahulu

wanita tersebut dalam proses lamaran atau tidak. Tentu tujuan utamanya

agar tali persaudaraan islam tetap terjaga utuh. 26Sayyid sabiq menjelaskan

mengenai hikmah sebuah pernikahan, yakni:

1. Pernikahan merupakan jalan terbaik untuk menyalurkan hasrat dan

dorongan seksual. Sesungguhnya naluri seks merupakan naluri yang paling

kuat dan keras yang selamanya menuntut adanya jalan keluar. Apabila jalan

keluar tidak dapat memuaskannya, maka akan terjadi kegoncangan dan

kekacauan yang mengakibatkan kejahatan. Dengan pernikahan tubuh

menjadi lebih segar, jiwa menjadi tenang, mata terpelihara dari melihat yang

haram dan perasaan yang tenang menikmati yang halal.

2. Menikah merupakan jalan terbaik untuk memperbanyak keturunan,

membuat anak menjadi mulia, melestarikan hidup manusia, serta

memelihara nasab.

3. Pernikahan akan menumbuhkan naluri kebapakan dan keibuan, perasaan

ramah, cinta, dan akur untuk saling melengkapi dan suasana hidup dengan

anak-anak, merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan seseorang.

4. Menumbuhkan sikap rajin dan sungguh-sungguh untuk memperkuat bakat

dan pembawaan sebagai kesadaran akan tanggung jawab terhadap istri dan

anak-anak.

26
Agus Ariwibowo, Ta’aruf Khitbah Nikah Malam Pertama Spesial Untuk Muslim,
(Surabaya: Genta Hidayah, 2017), hlm. 130.
16

5. Akan membuahkan tali kekeluargaan, memperteguh kelanggengan rasa

cinta antar keluarga dan memperkuat hubungan kemasyarakatan, mayarakat

yang saling memahami akan menjadi masyarakat yang kuat dan bahagia.

6. Menenangkan jiwa, dengan pernikahan akan tumbuh cinta dan kasih sayang,

serta kemesraan antara suami dan istri, berkumpulnya suami dengan anak

dan istri akan melupakan kekesalan yang terjadi disiang hari, dan sirnalah

keletihan saat ia bekerja dan berjuang hidup.27

B. Perilaku Merokok

a. Pengertian Perilaku Merokok

Armstrong (Nasution, 2007) mendefinisikan merokok sebagai suatu

aktivitas menghisap asap tembakau yang dibakar kedalam tubuh dan menghembus

30 kannya kembali keluar. Maka, perilaku merokok merupakan suatu kegiatan

membakar rokok dan menghisap asap rokok. Notoatmodjo (Azkiyati, 2012) asap

rokok kemudian dihembuskan keluar, sehingga menyebabkan asap rokok terhisap

oleh orang-orang yang berada disekitar perokok. Perilaku merokok merupakan

perilaku yang berkaitan erat dengan perilaku kesehatan. Sebab perilaku merokok

merupakan salah satu perilaku yangdapat membahayakan kesehatan. Perilaku

merokok sudahmenjadi kebiasaanyang sangat umumdan meluas padamasyarakat

Indonesia. Perokok berasaldari berbagai jenis kelas yang meliputi: kelompok

umur, social dan jenis kelamin. Hal ini menjadi dasar bahwa kebiasaan merokok

sulit untuk dihilangkan. Sebab tidak banyak masyarakat yang mengakui bahwa

rokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang seharusnya dihindari.

27
Dahlan, Fikih Munakahat, (Yogyakarta: Deepublish, 2015), hlm. 42.
17

Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang

muncul dalam masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat sudah mengetahui

dampak negatif merokok, namun bersikeras menghalalkan tindakan merokok.

Menurut Levy (1984) perilaku merokok adalah suatu aktifitas yang dilakukan

seseorang berupa mambakar dan menghisap rokok ke dalam tubuh serta dapat

menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orangorang disekitarnya.

Sedangkan menurut Sitepoe (dalam Sanjiwani & Budisetyani, 2014),

perilaku merokok adalah suatu perilaku yang melibatkan proses membakar

tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan rokok ataupun

pipa. Kemudian tokoh lain, Shiffman (dalam Astuti, 2012) menjelaskan bahwa

merokok adalah menghirup atau menghisap asap rokok yang dapat diamati atau

diukur dengan melihat volume atau frekuensi merokok.28

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok

adalah suatu kegiatan atau aktifitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya

dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat dihisap

oleh orang-orang disekitarnya.

b. Tipe Perilaku Merokok

Tomkins (Mu’tadin, 2002) mengklasifikasikan tipe perilaku merokok

menjadi empat tipe, yaitu:

1. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif

28
http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1948/3/BAB%20II%20%20.pdf (16 November
2021, pukul 16.34 WITA).
18

Perokok tipe ini merokok untuk mendapatkan relaksasi dan

kesenangan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya kenikmatan yang

didapat dari merokok: rangsangan untuk meningkatkan kepuasan dari

merokok: dan dilatarbelakangi karena kesenangan individu dalam

memegang rokok.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif

Perokok tipe ini merokok untuk menurunkan perasaan negatif yang

perokok alami. Misalkan untuk menurunkan perasaan cemas, marah atau

gelisah. Motivasi individu untuk merokok adalah sebagai upaya untuk

menghindarkan diri dari perasaan yang tidak menyenangkan bagi dirinya.

3. Perilaku merokok karena kecanduan psikologis

Perokok tipe ini sudah mengalami kecanduan psikologis dari

rokok. Perokok akan meningkatkan jumlah batang rokok yang dihisap

setiap harinya. Hal ini dilakukan hingga individu mendapatkan efek

ketenangan seperti yang diharapkan.

4. Perilaku merokok karena sudah menjadi kebiasaan

Perokok tipe ini menggunakan rokok sama sekali bukan untuk

mengendalikan perasaannya (Mu’tadin, 2002). Kegiatan merokok sudah

menjadi kebiasaan atau rutinitas individu. Perilaku merokok sudah

menjadi perilaku yang otomatis, tanpa dipikirkan dan tanpa disadari oleh

individu.29

29
Salim, “Hubungan Antara Perilaku Merokok dengan Kepercayaan Diri pada mahasiswa
UIN Raden Intan Lampung”, Skripsi (Lampung : Fak. Ushuluddin Dan Studi Agama UIN Raden
Intan Lampung, 2018), h.30.
19

c. Faktor –faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa seseorang merokok,

antara lain :

1. Pengaruh Orang Tua

Remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga

yang tidak bahagia atau keluarga yang permisif, dimana orang tuanya tidak

begitu memperhatikan anak-anaknya cenderung lebih mudah terlibat dengan

rokok dibandingkan dengan keluarga yang konservatif dimana keluarga

menjaga dan memperhatikan anak-anaknya. Perilaku merokok lebih banyak

didapati pada remaja yang tinggal dengan satu orang tua (Single Parent).

2. Pengaruh Teman Sebaya

Berbagai kajian telah menunjukkan bahwa mahasiswa yang masih

tergolong remaja mempunyai teman-temannya yang merokok lebih

mungkin merokok berbanding sebaliknya. Terdapat dua kemungkinan yang

terjadi dari fakta tersebut, yang pertama remaja tersebut terpengaruh oleh

teman-temannya atau sebaliknya. Rokok membuat mereka merasa lebih

diterima oleh banyak orang.

3. Faktor kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin

melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Secara kepribadian, kondisi

mental yang sedang menurun seperti stres, gelisah, takut, kecewa, dan putus

asa sering mendorong orang untuk menghisap asap rokok. Mereka merasa

lebih tenang dan lebih mudah melewati masa-masa sulit setelah merokok.
20

4. Pengaruh Iklan

Iklan merupakan media informasi yang dibuat sedemikian rupa

sehingga dapat menarik para konsumen atau khalayak secara sukarela

terdorong untuk melakukan suatu tindakan sesuai dengan yang diinginkan

pengiklan. Banyak iklan rokok di media massa dan elektronik mendorong

rasa ingin tahu penonton termasuk mahasiswa tentang produk rokok.30

d. Bahaya Rokok

Bahaya merokok dari laporan WHO juga menyebutkan beberapa penyakit

dengan kebiasaan merokok, yaitu kanker paru, bronkitis kronik, dan emfisema,

penyakit jantung iskemik dan penyakit kardiovaskuler lain, ulkus peptikum,

kanker mulut, tenggorokan, kerongkongan, penyakit pembuluh darah otak dan

gangguan janin dalam kandungan. 31

Rokok mengandung nikotin inhalasi yang pada akhirnya berdampak pada

kesehatan tubuh. Rata-rata nikotin dalam satu batang rokok sebanyak 13,5mg

(Connolly dkk., 2000). Setiap jenis rokok mengandung jumlah nikotin yang

berbeda-beda. Jenis rokok ultra light menghasilkan nikotin paling sedikit karena

hanya mengandung 0,4 mg nikotin. Jenis kretek menghasilkan kadar nikotin

paling tinggi yaitu sebesar 1,1 mg. Jenis rokok light mengandung 0,8 mg kadar

nikotin. Namun sebuah studi menyebutkan hasil uji lab menunjukkan kadar

nikotin pada rokok sebesar 1-2 mg. Diperkirakan terdapat 4.800 bahan kimia

dalam sebatang rokok dan juga 69 bahan diantaranya adalah zat yang dapat

30
Septi Deri Aditias, “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Gaya
Hidup Anak Usia Remaja Di Desa Sukasari Kecamatan Rimpun Kabupaten Bogor”, Skripsi
(Jakarta : Fak. Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2019), h.30.

31
Aditama, Tjandra Yoga. 1997. Rokok dan Kesehatan. (Jakarta: UI-Press.1997).hlm.18
21

memicu kanker yaitu zat karsinogen serta terdapat pula zat beracun. Dari zat

karsinogen tersebut 11 bahan diantaranya bersifat karsinogen pada manusia, 7

bahan mungkin bersifat karinogen pada manusia, dan 49 bahan bersifat

karsinogen terhadap hewan dan mungkin juga bersifat karsinogen pada manusia.32

32
Muhammad Asngad, “Persepsi Mahasiswa Terhadap Peringatan Bahaya Merokok pada
Setiap Kemasan Rokok” Skripsi (Purwokerto : Fak. Dakwah IAIN Purwokerto, 2016), h.24.
22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian

Yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber

data. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam suatu situasi sosial

merupakan kajian utama penelitian kualitatif. Peneliti melakukan

observasi ke lokasi tersebut, memahami dan mempelajari situasi. Studi

dilakukan pada waktu interaksi berlangsung ditempat kejadian. Peneliti

mengamati, mencatat, bertanya, menggali sumber yang erat hubungannya

dengan peristiwa yang terjadi saat itu pula. Apa yang diamati pada

dasarnya tidak lepas dari konteks lingkungan di mana tingkah laku

berlangsung33. Penelitian kualitatif didesain secara longgar, tidak ketat

sehingga dalam pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan

dari apa yang direncanakan34.

2. Lokasi Penelitian

Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif ini penulis

mengumpulkan data berdasarkan naskah wawancara Rumah Sakit Umum

Barru, dan Warga area Mangkoso dan sekitarnya berkaitan dengan Resiko

menikahi laki-laki perokok.

33
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hlm. 86.

34
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 107.
23

B. Pendekatam Penelitian

Sebagai mahasiswa jurusan hukum syariah, dalam penelitian ini penulis

melakukan pendekatan dalam penelitian hukum normatif. Penelitian yang bersifat

normatif adalah berusaha untuk mengkaji dan mendalami serta mencari jawaban

tentang apa yang seharusnya dari setiap permasalahan.

C. Sumber Data

Menurut Jhon lofland dan Lyn H. Lofland sumber data utama penelitan

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain.

1. Data Primer

Berupa data yang didapatkan secara langsung yang terdiri atas: hasil-hasil

wawancara (wawancara didapatkan dari informan, karna tidak berbicara tentang

representasi tapi berdasarkan kelompok), serta hasil dari dokumentasi dan

observasi empiris.

2. Data sekunder

Berupa berbagai literatur yang relevan dengan masalah yang diangkat.

Literatur yang dimaksudkan berupa buku (cetak maupun elektronik), sumber-

sumber hukum tertulis (nasional maupun Islam), databese software dan artikel

(online maupun offline).

Adapun sumber informan yang digunakan sebanyak 10 orang yang terdiri 5

orang masyarakat, 3 orang dokter, dan 2 orang perawat.


24

Tabel 3.1
Informan
No Informan Jumlah Ket

1 Masyarakat 5 Orang

2 Dokter 3 Orang

3 Perawat 2 Orang

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dari narasumber ini diambil dengan cara

tertentu dari para pihak yang karna kedudukannya atau kemampuannya dianggap

dapat merepresentasikan masalah yang dijadikan objek penelitian. Adapun teknik

yang digunakan adalah Purposive Sampling Technique.

Purposive Sampling Technique adalah cara penentuan sejumlah

narasumber sebelum penelitian dilaksanakan, dengan menyebutkan secara jelas

siapa yang dijadikan narasumber serta informasi apa yang diinginkan dari masing-

masing narasumber.

E. Instrumen Penelitian

Ada beberapa jenis instrument yang digunakan penulis, yaitu :

1. Observasi

Observasi memiliki makna lebih dari sekedar teknik pengumpulan data.

Namun dalam konteks ini, observasi difokuskan sebagai upaya peneliti

mengumpulkan data dan informasi dari sumber data primer dengan

mengoptimalkan pengamatan peneliti. Teknik penelitian ini melibatkan

aktivitas mendengar, membaca, dan menyentuh.


25

2. Wawancara

Wawancara dalam pendekatan kualitatif bersifat mendalam. Wawancara

dan observasi dapat dilakukan secara bersamaan. Wawancara dapat digunakan

untuk menggali lebih dalam dari data yang diperoleh dari observasi. Dengan

demikian tidak ada informasi yang terputus, antara yang dilihat dan dengan yang

didengar serta dicatat. Wawancara mendalam, suatu kegiatan yang dilakukan

untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan

kepada narasumber (informan atau informan kunci) untuk mendapatkan informasi

yang mendalam. Komunikasi antara pewawancara dengan yang diwawancarai

bersifat intensif dan masuk kepada hal-hal yang bersifat detail. Tujuannya untuk

memperoleh informasi yang rinci dan memahami latar belakang sikap dan

pandangan narasumber.

3. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi diartikan sebagai

upaya untuk memperoleh data dan informasi berupa catatan tertulis/gambar yang

tersimpan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumen merupakan data dan

tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar

data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatan harian,

biografi, symbol, artefak, foto, sketsa dan kata lainnya yang tersimpan.35

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis dalam penelitian ini adalah dengan

mengumpulkan data (koleksi data) melalui sumber-sumber referensi (buku,

35
Rully Indrawan dan R.Poppy Yaniawati, Metode Penelitian kuantitatif, kalitatif, dan
Campuran, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2014), hlm. 139.
26

dokumentasi, wawancara) kemudian mereduksi data, merangkup, memilih hal-hal

pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting agar tidak terjadi

pemborosan sebelum verifikasi/kesimpulan peneliti dapatkan.

Reduksi data adalah proses mengubah rekaman data ke dalam pola, fokus,

kategori, atau pokok permasalahan tertentu. Penyajian data adalah menampilkan

data dengan cara memasukkan data dalam sejumlah matriks yang diinginkan.

Pengambilan kesimpulan adalah mencari simpulan atas data yang direduksi dan

disajikan.

G. Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid

apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa

kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi

jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkontruksi fenomena yang

diamati, serta dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap

individu dengan berbagai latar belakangnya. Dalam objek yang sama peneliti yang

berlatar belakang pendidikan akan menemukan data yang berbeda dengan

penelitian yang berlatar belakang Hukum, Manajemen, Antropologi, Sosiologi,

Kedokteran, Teknik dan sebagainya.

Menguji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility

(Validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability

(reliabilitas), dan confirmability (objektivitas). Dalam menguji keabsahan data

peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data


27

yang memanfaatkan halhal di luar data untuk menguji kevalidan data yang telah

didapat. Peneliti memeriksa keabsahan data dengan membanding kan data hasil

wawancara dengan data hasil observasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan

adalah :

1. Data yang di dapatkkan melalui wawancara dibuat transkip

wawancaranya;

2. Transkip wawancara yang diperoleh dari berbagai sumber kemudian di

deskripsikan kedalam bentuk tulisan;

3. Data yang telah di deskripsikan di uji keabsahan dengan

membandingkan data dari berbagai sumber.

KOMPOSISI BAB

BAB I PENDAHULUAN
28

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

D. Kajian Pustaka

E. Metode Penelitian

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pernikahan

B. Perilaku Merokok

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

C. Sumber Data

D. Metode Pengumpulan Data

E. Instrumen Penelitian

F. Teknik Pengelolahan dan Analisis Data

G. Pengajuan Keabsahan Data

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai