NIM : 1300011214
KELAS : D
Layanan pelanggan (customer service) merupakan aktivitas dan program yang dilakukan oleh ritel
untuk menciptakan pengalaman berbelanja dan lebih bersifat memberikan penghargaan kepada pelanggan.
Aktivitas ini meningkatkan nilai penerimaan pelanggan, bukan hanya sekedar barang dagangan dan jasa
yang dibelinya. Semua karyawan perusahaan ritel dan unsur-unsur bauran penjualan ritel menyediakan
jasa yang meningkatkan nilai barang dagangan.
Kualitas Layanan Konsep kualitas bersifat relatif yaitu tergantung dari perspektif yang digunakan
untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada dasarnya, pada produk atau barang berwujud terdapat
tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten satu dengan yang lain, yaitu (1) persepsi konsumen, (2)
produk, dan (3) proses. Sedangkan untuk jasa, kualitas merupakan sarana untuk memuaskan tiga unsur
utama dari suatu organisasi: (1) pemilik yang mengharapkan keuntungan atas modal dan kewirausahaan,
(2) pelanggan dengan kebutuhan dan keinginannya, dan (3) karyawan yang berkepentingan dengan
kepuasan kerja baik secara moneter maupun kualitatif.
Layanan Personal
Barang Dagangan
Kepercayaan Diri
Kostumisasi dan Standarisasi adalah dua pendekatan ritel yang dapat digunakan untuk
mengembangkan suatu pelayanan pelanggan yang dapat menguntungkan bagi retail.
1. Pendekatan Kostumisasi
Pendekatan kustomisasi mendorong penyedia jasa layanan untuk membuat jasa layanan agar
dapat dipertemukan dengan kebutuhan pelanggan pribadi. Pendekatan disesuaikan/dikostumisasi
secara khas mengakibatkan jasa layanan pelanggan diterima secara superior oleh pelanggan. Tetapi
ketepatan penyampaian kualitas layanan seringkali menjadi masalah, hal ini terkait dengan
kemampuan para karyawan retail.
2. Pendekatan Standarisasi
Pendekatan standarisasi didasarkan pada penetapansatu rangkaian aturan dan prosedur yang
bersifat pasti serta diterapkan secara konsisten.
1.Studi menyeluruh
2.Menerka kepuasan dengan transaksi individu
3.Panel pelanggan dan wawancara
4.Saling berinteraksi dengan pelanggan
5.Keluhan pelanggan
C. Menentukan Layanan Baku
Standar layanan harus didasarkan pada persepsi pelanggan dibanding operasi internal. Untuk
menutup kesenjangan, ritel harus:
Langkah yang dapat dilakukan oleh ritel untuk menyediakan layanan yang sesuai dengan standard :
- Menyediakan perangsang
ANTREAN DAN PENANGANAN KELUHAN
1. Jumlah Pelanggan
Ketika mendisain sistem antrian, manajer perlu mengetahui siapa pelanggan dan apa yg
mereka butuhkan.
2. Proses Kedatangan
3. Susunan Antrian
4. Regening
Keputusan pelanggan untuk meninggalkan antrian sebelum dilayani karena menunggu terlalu
lama.
• Darurat
• Pasien yang kritis
• Jalur cepat di bank
• Pembayaran lebih tinggi
• Kelas utama pada maskapai penerbangan
6. Proses Pelayanan
1. Waktu yang dipakai untuk menunggu saja terasa lebih lama dibandingkan waktu yang digunakan
untuk melakukan sesuatu.
2. Waktu menunggu sabelum dan sesudah layanan diberikan terasa lebih lama daripada waktu
menunggu ketika layanan diberikan.
3. Kecemasan membuat menunggu terasa lebih lama.
4. Menunggu hal yang tidak pasti terasa lebih lama.
5. Menunggu hal yang dapat tidak dijelaskan terasa lebih lama.
6. Menunggu hal yang tidak wajar terasa lebih lama.
7. Semakin berharga suatu layanan, semakin lama orang menunggu.
8. Menunggu sendirian terasa lebih lama daripada menunggu dalam kelompok.
9. Keadaan yang kurang nyaman membuat menunggu terasa lebih lama.
10. Menunggu hal yang tidak familiar akan terasa lebih lama.
Model matematika yang kompleks membuat perencana dapat memperkirakan kebiasaan mengantre
sehingga dapat membuat keputusan untuk mengubah atau memperbarui model antrean yang sudah ada.
Dari informasi tentang situasi antrean, hal-hal berikut dapat dihitung:
Manajer layanan membutuhkan beberapa informasi untuk membentuk suatu sistem yang efektif,
antara lain:
1. Data historis mengenai komposisi dan jumlah permintaan, termasuk reaksi terhadap perubahan
harga dan variabel pemasaran lainnya.
2. Perkiraan jumlah permintaan dari tiap segmen.
3. Data dari tiap segmen yang membantu untuk mengevaluasi dampak dari fluktuasi permintaan.
4. Data biaya yang tampak yang dapat membuat organisasi membedakan biaya tetap dengan biaya
variabel dan menentukan tingkat labab tiap segmen dan harga berbeda.
5. Mengidentifikasi variasi yang berharga pada suatu tahap yang merupakan komposisi.
6. Kebiasaan pelanggan sehubungan dengan kondisi antrean.
Banyak perusahaan telah memperbaiki prosedur pengumpulan pengaduan dengan menambah saluran
telepon bebas pulsa khusus, kartu komentar pelanggan yang secara menonjol ditampilkan, situs web dan
alamat e-mail, dan terminal-terminal komputer atau video untuk merekam berbagai pengaduan.
Perusahaan lain bahkan berusaha lebih jauh, yaitu dengan mendorong stafnya untuk menanyakan kepada
pelanggan apakah segala sesuatunya memuaskan dan segera merespons jika seorang pelanggan jelas tidak
senang.
Garansi layanan
Christopher Hard mengemukakan bahwa jaminan layanan adalah suatu alat yang kuat
untuk menggalakkan dan mencapai kualitas layanan, dengan mengutip alasan berikut:
1. Garansi memaksa perusahaan untuk berfokus pada apa yang diinginkan dan diharapkan oleh
pelanggan.
2. Garansi menetapkan standar yang jelas, yang memberitahu pelanggan dan karyawan tentang
tujuan perusahaan.
3. Garansi memerlukan pengembangan sistem untuk menciptakan umpan balik dari pelanggan dan
untuk menindaklanjutinya.
4. Garansi memaksa perusahaan jasa untuk memahami mengapa perusahaan gagal dan mendorong
untuk mengidentifikasi dan mengatasi poin-poin kegagalan potensial.
5. Garansi membangun “otot pemasaran” dengan mengurangi risiko keputusan pembelian dan
membangun loyalitas jangka panjang.